Metode Pengembangan Agama Pada Anak Usia Dini [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan berasal dari kata “kembang”. Artinya perbuatan yang menjadikan tambah sempurna (tentang, pribadi, pikiran dan pengetahuan). Dalam proses pengembangan objek juga ikut berperan. Agama berasal dari bahasa sansekerta, yang terdiri dari “a” yang berarti tidak dan “gam” yang berarti pergi. Jadi secara bahasa agama dapat diartikan dengan tidak pergi, tetap ditempat, langgeng, abadi, yang diwariskan secara terus menerus dari satu generasi ke generasi lainnya. Ada juga yang mengartikan dengan “gama” yang berarti kacau sehingga secara bahasa agama diartikan dengan tidak kacau. Ini berarti orang yang beragama hidupnya tidak akan mengalami kekacauan. Sedangakan Anak Usia Dini adalah anak yang berusia 0-6 tahun, yang sedang mengalami masa- masa keemasan (golden age). Pengembangan Agama pada anak usia dini itu sangat penting, karena mengenalkan dan mengajarkan agama sejak usia dini sangat diperlukan untuk bekal anak dimasa yang akan dating nanti. Untuk mengenalkan dan mengajarkannya seorang pendidik butuh metode agar anak-anak lebih mudah memahami. B. Rumusan Masalah 1. Apa Pengertian Metode Dan Pengembangan Agama Anak Usia Dini ? 2. Bagaimana Pendekatan atau Metode Pembelajaran Agama Pada Anak Usia Dini ? C. Tujuan Masalah 1. Untuk Memahami Pengertian Metode Dan Pengembangan Agama Anak Usia Dini 2. Untuk Memahami Bagaimana Pendekatan atau Metode Pembelajaran Agama Pada Anak Usia Dini



1



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Metode Pengembangan Agama Pada Anak Usia Dini Metode berasal dari kata methodos dalam bahasa Yunani yang berarti cara atau jalan. Metode merupakan salah satu strategi atau cara yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yang hendak dicapai, semakin tepat metode yang digunakan oleh seorang guru maka pembelajaran akan semakin baik. Perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya terutama pada masa pertumbuhannya yang pertama dari umur 0-12 tahun. Perkembangan keagamaan mempunyai arti penting dalam kehidupan keagamaan pada anak baik pada masanya maupun masa selanjutnya. Seseorang yang pada masa anaknya tidak mendapat bimbingan agama dan tidak mempunyai pengalaman keagamaan maka setelah dewasa ia mempunyai kecendrungan sikap yang negatif terhadap agama. Oleh karena itu diperlukan penanaman nilai keagamaan yang meliputi keimanan, ibadah dan akhlak yang berlangsung sejak dini supaya terbentuk pribadi yang kuat berpegang teguh pada nilai- nilai keagaaman dan mengakar kuat sepanjang hidupnya. Hal ini terjadi karena pada masa tersebut anak akan menerima apa saja yang dilakukan, dikatakan dan diperdengarkan pada mereka oleh orang tua dan orang disekelilingnya sebab ia belum mempunyai konsep untuk menolaknya.1 B. Metode Dalam Pengembangan Nilai-Nilai Keagamaan Pada Anak Usia Dini Banyak metode pembelajaran yang telah diperkenalkan pada modul-modul terdahulu yang dapat dipergunakan oleh guru. Substansi pendekatan apa pun yang dipilih perlu diarahkan pada satu tujuan, yaitu pentingnya guru mampu untuk menciptakan anak menjadi senang mengikuti kegiatan belajar mengajar. Lunah dwi Lestari, makalah metode pengembangan moral dan agama, (Palembang: UIN Raden Fatah, 2018)hlm. 14 1



2



Tidak diperlukan adanya mendorong agar anak taman kanak-kanak aktif dalam kegiatan belajarnya. Learning by doing adalah hal yang terpenting dalam hal menentukan pendekatan apa pun untuk anak. Untuk mengembangkan niali-nilai agama pada diri anak, diperlukan berbagai macam metode dan pendekatan. Pendekatan yang di maksud adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan agar tercapai hasil yang baik, seperti yang dikehendaki. Dengan demikian, pendekatan berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Hal ini berlaku untuk setiap kegiatan yang memiliki tujuan. Demikian pula dengan guru di lembaga PAUD yang dalam kegiatannya memerlukan berbagai



metode



dan pendekatan



untuk mengembangankan



berbagai



kemampuan dan potensi yang ada diri anak didik. Untuk menentukan pendekatan yang dipilih, seorang guru perlu mempertimbangkan berbagai hal: 1. Tujuan yang hendak di capai Tujuan dari pengembangan agama pada anak usia dini adalah untuk mempersiapkan anak sedini mungkin dalam mengembangkan sikap dan perilaku yang didasari dengan nilai-nilai agama serta tercapainya aspek pengembangan agama seperti melakukan ibadah, mengenal dan percaya akan ciptaan Tuhan dan mencintai sesama. (By : Khairunisya) 2. Karakteristik anak-anak. Sebaiknya kita telah mengetahui bagaimana karakterisitik anak. Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Sesuai karakter anak yang bersifat aktif melakukan eksplorasi dalam bermain, maka ditekankan proses pembelajaran dalam bentuk belajar sambil bermain. (By. Khairunisya) 3. Jenis kegiatan. Menentukan jenis kegiatan agar pendekatan berjalan dengan baik.(By. Khairunisya) 4. Nilai atau kemampuan yang hendak di kembangkan. Nilai nilai yang perlu dikembangkan tentunya nilai-nilai agama. (By. Yeni) 5. Pola kegiatan yang akan dilakukan.



3



Pola kegiatan tentunya kegiatan terpadu dan selalu mengedapkan rasa aman pada anak. (By. Yeni) 6. Fasilitas/media yang perlu desediakan Ketersediaan dan pemilihan media juga harus diperhatikan, karena guru dituntut agar dapat menggunakan media agar pembelajaran muda diserap oleh anak. (By. Khairunisya) 7. Situasi Situasi yang aman nyaman serta menyenangkan dapat memepengaruhi perkembangan anak-anak. (By. Yeni) 8. Tema atau subtema yang dipilih2 Tema dan subtema pada pembelajaran dapat dipilih dari RPPH yang telah dibuat.(By. Yeni) Pada prinsipnya, pengembangan nilai-nilai agama kepada anak dilakukan untuk menanamkan dasar-dasar nilai agama sehingga kelak mereka menjadi anak yang terbiasa dengan kehidupan yang bernilai agamis. Untuk itu, guru taman



kanak-kanak



ditutut



memiliki



kemampuan



professional



dan



komprehensif, terutama dalam memilih dan menentukan metode dan pendekatan yang efektif. Dengan demikian, proses belajar mengajar akan berlangsung dengan baik tanpa mengorbankan anak dan tanpa merebut hak anak untuk bermain. Artinya, bentuk kegiatan dilakukan dalam suasana terbuka dan menyenangkan. C. Metode Pengembangan Agama pada Anak Usia Dini 1. Bermain peran Pendekatan/ metode bermain peran adalah suatu kegiatan permainan untuk memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda di sekitar anak



sehingga



dapat



diperagakan/dipakai



oleh



anak



untuk



mengembangkan daya khayal atau imajinasinya. Dengan mengikuti Otib Satibi Hidayat. Metode Pengembangan Moral dan Nilai-nilai Agama. (Tangerang Selatan : Universitas Terbuka. 2014) Hlm. 6.25 2



4



kegiatan tersebut, pada akhirnya anak diharapkan dapat menghayati tujuan dari kegiatan tersebut. Melalui kegiatan bermain peran anak akan mengekspresikan tuntunan



dan



kebutuhannya.



Melalui



bermain



peran



pula,



ia



mengekspresikan jiwanya. Dengan demikian, kegiatan bermain peran dapat menumbuhkan dan mengembangkan potensi tersembunyi (hidden potential) anak sehingga akan muncul dalam kenyataan.3 Metode bermain peran merupakan salah satu metode yang digunakan dalam menanamkan nilai moral pada anak. Dengan bermain peran, anak akan mempunyai kesadaran merasakan jika ia menjadi seseorang yang Ia perankan dalam kegiatan bermain peran (By. Khairunisya) 2. Karyawisata Karyawisata merupakan kunjungan langsung ke objek-objek wisata yang sesuai dengan kebutuhan pengembangan yang sedang dibahas di lingkungan belajar anak. Bagi anak TK kegiatan karyawisata tidak selamanya harus mengunjungi tempat-tempat wisata umum yang jauh dan mahal. Kegiatan keluar kelas yang bertujuan untuk mendapatkan suasana baru dan bertujuan menghubungkan konsep pengetahuan awal anak dengan kenyataan di lapangan dapat juga dikategorikan sebagai kegiatan karyawisata. Dalam pengembangan nilai-nilai agama, karyawisata dapat dijadikan alat untuk mengenalkan kebesaran Tuhan, mengenalkan tempat ibadah, tempat besejarah keagamaan, dan sebagainya. Jika guru memiliki kemampuan membahas dan mengomunikasikan berbagai jenis benda langit atau benda-benda alat semesta yang dapat dilihat secara kasat mata, seperti bulan, bintang, gunung pohon, binatang dan sebagainya. Dengan kemahirannya guru akan sampai pada pengan enal penciptanya dan pengaturanya, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. 3



Ibid, Otib Satibi Hidayat, hml, 6.29



5



Dengan karyawisata guru juga dapat membawa anak ke tempattempat ibadah agar mereka terbiasa mengetahui aturan sikap ketika berada di tempat ibadah dan mereka terpacu untuk melakukan praktik ibadah di tempat dan suasana yang sesungguhnya. Mereka biasanya akan memiliki semangat dan rasa senang bila mendatangi dan melakukan suatu bentuk peribadatan bila dilakukan di tempat yang mereka belum kenal sebelumnya.4 metode karyawisata ini dihubungkan dengan tema-tema yang sesuai



dengan



pengembangan



aspek



perkembangan



anak,



dan



memudahkan anak untuk bereksplorasi dengan tempat-tempat yang dituju, serta menambah pengalaman dan sosialisasi anak.(By. Yeni) 3. Bercakap-cakap Bercakap-cakap adalah kegiatan percakapan antara guru dan anak atau anak dan anak tentang suatu tema tertentu untuk mengembangkan kemampuan mendengar, memahami, dan kemampuan berbicara anak. Di samping menunjang program pengembangan bahasa secara verbal, kegiatan ini juga dapat meningkatkan kemampuan anak-anak dalam mengomunikasikan



berbagai



pikiran,



gagasan,



perasaan,



ataupun



kebutuhannya. Pendekatan ini pun dapat membantu anak-anakbelajar mendengarkan dan menyimak pembicaraan guru atau temannya. Jelasnya, kegiatan bercakap-cakap dapat dijadikan alat yang berfungsi untuk mengembangkan/kemampuan kognitif, bahasa, sosial, konsep diri, dan pengembangan nilai-niai agama. Contohnya, bercakap-cakap dalam kegiatan pengembangan nilainilai agama dengan mengambil tema kehidupan di pesisir pantai. Berkaitan dengan tema tersebut, guru dapat menciptakan suasana bercakap-cakap tentang keindahan laut, manfaat, dan kehidupan orangorang di sekitar pantai yang mungkin jarang dialami anak.



4



Ibid, Otib Satibi Hidayat, hml,6.30



6



Dalam metode bercakap-cakap dapat ditanamkan berbagai macam nilai moral, nilai agama dan nilai nilai yang berlaku dimasyarakat. (By.Khairunisya) 4. Demonstrasi Demonstrasi adalah pendekatan yang dilakukan guru dengan cara mempertunjukkan atau memeperagakan suatu objek, benda, atau suatu proses dari suatu kejadian. Pendekatan demonstrasi dilakukan untuk memperjelas informasi atau materi pelajaran kepada anak-anak. Dalam hal ini. Anak-anak menyaksikan peragaan langsung tentang hal-hal yang sulit dijelaskan dengan pendekatan biasa. Jika dilihat kaitannya dengan pengembangan nilai-nilai agama bagi anak-anak, pendekatan ini bisa dilakukan guru pada saat menerangkan etika makan, sopan santun dalam berbicara, etika berpakaian, etika beribadah, dan sebagainya. Pendekatan



demonstrasi



sangat



efektif



digunakan



dalam



pengembangan nilai-nilai agama, karena anak dapat mendengar, melihat, dan meniru cara-cara tertentu yang disajikan dari materi yang sedang diajarkan guru. Demonstrasi dapat juga dipergunakan untuk memenuhi dua fungsi pembelajaran berikut:5 a. Memberikan ilustrasi dalam menjelaskan informasi kepada anak. Anak melihat bagaimana suatu peristiwa itu berlangsung, lebih menarik, dan merangsang perhatian serta lebih menantang dari pada hanya mendengar penjelasan guru. Misalnya, dalam menjelaskan konsepkonsep yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial, moral, atau keagamaan akan lebih efektif apabila penerapan nilai-nilai tersebut diwujudkan dalam bentuk iludtrasi. b. Pendekatan demonstrasi dapat membantu meningkatkan daya piker anak dalam peningkatan kemampuan mengenal, mengingat, berpikir konvergen, dan berpikir evaluatif. 5



Ibid, Otib Satibi Hidayat, hml, 6.31



7



5. Pendekatan Proyek Pendekatan proyek adalah suatu pendekatan yang memberikan kesempatan kepada anak untuk menggunakan lingkungan dan alam sekitar serta kegiatan sehari-hari sebagai bahan pembahasan melalui serangkaian kegiatan. Pendekatan proyek dapat diterapkan kepada anak-anak untuk memberikan pengamalan belajar yang berhubungan dengan berbagai pesoalan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pendekatan ini, anak secara tim atau berkelompok dihadapkan pada salah satu persoalan untuk dipecahkan dan dikerjakan bersama dengan beberapa pembagian tugas. Pengembangan nilai-nilai agama dapat diwujudkan dalam kegiatan berikut. Misalnya, saat anak-anak dihadapkan untuk memepersiapkan peringatan hari besar keagamaan. Pada kesempatan itu, guru bertindak sebagai fasilitator yang mengarahkan kegiatan tersebut dan untuk menghias ruang kelas. Kegiatan ini dapat memberikan pengalaman langsung kepada anak tentang bagaimana mereka membina hubungan sosial untuk berkerja sama, mengatur persahabatan dan mengatur diri sendiri, serta mencapai tujuan bersama dan bertanggung jawab pada tugasnya masing-masing.6 Kegiatan yang diciptakan guru dalam penerapan pendekatan proyek hendaknya lebih berorientasi pada minat dan kebutuhan anak. Dengan demikian, mereka akan melaksanakan proyek persiapan penyelenggaraan kreativitasnya sehingga memungkinkan berkembangnya potensi dan kekuatan-kekuatan yang dimiliki anak-anak. Sebagai fasilitator dalam kegiatan proyek, guru tidak hanya menyediakan alat-alat dan bahan-bahan yang diperlukan anak, melainkan juga membimbing dan mengarahkan kegiatan anak-anak secara utuh. Misalnya bagaimana anak mengetahui suatu pekerjaan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan hati-hati, demikian pula guru hendaknya mampu menciptakan suasana menyenangkan yang penuh dinamika hingga selesai. 6



Ibid, Otib Satibi Hidayat, hml, 6.32



8



Melalui pendekatan proyek, anak-anak dihadapkan pada proses kehidupan yang ada di lingkungan masyarakat sehingga memungkinkan anak dapat belajar menjalani kehidupan yang sesungguhnya. 6. Bercerita Salah satu kegemaran anak-anak adalah mendengarkan cerita. Melalui cerita seorang guru dapat menerapkan dan menyisipkan nilai-nilai agama kepada anak-anak. Cerita yang dibawakan hendaknya berhubungan dengan dunia anak-anak sehingga akan lebih menarik minat mereka untuk mendengarkan, mengikuti, dan menyimaknya. Isi cerita hendaknya juga memuat misi pendidikan nilai-nilai agama. Dengan demikian cerita tidak hanya hiburan dan obat kantuk anak, melainkan juga sebagai bahan penanaman nilai-nilai agama. Dalam cerita guru hendaknya dapat mendramatisasi berbagai cerita tentang kisah yang layak diteladani oleh anak. Bentuk cerita bisa kita angkat dari kisah di daerah anak itu sendiri atau kisah-kisah nabi dan rasul beserta sahabatnya yang dikemas dengan nuansa kehidupan anak. 7. Pemberian Tugas Hendaknya seorang guru memberikan tugas yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan anak untuk mengerjakannya. Akan lebih baik lagi bila tugas yang diberikan disesuaikan dengan minat dan bakat anak. Tugas-tugas yang diberikan kepada anak disesuaikan dengan berbagai program pengembangan. Untuk pengembangan nilai-nilai agama seorang guru dapat memberikan tugas, baik secara individual maupun kelompok. Contoh tugas yang diberikan antara lain: a. Secara individual anak diberi tugas untuk menghafal bacaan doa



9



b. Secara kelompok anak-anak diberi tugas untuk bermain sosiodrama dengan bimbingan dan arahan guru.7 Tugas yang diberikan kepada anak-anak hendaknya disampaikan dengan jelas, baik yang berhubungan dengan tugas lisan maupun tugas dalam bentuk gambar atau perilaku yang mesti diperankan anak. Demikian juga, guru hendaknya mampu menjelaskan jenis, tugas, tempat mengerjakan tugas, langkah-langkah, dan bats waktu yang tersedia. Dengan demikian, suatu tugas akan jelas bagi anak untuk mengerjakannya apabila guru memberikan cara dan petunjuknya 8. Keteladanan Pengembangan nilai-nilai agama akan lebih tepat dan efektif apabila dilengkapi dengan konsistensi para guru dan orang tua dalam memberikan keteladanan sebab keteladanan itu akan ditiru dan diikuti oleh anak yng cenderung melihat model yang ditangkapnya. Melalui pendekatan keteladanan dalam setiap kesempatan dan pergaulan antara guru dan anak-anak, secara demonstrasi atau tidak, seyogianya guru mampu memberikan contoh periaku yang terpuji dan teruji. Misalnya menciptakan kondisi sosial keagamaan di lingkungan lembaga PAUD dengan membiasakan mengucapkan salam ketika bertemu/berjumpa meningkatkan



dengan



kelas



dan



berpisah.



Demikian



memasuki



kelas,



juga



ketika



senantiasa



akan



anak-anak



membiaskan berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan apa pun serta berbagai etika keagamaan lainnya. Dengan demikian guru tidak hanya memberikan petuah atau nasihat dan anjuran verbal belaka.namun hal itu harus ditargetkan agar mampu menjadi kebiasaan dan kepribadian dalam perilaku guru sehari-hari di sekolah. Metode keteladanan ini cukup efektif diterapkan pada anak usia dini, karena pada dasarnya anak itu sifatnya meniru, anak akan meniru apa



7



Ibid, Otib Satibi Hidayat, hml, 6.33



10



yang dilakukan oleh orang sekitarnya dengan mudah, dan lama kelamaan menjadi terbiasa.(By. Khairunisya) 9. Bernyanyi Kegiatan bernyanyi bagi anak usia dini dapat dipisahkan dengan kegiatannya sehari-hari. Baik anak yang berbakat maupun tidak, mereka pada dasarnya senang benyanyi. Pendekatan bernyanyi ini seyogianya mampu dimanfaatkan guru dan orang tua untuk dijadikan wahana menyampaikan pesan kebaikan dari nilai-nilai agama secara kreatif.8 Bernyanyi adalah ekspresi perasaan senang seseorang yang diungkapkan melalui nada dan syair. Untuk pengembangan nilai-nilai agama, dapat dipilih lagu-lagu yang bersifat religious yang disesuaikan dengan tema dan isi pesan yang hendak disampaikan. Hindari pemilihan lagu-lagu yang bertolak belakang dengan nilai-nilai agama sebab apa pun adanya anak pasti dengan mudah dapat meniruhkan bahkan dengan cepat mereka menghafalnya. Contoh lagu yang dapat dipilih jika “aku” pilihlah lagu yang menggambarkan diri anak bangga sebagai penganut suatu agama, missal islam (lagu “Aku Anak Sholeh” ciptaan Otib Satibi), tema rumah dapat di pilih lagu “Rumahku Surgaku” (ciptaan Otib Satibi), tema gejala alam bisa dipilih lagu “Pelangi” (ciptaan A.T. Mahmud) dan sebagainya. D. Hal yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan efektivitas kegiatan belajar mengajar bagi peserta didik.9 1. Perlu adanya kurikulum terpadu (integrated curriculum) Dalam pandangan kurikulum terpadu, seyogianya kegiatan pengembangan di lembaga PAUD termasuk merupakan satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh termasuk pengembangan nilai-nilai agama



8 9



Ibid, Otib Satibi Hidayat, hml, 6.34 Ibid, Otib Satibi Hidayat, hml, 6.36



11



yang dibalut dengan tema. Antara satu tema atau kemampuan dapat dihubungkan dengan tema atau kemampuan yang lainnya. 2. Perlu adanya pendekatan pembelajaran terpadu (integrated learning) Pendekatan pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan yang dapat diterapkan saat penyampaian materi pembelajaran kepada anak. Pendekatan ini menghendaki adanya kreativitas guru untuk mencoba menghubungkan antara satu tema yang sedang diperlajari dan dikaitkan dengan tema-tema lain yang secara rasional memang ada hubungannya. Maka itu tanpa disadari oleh anak, mereka mampu mendapatkan informasi/pengetahuan yang lebih luas ketika mempelajari tema yang sedang dibahas. 3. Perlu adanya hari terpadu (integrated day) Dari kenyataan yang terjadi di lapangan, apa yang telah kita lakukan ketika membuat rancangan kegiatan harian pada prinsipnya telah menggambarkan suatu program kegiatan belajar mengajar yang mengarah pada hari terpadu. Rancangan kegiatan harian yang saat ini kita kenal telah memasukkan rancangan kegiatan yang memadukan beberapa target kemampuan dasar bagi anak memadukan beberapa target kemampuan daar bagi anak seharian (dalam sehari). Kita mengenal dalam RKH harian target kegiatan dan kemampuan yang hendak dicapai ternyata terpadu secara baik dalam sebuah program harian yang berisi target kemampuan dasar bahasa, daya piker, keterampilan, dan jasmani. Seyogianya, ketika kita merancang RKH tersebut maka nilai-nilai agama harus senantiasa mewarnai setiap kegiatan yang guru dan anak akan lakukan. 10



10



Ibid, Otib Satibi Hidayat, hml, 6.37



12



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Metode merupakan salah satu strategi atau cara yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yang hendak dicapai, semakin tepat metode yang digunakan oleh seorang guru maka pembelajaran akan semakin baik.Perkembangan keagamaan mempunyai arti penting dalam kehidupan keagamaan pada anak baik pada masanya maupun masa selanjutnya.Ada dua teori yang mengungkapkan munculnya keagamaan pada anak usia dini, yaitu : Rasa ketergantungan (sense of depend) dan Instink keagamaan. Beberapa pendekatan/metode pembelajaran sebagai berikut: 1. Bermain peran 2. Karyawisata 3. Bercakap-cakap 4. Demokrasi 5. Proyek 6. Bercerita 7. Pemberian tugas 8. Keteladanan



13



DAFTAR PUSTAKA Hidayat, Satibi, Otib, 2014. Metode Pengembangan Moral dan Nilai-nilai Agama. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka Lestari, Lunah Dwi.2018. makalah metode pengembangan moral dan agama. Palembang:



UIN Raden



Fatah



14