Pengembangan Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BAHASA ANAK USIA DINI



Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Bimbingan Konseling Anak



Dosen Pengampu: Nurul Qomariah M. Pd



Disusun Oleh: Parida Asmara (2112027)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD) IAIN SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK BANGKA BELITUNG 2022



PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan bagian dan pendidikan prasekolah. Pendidikan ini, secara khusus telah diatur dalam Undang undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 28 pasal I, yang dinyatakan bahwa



PAUD



diselenggarakan



sebelum



jenjang



pendidikan



dasar.



Selanjutnya, dinyatakan dalam ayat 3 bahwa PAUD pada jalur formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Roudatul Atfal (RA), atau bentiik lain yang sederajat(Depdiknas:2003). PAUD, meskipun bukanlah syarat untuk memasuki Sekolah Dasar (SD), namun kehadirannya memberikan arti bagi orang tua, masyarakat, dan pendidikan anak selanjutnya. Dalam UU Sisdiknas 2003 bab II pasal 3, dinyatakan bahwa PAUD bertujuan untuk mengembangkan potensi anak secara optimal agarterbentuk perilaku dan kemampuan dasarsesuai dengan tingkat dan perkembangannya (Depdiknas, 2003). Potensi anak tersebut dapat dikembangkan melalui kegiatan belajarseperti yang telah dituangkan dalam Garis-garis Program Pengajaran dan Penilaian pada Sistem Semester- Satuan Pendidikan Taman Kanak-kanak, disingkat GPPPSS-TK (Depdiknas:2002). Dinyatakan bahwa GPPPSS-TK merupakan seperangkat kegiatan belajar mengajar yang direncanakan untuk dilaksanakan dalam menyiapkan dan meletakkan dasar bagi pengembangan anak didik lebih lanjut. Kegiatan tersebut merupakan upaya pengembangan pembentukan perilaku dan pengembangan



kemampuan



dasar



yang



disesuaikan



dengan



tahap



perkembangan anak (Depdiknas, '2003). Pengembangan kemampuan dasar tersebut, di antaranya adalah pengembangan kemampuan bahasa. Pengembangan bahasa memungkinkan anak belajar memahami dan mengontrol diri sendiri. Ketika anak belajar berbicara, secara tidak disengaja mereka mengembangkan pengetahuan tentang sistem fonologi, sintaksis, semantik dan sistem pragmatik. Pengetahuan tersebut, Ellis(1989:79) menyebutnya sebagai elemen bahasa. Pengetahuan ini, dapat dikembangkan



oleh anak dalam kehidupan di lingkungannya, baik di rumah, dalam kehidupan bermain, dan di sekolah. Dalam kehidupan disekolah, pengetahuan guru tentang bahasa anak berguna untuk kepentingan perencanaan, pelaksanaan, dan dalam evaluasi pembelajan. Dengan demikian guru hendaklah memiliki pengetahuan yang luas tentang perkembangan bahasa anak dan cara mengembangkannya, agar kelak mereka memiliki keterampilan berbahasa yang benar dan baik, baik dalam mendengarkan, berbicara, membaca, maupun menulis.



B. Rumusan Masalah 1. Apa Hakikat Perkembangan Bahasa Anak? 2. Apa Perkembangan Bahasa Pada Anak? 3. Apa saja Aspek-aspek perkembangan bahasa pada AUD? 4. Apa pendekatan Dalam Bimbingan dan Konseling pada AUD? 5. bagaimana Teknik Pengembangan Bahasa Resefsif dan produktif Pada AUD?



PEMBAHASAN



A. Hakikat Perkembangan Bahasa Anak Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pengantar di semua jenis pendidikan dan jenjang sekolah, mulai dari TK sampai PerguruanTinggi di Indonesia. OIeh karena fungsi tersebut, maka bahasa memegang peranan penting daIam pembaharuan dan peningkatan mutu pendidikan. Khususnya di TK, fungsi bahasa ini dijelaskan dalam Depdikbud (1996) bahwa: pengembangan kemampuan berbahasa di TK bertujuan agar anak didik mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya. Selanjutnya, dinyatakan lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan di sekitar anak antara lain lingkungan ternan sebaya, ternan bermain, orang dewasa, baik yang ada di rumah, di sekolah, maupun dengan tetangga di sekitar tempat tinggalnya1. Dimiliki nya wawasan guru tentang perkembangan bahasa tersebut, diharapkan menjadi dasar dan rambu-rambu pada saat guru melaksanakan program pembelajarannya. Jadi pengertian pengembangan bahasa Anak Usia Dini (AUD) dalam tulisan ini adalah upaya guru dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan AUD dalam mengembangkan bahasanya, yakni yang lebih difokuskan pada ruang lingkup pengembangan bahasa yang tertuang dalam Satuan Pendidikan TK. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, pemahaman guru tentang berbahasa khususnya menyimak dan berbicara perlula dipahami secara baik2.



B. Perkembangan Bahasa AUD Menurut Piaget dalam Paul Sumarno perkembangan bahasa pada tahap praoperasi merupakan transisi dari sifat egosentris ke interkomunikasi sosial.



1 Depdikbud. Pedoman Kegiatan Belajar di Taman Kanak-Kanak (GBPKB). (Jakarta: Depdikbud. 1995). 2 Enny zubaidah, Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini Dan Teknik Pengembangannya Di Sekolah, XXIII, No. 03, November 2004. Hal. 461



Waktu seorang anak masih kecil, ia berbicara secara lebih egosentris, yaitu berbicara dengan diri sendiri. Anak tidak berniat untuk berbicara dengan orang lain. Tetapi pada umur 6 atau 7 tahun, anak mulai lebih komunikatif dengan teman-temannya. Mereka saling bercakap-cakap dan bertanya jawab3. Perkembangan bahasa anak masih berorientasi pada diri sendiri, dalam perkembangan bahasanya anak memperoleh dari pengalaman. Pengalaman dan kebiasaan di dalam beradaptasi dengan lingkungannya. Anak usia 4-5 memperoleh kosa kata melalui pengulangan pada kosa kata baru dan unik, walaupun belum dipahami artinya. Anak mulai bisa mengkombinasikan suku kata menjadi kata dan kata menjadi kalimat dengan cara mendengarkan sekali atau dua kali percakapan. Perkembangan bahasa anak bersifat hirarki dimana kemampuan yang satu tuntas maka akan menyambung kemampuan berikutnya. Anak usia dini 4-6 tahun perkembangan karakteristiknya sebagai berikut: 1) dapat berbicara dengan kalimat sederhana dengan lebih baik, 2) dapat melaksanakan 3 perintah lisan secara sederhana, 3) menggunakan dan menjawab beberapa kata tanya, 4) mampu menyusun kalimat, 5) Mengenal tulisan sederhana Perkembangan bahasa sebagai salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki anak. Santrock menyatakan bahwa bahasa (language) ialah suatu sistem simbol yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Pada manusia, bahasa ditandai oleh daya cipta yang tidak pernah habis dan adanya sebuah sistim aturan. 4



Mulyasa menyatakan “Bahasa merupakan alat komunikasi. Tercakup semua cara



untuk berkomunikasi sehingga pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat, bunyi, lambang, dan gambar. Melalui bahasa, manusia dapat mengenal dirinya, penciptanya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai 3 Paul Sumarno, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. (Jogjakarta: Kanisius. 2012). Hal. 55-56 4 Santrock, John W. Life- Span Development/ Perkembangan Masa Hidup. (Jakarta: Erlangga. 2002), hal. 178



moral atau agama. 5Anak-anak memperoleh kemapuan berbahasa dengan cara yang sangat menakjubkan. Selama usia dini, yaitu sejak lahir hingga berusia 6 tahun, ia tidak pernah belajar bahasa, apa lagi kosakata secara khusus, tetapi pada akhir masa usia dininya, rata-rata anak telah menyimpan lebih dari 14.000 kosakata. Pada tahap-tahap perkembangan bahasa selanjutnya, anak-anak mampu menambah kosakata secara mandiri dalm bentuk komunikasi yang baik6. Perkembangan bahasa anak ditempuh melalui cara yang sistematis dan berkembang bersama-sama dengan pertambahan usianya. Menurut Lenneberg (dalam Purwo 1997) perkembangan bahasa anak seiring dengan perkembangan biologisnya. Hal inilah yang digunakan sebagai dasar mengapa anak pada umur tertentu sudah dapat berbicara, sedangkan anak pada umur tertentu pula belum dapat berbicara. Akan tetapi, dalam perkembangannya, pada umumnya anak memiliki komponen pemerolehan bahasa yang hampir sirna, baik perkembangan fonologinya, sintaksisnya, semantiknya, maupun pragmatiknya7. Hal ini tentunya dilihat dari segi perkembangan bahasa anak yang normal. Kesemua komponen tersebut dapat dilihat dari gejala dan tingkah laku anakanak. seperti diuraikan Levin dalam bukunya yang berjudul Psikologi Anak (Jalongo, 1992:13). Menurul Levin, pada masa perkembangan sistem bunyi (fonologis) anak memiliki keutuhan dalam bersuaran pada masa perkembangan sintaksisnya (sistem gramatikal) anak telah mampu memproduksi suarap ada masa perkembangan sistim maknanya (semantik) anak telah memiliki keutuhan dalam memberikan makna dan pada masa perkembangan sistem sosial bahasanya (pragmalik) anak telah mampu menerapkan ucapan dalam kehidupan sosial secara utuh8. Dworetzsky (1990) menyatakan bahwa dalam kehidupan manusia mengalami perkembangan bahasa melalui dua lahapan, yakni (i) pralinguistik dan (ii) linguistik. Kedua lahap tersebut diuraikan berikut: 5



Mulyasa. Manajemen PAUD. (Bandung: Remaja Rosda Karya. 2016) Hal.27 Khamim Zarkasih Putro dan Suyadi, Bimbingan dan Konseling PAUD, (Bandung: Remaja rosdakarya, 2016), hal.126 7 Purwo, Bambang Kaswanti. Pelba 10. (Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atma Jaya. 1997) HIm. 2. 8 Jalongo, Mary Renck. Early Childhood Language Arts. (Singapore: Allyn and Bacon. 1992). 6



a) Periode Pralinguistik Periode pralinguistik adalah masa anak sebelum mengenal bahasa, alau mampu berbahasa. Saat bayi mulai tumbuh, secara berangsur-angsur ia mengembangkan bahasanya melalui urutan lahap demi tahap. Tahap pertama, sejak lahir sampai sekitar usia 2 bulan yaitu masa fonasi (phonation stage). Selama ini bayi sering membuat apa yang disebut "bunyi-bunyi yang menyenangkan". Ini adalah bunyibunyi "quasi vower (disebut "quasi" karena tidak sepenuh dan sekaya suara vokal yang dibuat berikutnya). Kuasi vokal dibentuk dari suara yang mirip bahasa pertama (Dworezky, 1990). Antara usia 2 dan 4 bulan, bayi biasanya berada pada going stage, yaitu bayi mengucapkan kata sejenis dengan kombinasi quasi vokal dengan keras, sebagai tanda awal konsonan. Antara 4 dan 7 bulan anak memproduksi beberapa kata baru, disebut masa expansion stage. Tahap kedua, setelah anak belajar mengeluarkan suara dalam bentuk tangis, anak mulai mengoceh (bablingstage). Bunyi yang muncul pada masa ini, yakni antara 7 sampai 10 bulan, berupa bunyi yang dapat dipisahkan antara vokal dan konsonannya, namun belumadabunyi yang membedakan makna. Antara usia 7 dan 10 bulan tersebut, ocehan bayi semakin meningkat karena dia mulai menghasilkan suku kata dan menirukan seperti ucapan 'bababa' atau 'mamama'. Ini disebut tahap kononikal (cononical stage). Yang menarik adalah, bayi yang mampu mendengar segera mulai mengoceh suku kata kononikal, sedangkan bayi tuli yang juga berada pada masa mengoceh, tidak dapat mengucapkan bunyi kononikal tersebut (Oller & Eiler, dalamDworetzky, 1990:214). Tahap ketiga, bayi setelah melalui masa kononikal,secara meningkat bayi mempersempit penggunaan fonem mereka, terutama pada fonem yang akan mereka gunakan daIam bahasa yang mereka pelajari. Ini disebut dengan tabap kontraksi (contraction stage) dan umumnya terjadi antara usia 10 dan 14 bulan. Pada masa ini bayi juga memperoleh langkah dan irama bahasa. Tampaknya balikan diperlukan sebelum masa kontraksi dimulai. Bayi belajar meniru apa yang mereka dengar. Jalongo (1992:8) mengelompokkan perkembangan bahasa anak tahap pralinguastik ini, sejak bayi lahir sampai usia 2 bulan.



Pada tahap perkembangan bahasa ini, anak tampak masih dalam taraf berlatih mengenal lingkungannya sendiri atas dasar yang dirasakan, dilihat, dan didengarnya. Ketika anakmerasakan sesuatu, sementara dia belum mampu mengucapkan sesuatu, anak hanya mampu memberikan pertanda bahwa dia senang atau tidak senang. Ungkapan rasa tidak senang, ditunjukkan dengan menangis atau menunjukkan kegelisahannya. Ketika anak senang, dia mampu menunjukan kesenangannya, misalnya dengan tidak rewel, melakukan gerakan yang positif, selalu memberikan respon ketika diajak berkomunikasi.



b). Periode Linguistik Kata infans berasal dari kata latin"tanpa ucapan" atau "tidakberbicara". Kata infant (bayi) berasal dari Infans (Dworetzky,1990). Hal tersebut tampak logis jika dianggap kata-kata yang kali pertama diucapkan oleh 9seorang anak sebagai titik akhir masa bayi. Pada masa tersebut, anak sudah mulai tampak perkembangan bahasanya, ia sudah mulai mampu menggunakan kata-kata dalam berbicara. Kata yang dimaksud adalah ucapan yang berhubungan langsung dengan benda atau kegiatan tertentu,sebagai bentuk dasar. Misalnya mama, papa, baba. Ini terjadi antara umur 10 sampai 17 bulan (Benedict, 1979 dalam Dworetzky, 1990). Jalongo (1992:8-9) mengelompokkan perkembangan linguistik ini sebagai tahapan kedua Pada awal tahun pertama yakni usia sekitar 12 bulan, anak menggunakan kata antara 3-6 kata (holofrase). Tahap berikutnya anak berusia antara 12 sampai 18 bulan, anak telah mampu menggunakan kata benda yang luas serta telah mampu menggunakan kosakata yang terdiri antara 3 sampai dengan 50 kata. Pada usia sekitar 2-3 tahun, anak sudah mampu menerima bahasa dengan menggunakan bahasa telegrafik 2-3 kata. Anak, selanjutnya mampu berkomunikasi dengan menggunakan kata antara 3-50 kata. Anak ketika berusia sekitar 3 tahun, kosakatanya bertambah setiap hari. Pada usia tersebut, menurut Jalongo (1992) anak memiliki kosakata antara 200 sampai



9



1990).



Dworetzky P. John. Introduction to Child Development. (West: PublishingCompany.



300 kata. Pada usia 4 tahun, anak telah mampu menerapkan pengucapan dan tata bahasa. Anak telah memiliki kosakata sebanyak 1400 sampai 1600 kata. Pada usia 5 sampai 6 tahun, anak telah memiliki susunan kalimat dan tata bahasa yang benar, bailk dalam mengunakan awalan maupun dalam menggunakan kata keIja sekarang. Panjang kalimat rata-rata setengah baris perkalimat, kemudian meningkat menjadi 6-8 kata. Anak telah mampu menggunakan kosakata kira-kira 2500 kata, dan anak mengerti sekitar 6000 kata. Dalam menstimulus perkembangan anak usia dini, seorang guru harus memahami bagaimana peran dan fungsi metode bercerita dalam mengembangkan kemampuan berbahasa anak, seperti kemampuan berbahasa secara reseptif (understanding) artinya, menerima bahasa anak mampu memahahami kata-kata dan kemampuan berbahasa secara ekspresif, artinya anak-anak mampu mengungkapkan kata-kata atau bahasa yang mencakup pengertian, dan kemampuan berbahasa secara ekspresif (producing) yang bersifat pernyataan. Anak usia dini berada dalam fase perkembangan bahasa secara ekspresif. Hal ini berarti anak telah dapat mengungkapkan keinginannya, penolakannya, maupun pendapatnya dengan menggunakan bahasa lisan. Bahasa merupakan alat komunikasi sebagai wujud dari kontak social dalam menyatakan gagasan atau ide-ide dan perasaan-perasaan oleh setiap individu sehingga dalam mengembangkan bahasa yang bersifat ekspresif, seorang anak memerlukan cara yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak usia dini dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pribadi anak tersebut10. Melalui bercerita, dapat membantu mereka dalam mengembangkan dan melatih kemampuan bahasa yang anak-anak miliki dan dengan melalui cerita anak lebih dituntut aktif dalam mengembangkan bahasanya khususnya bahasa ekspresif dibantu oleh arahan dan bimbingan guru. Perkembangan bahasa sebagai salah satu dari kemampuan dasar yang harus dimiliki anak, sesuai dengan tahapan usia dan karakteristik perkembangannya. Bahasa adalah suatu sistem simbol untuk berkomunikasi yang meliputi fonologi (unit suara), morfologi (unit arti), sintaksis 10



Elizabeth B., Perkembangan Anak, Jilid 1, (Jakarta, Tunggal Putra Press, 2009), h. 86



(tata bahasa), semantik (variasi arti), dan pragmatik (penggunaan) bahasa. Dengan bahasa, anak dapat mengkomunikasikan maksud, tujuan, pemikiran, maupun perasaannya pada orang lain. Menurut pandangan Piaget dan Vygotsky seperti dikutip Martini Jamaris, menyatakan bahwa perkembangan bahasa berhubungan dengan perkembangan kognitif‖. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan bahasa anak usia dini. Berdasarkan fase perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Piaget, anak tersebut berada dalam fase praoperasional. Fungsi simbolis anak berkembang pesat. Fungsi simbolis berkaitan dengan kemampuan anak untuk membayangkan tantang sesuatu benda atau objek lainnya secara mental, tanpa kehadiran benda atau objek secara konkret. Oleh sebab itu, perkembangan bahasa anak usia dini pada fase ini juga diwarnai oleh fungsi simbolis21 Kemampuan berbahasa meliputi kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis11. C. Aspek-aspek Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini Perkembangan bahasa sebagai salah satu dari kemampuan dasar yang harus dimiliki anak, sesuai dengan tahapan usia dan karakteristik perkembangannya. Perkembangan adalah suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dan dipengaruhi oleh berbagai factor yang saling berinteraksi seperti biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Bahasa adalah suatu system symbol untuk berkomunikasi yang meliputi fonologi (unit suara), morfologi (unit arti), sintaksis (tata bahasa), semantic (variasi arti), dan pragmatic (penggunaan) bahasa. Dengan bahasa, anak dapat mengkomunikasikan maksud, tujuan, pemikiran, maupun perasaannya pada orang lain. Anak usia taman kanak-kanak berada dalam fase perkembangan bahasa secara ekspresif. Hal ini berarti bahwa anak telah dapat mengungkapkan keinginananya, penolakannya, maupun pendapatnya dengan menggunakan bahasa lisan. Bahasa lisan sudah dapat di gunakan anak sebagai alat berkomunikasi. Aspek-aspek yang berkaitan dengan perkembangan bahasa anak usia dini tersebut adalah sebagai berikut:



11



2011).



Martini Jamaris, Perkembangan Anak Usia Dini. (Surabaya: Cipta Karya Utama,



1. Kosa kata Seiring dengan perkembangan anak dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungannya, kosa kata anak berkembang dengan pesat. 2. Sintaksis (tata bahasa) Walaupun anak belum mempelajari tata bahasa, akan tetapi melalui contoh-contoh berbahasa yang di dengar dan di lihat anak di lingkungannya, anak telah dapat menggunakan bahasa lisan dengan susunana kalimat yang baik. Misalnya: ―Rita memberi makan kucing bukan ―kucing Rita makan memberi 3. Semantik Semantik maksudnya penggunaan kata sesuai dengan tujuannya. Anak ditaman kanak-kanak



sudah



dapat



mengekspresikan



keinginan,



penolakan



dan



pendapatnya dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang tepat. Misalnya: Tidak mau‖ untuk menyatakan penolakan. 4. Fonem (satuan bunyi terkecil yang membedakan kata) Anak di taman kanak-kanak sudah memilki kemampuan untuk merangkaikan bunyi yang di dengarnya menjadi satu kata yang mengabdung arti. Misalnya: i.b.u menjadi ibu12.



D. Pendekatan dalam Bimbingan dan Konseling Anak Usia Dini Secara umum pendekatan bimbingan dan konseling dibagi menjadi empat pendekatan, yakni pendekatan krisis, pendekatan remedial, pendekatan preventif, dan pendekatan perkembangan. Yusuf dan Nurihsan (2008: 81) menjelaskan cukup rinci beberapa pendekatan dimaksud, yaitu sebagai berikut13:



12 Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Bidang Pengembangan Berbahasa Di Taman Kanak-kanak, (Jakarta, 2007) . 13 Nurihsan, J. Akhlak Mulia dalam Perspektif Bimbingan dan Konseling Islami, (Bandung: Rizqi Press. 2006)



1. Pendekatan Krisis Pendekatan krisis merupakan upaya bimbingan yang ditujukan kepada individu yang mengalami krisis atau masalah. Jadi bimbingan diberikan dengan tujuan untuk mengatasi krisis atau masalah-masalah yang dialami individu. Dalam pelaksanaannya bimbingan dengan pendekatan krisis ini adalah konselor atau guru pembimbing menunggu konseling yang datang untuk selanjutnya konselor memberikan bantuan sesuai dengan masalah yang dirasakan konseli. Pendekatan krisis ini banyak diwarnai oleh aliran psikoanalisis di mana makna utama aliran ini adalah bahwa berfungsinya kepribadian individu saat ini sangat dipengaruhi kejadian masa lampaunya. Kejadian dan pengalaman individu pada masa lima atau enam tahun pertama dari kehidupannya dipandang sebagai akar dari krisis individu yang bersangkutan pada saat ini. 2. Pendekatan Remedial Pendekatan remedial merupakan upaya bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami kesulitan. Bimbingan ditujukan untuk memperbaiki sejumlah kesulitan yang dialami konseling. Dalam melaksanakan bimbingan dan konseling dengan pendekatan remedial ini konselor lebih memfokuskan pada beberapa kelemahan individu yang selanjutnya berupaya untuk memperbaikinya sesuai dengan yang diharapkan. Pendekatan remedial ini sangat dipengaruhi oleh aliran behavioristik, di mana aliran ini sangat menekankan pada sikap dan perilaku konseling di sini dan saat ini (here and now). Sikap dan perilaku konseli saat ini dari konseli sangat dipengaruhi oleh suasana lingkungan pada saat ini pula. Oleh karena itu, untuk memperbaiki sikap dan perilaku individu perlu ditata lingkungan yang mendukung untuk perbaikan sikap dan perilaku tersebut. 3. Pendekatan Preventif Pendekatan preventif merupakan upaya bimbingan yang diarahkan untuk mengantisipasi beberapa masalah individu secara umum dengan harapan individu akan tercegah dan tidak sampai mengalami masalahmasalah tersebut. Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling dengan pendekatan preventif ini konselor



memberikan sejumlah informasi dan mengajarkan serangkaian pengetahuan dan keterampilan untuk mencegah terjadinya masalah-masalah yang kemungkinan bisa terjadi. 4. Pendekatan Perkembangan Pendekatan perkembangan merupakan pendekatan bimbingan dan konseling yang memfokuskan pada pengembangan dan potensi individu secara optimal. Diyakini bahwa setiap individu memiliki sejumlah potensi dan kekuatan tertentu, yang melalui penerapan beberapa teknik dan strategi bimbingan maka potensi dan kekuatan tersebut dikembangkan. Dalam pendekatan perkembangan ini layanan bimbingan diberikan kepada semua individu bukan hanya individu yang bermasalah–yang berhak menerima layanan bimbingan. Di dalam praktiknya bimbingan perkembangan dapat dilaksanakan secara individual, kelompok bahkan klasikal dengan menerapkan layanan pemberian informasi, diskusi, proses kelompok, dan penyaluran bakat dan minat14.



E. Teknik Pengembangan Bahasa Reseptif dan Produktif pada Anak Usia Dini Banyak cara yang dapal dilakukan guru, agar anak dapal mengembangkan kelerampilan bahasanya baiksecara reseptif(menyimak dan membaca) maupun produklif (berbicara dan menulis). Unluk itu perlu diingatkan kemampuan yang diharapkan dapal dicapai, seperti yang dituangkan dalam GPPPSS-TK (Oepdiknas, 2002). Hal-hal lersebul adalah: (I)menirukan kembali urulan angka, urulan kala, (2) mengikuli beberapa perintah sekaligus, (3) menjawab pertanyaan, (4) menyanyikan lagu dan mengucapkan sajak, (5) mengenalkan kala tunjuk yang mengarah ke suatu tempat, (6) memperagakan gerakan sederhanadalam kehidupan anak seharihari, (7) mencerilakan lenlang keJadian di sekilar anak secara sederhana, (8) menjawab pertanyaan sederhana dan cerita pendek yang disampaikan guru, (9) menceritakan kembalisecara sederhana cerila pendek yang



14



Rifda El Fiah, Bimbingan Dan Konseling Anak Usia Dini. (Depok :PT Grafindo Persada. 2019)



telah disampaikan guru, (10) memberikan informasi tentang sesuatu hal, (11): memberi batasan tentang kata atau benda, (12) mengurutkan dan menceritakan' isi gambar, (13) melengkapi kalimat sederhana, (14) melanjutkan cerita/sajak/lagu yang sudah dimulai guru, (15) menyebutkan sebanyak-banyaknya nama benda, binatang, tanaman yang mempunyai warna, bentuk, atau menurut ciri-cirilsifat tertentu, (16) menyebut kalimat sebanyak-banyaknya kegunaan dari suatu benda, (17) membayangkan akibat dari suatu kejadian yang belum tentu terjadi, (18) menceritakan gambar yang telah disediakan, (19) menceritakan gambar yang dibuat sendiri, (20) mengekspresikan diri melalui dramatisasi, (21) mengucapkan suku kata dalam nyanyian, (22) mengenalkan huru fawal dari kata yang bermakna, (23) mengenalkan bunyi hurufakhir dari kata yang bermakna, (24) membuat kata dari suku kata awal yang disediakan dalam bentuk lisan, (25) mengenalkan lawan kata, dan (26) menggunakan kata ganti "aku" atau "saya" Berdasarkan kemampuan yang ingin dicapai tersebut, dalam praktiknya guru hendaklah memperhatikan pemilihan metode yang tepat. Beberapa metode yang dimaksud adalah (I) bercerita, (2) permainan bahasa, (3) sandiwara boneka, (4) bercakapcakap, (5) tanya jawab, (6) dramatisasi, (7) mengucapkan syair, (8) bermain peran, dan (9) karya wisata (Depdikbud,1996). Melalui metode ini, diharapkan guru mampu menumbuh kembangkan kemampuan berbahasa anak. Berikut dicontohkan dua metode "permainan bahasa" dan "metode mengucap syair" yang dipilih dari (Hastuti, 1999)15.



15



Sri Hastuti, Bermain Sambil Belajar. (Yogyakarta: Mitra Gama Widya.1999).



KESIMPULAN



Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pengantar di semua jenis pendidikan dan jenjang sekolah, mulai dari TK sampai PerguruanTinggi di Indonesia. OIeh karena fungsi tersebut, maka bahasa memegang peranan penting daIam pembaharuan dan peningkatan mutu pendidikan. Khususnya di TK, fungsi bahasa ini pengembangan kemampuan berbahasa di TK bertujuan agar anak didik mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya. Kemampuan Anak usia dini 4-6 tahun perkembangan karakteristiknya sebagai berikut: 1) dapat berbicara dengan kalimat sederhana dengan lebih baik, 2) dapat melaksanakan 3 perintah lisan secara sederhana, 3) menggunakan dan menjawab beberapa kata tanya, 4) mampu menyusun kalimat, 5) Mengenal tulisan sederhana Perkembangan bahasa sebagai salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki anak. Adapun tahan perkembangan AUD ada 2 yaitu: 1. pralinguistik 2. linguistik. Aspek-aspek yang berkaitan dengan perkembangan bahasa anak usia dini tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kosata kata 2. Sintaksis 3. Semantik 4. Fenom



DAFTAR PUSTAKA Depdikbud.(1995). Pedoman Kegiatan Belajar di Taman Kanak-Kanak (GBPKB). Jakarta: Depdikbud. Enny zubaidah, Perkembangan



Bahasa Anak



Usia Dini



Dan Teknik



Pengembangannya Di Sekolah, XXIII, No. 03, November 2004. Paul Sumarno, (2012). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. (Jogjakarta: Kanisius. ). Santrock, John W. (2002) Life- Span Development/ Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga Mulyasa. 2016. Manajemen PAUD. Bandung: Remaja Rosda Karya. Khamim Zarkasih Putro dan Suyadi, (2016). Bimbingan dan Konseling PAUD, Bandung: Remaja Rosdakarya, Hastuti, Sri. 1999. Bermain Sambil Belajar. Yogyakarta: Mitra Gama Widya. Purwo, Bambang Kaswanti. (1997). Pelba 10. (Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atma Jaya. 1997) Jalongo, Mary Renck.(1992).Early Childhood Language Arts. Singapore: Allyn and Bacon. Dworetzky



P.



John.(1990).Introduction



to



Child



Development.



West:



PublishingCompany. Elizabeth B., (2009).Perkembangan Anak, Jilid 1, Jakarta, Tunggal Putra Press. Martini Jamaris,( 2011)Perkembangan Anak Usia Dini. Surabaya: Cipta Karya Utama. Fiah, Rifda El. (2019). Bimbingan Dan Konseling Anak Usia Dini. Depok :PT Grafindo Persada. Nurihsan, J. (2006). Akhlak Mulia dalam Perspektif Bimbingan dan Konseling Islami, Bandung: Rizqi Press. Departemen Pendidikan Nasional, (2007) Pedoman Bidang Pengembangan Berbahasa Di Taman Kanak-kanak, Jakarta.