Menyiasati Stres Dalam Dunia Perkuliahan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Menyiasati Stres Dalam Dunia Perkuliahan Posted by webmaster on May 7, 2012



Stress telah menjadi mimpi buruk bagi banyak mahasiswa dari tahun ke tahun, bahkan tidak jarang stressberkembang menjadi „mesin penghancur‟ hidup para mahasiswa. Namun, „tamu tak diundang‟ ini sebenarnya dapat kita siasati. Memahami stress dan mengenali gangguan stress yang seringkali muncul pada mahasiswa, akan membantu kita dalam menemukan „jurus‟ nan ampuh untuk menyiasatinya.



Memahami stress dari sudut pandang yang baru Hampir semua dari kita pasti pernah mendengar atau bahkan menggunakan istilah yang satu ini. Istilah ini selalu hadir dalam banyak masalah yang dihadapi, mulai dari tugas kuliah yang menumpuk, kemacetan yang melanda saat berangkat ke kampus, bahan ujian yang begitu membebani, hingga pertengkaran dengan kekasih. Ketika pikiran dan emosi terganggu akibat berhadapan dengan masalah-masalah tersebut, muncul satu kata yang seakan jadi „mahluk‟ paling berdosa atas hal-hal yang terjadi. Kata tersebut adalah stress. Stress selalu menjadi „kambing hitam‟ permasalahan, padahal jika kita memahami stress dengan tepat, stress tidaklah selalu menjadi hal merugikan. Pandangan salah tentang stress ini telah meluas, sehingga Hans Selye, yang merupakan seorang peneliti dan “guru besar” studi tentang stress, pernah berkomentar bahwa stress sama halnya dengan hukum relativitas. Kedua hal ini sama-sama begitu dikenal banyak orang, namun hanya sedikit yang memahami pengertian sebenarnya (Rice, 1999). Secara garis besar, stress dapat didefinisikan sebagai kondisi dan respon dari tubuh maupun pikiran, yang di satu sisi dapat menyelamatkan hidup kita, dan di sisi lain dapat merugikan sistem tubuh, seperi menimbulkan penyakit atau, yang paling parah, berujung pada kematian. Respon dari tubuh maupun pikiran ini muncul karena adanyastressor. Stressor merupakan suatu peristiwa atau kejadian yang menstimulasi munculnya respon stress. Stressortersebut dapat muncul dalam bentuk fisik, sosioemosi, ekonomi, atau spiritual. Namun, stress sebagai respon terhadap stressor selalu bersifat fisik (Girdano, Everly dan Dusek, 1997). Telah dijelaskan sebelumnya bahwa stress dapat menyelamatkan sekaligus merugikan. Hal itulah yang seringkali dilupakan atau bahkan tidak diketahui banyak orang. Mencegah pandangan salah ini terus berlanjut, Selye kemudian membuat dua istilah terpisah untuk menyatakan stress berdasarkan sifat-sifatnya. Kedua istilah ini adalah distressdan eustress. Distress merujuk kepada stress yang merusak atau mengganggu. Stress ini menimbulkan kondisi takut, cemas, terganggu, atau lelah secara mental (fatique). Studi-studi tentang dampak stress menunjukkan adanya hubungan antara distress dengan gangguan kesehatan seseorang, termasuk juga produktivitas tiap-tiap individu yang mengalami distress ini (dalam Cooper, 2001). Istilah kedua, eustress, mewakili pengalaman stress yang positif dan menguntungkan bagi diri kita. Eustress muncul dalam beraneka bentuk, mulai



dari meningkatkan kewaspadaan, performa, hingga daya pikir seseorang. Eustress dapat memberi daya kepada diri kita untuk berusaha lebih maksimal, lebih semangat, bahkan menjadi lebih kreatif. Distress yang Merambah Dunia Perkuliahan Perkuliahan pada dunia modern sekarang ini, bukan lagi hanya sekadar datang ke kampus, menghadiri kelas, ikut serta dalam ujian, dan kemudian lulus. Tidak. Tidak sesederhana itu. Hal ini dapat kita analogikan dengan proses evolusi yang membuat spesies-spesies mahluk hidup semakin kompleks, demikian juga dunia perkuliahan dewasa ini. Begitu banyak aktivitas yang terlibat dalam kegiatan kuliah. Bergaul, having fun dengan teman atau pacar, mengembangkan bakat dan minat melalui kegiatan-kegiatan non-akademis, hingga bekerja untuk menambah uang saku. Pola hidup yang kompleks ini seringkali menjadi beban tambahan disamping tekanan dalam kuliah yang sudah begitu melelahkan. Masalah di luar perkuliahan mau tak mau harus diakui turut mempengaruhi, baik dari segimood, konsentrasi, maupun prestasi akademik. Apalagi grafik usia yang menunjukkan bahwa para mahasiswa umumnya berada dalam tahap remaja (adolescence) hingga dewasa muda (early adulthood) (Santrock, 2006). Seseorang pada rentang usia ini masih labil dalam hal kepribadiannya, sehingga dalam menghadapi masalah, mahasiswa cenderung terlihat kurang berpengalaman. Masalah-masalah tersebut, baik dalam hal perkuliahan maupun kehidupan di luar kampus, dapat menjadi distressyang mengancam. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ketika ada stressor yang datang, maka tubuh akan meresponnya. Supaya kita tidak salah mengerti respon ini, maka pertama-tama kita perlu memahami dulu stressor-stressor apa saja yang mungkin muncul dalam kehidupan mahasiswa. Kenali Mereka, Para Stressor yang Siap Mengancam Stressor memiliki beragam bentuk, dan pada tiap-tiap lingkungan hidup serta aktivitas manusia, stressor memiliki bentuk-bentuknya tersendiri. Secara garis besar, dalam dunia perkuliahan sendiri dikenal tiga kelompok stressor, yaitu stressor dari area personal dan sosial, stressor dari gaya hidup dan budaya, serta stressor yang datang dari faktor akademis kuliah itu sendiri (Rice, 1999). Ketiga stressor ini sangat beragam pengaruhnya pada masing-masing individu. Stressor Personal dan Sosial 1.



Kesepian (Loneliness)



Kesepian adalah perasaan tak nyaman atau menyakitkan yang bersumber dari kurangnya relasi sosial (dalam Rice, 1999). Kesepian seringkali dialami oleh mahasiswa dalam masa perkuliahan. Masa-masa awal perkuliahan dimana seorang mahasiswa belum mengenal teman-temannya, perubahan kelas, ataupun gangguan hubungan pertemanan yang mengakibatkan seseorang dikucilkan dan ditinggalkan sahabatnya adalah contoh-contoh peristiwa yang dapat mengakibatkan perasaan kesepian muncul. Bagi kaum muda-mudi, kesepian seringkali berarti akhir dari segalanya. Saat ada masalah, tidak ada yang bisa diajak bicara. Sedangkan, orangtua seringkali malah tidak bisa menolong karena perbedaan usia dan generasi tak jarang menyebabkan perbedaan pola pikir. Hidup terasa begitu sulit dan hampa. Akibatnya, timbul rasa malas melakukan kegiatan, frustasi, rendah diri, depresi, tekanan darah meningkat, atau bahkan terjerumus ke dalam “lingkaran setan” narkotika.



1.



Hubungan atau Relasi



Relasi dengan orang lain, baik dengan teman kuliah atau bukan, juga memiliki pengaruh yang besar bagi mahasiswa. Gangguan pada aspek tersebut dapat berubah menjadi stressor, yang seringkali berkaitan dengan perasaan sendiri atau kesepian. 1.



3.



Time Disaster



Kebiasaan hidup dengan tergesa-gesa merupakan “bibit-bibit” awal penyebab distress muncul. Time managementyang buruk membuat seorang mahasiswa seringkali terjebak macet di jalan, terlambat mengikuti kuliah, tidak mengumpulkan tugas pada waktunya, hingga sulit memiliki waktu belajar akibat aktivitas harian yang tak direncanakan. Stressor Gaya Hidup dan Budaya 1.



Hambatan Keuangan



Kuliah tidak lagi sekadar belajar di kampus. Menjalani aktivitas kuliah berarti terlibat dengan lingkungan sosial di tempat kuliah. Hidup bersama mahasiswa-mahasiswa lain dan menjalani aktivitas baru yang berbeda dengan rutinitas pendidikan di jenjang sebelumnya. Sehingga, keuangan tidak hanya diperlukan untuk biaya akademis, namun juga untuk mendanai gaya hidup yang baru. Pergi ke mal tentu tidak cukup hanya melihat-lihat setiap saat. Atau selalu menunggu untuk meminjam keping DVD dari teman ketimbang pergi menonton film di bioskop bersama sahabat atau kekasih. Kegiatan-kegiatan seperti contoh di atas bukan lagi menjadi kebutuhan tertier yang bercorak mewah, namun sudah menjadi kebutuhan primer bagi kawula muda di zaman modern ini. Sehingga, mahasiswa seringkali dibuat pusing dan terganggu pikirannya akibat biaya kuliah yang telah begitu membebani orangtua, sementara itu, uang saku yang ada tidak jarang tertinggal jauh dibanding harga tiket bioskop, makanan cepat saji, atau T-Shirt keluaran terbaru dicounter-counter mal. Pikiran tak lagi bisa fokus pada kuliah, melainkan terganggu oleh segala keinginan yang tak tercapai akibat segi finansial kurang mencukupi. 1.



Akulturasi dan Isu Ras



Akulturasi menyatakan perubahan dari nilai-nilai kepribadian dan sikap yang diakibatkan bertemunya suatu budaya dengan budaya lain (Rice, 1999). Di era globalisasi ini, kampus seringkali menjadi tempat berkumpulnya mahasiswa dari berbagai tempat, baik itu dalam suatu negara maupun lintas negara (cross-country). Fenomena ini dapat menjadi masalah sendiri bagi mahasiswa. Kelompok mahasiswa minoritas seringkali merasa tersisih dan diabaikan oleh mahassiswa dari golongan mayoritas. Sehingga, muncul perasaan diasingkan, kesepian, tak percaya diri, dan minder. Jika dibiarkan berlarut-larut, akan mengganggu kegiatan akademik dan perkembangan kepribadian mahasiswa yang bersangkutan. Faktor Akademis Sebagai Stressor 1.



1.



Test Anxiety



Banyak mahasiswa merasa begitu gugup ketika akan menghadapi ujian. Perasaan cemas, was-was ditambah dengan perut yang tiba-tiba sakit, keringat dingin keluar tanpa sebab yang jelas, serta gemetaran menjadi gejalagejala umum dari “demam ujian” ini. Banyak faktor yang melatarbelakangi hal tersebut. Mulai dari persiapan untuk ujian yang tidak matang, kurang percaya diri, atau tuntutan; baik dari diri sendiri atau orang-orang terdekat; untuk memperoleh nilai dan prestasi yang tinggi. Akibatnya, hasil ujian seringkali tidak memuaskan. Hal ini akan memberi beban stress lebih kepada mahasiswa yang mengalaminya. Tekanan sebelum ujian berlangsung ditambah lagi dengan tekanan akibat hasil yang tak sesuai harapan. 1.



Overload, Beban yang Berlebihan



Tuntutan akademis kuliah di masa sekarang tidak jarang begitu berat dan sangat menyengsarakan mahasiswa. Mahasiswa merasa dituntut untuk meraih pencapaian (achievement) yang telah ditentukan, baik oleh pihak fakultas atau universitas maupun dari mahasiswa itu sendiri. Tuntutan ini dapat memberi tekanan yang melampaui batas kemampuan si mahasiswa itu sendiri. Ketika hal ini terjadi, maka overload tersebut akan “mengundang” distress, dalam bentuk kelelahan fisik atau mental, daya tahan tubuh menurun, dan emosi yang mudah “meledak-ledak.” Setelah Mengenali Ancamannya, Kini Ketahui Cara Penanganannya Penjelasan di atas telah memaparkan mengenai berbagai stressor yang seringkali muncul dalam kehidupan mahasiswa di dunia perkuliahan. Sekarang, akan dijelaskan dengan gamblang cara-cara untuk menangani para “penyerang” tersebut. Coping stress strategies adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan cara-cara penanggulangan stressor yang datang. Folkman dan Lazarus (1980) mendefinisikan coping sebagai usaha-usaha dari aspek pikiran dan sikap (behavior) untuk menguasai, mengurangi, atau menetralkan tuntutan. Coping sendiri seringkali bertujuan untuk menyelaraskan antara demand sebagai stressor dengan diri seseorang yang mengalaminya (dalam Rice, 1999). Lazarus menyatakan bahwa ada dua kategori dari strategi coping; yaitu untuk menyelesaikan demand atau tuntutan sebagai stressor yang terjadi (problem focused), atau untuk menangani gangguan emosional yang terjadi akibat kemunculan tuntutan tersebut (emotional focused) (dalam Cooper, 2001). Berikut akan diuraikan beberapa strategi coping untuk menangani stressor-stressor yang muncul dalam kehidupan perkuliahan. Beberapa dari strategi coping ini bersifat problem focused, sedang yang lain lebih berorientasi kepadaemotional focused. 1.



buka diri anda terhadap lingkungan sosial



Jangan pernah merasa minder, rendah diri, atau diasingkan. Yakinlah, bahwa tiap pribadi begitu unik. Termasuk juga anda. Jadi, semangatlah menghadapi hari-hari dalam kuliah sebagai mahasiswa. Sapa tiap orang yang anda kenal jika bertemu dengan mereka, mulai dari teman sekelas, dosen, sahabat lain dalam satu fakultas yang sama juga fakultas lain, hingga petugas parkir atau kebersihan di kampus. Libatkan diri anda dalam obrolan kecil bersama teman-teman. Sehingga, anda akan diingat oleh orang-orang sekitar anda, dan tentunya image positif pun terpancar dengan baik. 1.



lakukan berbagai aktivitas yang memberi pengaruh positif.



Melibatkan diri dalam kesibukan di luar kuliah akan menjadi obat ampuh untuk memanage distress menjadieustress. Bergabung dalam klub-klub kegiatan yang ada di kampus memberi banyak keuntungan. Bakat semakin terasah, dan pikiran pun tidak lagi disibukkan oleh berbagai kekhawatiran. Dan yang pasti, relasi sosial akan semakin berkembang. 1.



kuncinya; saving money and time management



selalu sisihkan uang anda secara teratur dan bijaksana. Selain terhindar dari pemborosan yang tak perlu, menabung berarti terhindar dari menciptakan masalah sendiri. Anda tak perlu stress ketika ada kebutuhan yang mendesak untuk dipenuhi, sebab ada tabungan yang dapat digunakan di saat-saat genting. Menurut Jack Ferner (1980), time management berarti menggunakan sumber daya, termasuk waktu, secara efisien, sehingga kita dapat mencapai tujuan pribadi kita sendiri (dalam Rice, 1999). Perlakukan waktu seperti layaknya harta langka, gunakan sebijaksana mungkin. Membuat jadwal harian akan membuat hidup lebih teratur. Dan yang pasti,stress akibat terlambat datang ke kampus, bangun kesiangan, atau tidak punya waktu istirahat akan terhindarkan. Lebih baik lagi bila kita bisa membuat rencana jangka panjang. Misalnya untuk waktu kuliah yang diperlukan.Planning seperti ini akan membuat hidup lebih terarah dan terencana. Sehingga, kita akan siap menghadapi berbagai kemungkinan yang terjadi nantinya. 1.



berlatih dan belajar



ketahui kelemahan diri anda, kemudian perbaikilah. Jika merasa kurang dalam mata kuliah tertentu, belajar dengan porsi lebih bisa menjadi solusi jitu mendongkrak nilai. Gugup tiap kali harus presentasi atau berbicara di depan banyak orang? Berlatihlah membentuk rasa percaya diri dengan banyak melakukan presentasi serta berbicara saat terlibat obrolan dengan orang lain. Intinya, kuasai diri sendiri dan terus berusaha menjadi lebih baik. 1.



kendalikan emosi



dalam dunia Psikologi, dikenal adanya istilah kepribadian tipe A. Orang dengan jenis kepribadian ini cenderung agresif, kompetitif, tegang, ceroboh, dan merasa “dikejar-kejar” waktu (Rice, 1999). Jika anda memiliki karakterkarakter demikian, mulailah untuk hidup tenang. Aturlah hidup anda sedemikian rupa sehingga emosi anda menjadi lebih stabil. Jangan anggap kuliah sebagai beban, tetapi jadikan itu sebagai pengalaman hidup berharga yang menyenangkan bagi anda. 1.



jangan ragu meminta tolong



Manusia adalah mahluk sosial. Kita tidak dilahirkan untuk bisa menangani segala hal dalam hidup kita sendirian. Jadi, ketika segala masalah sudah begitu menumpuk, tak perlu malu meminta bantuan pada orang-orang terdekat. Mintalah saran dan pertolongan dari teman untuk memecahkan masalah kuliah anda. Jangan pendam sendiri segala keluh kesah yang menghampiri anda. Bercerita tentang kesulitan-kesuliatan yang sedang dialami seringkali menjadi alternatif yang baik untuk membuat perasaan menjadi lebih nyaman dan beban pikiran berkurang. 1.



alihkan pandangan dari rutinitas



Erik Erikson, seorang tokoh Psikologi, mengenalkan istilah psychosocial moratorium. Istilah ini merujuk pada kegiatan seseorang untuk mencari “kesegaran” baru dari segala masalah dan rutinitas (Schultz, 1976). Seperti beristirahat, berlibur, atau sekadar berjalan-jalan santai.



Jika segala coping stress telah dicoba namun hasilnya tak kunjung datang, mungkin masalahnya bukan padacoping, tapi diri anda yang lelah (exhausted) dan jenuh menghadapi segala rutinitas, masalah, dan tekanan dalam kuliah yang datang bertubi-tubi. Jadi, mulailah mencari penyegaran, agar diri anda lebih fresh dan siap menghadapi aktivitas kuliah dengan maksimal. Stress Management Berarti Tiga Hal: Memahami Stress Dengan Benar, Mengenal Stressor yang “Mengintai,” dan Melakukan Coping Strategies yang Tepat Setelah mengetahui banyak hal tentang stress dan cara-cara penanganannya, hal terakhir yang harus dilakukan adalah menerapkannya dalam kehidupan nyata di lingkungan kuliah sebagai mahasiswa. Tak ada coping strategiesyang mutlak dilakukan. Semuanya bervariasi, tergantung dari masing-masing individu. Sebab, sebuah coping yang efektif adalah coping yang sesuai dengan keadaan dan memberikan keuntungan maksimal kepada orang (dalam hal ini khususnya mahasiswa) yang melakukannya (Cooper, Cary L., Dewe, Philip J., & O‟Driscoll, Michael P, 2001). Satu hal yang perlu diingat adalah untuk mengubah pandangan lama yang menyatakan stress harus dihilangkan. Hans Selye dalam teori General Adaptation Syndrome (GAS) mengungkapkan bahwa stressor adalah faktor yang mengganggu keseimbangan tubuh (equilibrium). Penanganan yang tepat terhadap stressor akan menjadikan stresssebagai sarana untuk mengoptimalkan diri kita. Jadi, jangan berusaha menghilangkan stress, namun tangani stresssecara tepat dan jadilah mahasiswa produktif dan sukses. Oleh: P. A. Martinus Leonardo



1



Menjadi Mahasiswa Yang Sukses dan Bahagia Posted by webmaster on May 7, 2012



Barangkali sebagian dari Anda, para pembaca tulisan saya ini, adalah seorang mahasiswa. atau barangkali Anda pernah menjadi seorang mahasiswa, atau mungkin Anda sedang dalam proses menjadi mahasiswa, atau bisa jadi Anda pernah bercita-cita menjadi seorang mahasiswa. Siapapun Anda, saya harap saat ini Anda sedang membayangkan seperti apa seorang mahasiswa itu. Apakah seseorang yang selalu membawa buku-buku super tebal dan berat (entah itu untuk dibaca atau sekadar menjadi bantalan untuk tidur di kelas), apakah seseorang yang memakai kaos gombrong dengan celana jeans belel, membawa tas sandang, dan terkantuk-kantuk di dalam angkutan umum, atau apakah seseorang yang duduk di sebuah kedai kopi suatu pusat perbelanjaan dengan laptop terbuka di hadapannya dan menatap layar laptop itu dengan seriusnya. Apapun gambaran yang sedang Anda bayangkan sekarang ini saya yakin mungkin hanya menggambarkan sedikit saja mengenai siapakah mahasiswa itu.



Tidak jadi masalah, karena untuk itulah saya membuat tulisan ini. Agar Anda semua bisa masuk ke dalam kehidupan seorang mahasiswa melalui imajinasi yang Anda ciptakan sendiri selagi membaca sepotong-dua potong tulisan ini. Mahasiswa tidak pernah terlihat stres? Bagi sebagian dari Anda yang sekarang tidak sedang menjalani profesi sebagai mahasiswa, atau belum pernah merasakan sensasi menjadi seorang mahasiswa, mungkin Anda sekalian akan mengasumsikan bahwa mahasiswa itu santai, bebas, penuh tawa, dan memiliki banyak waktu luang. Kata siapa? Kalau hanya beberapa kata sifat di atas yang pernah Anda temukan dari seorang mahasiswa, Anda patut curiga. Mungkin ia hanya seorang mahasiswa gadungan? Atau ia hanya seorang pengangguran yang berkostum seperti mahasiswa? Atau ia adalah seorang mahasiswa yang sedang mencoba melarikan diri dari kejamnya dunia perkuliahan? Semoga saja alasan terakhir yang benar, sehingga saya pinya kesempatan untuk melanjutkan tulisan ini. Untuk meluruskan berbagai pandangan yang mungkin saja salah, saya ingin membeberkan sebuah fakta tentang seorang mahasiswa, yaitu seorang mahasiswa (yang tulen tentunya) pasti pernah mengalami stres meskipun intensitasnya bisa berbeda-beda satu sama lain. Sebelum mencari tahu apa saja yang membuat mahasiswa stres, mari kita terlebih dahulu mengetahui apa itu stres. “…as an internal state which can be caused by physical demands on the body (disease conditions, exercise, extremes of temperature, and the like) or by environmental and social situations which are evaluated as potentially harmful, uncontrollable, or exceeding our resources for coping” (Morgan & King, 1986: 321) Jadi, stres menurut Morgan & King adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik (badan), atau lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol, serta membutuhkan usaha untuk mengatasinya. Apa saja yang menyebabkan mahasiswa stres? Satu jawaban yang sangat sederhana adalah banyak.Tapi tentu saja sangat tidak menyenangkan jika saya hanya memberikan jawaban seperti itu, hanya membuang-buang waktu Anda saja. Karena itu saya akan coba menguraikan sebanyak mungkin sumber stres atau yang biasa disebut stressor seorang mahasiswa. Sekadar informasi tambahan sebagai penjelas, mahasiswa yang saya bahas di sini adalah mahasiswa pada umumnya, bukan secara khusus orang-perorangan. Beberapa sumber stres pada mahasiswa dalam bidang akademik : 1. Tugas Hal atas tidak akan pernah bisa dihindari oleh setiap mahasiswa. Tugas bervariasi di setiap matakuliah, baik itu tugas individu maupun tugas kelompok. Untuk individu yang lebih suka bekerja sendirian tentu saja akan sangat tertekan dengan adanya tugas kelompok. Sedangkan bagi mahasiswa yang selalu menggantungkan harapan dan nilainya pada orang lain, kerja kelompok tentu akan menjadi efektif dan sebaliknya, tugas individu akan terasa memberatkan. Tidak jarang pula ada tugas yang mengharuskan mahasiswa terjun langsung ke lapangan, berbaur dengan



masyarakat, atau mengunjungi instansi-instansi yang berhubungan. Hal ini tentunya bisa menimbulkan stres baru terutama bagi mahasiswa yang baru pertama kali terjun langsung ke masyarakat. Dari semua itu, sumber stres yang paling mencekam adalah menjelang deadline (batas akhir pengumpulan tugas). Jika tugas sudah rampung jauh-jauh hari sebelum deadline maka tidak ada stres yang ditimbulkan. Tapi jika sebaliknya yang terjadi, 1 hari menjelang deadline masih banyak yang harus dikerjakan, inilah yang menjadi sumber stres mahasiswa yang bersangkutan. Cara satu-satunya adalah menyelesaikan semuanya dalam semalam, sehingga waktu tidur pun akhirnya dikorbankan, yang kemudian memunculkan stres baru (misalnya setelah bergadang malah masuk angin, pusing, dsb). 2. Kuis Kuis adalah semacam tes kecil atau kalau pada masa sekolah dulu disebut sebagai ulangan. Bagi beberapa kelompok mahasiswa, barangkali kuis tidak memicu munculnya stres, karena bisa jadi inteligensinya yang di atas rata-rata, atau sangat di bawah rata-rata sehingga tidak tahu apa yang harus dilakukan. Tapi bagi kelompok mahasiswa lainnya, yang membuat stres menjelang kuis adalah bisa jadi karena materi yang harus dipelajari sangat banyak dengan waktu yang sangat terbatas, sehingga dikeluarkanlah jurus SKS (sistem kebut semalam), hampir sama dengan mengerjakan tugas menjelang deadline. Efek dari kurang tidur adalah mengantuk keesokan harinya, kepala pusing, dan tidak bisa mengingat dengan baik apa yang dipelajari semalam. Hal ini tentu akan memunculkan stres yang baru, karena tidak dapat mengerjakan kuis dengan baik. 3. Ujian Ujian terbagi menjadi 2 (untuk yang menggunakan sistem semester), yaitu ujian tengah semester dan ujian akhir semester. Yang disebut terakhir ini biasanya menimbulkan stres lebih besar. Karena bobot nilai dari ujian akhir biasanya juga mendominasi. Stres yang dirasakan mahasiswa dari jauh-jauh hari sebelum ujian karena ia belajar dengan menyicil tentu akan lebih kecil daripada stres yang dialami mahasiswa yang belajar 1 hari sebelum ujian. Materi ujian yang sulit dimengerti dan tidak memiliki bayangan soal ujian juga merupakan stressor mahasiswa. 4. Tidak lulus matakuliah Stressor kali ini bisa bermacam-macam penyebabnya. Bisa karena mahasiswa memang tidak mampu menguasai matakuliah tersebut, bisa karena ketidaksamaan pola pikir antara mahasiswa dengan dosen, bisa juga karena cekal (tidak masuk kuliah melebihi batas kesempatan absen). Apapun penyebabnya, tidak lulus matakuliah membuat mahasiswa menjadi stres karena mereka harus mengulang lagi matakuliah tersebut, meminta uang tambahan pada orang tua atau wali, dan mengulang matakuliah tersebut bersama dengan adik angkatan. 5. Sidang Sidang adalah penentu kelulusan seorang mahasiswa. Ini adalah rintangan terakhir mahasiswa setelah menyelesaikan skripsi. Tentu saja tekanan yang ditimbulkan menjelang sidang lebih besar dibanding saat menghadapi ujian-ujian biasa, karena jika seorang mahasiswa tidak lolos dari sidang, berarti ia harus mengulang sidang itu lagi. Sedangkan beberapa sumber stres non akademik mahasiswa adalah :



1. Waktu perjalanan Tidak sedikit mahasiswa yang tempat tinggalnya sangat berjauhan dengan tempat kuliahnya, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk perjalanan juga tidak singkat. Belum lagi kalau ditunjang jalanan macet, bangun kesiangan, dsb, maka lengkaplah stress seorang mahasiswa hanya karena transportasi. Saat tiba di kampus, sang mahasiswa sudah kelelahan menempuh perjalanan yang begitu panjang sehingga tidak bisa mengikuti kuliah dengan baik karena mengantuk. 2. Partisipasi dalam organisasi/kepanitiaan Banyak mahasiswa yang aktif dalam organisasi atau kepanitiaan di tempat kuliahnya dengan berbagai motivasi. Tapi tanpa disadarinya sebenarnya keaktifan tersebut bisa menjadi pemicu munculnya stress apabila karena keaktifan tersebut mahasiswa jadi tidak bisa mengikuti perkuliahan di kelas dengan maksimal. Rapat, pertemuan, atau acara yang diselenggarakan kepanitiaan maupun organisasi tidak jarang mengharuskan mahasiswa mengorbankan tatap muka di kelas dengan dosen. Apalagi jika seorang mahasiswa yang menjabat sebai ketua suatu organisasi atau kepanitiaan, tentu stres yang dialaminya akan lebih berat, karena ia memikul tanggung jawab terbesar. 3. Lingkungan pergaulan Sebuah pertemanan tidak lepas dari perselisihan atau pertengkaran. Saya yakin, siapapun yang sedang bertengkar dengan temannya pasti akan merasakan suasana hatinya tidak baik. Bukan tidak mungkin hal ini menjadi stressorseorang mahasiswa, dan bukan tidak mungkin pula hal ini berimbas pada prestasi akademik mahasiswa yang bersangkutan, sehingga malah akan menimbulkan stres yang baru. Seperti apa tanda-tanda stres mahasiswa? Tanda-tanda stress yang dimaksudkan di sini adalah reaksi fisik maupun non-fisik yang muncul ketika mengalami stres. Tanda-tanda stres ini juga tidak dikhususkan hanya terjadi pada mahasiswa saja, semua orang bisa jadi pernah mengalaminya ketika berada dalam situasi yang memicu stres. Pernah bertemu dengan mahasiswa yang tangannya sangat berkeringat sebelum memasuki ruang sidang? Ini adalah salah satu contoh reaksi fisk karena stres menghadapi sidang. Bagaimana dengan reaksi seperti muka menjadi pucat dan tangan menjadi dingin? Menurut Girdano (2005:53), hal ini disebabkan karena pada saat tertekan atau stres pembuluh darah-pembuluh darah kecil di bawah kulit hanya mengalirkan sedikit darah sehingga kulit menjadi pucat dan suhu kulit juga menurun. Reaksi fisik lainnya bisa berupa meningkatnya detak jantung alias deg-degan. Biasanya ini terjadi saat pembacaan nilai oleh dosen atau saat ujian lisan. Sakit kepala juga banyak dialami mahasiswa saat menghadapi banyak tugas. Terlalu banyak yang harus dikerjakan pada saat bersamaan membuat mahasiswa tertekan, yang menyebabkan peredaran darah ke otak menjadi tidak lancar, sehingga terjadilah sakit kepala. Selain itu ada juga yang mengalami peningkatan frekuensi ke kamar mandi, baik untuk buang air kecil maupun air besar, gangguan tidur, kekebalan tubuh menurun sehingga mudah terserang penyakit. Sedangkan untuk reaksi psikologis melibatkan reaksi emosional dan reaksi kognitif. Gejala-gejala dari reaksi emosional seperti jadi mudah tersinggung, perubahan pola makan (bisa jadi tidak nafsu makan atau bisa jadi tambah nafsu makan), menarik diri, menurunnya kepercayaan diri (karena tertekan jadi merasa tidak akan bisa menyelesaikan tugas). Gejala-gejala dari reaksi kognitif seperti menurunnya konsentrasi dan perhatian (contohnya



saat dosen mengumumkan tugas, mahasiswa yang sudah terlebih dahulu stres dan bingung jadi tidak fokus lagi pada apa yang dikatakan dosen selanjutnya), pikiran jadi buntu (sering terjadi di saat-saat terakhir mengerjakan tugas dan ujian, karena saking stresnya). Masih ada 1 lagi reaksi yaitu reaksi perilaku, yang gejalanya seperti meningkatnya penggunaan rokok, alkohol, dan obat-obatan, tingkah laku yang ceroboh dan terkadang membahayakan diri sendiri, dan yang paling ekstrim adalah keinginan untuk bunuh diri. Bagaimana cara menghadapi stres yang dialami mahasiswa? Melihat dari berbagai reaksi stress di atas, ada sebagian yang sangat berbahaya apabila dibiarkan. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mengetahui dan menerapkan strategi menghadapi stres. Janganlah selalu melarikan diri dari sumber stres, karena tindakan seperti itu tidak akan menurunkan stres, malah akan memperbesar tekanan dan membuat tekanan yang baru lagi. Hadapilah secara efektif dan optimalkan stres. Hal ini dikenal dengan sebutanstress management, yaitu kemampuan penggunaan sumber daya (manusia) secara efektif untuk mengatasi gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang muncul karena tanggapan terhadap stres. Tujuan dari manajemen stres itu sendiri adalah untuk memperbaiki kualitas hidup individu agar menjadi lebih baik. Manajemen stres di sini tidak hanya bisa diterapkan pada mahasiswa saja tapi juga bisa untuk semua orang. Goliszek (2005) menyatakan bahwa usaha untuk memecahkan stres sehingga kualitas hidup menjadi lebih baik dengan cara : 1.



Mempelajari apa itu stres.



2.



Mengenali gejala stres yang terjadi dalam diri.



3.



Mengubah pola perilaku.



4.



Memanfaatkan teknik manajemen stres sederhana dengan menerapkan perubahan dalam kehidupan seharihari.



Kita sudah mengetahui apa itu stres, kita juga sudah mengetahui gejala stres, sekarang kita harus mengubah pola perilaku. Bagaimana caranya mengubah perilaku? Kita bisa mulai dari penyebab stres. Jika yang menyebabkan stres adalah karena selalu mengerjakan tugas atau belajar untuk ujian sehari sebelumnya, sekarang mulai dibiasakan menyicil dari jauh-jauh hari. Lebih baik mengerjakan atau belajar sedikitsedikit setiap hari daripada sekaligus dalam 1 hari. Jika mendapat kesulitan pada matakuliah-matakuliah tertentu jangan sungkan untuk bertanya dan minta diajarkan kepada teman yang lebih menguasai. Jika bermasalah pada perjalanan pulang-pergi ke tempat kuliah, bisa mencari alternatif lain seperti tinggal di tempat kos yang dekat dengan kampus, sehingga tidak banyak waktu dan tenaga terbuang untuk perjalanan pulang-pergi. Untuk masalah kepanitiaan atau organisasi, hendaknya mahasiswa pintar-pintar mengatur waktu. Jika dirasa tidak memungkinkan bergabung dalam suatu organisasi atau kepanitiaan, jangan memaksakan diri, masih ada kesempatan lain di saat beban matakuliah yang diambil sedang tidak padat misalnya. Mengenai pergaulan, jangan sampai dampak negatifnya berimbas pada kuliah. Karena itu harus dibiasakan untuk saling terbuka dan saling menghargai dalam pergaulan. Dalam gejala-gejala stres juga ada yang harus diubah, terutama gejala yang negatif, seperti meningkatnya penggunaan rokok, alkohol, dan obat-obatan. Jangan pernah melarikan diri dari stres ke hal-hal seperti itu, karena justru bisa menimbulkan stres yang baru di kemudian hari. Lebih baik berolahraga dan melakukan kegiatan-kegiatan positif lainnya yang menyenangkan hati, karena di saat hati senang kita bisa berpikir dengan lebih jernih dan terbuka. Bunuh diri memang menghentikan segalanya, termasuk kehidupan kita. Tapi apakah tidak ada jalan lain lagi sehingga harus melakukan perbuatan seperti itu? Saya secara pribadi menganjurkan agar kita semua memiliki



seseorang yang bisa dipercaya untuk mendengarkan isi hati kita. Jangan malu untuk bercerita, karena efek dari bercerita itu besar sekali untuk meringankan stres. Langkah terakhir adalah menerapkan perubahan perilaku tersebut dalam kehidupan sehari-hari Anda secara konsisten, sehingga Anda tidak perlu kembali lagi ke perilaku terdahulu yang negatif. Menjadi mahasiswa yang sukses dan bahagia Terjawablah sudah judul tulisan yang pertama kali Anda lihat saat memulai membaca tulisan ini. Bagaimana menjadi mahasiswa yang sukses dan bahagia? Tentu tidak tanpa stres. Stres itu positif saat stres itu bisa mendorong kita untuk beradaptasi dan meningkatkan kemampuan kita dalam menghadapi stres, tapi stres juga bisa menjadi negatif jika mengganggu sistem tubuh kita, menimbulkan maslah kesehatan atau perilaku, dan justru menurunkan kemampuan kita menghadapi stres. Hilangkan stres negatif dan tingkatkan stres positif di manastressor menurun dan kemampuan kita untuk menghadapi stres meningkat. Inilah yang dinamakan mengoptimalkanstres. Jangan ragu untuk mengubah perilaku yang masih negatif dan melakukan refleksi diri, karena di situlah kunci terakhir untuk menjadi mahasiswa yang sukses dan bahagia. Selamat mencoba. Oleh: Vera Ignatia Prawono



Kisah Pensil dan Penghapus Posted by webmaster on April 26, 2012



Pensil: Maafkan aku ya! Penghapus: Untuk apa? Kamu tidak melakukan sesuatu yang salah! Pensil: Maaf karena Kamu terluka karena aku. Setiap kali aku melakukan kesalahan, Kamu selalu ada untuk menghapusnya.Tetapi karena Kamu selalu menhapus kesalahan-kesalahanku, Kamu semakin kehilangan bagian dari diri Kamu sendiri. Kamu menjadi lebih kecil dan semakin kecil setiap kali. Penghapus: Itu benar. Tapi aku tidak keberatan melakukannya. Kamu lihat, aku memang dibuat untuk melakukan hal ini. Aku diciptakan untuk membantu Kamu setiap kali Kamu melakukan sesuatu yang salah. Meskipun suatu hari nanti, aku tahu aku tidak akan ada lagi dan Kamu akan menggantikan aku dengan yang baru, namun aku benar-



benar senang dengan apa yang telah kulakukan. Jadi tolong, berhentilah untuk khawatir. Aku benci melihat Kamu bersedih. Orang tua adalah seperti penghapus sedangkan anak-anak mereka adalah seperti sebuah pensil. Orang tua akan selalu ada untuk anak-anak mereka untuk membersihkan segala kesalahan mereka. Namun kadang-kadang disepanjang perjalanan, mereka merasakan sakit, dan menjadi semakin bertambah tua, dan pada akhirnya kembali kepada Sang Pencipta. Meskipun pada suatu saat anak-anak mereka akhirnya akan menemukan seseorang yang baru sebagai pengganti mereka (pasangan hidup mereka),tetapi orangtua tidak akan pernah menyesal dengan apa yang telah mereka lakukan untuk anak-anak mereka, dan akan selalu benci bila melihat orang-orang yang mereka sayangi ini merasa khawatir, atau bersedih.



Just Face It! Posted by webmaster on April 25, 2012



Mengalami stres adalah sesuatu yang wajar dalam hidup manusia. Namun tidak semua orang mampu mengatasi stres mereka dengan baik. Bahkan tidak jarang masih ada orang yang salah pengertian mengenai stres kemudian melakukan hal-hal yang salah untuk mengusir stres. Berikut ini Anda dapat melihat pemahaman lebih lanjut mengenai stres sehingga Anda dapat mengatasi stres Anda dengan benar. Apakah stres itu? Walaupun stres adalah kata yang sudah tidak asing di telinga kita, namun ternyata tidak banyak yang memahami stres dengan benar. „Bapak‟ Stres, Hans Selye (dalam Rice, 1992) , mengatakan bahwa stres adalah reaksi Anda mengenai segala hal yang mengganggu keseimbangan hidup Anda. Ia mendefinisikan stres menjadi dua jenis yaitu stres positif (eustress) dan stres negatif (distress). Stres positif adalah stres yang mendorong manusia untuk beradaptasi dengan lingkungan dan mempercepat proses pemecahan masalah. Stres yang positif dapat Anda rasakan menjelang saat-saat penting kehidupan Anda. Mempersiapkan pernikahan terkadang merupakan saat-saat yang penuh ketegangan, namun setelah semua proses itu berakhir, Anda dapat menikmati hasilnya dengan gembira. Bagi mahasiswa yang sedang menyusun skripsi, proses penulisan skripsi memang berat, namun ada dorongan yang menyenangkan untuk menyelesaikannya tepat waktu. Dorongan-dorongan inilah stres positif. Sedangkan stres yang negatif atau distress adalah stres yang tidak dapat diatasi, membuat tubuh kelelahan dan dapat menghasilkan gangguan secara fisik maupun psikis. Orang-orang yang mengalami stres negatif ditandai



dengan perasaan cemas, takut atau khawatir. Stres semacam ini biasanya muncul karena Anda dihadapkan pada hal-hal yang tidak Anda sukai. Saat Anda menghadapi rangkaian pekerjaan tanpa waktu istirahat atau saat Anda menghadapi masalah dengan pasangan Anda, bisa jadi yang Anda rasakan adalah stres negatif. Seringkali orang hanya menggunakan istilah distress karena mereka tidak menyadari bahwa pendorong mereka untuk bertahan hidup sesungguhnya adalah stres juga. Mungkin sudah terbentuk pendapat masyarakat bahwa stres adalah sesuatu yang negatif, semoga pemahaman Hans Selye ini membantu Anda melebarkan pandangan itu. Bagaimana reaksi Anda terhadap stres? Setelah memahami pengertian stres, kenalilah tanda-tanda stres Anda. Girdano (2005) mengatakan ada empat tahap mengelola stres yaitu mengenali reaksi stres Anda, penyebab stres tersebut, apa yang Anda lakukan untuk mengatasi stres itu dan secara rutin melakukan ketiga hal tersebut dalam hidup Anda. Dengan menjadikan ketiga hal tersebut sebagai gaya hidup, maka Anda akan menjadi lebih peka terhadap stres yang Anda hadapi. Sehingga Anda dapat terhindar dari stres yang berdampak negatif pada tubuh Anda. Untuk mengenali reaksi stres Anda, ingat-ingatlah kejadian apapun yang Anda rasa membuat Anda stres. Tulislah semua yang Anda ingat, tidak perlu terburu-buru, inilah waktu untuk Anda mengenali diri Anda lebih dalam. Jika Anda rasa sudah cukup, lanjutkan membaca artikel ini dan di akhir nanti Anda dapat melihat apakah cara yang selama ini Anda gunakan sudah tepat atau belum. Jika kita kembali kepada reaksi stres Anda, maka menurut para ahli, inilah yang akan terjadi pada:



Tubuh Anda v Jantung berdebar-debar.v Telapak tangan berkeringat & terasa dingin.



Pikiran Anda v Pelupav Salah mengambil keputusan v Terlalu banyak berfantasi



v Otot-otot tegang. v Kreativitas berkurang v Sakit kepala. v Konsentrasi berkurang v Sulit buang air besar atau buang air kecil.



v Produktivitas berkurang



v Gemetar.



v Tidak mampu memperhatikan detail-detail.



v Gagap atau bicara terbata-bata.



v Berfokus pada masa lalu.



v Mual / muntah



v Kepercayaan diri menurun



v Gangguan tidur.



v Kehilangan makna hidup



v Tidak dapat menghirup nafas dalamdalam.



v Terlalu mengatur orang lain/butuh untuk diatur.



v Tenggorokan kering.



v Mengungkapkan hal-hal yang negatif.



v Gatal-gatal. v Insomnia Emosi Anda



Tingkah Laku Anda



v Mudah tersinggung dan marahv Depresi



v Banyak merokokv Perilaku agresif (seperti kebut-kebutan)



v Cemburu



v Meningkatnya penggunaan alkohol dan obat-obatan.



v Menghidar dari orang lain v Ceroboh v Cemas v Tidak mau makan v Kehilangan inisiatif v Terlalu banyak makan v Terlalu peka v Menjauh dari orang lain v Mudah menangis. v Mudah mengalami kecelakaan v Senang mengkritik. v Tertawa dengan gugup v Merendahkan diri sendiri v Mimpi buruk



v Melakukan sesuatu secara berulang-ulang dan cepat.



v Tidak sabar v Percaya diri menurun Semua reaksi ini wajar terjadi hanya PADA SAAT ANDA STRES! Jika reaksi ini terus berlanjut, berarti Anda telah mengalami kadar stres yang berlebihan dan Anda tidak mengatasinya dengan benar. Sebelum saya memberikan beberapa tips mudah untuk mengatasi stres, marilah kita cermati hal apa yang menyebabkan Anda stres. Seperti yang dikatakan Girdano di atas, setelah kita mengetahui bahwa kita sedang stres, selanjutnya adalah menyadari apa yang memicu stres tersebut Penyebab Stres (Stressors) Setiap individu memiliki pemicu stres yang berbeda-beda. Stres pada mahasiswa mungkin lebih berfokus pada masalah akademik. Sedangkan pada karyawan, stres mereka mungkin dipicu oleh rendahnya gaji yang mereka peroleh. Girdano(2005) menyatakan bahwa stressors dapat bersumber dari fisik, emosi, intelektual, sosial, kondisi



ekonomi dan spiritual. Namun dalam artikel ini, saya akan memfokuskan pada stressors yang umumnya dialami oleh semua orang yaitu stressors yang berhubungan dengan interaksi sosial manusia. Menurut Girdano (2005) ada lima masalah yang dapat memicu stres Anda, yaitu : 1.



Perubahan à Saat Anda masuk sekolah, masuk kuliah, pindah rumah atau mungkin putus cinta, ada sesuatu yang berubah dalam dinamika hidup Anda. Anda bertemu dengan teman-teman baru, rutinitas yang baru, lingkungan yang baru bahkan mungkin bahasa yang baru jika Anda pindah ke luar negeri. Hal-hal ini dapat memicu stres karena pada dasarnya segala perubahan akan menimbulkan sedikit perasaan tidak nyaman.



2.



Frustasi à Masalah-masalah seperti kepadatan penduduk, diskriminasi, faktor sosial ekonomi dan birokrasi dapat menyebabkan Anda stres. Menghadapi jalan raya yang penuh dengan kendaraan, pandangan rendah dari orang lain karena Anda berbeda dan masalah keuangan adalah contoh masalah yang dapat membuat Anda frustrasi kemudian stres.



3.



Overload à Overload adalah sebuah kondisi dimana Anda merasa terlalu banyak hal yang Anda hadapi. Ada empat macam overload yang mungkin saja Anda alami. Jika Anda seorang karyawan, maka banyaknya tugas dan tuntutan perusahaan dapat menjadi sumber overload Anda. Jika Anda pelajar, maka pekerjaan rumah dan ujian sangat berpotensi menyebabkan Anda overload. Jika Anda seorang ibu rumah tangga maka masalah anak dan pekerjaan rumah sangat mungkin menyebabkan Anda overload, terutama bagi ibu rumah tangga yang juga bekerja. Sebagai anggota masyarakat, Anda juga dapat menjadi overload akibat kemacetan yang tidak ada solusinya, sampah dan masalah-masalah sosial lainnya yang Anda hadapi sehari-hari.



4.



Kebosanan dan rasa kesepian à Dua hal ini jelas membuat Anda stres. Rasa bosan dan sepi sangat berbahaya bagi kesehatan jiwa Anda karena hidup Anda seharusnya berwarna dan dikelilingi oleh orang-orang yang Anda sayangi. Ketika Anda sudah merasakan kedua hal ini, waspadalah pada stres yang cukup sulit dihadapi.



5.



Gabungan antara keempat masalah di atas.



Kelima hal ini sebenarnya janganlah dianggap sebagai sebuah momok yang menakutkan. Asal Anda semua tahu cara yang benar untuk mengatasinya, maka masalah apapun yang menimpa diri Anda, Anda dapat tetap berdiri tegak dan mengatakan „ Aku bahagia „. Maka dari itu, marilah kita beralih ke cara-cara mudah untuk mengatasi stres Anda. Pertama-tama saya minta Anda semua membuang semua pikiran mengenai sulitnya mengatasi stres. Satu lagi, cara-cara di bawah ini adalah cara untuk mengatasi stres bukan untuk menghilangkan stres dalam hidup Anda. Karena sesungguhnya Anda sangatlah membutuhkan stres dalam hidup Anda. Girdano (2005) mengatakan bahwa stres adalah reaksi perlindungan diri dan pertahanan yang bertujuan untuk bertahan hidup. Tanpa stres yang cukup, Anda tidak mungkin dapat menjalankan hidup Anda dengan baik.



5 langkah mudah atasi stress 1. Meditasi 2. Makan sayur dan buah. 3. Olahraga. 4. Tertawa sepuasnya.



5. Lakukan hobi Anda.



Solusi untuk stres Anda! Saya memberikan lima pilihan langkah mudah yang dapat Anda semua lakukan, siapapun Anda dan dimanapun Anda berada: . Cara pertama yang saya anjurkan adalah bermeditasi karena meditasi telah terbukti ribuan tahun lamanya berkhasiat menenangkan pikiran dan membuat tubuh Anda relax. Meditasi tidaklah rumit, berikut ini ada beberapa panduan meditasi yang diajarkan oleh Dhammakaya International Meditation Center, sebuah pusat meditasi yang berpusat di Thailand. Pertama-tama, masuklah ke sebuah ruangan yang tenang kemudian duduklah di lantai atau di atas alas duduk yang membuat Anda nyaman. Ruangannya dapat dimanapun, yang penting cukup tenang bagi Anda agar konsentrasi Anda tidak mudah terpecah. Jika Anda ingin memasang musik instrumental atau aromatherapy, silahkan. Anda bebas melakukan apapun yang menambah kenyamanan Anda. Kemudian, posisikan tubuh Anda seperti ilustrasi di atas. Letakkan kaki kanan di atas kaki kiri kemudian letakkan tangan kanan di atas tangan kiri di pangkuan Anda. Sentuhkanlah jempol tangan kiri Anda dengan telunjuk kanan Anda. Jangan lupa untuk tersenyum saat Anda bermeditasi. Duduklah sesantai mungkin. Pejamkan mata Anda dan hirup nafas perlahan-lahan dan rasakan nafas itu memasuki seluruh tubuh Anda. Lakukan hal ini terus menerus hingga Anda merasa tenang. Lupakan sejenak mengenai masalah-masalah yang Anda hadapi, kekhawatiran apapun yang sedang Anda alami. Ini adalah waktu yang khusus bagi Anda. Pikirkan hanya ketenangan, pikirkan betapa bahagianya Anda saat ini. Pikirkan betapa Anda sangat kuat dan dapat melakukan segalanya dengan tenang. Ingatlah saat-saat bahagia Anda dan rasakan perasaan bahagia itu sekarang juga. Bayangkan bahwa di pusat tubuh Anda yaitu di dua jari di atas pusar, ada sebuah bola kristal yang sangat terang. Pancaran bola ini sangat terang hingga keluar dari tubuh Anda. Pancarkan ketenangan Anda ke lingkungan di sekitar Anda. Pancarkan kebahagiaan ke lingkungan di sekitar Anda. Jika Anda sudah merasa cukup, maka perlahan-lahan buka mata Anda. Jangan langsung melakukan pekerjaan Anda, nikmatilah dulu kenyamanan yang baru Anda rasakan. Lihatlah kondisi di sekeliling Anda kini telah berubah menjadi lebih menyenangkan dan tenang. Kini Anda dapat kembali beraktivitas dengan lebih baik dan maksimal. Cara yang kedua adalah makan sayur dan buah yang juga sudah terkenal baik untuk metabolisme tubuh. Hans Selye sebagai ‟Bapak‟ Stres selalu menekankan bahwa stres sesungguhnya muncul akibat ada ketidakseimbangan dalam tubuh manusia. Dengan memakan makanan yang segar dan sehat, metabolisme tubuh Anda akan berfungsi dengan baik dan dengan sendirinya akan melindungi Anda dari stres. Satu hal lagi yang patut Anda ketahui, saat Anda makan banyak fast food atau makanan-makanan manis, Anda sesungguhnya sedang menumpuk stres di dalam tubuh Anda. Makanan fast food dan makanan yang mengandung pengawet merupakan sumber penyakit dan



penyakit ini akan sangat membuat Anda stres. Jadi jika Anda ingin makan makanan ini, ingatlah porsinya dan imbangi dengan makanan yang bernutrisi dan berserat tinggi. Cara yang ketiga adalah berolahraga. Banyak ahli telah meneliti dampak olahraga bagi orang-orang yang memiliki gangguan kejiwaan seperti depresi dan hasilnya sungguh menggembirakan. Beberapa fakta mengenai dampak positif olahraga di bawah ini diadaptasi dari buku Stres & Health : v Kebanyakan orang mengatakan bahwa mereka merasa nyaman setelah berolahraga. v Olahraga memicu orang-orang untuk merasakan ketenangan yang bertahan cukup lama. v Latihan rutin akan menguatkan jantung dan otot. v Olahraga dapat membuat Anda melupakan masalah-masalah Anda dan membuat Anda merasa berharga. v Olahraga membuat metabolisme tubuh Anda berjalan dengan baik. Melihat begitu banyaknya manfaat olahraga, maka patutlah ini menjadi salah satu cara yang dapat Anda lakukan di waktu senggang Anda. Tidak perlu melakukan olahraga yang rumit, olahraga yang dimaksudkan di sini bukanlah olahraga pembentukan tubuh (body building). Saat Anda melakukan relaksasi dan peregangan otot, itu sudah termasuk olahraga yang dapat menenangkan tubuh dan pikiran Anda. Belum ada penjelasan ilmiah mengapa olahraga membuat Anda terebbas dari stres. Namun logikanya, olahraga membantu Anda menjaga tubuh Anda dan jika Anda nyaman dengan kondisi tubuh Anda maka seharusnya Anda sudah menghapus salah satu sumber stres dalam hidup Anda. Cara yang keempat adalah tertawa sepuasnya. Jangan takut dianggap orang gila saat Anda melakukan cara yang ketiga ini. Coba Anda pikirkan mengapa banyak orang berpikir bahwa masa anak-anak adalah masa terbaik dalam hidup? Jawabannya sangat sederhana, karena saat kita masih anak-anak kita banyak tertawa. Sebuah penelitian mengatakan bahwa anak-anak tertawa 400 kali setiap hari sedangkan orang dewasa hanya 15 kali sehari. Bayangkan betapa banyak tawa yang kita buang! Padahal saat kita tertawa, tubuh secara alamiah memproduksi hormon endorfin yang berfungsi membuat Anda merasa nyaman dan tenang. Obat-obatan seperti morfin juga membuat Anda memproduksi hormon ini, hanya saja dengan pemaksaan sehingga hasilnya pun berdampak buruk bagi tubuh Anda. Jadi, daripada menghabiskan banyak uang untuk membeli obat-obatan, tertawa sajalah bersama teman-teman Anda. Menertawakan film, menertawakan masalah hidup Anda, apa saja. Yang penting tertawalah dan jangan biarkan stres mengganggu Anda! Cara yang terakhir adalah cara yang paling mudah Anda lakukan, namun terkadang kesibukan membuat kita lupa untuk melakukannya. Lakukan hobi Anda! Jika Anda menikmati membaca, maka membacalah. Jika Anda suka memasak, maka masaklah untuk teman-teman Anda atu untuk diri Anda sendiri. Jika Anda suka menjahit, menjahitlah. Jika Anda suka berjalan-jalan, maka pergilah. Lakukan hal-hal yang Anda sukai. Ingatlah bahwa hidup dan kesempatan menikmati hidup hanya datang satu kali. Jika Anda menghabiskan hidup Anda untuk hal-hal yang tidak menyenangkan, jangan salahkan siapapun jika pada akhirnya Anda akan menyesal.



Yang perlu Anda ingat juga bahwa melakukan hobi juga harus bermanfaat. Jika Anda hobi berbelanja namun mengutang (dengan kartu kredit misalnya), bukankan Anda hanya akan menciptakan stres baru saat tagihan Anda datang? Saat Anda mengkonsumsi banyak kopi atau rokok untuk menikmati waktu senggang Anda, sadarkah bahwa Anda sedang mengalirkan racun ke dalam tubuh Anda? Sadarilah apapun tindakan yang Anda lakukan terhadap tubuh Anda. Lakukanlah perubahan pada cara-cara yang Anda ambil untuk mengatasi stres selagi Anda masih punya waktu. Anda juga sudah melihat bahwa tidak ada biaya yang perlu dikeluarkan untuk mengatasi stres Anda. Yang penting saat Anda melakukan langkah-langkah mengatasi stres ini adalah lakukan sesuai dengan porsinya. Pepatah lama mengatakan semua yang berlebihan adalah tidak baik. Stres berlebihan tidaklah baik namun jika Anda mengatasi dengan cara yang berlebihan juga tidaklah bagus. Ini hidup Anda, Anda yang memilih pengalaman apa yang ingin Anda rasakan. Jadi sekarang yang perlu Anda lakukan hanyalah FACE YOUR STRESS AND ENJOY YOUR LIFE! Oleh: Dwiana Hanijayati Wahyudi



Incoming search terms:



Me, Myself, and I Posted by webmaster on May 22, 2012



Bayangkan anda adalah seorang pria paruh baya yang memiliki keluarga yang harmonis dengan istri yang cantik dan dua anak yang sangat lucu dan pintar. Anda memiliki rumah yang sangat baik, fasilitas yang cukup lengkap, serta beberapa kendaraan yang siap dipakai setiap saat. Anda bekerja di suatu perusahaan swasta yang cukup besar dengan ratusan karyawan lain di dalamnya. Anda telah bekerja cukup lama di perusahaan tersebut dan memiliki posisi yang cukup tinggi dan bergengsi. Anda juga mendapatkan gaji yang cukup besar, sehingga anda tidak pernah memiliki masalah dengan keuangan keluarga anda. Semuanya terasa begitu sempurna di dalam hidup anda, sehingga anda merasa sangat bahagia dalam menjalani hidup dan rutinitas keseharian. Hingga suatu saat, nilai tukar mata uang negara anda tiba-tiba turun secara drastis karena negara anda memiliki konflik politik internal. Akibat penurunan nilai tukar mata uang tersebut, perusahaan tempat anda bekerja mendapatkan dampak yang luar biasa besar. Perusahaan tersebut terancam bankrut dalam waktu dekat, sehingga para komisaris perusahaan memutuskan untuk mengurangi jumlah pegawai di dalam perusahaan. Secara tidak disangka, nama anda terdapat dalam nama-



nama karyawan yang harus diberhentikan. Setelah anda berhenti bekerja, anda sama sekali tidak memiliki sumber pemasukan yang dapat dipergunakan untuk menutupi pengeluaran keluarga. Tiba-tiba anda membutuhkan dana yang cukup besar untuk pengobatan penyakit kronis istri anda serta untuk membayar biaya masuk anak anda dalam suatu sekolah unggulan. Anda telah berusaha untuk melamar di beberapa perusahaan yang lain, namun anda selalu ditolak dengan alasan umur anda yang tidak muda lagi. Apa yang anda rasakan jika anda dihadapkan didalam situasi dan kondisi seperti demikian? Apakah anda akan marah? Anda akan depresi? Ataukah anda justru tidak merasa tertekan sama sekali? Reaksi dan perasaan anda pun belum tentu sama dengan reaksi dan perasaan orang lain, termasuk penulis sendiri. Sepenggal cerita tersebut bertujuan untuk menggambarkan bahwa dalam suatu kasus yang sama, setiap orang memiliki reaksi stres yang berbeda pada suatu stressor. Stressor sendiri ialah suatu keadaan atau stimulus yang dapat memicu timbulnya stres pada seseorang



[1]



. Dengan demikian, setiap orang juga memiliki kemampuan dan cara untuk mengelola stres yang



berbeda antara satu individu dengan individu yang lain. Girdano, dalam bukunya yang berjudul ”Controlling stres and tension” (2005) mengatakan bahwa usaha untuk mengelola stres / stress management pada seorang manusia secara umum dapat dibagi menjadi empat tahapan besar, yaitu



[2]



:



1.



Mengenali reaksi stres yang kita miliki.



2.



Mengidentifikasi stressor-stressor yang ada.



3.



Mencari dan melakukan teknik coping stress yang sesuai.



4.



Melakukan seluruh tahap 1 – 3 secara rutin pada kehidupan sehari-hari kita.



Berdasarkan teori diatas, saya akan berusaha untuk menguraikan reaksi stres dan stressor yang terdapat dalam diri saya sendiri. Selain beberapa hal tersebut, saya juga akan berusaha menguraikan teknik-teknik coping stress apa saja yang telah saya terapkan, serta teknik-teknik coping lainnya yang akan saya coba untuk terapkan dalam kehidupan saya sehari-hari. 1.



1. Tahap I : Mengenali Reaksi Stres



Reaksi dan gejala dari stres sangat bervariasi antara satu individu kepada individu lainnya. Reaksi stress berguna bagi kita sebagai “sistem peringatan awal” agar kita tidak terseret kedalam “zona stres negatif” atau yang lebih sering dikenal sebagai distress. Dengan mengenali reaksi-reaksi stres yang kita miliki, kita akan mampu untuk mengambil tindakan lebih lanjut seperti pemilihan teknik coping stress yang tepat. Secara umum, reaksi / gejala stres dapat dibedakan menjadi 4 klasifikasi besar, yaitu : reaksi kognitif, reaksi emosional, reaksi fisik, dan perubahan pada tingkah laku



[3]



. Berikut ialah reaksi-reaksi stres yang umumnya terjadi



pada diri saya. 1.



a.



Reaksi Kognitif



Tidak banyak reaksi kognitif yang sering saya alami dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini karena saya selalu dibiasakan oleh orangtua agar dapat selalu berpikir dengan jernih di dalam segala jenis kondisi. Meskipun demikian, beberapa kali saya mengalami reaksi kognitif berupa rasa cemas yang berlebihan dan negative thinkingketika saya dihadapkan pada situasi yang benar-benar membuat diri saya merasa tertekan, seperti pada saat ingin mengetahui



nilai rapor kelas 2 SMP. Hal tersebut sangat membuat diri saya tertekan, karena saya tahu bahwa pada saat itu saya tidak belajar secara maksimal sehingga membuat diri saya terancam tidak naik kelas. 1.



b.



Reaksi Emosional



Beberapa reaksi emosional seperti perubahan mood, tidak bisa sabar, dan hiperaktif cukup sering saya alami. Reaksi – reaksi emosional tersebut umumnya terjadi bukan karena saya mendapatkan tekanan yang besar dari luar maupun dalam diri saya sendiri, tetapi justru karena saya merasa kurang adanya tekanan / tantangan pada diri saya sendiri. Keadaan tersebut umumnya berupa suatu kondisi dimana saya tidak memiliki suatu hal apapun untuk dikerjakan sehingga hal tersebut membuat saya bosan dan cenderung memunculkan reaksi-reaksi emosional seperti yang telah disebutkan diatas. 1.



c.



Reaksi fisik



Reaksi fisik merupakan reaksi stres yang paling sering muncul atau terlihat pada diri saya ketika saya berada di dalam situasi yang cukup membuat diri saya tertekan. Reaksi – reaksi yang umumnya muncul seperti : pusing, maag, sakit perut, jantung berdetak cepat, serta menggoyang-goyangkan kaki. Umumnya reaksi – reaksi stres tersebut muncul ketika saya dihadapkan pada suatu keadaan yang menuntut saya untuk tampil di depan umum atau menuntut saya untuk menampilkan performa yang optimal, seperti membawakan pidato atau / berlomba di suatu turnamen olahraga. 1.



d.



Perubahan tingkah laku



Seperti hal nya dengan reaksi kognitif, saya tidak banyak mengalami reaksi stres berupa perubahan tingkah laku. Hanya terdapat satu perubahan tingkah laku yang sangat jelas terlihat apabila saya sedang mengalami stres, yaitu perubahan pola makan. Ketika saya mengalami stres, pola makan saya menjadi tidak teratur. Saya seringkali lupa untuk makan tepat waktu, dan seringkali hanya mengkonsumsi makanan 1 kali sehari dalam jumlah yang banyak apabila sedang mengalami stres. 1.



2. Tahap II : Mengidentifikasi stressor-stressor yang ada.



Telah disebutkan sebelumnya bahwa arti kata stressor yaitu suatu keadaan atau stimulus yang dapat memicu [1]



timbulnya stres pada seseorang . Permasalahan yang selanjutnya timbul ialah, tidaklah mudah untuk mengenal dan mengidentifikasi stressor yang ada dalam kehidupan kita. Kita sebagai manusia cenderung lebih mudah untuk mengenali reaksi stres yang terjadi dibanding dengan stressor pada dirinya. Girdano, dalam bukunya yang berjudul ”Controlling stres and tension” mengklasifikasikan stressor menjadi 3 kategori, yaitu : Bioecological stressor, psychosocial stressor ,dan Jobstres / occupational stressor. Kategori-kategori tersebut dilengkapi dengan tambahan kategori oleh Philip L. Rice dalam bukunya yang berjudul “Stres & Health, nd



2 edition” yaitu tipe kepribadian sebagai stressor. Berikut, saya akan mencoba untuk menguraikan stressor-stressor yang saya temui dalam kehidupan sehari-hari saya dan dikaitkan dengan ke-empat kategori stressor tersebut. 1.



a.



Bioecological stressor



Bioecological stressor ialah suatu keadaan atau kondisi yang berasal dari lingkungan di sekitar kita yang dapat memicu munculnya respon stres. Ciri-ciri utama dari bioecological stressor yaitu tidak dipengaruhi oleh apa yang kita pikirkan dan memiliki efek yang kurang lebih sama pada semua orang. Bioecological stressor juga dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu : Time and body rhythms, Eating and drinking habits, noise pollution, climate and altitude. Tidak banyak bioecological stressor yang saya temui dalam kehidupan saya sehari-hari. Stressor tersebut hanya berupa time and body rhythms yang kurang baik. Dengan adanya beberapa tugas yang memiliki waktu deadline yang cukup dekat, saya berinisiatif untuk menyelesaikan tugas tersebut secepat mungkin sebelum waktu deadline. Dengan demikian, saya terbiasa untuk mengerjakan tugas hingga larut malam bahkan hingga dini hari. Hal tersebut secara tidak disadari ternyata merubah ritme body clock yang ada dalam diri saya. Saya semakin sulit untuk bangun di pagi hari, walaupun tidur sebelum pukul 10 malam. Selain itu, saya kerap kali merasa sedikit lemas ketika harus mulai beraktivitas pada pagi hari, walaupun sudah tidur dalam jumlah yang cukup. 1.



b.



Psychosocial stressor



Psychosocial stressor terdiri atas berbagai peristiwa-peristiwa sosial yang ada di sekitar kita dan dapat memicu munculnya respon stres. Masalah-masalah yang tergabung dalam Psychosocial stressor antara lain : perubahan /change, frustasi, overload, boredom and loneliness, serta dinamika hubungan antar ke empat masalah tersebut. Berbeda dengan bioecological stressor, saya lebih mudah untuk menemukan stressor-stressor psikososial di dalam kehidupan saya sehari-hari. Stressor psikososial yang paling sering saya temukan ialah urban overload danacademic overload. Urban overload yang saya alami hadir dalam bentuk kemacetan jalan yang selalu muncul setiap saat. Dengan bertambahnya penduduk yang datang ke Jakarta, jutaan kendaraan bermotor tersebar rata di setiap sudutsudut jalan ibukota. Tidak jarang, kemacetan yang saya alami tiap hari itu membuat saya semakin stres ketika saya harus mengejar waktu untuk hadir di suatu tempat. Sedangkan academic overload yang saya temukan umumnya berupa tugas-tugas yang cukup menyita waktu, sehingga saya merasa kurang memiliki waktu istirahat dalam jumlah yang cukup. 1.



c.



Job stress / occupational stressor



Occupational stressor ialah stressor-stressor yang berasal dari lingkungan kerja atau berasal dari pekerjaan yang kita jalani. Occupational stressor sendiri dapat dibagi lagi menjadi : organizational stressor, individual stressor, environmental stressor, dan bioecological factors in workplace. Hanya beberapa occupational stressor yang dapat saya temukan, hal ini tidak terlepas dari status saya yang belum bekerja. Meskipun demikian, saya juga mengalami occupational stressor di dalam kehidupan saya, seperti decision making / pengambilan keputusan. Saya memang belum bekerja pada sebuah institusi, tetapi saya sangat menggemari dan cukup aktif dalam kegiatan-kegiatan organisasi di universitas. Di dalam setiap kegiatan tersebut, ada masa-masa dimana saya merasa cukup tertekan untuk mengambil sebuah keputusan. Hal tersebut dapat terjadi karena keputusan yang akan diambil memiliki dampak yang besar kepada suatu kegiatan / institusi, serta saya sendiri yang akan bertanggung jawab atas keputusan tersebut. 1.



d.



Tipe kepribadian sebagai stressor



Suatu hal yang bisa membuat seseorang menjadi sangat stres, belum tentu berlaku pada orang lain. Perbedaan tersebut terletak pada bagaimana kita mempersepsikan berbagai peristiwa tersebut. Para ahli selanjutnya



menemukan bahwa tipe kepribadian seseorang memainkan peranan penting dalam proses mempersepsi sebuahstressor



[5]



.



Tipe kepribadian yang umumnya dikaitkan dengan stres yaitu kepribadian Tipe A dan kepribadian Tipe B. Individuindividu yang memiliki kepribadian tipe A merupakan seseorang yang sangat ambisius, terburu-buru, sangat tepat waktu, dan termotivasi. Sedangkan secara kontras, individu-individu yang memiliki kepribadian Tipe B merupakan seseorang yang lebih rileks, tidak terburu-buru dan mementingkan kualitas dibanding kuantitas. Hasil penelitian para ahli membuktikan bahwa individu-individu yang memiliki kepribadian Tipe A cenderung lebih mudah untuk mengalami [5]



stres dibandingkan dengan individu-individu yang memiliki kepribadian Tipe B . Hasil assessment yang saya lakukan beberapa waktu yang lalu memperlihatkan bahwa saya memiliki 50% Tipe kepribadian A dan 50% Tipe kepribadian B. Saya sendiri merasa bahwa tidak banyak pengaruh kepribadian yang saya miliki dengan stres, pengaruh kepribadian saya yang paling jelas terlihat umumnya hanya berupa manajemen waktu. Saya selalu berusaha untuk tepat waktu dalam berbagai tindakan maupun kegiatan, sehingga saya cukup sering merasa stres apabila hal tersebut tidak bisa saya penuhi dengan baik. 1.



3.



Tahap III : Mencari dan melakukan teknik coping stress yang sesuai.



M. Zeidner dalam bukunya yang berjudul “Handbook of coping: Theory, research and applications” mengatakan bahwa coping ialah faktor-faktor yang dapat membuat seorang individu menjaga adaptasi psikososial dirinya selama periode stres. Ia juga mengungkapkan bahwa teknik / strategi coping stress dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu : Problem-focused coping, Emotion-focused coping, dan Avoidant. 1.



a.



Problem-focused coping



Problem-focused coping strategies ialah jenis coping stress yang responnya ditujukan kepada external event,bertujuan untuk aktif menyelesaikan masalah, serta berhadapan langsung dengan controllable problems. Beberapaproblem-focused coping strategies yang saya gunakan sehari-hari antara lain :







Asertif



Asertivitas adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan pihak lain. Dalam bersikap asertif, seseorang dituntut untuk jujur terhadap dirinya dan jujur pula dalam mengekspresikan perasaan, pendapat dan kebutuhan secara proporsional, tanpa ada maksud untuk memanipulasi, memanfaatkan atau pun merugikan pihak lainnya



[7]



.



Saya pertama kali mengenal istilah asertif melalui salah satu materi mata kuliah aktualisasi diri. Dengan menerapkan asertivitas dalam kehidupan sehari-hari, saya menyadari bahwa kita dapat menghindari berbagai macam masalah yang dapat mengakibatkan stres apabila kita dapat menyampaikan sesuatu dengan cara yang baik dan tepat.







Social support



Social support ialah bantuan fisik maupun emosional yang diberikan oleh orang-orang sekitar (seperti : keluarga, teman, dll) yang dapat membuat seorang individu merasa lebih nyaman



[8]



.



Pada saat saya menghadapi suatu masalah yang bersifat teknis, saya seringkali meminta bantuan teman-teman yang lebih menguasai masalah tersebut untuk membantu saya atau memberi masukan kepada saya. Dengan demikian, saya dapat lebih mudah menyelesaikan / menangani masalah-masalah tersebut.







Time management



Time management dapat diartikan sebagai segala bentuk usaha yang dilakukan oleh seorang individu agar dapat memanfaatkan waktu yang ia miliki dengan baik. Time management juga dapat dikatakan sebagai sebuah prinsip dan sistem yang digunakan oleh seorang individu untuk mengambil keputusan secara sadar mengenai aktivitasaktivitas yang membutuhkan waktu



[9]



.



Tidak jarang saya mengalami stres diakibatkan oleh masalah-masalah yang menyangkut masalah waktu. Sehingga, saya selalu berusaha untuk mengatur waktu saya dengan baik agar kemungkinan stres tersebut muncul semakin kecil. Salah satu usaha yang sering saya lakukan untuk mengatur waktu yang saya miliki dengan baik ialah dengan mencatat segala kegiatan yang akan dijalankan pada sebuah agenda kecil. Dengan demikian saya akan lebih mudah melihat dan mengatur kegiatan-kegiatan yang akan saya jalani. 1.



b.



Emotion-focused coping



Emotion-focused coping ialah jenis coping stress yang responnya ditujukan kepada reaksi emosional seorang individu, cenderung untuk berhubungan dengan uncontrollable problems, serta bertujuan untuk mengatur konsekuensi emosional dari peristiwa-peristiwa stressful. Beberapa emotion-focused coping strategies yang sering saya gunakan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain :







Social support



Social support yang dimaksud di sini memiliki pengertian yang berbeda dengan social support dalam kategoriproblem focus. Social support (emotion focus) lebih bertujuan untuk menanangani emosi dari individu tersebut sendiri. Social support (emotion focus) yang sering saya lakukan antara lain dengan menceritakan masalah yang sedang dihadapi kepada sahabat dan keluarga. dengan demikian saya merasa lebih tenang dan mendapat lebih banyak masukan untuk menghadapi masalah yang sedang dihadapi.







Berpikir positif / Positive thinking



Positive thinking ialah suatu kepercayaan yang dapat meningkatkan hasil yang dicapai oleh seorang individu melalui proses berpikir optimis



[10]



.



Dengan berpikir positif, saya dapat mengurangi tekanan-tekanan yang umumnya muncul secara tiba-tiba seperti saat menunggu hasil ujian / tugas. Selain itu, positive thinking membantu saya untuk lebih dapat menguasai diri pada saat saya berada di dalam kondisi stressful. 1.



c.



Avoidant



Avoidant ialah suatu tindakan yang menghantarkan seseorang pada sebuah aktivitas (seperti merokok dan minum alcohol) atau keadaan mental (seperti withdrawal) yang membuat individu tersebut merasa terhindar dari peristiwaperistiwa stressful.



Salah satu tindakan avoidant yang kerap kali saya lakukan ketika saya stres yaitu berkumpul dan berekreasi bersama teman-teman. Saya cukup sering melakukan hal tersebut agar saya dapat sejenak mengalihkan perhatian saya dari masalah yang dapat membuat saya merasa stres. Dengan mengikuti kelas stress-management, saya semakin diperkaya dengan berbagai teknik-teknik coping stresslainnya yang dapat saya gunakan sebagai alternatif / tambahan teknik coping yang telah saya lakukan sebelumnya. Salah satu teknik menarik yang diperkenalkan pada kuliah stress-management tersebut ialah teknik relaksasi. Teknik relaksasi (atau sering dikenal sebagai latihan relaksasi) ialah sebuah metode, proses, prosedur, atau aktivitas yang dapat membantu seseorang untuk merasa lebih rileks ; mencapai tahap ketenangan tertentu; atau membantu seorang individu untuk menurunkan tingkat kecemasan dan stres



[11]



. Dengan teknik relaksasi ini, saya diajarkan agar



dapat mencapai kondisi rileks dengan cara yang cukup mudah dan cepat. Hal ini sangat bermanfaat, karena teknik relaksasi ini dapat saya lakukan di berbagai kesempatan. Selain itu, saya juga diperkenalkan sebuah konsep “healthy living” yang dapat membantu seorang individu untuk mengelola stres dalam kehidupan sehari-hari. Konsep “healthy living” tersebut mencakup berbagai aspek, seperti : pola makan yang sehat, pola tidur yang baik, serta olahraga secara teratur. Hal-hal tersebut merupakan masukan yang sangat berharga, karena selain dapat membantu mengelola stres, konsep “healthy living” tersebut juga memberikan informasi mengenai cara menjaga kesehatan tubuh dengan baik. 1.



Tahap IV : Melakukan seluruh tahap I – III secara rutin pada kehidupan sehari-hari



Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dari keseluruhan konsep “stress management” yang diungkapkan oleh Girdano. Pada tahap ini, tahap 1 (mengenali reaksi stres), tahap 2 (mengenali stressor), dan tahap 3 (Mencari dan melakukan teknik coping stress) harus dilakukan secara rutin dalam kehidupan sehari-hari. Kata kunci pada tahap ini yaitu adanya konsistensi di dalam melakukan tahap 1 sampai dengan tahap 3. Dengan melakukan hal tersebut secara konsisten, diharapkan stres yang timbul juga dapat diminimalisir dengan baik. Stress management merupakan suatu kemampuan yang harus terus menerus dipraktekkan agar dapat berkembang dengan baik. Dengan adanya tambahan informasi-informasi baru mengenai stres, saya semakin diperkaya untuk dapat mengembangkan kemampuan stress management yang saya miliki. Seperti halnya kutipan “Manusia tidak ada yang sempurna”, saya pun menyadari banyak kelemahan dan kekurangan pada diri saya, tetapi hal tersebut tidak menghalangi saya untuk mengembangkan diri agar mencapai suatu tahap yang lebih baik Oleh: Kelvin Kristarto