Metodik Kelompok 3 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS TERSTRUKTUR METODIK KHUSUS “MACAM METODE PEMBELAJARAN KLINIK: PERAN PEMBIMBING, DEFINISI, KELEMAHAN, KEUNTUNGAN, HAMBATAN DAN PROSES” Dosen Pengampu : Dianna.,M.Keb



DISUSUN OLEH: KELOMPOK 3 Ega Syavira (211092010) Ghytia Wahyudi (211092015) Suci Diajeng Tiara Lestari (211092039) Qutwatun Fadila (211092033) Angraini Mutia (211092002) Benadikta Maria Margiastuti (211092004) Hesti Grawiwa (211092016) Lidia (211092020) Marsini Karni (211092023) Mei Marina Hutasoit (211092025) Novika Aldina (211092021) Rosita (211092036) Zabariah (211092051)



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKNIK KESEHATAN PONTIANAK JURUSAN KEBIDANAN PRODI SARJANA TERAPAN TAHUN AJARAN 2021



1



KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Kuasa-Nya yang telah memberikan segala nikmat dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai tugas terstruktur yang di berikan dosen mata kuliah metodik khusus sebagai sarana untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswi lainnya. Kelompok menyadari segala keterbatasan yang dimiliki, oleh karena itu penulis memohon saran dan kritik kepada semua pihak agar makalah ini menjadi sempurna.Atas saran dan kritiknya penulis mengucapkan banyak terima kasih.semoga makalah ini dapat bermanfaat, memberikan kelancaran, dan barokah.



Pontianak, 25 Oktober 2021



Penulis



1



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR..............................................................................................................1 DAFTAR ISI..........................................................................................................................2 BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................3 A.



Latar Belakang........................................................................................................3



B.



Rumusan Masalah..................................................................................................5



C.



Tujuan Masalah......................................................................................................5



BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6 A.



Pre Dan Post Confrence..........................................................................................6



B.



System Ronde Atau Ronde Keperawatan...............................................................9



C.



Modeling..............................................................................................................12



D.



Coaching...............................................................................................................16



BAB III...............................................................................................................................24 PENUTUP..........................................................................................................................24 A.



Kesimpulan...........................................................................................................24



B.



Saran....................................................................................................................24



DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................25



2



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses yang komplek dengan tujuan akhir terjadi perubahan perilaku pada diri seseorang, intinya di dalam pendidikan kebidanan membutuhkan proses belajar yang dapat merubah perilaku dalam dunia pendidikan kebidanan, sebagaimana hakekat pendidikankebidanan sebagai pendidikan akademik dan pendidikan profesi, maka proses perubahan perilaku akademis diharapkan dapat mencerminkan pada tatanandan nilai-nilai kesehariannya, demikian juga pendidikan profesi akan terjadi perubahan perilaku profesional dalam kehidupannya.(Siti Munadliroh 2015) Pendidikan



kebidanan



dalam



melaksanakan



praktek



klinik



diharapkan bukan sekedar kesempatan untuk menerapkan teori yang dipelajari di kelas kedalam praktik profesional. Melalui praktik klinik mahasiswa diharapkan lebihaktif dalam setiap tindakan sehingga akan menjadi



orang yang cekatan



dalammenggunakan



teori



tindakan,



menumbuhkan dan membina sikap tingkah lakudan kemampuan profesional keperawatan dalam praktek keperawatan ilmiah,mampu melakukan adaptasi secara profesional dan menjadikan diri sebagaimodel peran.



Pelaksanaan



pembelajaran



klinik



terkait



erat



dengan



perandosen/pembimbing klinik pada lingkungan klinik yang bertujuan mendorongkemandirian dan kepercayaan diri mahasiswa.



3



Oleh karena itu, kemampuan mahasiswa selama pembelajaran di klinik sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan pengalaman preceptor. Salah satu kompetensi penguasaan pembelajaran yang mendidik yang perlu dimiliki pembimbing klinik dalam rangka penciptaan kondisi yang kondusif bagi proses pembelajaran mahasiswa adalah kompetensi penguasaan metodologi pembelajaran.



4



B. Rumusan Masalah 1. Apa saja peran pembimbing, kelemahan, keuntungan, hambatan dan proses pre dan post conference? 2. Apa saja peran pembimbing, kelemahan, keuntungan, hambatan dan proses system ronde atau ronde kebidanan? 3. Apa saja peran pembimbing, kelemahan, keuntungan, hambatan dan proses modeling? 4. Apa saja peran pembimbing, kelemahan, keuntungan, hambatan dan proses coaching? C. Tujuan Masalah Untuk mengetahui apa saja macam metode pembelajaran klinik peran pembimbing, kelemahan, keuntungan, hambatan dan proses pre dan post conference, system ronde atau ronde kebidanan, modeling, dan coaching.



5



BAB II PEMBAHASAN



A. Pre Dan Post Confrence 1. Peran Pembimbing a. kolega/teman b. sebagai assessor/ penilai c. peranreflektif d. sebagai coach e. fasilitator f. role model profesional 2. Definisi Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas pelaksanaan. Conference sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar. 3. Hambatan a. Gangguan (misalnya ada panggilan telepon/HP berdering) b. Waktu rawat inap yang singkat. c. Ruangan yang kecil sehingga padat dan sesak. d. Tidak ada papan tulis. e. Tidak dapat mengacu pada buku. f. Pelajar lelah g. Keuntungan



6



a. Observasi langsung. b. Menggunakan seluruh pikiran. c. Klarifikasi dari anamnesa dan pemeriksaan fisik. d. Kesempatan untuk membentuk keterampilan klinik mahasiswa. e. Memperagakan fungsi



7



5. Kelemahan a. Pasien merasa tidak nyaman. b. Menyakiti pasien, terutama pada pasien yang kondisi fisiknya tidak stabil. c. Pasien tidak ada di tempat. d. Pasien salah pengertian dalam diskusi. e. Pasien tidak terbuka. 6. Proses a. Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian dinas pagi atau sore sesuai dengan jadwal bidan pelaksana. b. Konferensi dihadiri oleh bidan pelaksana dan penanggungjawab dalam timnya masing– masing. c. Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam. d. Hal hal yang disampaikan oleh bidan pelaksana meliputi: 1) Keluhan utam aklien 2) Keluhan klien 3) TTV dan kesadaran 4) Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostic terbaru. 5) Masalah perawatan 6) Rencana perawatan hari ini. 7) Perubahan keadaan terapi medis. 8) Rencana medis.



8



e. Bidan pelaksana mendikusikan dan mengarahkan bidan asosiet tentang masalah yang terkait dengan perawatan klien yang meliputi : 1) Klien



yang



kesalahan



terkait dengan pelayanans eperti pemberian



makan,



kebisikan



:



keterlambatan,



pengunjung



lain,



kehadirandokter yang dikonsulkan. 2) Ketepatan pemberian infuse 3) Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan. 4) Ketepatan pemberianobat / injeksi. 5) Ketepatan pelaksanaan tindakan lain, 6) Ketepatandokumentasi. f. Mengingatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan. g. Mengingatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan kemajuan masing –masing bidan. h. Membantu bidan menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan. D. System Ronde Atau Ronde Keperawatan 1. Pengertian Suatu kegiatan yang bertujuan



unruk mengatasi masalah



keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan, akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat, yang melibatkan seluruh anggota tim. 2. Karakteristik a. Klien dilibatkan secara langsung b. Klien merupakan fokus kegiatan



9



c. Perawat associate, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama d. Konsuler memfasilitasi kreatifitas e. Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat associate perawat primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah 3. Tujuan a. Menumbuhkan cara berfikir secara khas b. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari masalah klien c. Meningkatkan validitas data klien d. Menilai kemampuan justifikasi e. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja f. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana keperawatan



10



4. Peran a. Perawat Primer dan perawat associate Dalam menjalankan pekerjaan perlu adanya sebuah peranan yang bisa untuk memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain: 1) Menjelaskan keadaan dan data demografi klien 2) Menjelaskan masalah keperawatan utama 3) Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan 4) Menjelaskan tindakan selanjutnya 5) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang diambil b. Peran perawat Primer lain dan atau Konsuler 1) Memberikan justifikasi 2) Memberikan reinforcement 3) Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta tindakan yang rasional 4) Mengarahkan dan koreksi 5) Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari 5. Kelemahan Ronde Keperawatan Kelemahan metode ini adalah klien dan keluarga merasa kurang nyaman serta privasinya terganggu. Masalah yang biasanya terdapat dalam metode ini adalah sebagai berikut: a. Berorientasi pada prosedur keperawatan b. Persiapan sebelum praktek kurang memadai c. Belum ada keseragaman tentang laporan hasil ronde keperawatan d. Belum ada kesempatan tentang model ronde keperawatan



11



E. Modeling 1. Pengertian Modeling Perry dan Furukawa (dalam Abimanyu dan Manrihu 1996) mendefinisikan modeling sebagai proses belajar melalui observasi dimana tingkah laku dari seorang individu atau kelompok, sebagai model, berperan sebagai rangsangan bagi pikiran-pikiran, sikap-sikap, atau tingkah laku sebagai bagian dari individu yang lain yang mengobservasi model yang ditampilkan. Teknik modeling ini adalah suatu komponen dari suatu strategi dimana konselor menyediakan demonstrasi tentang tingkah laku yang menjadi tujuan. Model dapat berupa model sesungguhnya (langsung) dan dapat pula simbolis. Model sesungguhnya adalah orang, yaitu konselor, guru, atau teman sebaya. Di sini konselor bisa menjadi model langsung dengan mendemonstrasikan tingkah laku yang dikehendaki dan mengatur kondisi optimal bagi konseli untuk menirunya. 2. Tujuan a. Untuk perolehan tingkah laku sosial yang lebih adaptif. b. Agar konseli bisa belajar sendiri menunjukkan perbuatan yang dikehendaki tanpa harus belajar lewat trial and error. c. Membantu konseli untuk merespon hal- hal yang baru d. Melaksanakan tekun respon- respon yang semula terhambat/ terhalang e. Mengurangi respon- respon yang tidak layak 3. Peranan



12



Dalam membelajarkan orang dewasa, seorang pendidik tepat dikatakan



sebagai



pembimbing,



karena



pembimbing



itu



lebih



mengutamakan kegiatan belajar pada keaktifan peserta didik. Pendidik lebih banyak membimbing peserta didik dalam kegiatan pendidikan orang dewasa. Beberapa peran pembimbing, diantaranya: a. Sebagai Pamong Belajar Pamong belajar berarti orientasi pembelajaran berpusat pada peserta didik (learner centered), akan tetapi ini tidak berarti bahwa di dalam penerapan proses pembelajaran sesuai dengan segala keinginan peserta didik. Oleh sebab itu, sebagai pendidik mempunyai tanggungjawab menyediakan suatu pola kegiatanbelajar, dimana pendidik mempunyai dua peran, yaitu: 1) Pamong bertindak sebagai warga kelompok belajar, 2) Pamong bertindak sebagai pemimpin kelompok belajar yang dilakukannya secara luwes. Tugas pendidik dalam peranannya sebagai pemimpin kegiatan belajar antara lain ialah melakukan motivasi terhadap peserta didik, sehingga menumbuhkan partisipasi secara maksimal dalam diri peserta didik. Pendidik juga melakukan penjelasan atau memperjelas tujuan belajar sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik. Kemudian pendidik juga merancang sedemikian rupa, sehingga peserta didik mampu menelaah sendiri alternatif-alternatif pemecahan masalah.



13



Peranan pendidik ialah sebagai pengatur dan menciptakan suasana yang



memberikan



kesempatan



kepada



peserta



didik



untuk



mengembangkan pemikiran dan tindakannya sesuai dengan hasil pemikiran mereka. Di samping itu, pendidik berperan sebagai penunjuk jalan bagi peserta didik dan membekalinya dengan teknikteknik belajar yang cocok bagi diri si pelajar. b. Sebagai Penyuluh Istilah ini sering dipakai pada kegiatan penyuluhan kesehatan, pendidikan dan pertanian. Penyuluhan berasal dari kata suluh, yang artinya kegiatan yang dilakukan, sehinggan menjadikan seseorang / kelompok



terang



(memahami)



informasi-informasi



yang



disampaikan penyuluh tersebut. Penyuluhan adalah usaha yang dilakukan seseorang / kelompok kepada orang lain dalam rangka memberikan informasi, penjelasan sehingga orang lain tersebut menjadi paham tentang materi-materi yang disampaikan. Misalnya; dikalangan Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana, pamong belajar dalam rangka melakukan penyuluhan tentang imunisasi, penimbangan bayi, dan lain-lain. Pada penyuluhan, penyuluh berfungsi sebagai orang yang aktif memberikan informasi, penjelasan kepada orang lain. c. Sebagai Fasilitator Fasilitator adalah orang yang memberikan kesempatan kepada peserta didik atau memfasilitasi mereka sehingga mereka akan aktif mengarahkan diri sendiri. Contoh dalam membangkitkan peran serta



14



peserta didik dalam mempelajari pesan-pesan pembangunan, digunakan permainan simulasi. Kegiatan belajarnya dilakukan melalui kelompok belajar. Untuk menggerakkan kegiatan belajar, permainan simulasi tersebut keberadaan dan berfungsi sebagai fasilitator. Fasilitator warga masyarakat di desa/wilayah dimana ia tinggal, dilatih sebagai pemimpin kegiatan belajar pada kelompok belajar, permainan simulasi untuk menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat. Fasilitator berfungsi menumbuhkan atau mendorong peserta permainan pada kejar. d. Sebagai Tutor Pembelajaran masyarakat melalui kegiatan pendidikan luar sekolah, misalnya program Paket A, B, dan C, dan dibimbing oleh seorang tutor. Sebagai pendidik , maka tutor memiliki peranan dan fungsi yang hampir bersamaan dengan peranan dan fungsi pada pendidikan sekolah (formal). Secara umum, tugas dan fungsi tutor adalah



merencanakan



kegiatan



pembelajaran,



melaksanakan



pembelajaran dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. e. Keuntungan 1) Memberikan pengalaman belajar yang bisa dicontoh oleh konseli 2) Menghapus hasil belajar yang tidak adaptif. 3) Memperoleh tingkah laku yang lebih efektif. 4) Mengatasi gangguan-gangguan keterampilan sosial, gangguan reaksi emosional dan pengendalian diri.



15



f. Hambatan 1) Keberhasilan teknik modeling tergantung persepsi konseli terhadap model. Jika konseli tidak menaruh kepercayaan pada model, maka konseli akan kurang mencontoh tingkah laku model tersebut. 2) Jika model kurang bisa memerankan tingkah laku yang diharapkan, maka tujuan tingkah laku yang didapat konseli bisa jadi kurang tepat. 3) Bisa jadi konseli menganggap modeling ini sebagai keputusan tingkah laku yang harus ia lakukan, sehingga konseli akhirnya kurang begitu bisa mengadaptasi model tersebut sesuai dengan gayanya sendiri. F.



Coaching



1. Pengertian Coaching (Bimbingan) Bimbingan adalah suatu proses pembelajaran yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta baik perorangan atau kelompok untuk memecahkan permasalahannya sendiri dan didampingi oleh fasilitator. Bimbingan melibatkan peserta



dan fasilitator dalam



dialog satu lawan satu dan mengikuti suatu proses yang tersusun, diarahkan pada tanggung jawab memelihara kemajuan dan kinerja yang baik serta hubungan kerja positif antara fasilitator dan staf. 2. Tujuan Coaching Kegiatan ini bertujuan agar peserta dapat: a. Menstimulan pengembangan keterampilan peserta secara individual.



16



b. Membantu peserta



menggunakan pekerjaan sebagai pengalaman



pembelajaran dengan bimbingan dan mengembangkan professional peserta. c. Memberi kesempatan kepada peserta untuk melengkapi pekerjaan yang diberikan fasilitator dan pada saat yang sama mempersiapkan keterampilan peserta dalam mengambil tanggung jawab dan pekerjaan mendatang. d. Meningkatkan kemampuan kemandirian belajar dari peserta dan mengatasi permasalahan yang dihadapi mereka. 3. Keuntungan Coaching a. Dapat mendorong kemampuan masing-masing individu sesuai dengan minatnya b. Dapat menilai masing-masing peserta dengan berbagai metode penilaian termasuk observasi dan interview c. Dapat mengikuti lebih dekat setiap perkembangan peserta d. Coaching/Bimbingan lebih pada pendekatan personal dibanding dengan training kelompok e. Peserta merasa lebih termotivasi dan bertanggung jawab untuk melakukan keterampilan yang baru dipelajari karena bimbingan berlangsung terus menerus dan personal 4. Hambatan Coaching Untuk mengadakan suatu coaching tidaklah mudah karena banyak faktor yang harus terlibat. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi



17



adalah kepribadian yaitu kesesuaian dan ketidak sesuaian antara bawahan dan atasan. Yang menjadi hambatan disini adalah: a. Peran yang kurang jelas Sering kali terjadi ketidak jelasan apa sesungguhnya yang dilibatkan baik dari segi keterampilan maupun kegiatan. Disamping itu kurangnya pemahaman tentang siapa yang sesungguhnya bertanggung jawab dalam coaching, apa yang harus dilakukan, kapan dan bagaimana melakukannya. Selain itu terdapat ketidak pastian mengenai seberapa banyak penyuluhan, pengarahan dan dukungan sosio-emosional yang dibutuhan, apakah peserta siap, dan bersedia menerima bantuan. b. Gaya manajemen kurang sesuai Kepercayaan peserta sering kali dipengaruhi oleh pandangan fasilitator mengenai tabiat atau sifat manusia. Besarnya pengawasan atau kebebasan yang diberikan oleh fasilitator kepada peserta sering kali tergantung pada anggapan fasilitator terhadap peserta Dilain pihak, sikap yang ditunjukkan oleh peserta sangat tergantung pada harapan dan keinginan mereka, apakah mereka menginginkan fasilitator dengan jiwa kepemimpinan yang kuat, apakah mereka menunjukkan kemandirian, ketergantungan, inisiatif dan kreativitas. Coaching mempertegas hubungan baik yang terjalin antara fasilitator dan peserta sekaligus perilaku dan harapan kedua belah pihak. c.



Kesulitan dalam kontak pribadi secara langsung



18



Coaching melibatkan pengarahan dengan kontak langsung, hal ini sering menimbulkan kesulitan bagi fasilitator yang tidak terbiasa melakukan hubungan tatap muka satu lawan satu dengan peserta untuk jangka waktu tertentu. Fasilitator merasa takut bahwa situasi ini akan dapat membongkar



kekurangannya,



baik



yang



berkaitan



dengan



pengetahuanmteknis maupun keahlian khususnya d. Keterampilan komunikasi tidak memadai Keterampilan komunikasi tulis dan lisan sangat penting dalam situasi coaching. Keberhasilan dan kegagalan fasilitator tergantung pada kemampuan mereka dalam menyampaikan pikiran, perasaan dan kebutuhan. Besar kemungkinan fasilitator juga gagal dan tidak berniat mengungkapkan pengalamannya atau pengetahuan pribadinya yang dapat membantu peserta untuk belajar e. Kurangnya kesediaan atau kemauan Seorang peserta harus siap dan bersedia menerima fasilitator. Kedua belah pihak harus menganggap coaching sebagai proses meraih kemajuan dan peningkatan yang bertujuan mengembangkan keterampilan dalam suatu lokasi kerja. Peserta yang menunjukkan sikap kurang kemauan dan bekerja tidak sebagaimana mestinya dapat menyulitkan dalam proses coaching. f. Kurangnya motivasi



19



Sebagai fasilitator akan mempunyai tugas tambahan untuk menciptakan lingkungan bermotivasi bagi peserta. Oleh karenanya motivasipun lebih banyak ditumpukan pada keinginan menguasai pengetahuan



keterampilan



baru dan mendapatkan kesempatan



dalam mengambil keputusan. g. Tekanan dalam pekerjaan Ada beberapa alasan mengapa fasilitator tidak termotivasi dan ragu menjadi fasilitator, satu



diantaranya



karena



mereka



menganggap organisasi menitik beratkan pada sikap “ Lakukan sendiri tugasmu; untuk itu kamu dibayar” Alasan lain pelatihan akan menyita banyak waktu, kecemasan menghadapi kegagalan.



20



h.



Melakukan kesalahan Sekalipun



orang



tahu bahwa



dari kesalahan kita dapat



memetik suatu pelajaran namun baik fasilitator maupun peserta takut



melakukan



dan



mengakui



kesalahan



dan



cenderung



menyembunyikannya rapat-rapat. Padahal seandainya kesalahan itu diakui lebih awal akan lebih banyak waktu dan tenaga yang dapat diselamatkan. Membangun kepercayaan dalam hubungan coaching akan menyingkirkan situasi seperti ini. i.



Proses Coaching 1) Sebelum praktek peserta sebaiknya mengadakan pertemuan untuk mereview kegiatan, termasuk langkah-langkah yang perlu ditekankan dalam praktek kinerja. 2) Dalam praktek, fasilitator mengamati, membimbing, dan memberikan umpan balik kepada peserta melaksanakan



langkah-langkah/kegiatan



pada saat mereka termasuk



buku



penuntun belajar. 3) Setelah praktek, umpan balik seharusnya diberikan secepatnya. Dengan



menggunakan



penuntun



belajar



atau



checklist



keterampilan, fasilitator berdiskusi tentang kemampuan belajar peserta sesuai dengan kinerja mereka dan memberi saran perbaikan. Apabila pelatihan berdasarkan kompetensi digabungkan dengan prinsip belajar orang dewasa, mastery learning, coaching



dan



humanistic,



21



maka



hasilnya



akan



sangat



mengagumkan dan merupakan metoda yang paling efektif untuk mengajarkan ketempilan teknis. Dengan menggunakan pendekatan yang manusiawi maka dapat mengurangi ketegangan para peserta dan memperkecil ketidaknyamanan klien. Oleh karena itu, pendekatan



dalam



coaching yang lebih manusiawi adalah komponen yang penting untuk memperbaiki kualitas pelatihan keterampilan klinik yang pada akhirnya meningkatkan kualitas pelayanan.



22



0.  Perbandingan pelatih yang efektif dan yang tidak efektif Pembimbing yang efektif PP Pembimbing yang tidak efektif 1. Memfokuskan perhatian pada praktek 1. Memfokuskan perhatian pada teori 1.



klinis Mendorong kerja sama dan hubungan



2. Menjaga jarak ( status diatas peserta)



2. 3. 4.



antar sejawat Berusaha mengurangi stress Mengadakan komunikasi dua arah Melihat dirinya sebagai fasilitator



3. Sering membuat stress 4. Menggunakan komunikasi satu arah 5. Melihat dirinya sebagai penguasa atau satu sumber pengetahuan



23



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pendidikan merupakan suatu proses yang komplek dengan tujuan akhir terjadi perubahan perilaku pada diri seseorang, intinya di dalam pendidikan kebidanan membutuhkan proses belajar yang dapat merubah perilaku dalam dunia pendidikan kebidanan, sebagaimana hakekat pendidikan kebidanan sebagai pendidikan akademik dan pendidikan profesi, maka proses perubahan perilaku akademis diharapkan dapat mencerminkan pada tatanandan nilai-nilai kesehariannya, demikian juga pendidikan profesi akan terjadi perubahan perilaku profesional dalam kehidupannya



B. Saran Pendidikan kebidanan dalam melaksanakan praktek klinik diharapkan bukan sekedar kesempatan untuk menerapkan teori yang dipelajari di kelas kedalam praktik profesional. Melalui praktik klinik mahasiswa diharapkan lebihaktif dalam setiap tindakan sehingga akan menjadi orang yang cekatan dalam menggunakan teori tindakan, menumbuhkan dan membina sikap tingkah lakudan kemampuan profesional keperawatan dalam praktek keperawatan ilmiah,mampu melakukan adaptasi secara profesional dan menjadikan diri sebagai model peran.



24



DAFTAR PUSTAKA



Siti Munadliroh. 2015. “Gambaran Penerapan Metode Pembelajaran Klinik.” unifersitas Diponegoro. Nursalam. 2002.Manajemen Keperawatan : Aplikasi DalamKeperawatan Profesional Edisi Pertama. Jakarta : SalembaMedika.Nursalam. Bastable, S.B (2002).Perawat sebagai pendidik: prinsip – prinsip pengajaran dan pembelajaran, alih bahasa Gerda W. Jakarta: EGC Nurachmah, E( 2005). Metode Pengajaran Klinik Keperawatan. Makalah pelatihan bimbingan klinik FIK – UI.Tidak dipublikasikan. Relly, D.E & Obermann,M.H (2002). Pengajaran Klinis dalam pendidikan keperawatan, alih bahasa Eni Noviestari. Jakarta: EGC



25