Metodologi Pelaksanaan Desain RTH Taman Kota [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN FINAL PERENCANAAN GAPURA DAN UTILITAS LOKASI IPA DI TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KAB ROKAN HILIR



Metodologi Pelaksanaan



BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN



3.1.



Elaborasi Konsep



3.1.1. Definisi Arsitektur Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia:  Seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan.  Metode dan gaya rancangan suatu konstruksi bangunan. Arsitektur merupakan tempat bernaung dari yang paling sederhana hingga yang paling rumit. Arsitektur juga merupakan lingkungan binaan (built environment) dan Lingkungan buatan (built environment) mempunyai bermacam-macam kegunaan, yaitu, melindungi manusia dan kegiatan - kegiatannya serta harta miliknya dari elemenelemen, dari musuh-musuh berupa manusia dan hewan, dan dari kekuatan-kekuatan adikodrati, membuat tempat, menciptakan suatu kawasan aman yang berpenduduk dalam suatu dunia fana dan cukup berbahaya, menekankan identitas social dan menunjukan status, dan sebagainya. Tempat bernaung bukanlah merupakan satu-satunya fungsi, atau bahkan fungsi pokok dari perumahan. Menurut Aldo Van Eyck, sebuah bangunan adalah suatu kota kecil, sebuah kota adalah suatu bangunan yang besar. Beberapa analogi yang digunakan para ahli teori untuk menjelaskan arsitektur: 1. Analogi matematis 2. Analogi Biologis



III - 1



LAPORAN FINAL PERENCANAAN GAPURA DAN UTILITAS LOKASI IPA DI TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KAB ROKAN HILIR



Metodologi Pelaksanaan



3. Analogi Romantik 4. Analogi Linguistik 5. Analogi Mekanik 6. Analogi Pemecahan Masalah 7. Analogi Adhocis 8. Analogi Bahasa Pola Teori-teori tentang apa yang seharusnya dilakukan arsitektur memperhatikan bagaimana mencirikan cita-cita yang akan memuaskan hati perancang dan bangunan. Arsitektur pada hakekatnya merupakan suatu bidang teknis. Bangunan harus logis dalam sistem struktur dan produksinya. Pandangan yang lain ialah bahwa tujuan utama arsitektur bersifat kemasyarakatan. Secara umum, arsitektur dapat dibayangkan, dirancang, diwujudkan, serta dibangun dalam menanggapi suatu kondisi yang ada. Secara luas, arsitektur merupakan kegiatan merancang dan membangun secara keseluruhan lingkungan binaan dalam level makro maupun level mikro. Arsitektur memiliki definisi yang luas. Arsitektur mencakup segi keindahan, kesatuan dan penciptaan ruang dan bentuk. Arsitektur juga merupakan sesuatu yang dibangun manusia untuk kepentingan badannya dan kepentingan jiwanya. Arsitek adalah seniman struktur yang menggunakan struktur secara estetis berdasarkan prinsip-prinsip struktur itu sendiri. Kita harus mengetahui dan memahami definisi arsitektur dari berbagai para pakar ahli agar menambah pengetahuan tentang arsitektur serta mendalami tentang arsitektur.



3.1.2. Menurut Beberapa Pakar Ahli tentang Definisi Arsitektur:  Menurut Vitruvius: Bangunan yang baik harus memiliki tiga aspek yaitu keindahan/estetika (Venustas),



kekuatan (Firmitas), dan



kegunaan/fungsi



(Utilitas).  Menurut Brinckmann: Arsitektur merupakan kesatuan antara ruang dan bentuk. Arsitektur adalah penciptaan ruang dan bentuk.



III - 2



LAPORAN FINAL PERENCANAAN GAPURA DAN UTILITAS LOKASI IPA DI TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KAB ROKAN HILIR



Metodologi Pelaksanaan



 Menurut Djauhari Sumintardja: Arsitektur merupakan sesuatu yang dibangun manusia untuk kepentingan badannya (melindungi diri dari gangguan) dan kepentingan jiwanya (kenyamanan, ketenangan, dll).  Menurut Benjamin



Handler:



Arsitek



adalah



seniman



struktur



yang



menggunakan struktur secara estetis berdasarkan prinsip-prinsip struktur itu sendiri.  Menurut Banhart CL. Dan Jess Stein: Arsitektur adalah seni dalam mendirikan bangunan termasuk didalamnya segi perencanaan, konstruksi, dan penyelesaian dekorasinya; sifat atau bentuk bangunan; proses membangun; bangunan dan kumpulan bangunan.  Menurut Van Romondt : Arsitektur adalah ruang tempat hidup manusia dengan bahagia. Ruang berarti menunjuk pada semua ruang yang terjadi karena dibuat oleh manusia atau juga ruang yang terjadi karena proses alam seperti gua, naungan pohon dan lain-lain  Menurut JB.



Mangunwijaya



(1992) :



Arsitektur



sebagai



vastuvidya



(wastuwidya) yang berarti ilmu bangunan. Dalam pengertian wastu terhitung pula tata bumi, tata gedung, tata lalu lintas (dhara, harsya, yana)  Menurut Amos Rappoport (1981 ) : Arsitektur adalah ruang tempat hidup manusia, yang lebih dari sekedar fisik, tapi juga menyangkut pranata-pranata budaya dasar. Pranata ini meliputi: tata atur kehidupan sosial dan budaya masyarkat, yang diwadahi dan sekaligus memperngaruhi arsitektur  Menurut Francis DK Ching (1979) : Arsitektur membentuk suatu tautan yang mempersatukan ruang, bentuk, teknik dan fungsi



3.1.3. Penerapan Konsep Pada Bangunan Pengertian Form Follow Function dalam bahasa Indonesia adalah bentuk Yang mengikuti



Fungsi. Sehingga bentukan



yang yang tercipta dalam sebuah disain



perancangan adalah bentukan-bentukan yang tercipta dari fungsi utama ataupun fungsifungsi yang ada dalam ruangan yang ada didalamnya.



III - 3



LAPORAN FINAL PERENCANAAN GAPURA DAN UTILITAS LOKASI IPA DI TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KAB ROKAN HILIR



Metodologi Pelaksanaan



Menurut para modernis, fungsi dapat dikategorikan sebagai penentu bentuk atau panduan menuju bentuk. Fungsi menunjukan ke arah mana bentuk harus ditentukan. Hal ini mengacu pada slogan yang diungkapkan oleh Loius Sullivan yaitu Form Follow Function.



( Gambar II.1 : Contoh Bangunan Arsitektur Modern ) Sumber Internet



Form follows function sering diasosiasikan dengan modern architecture dan industrial design. Menurut teori ini, modern adalah efisien. Bentuk indah hanya sah jika memiliki fungsi yang berguna, bukan hanya sekedar hiasan. Segala tambahan atau ornamen yang tidak memiliki fungsi sebaiknya dipangkas (reduce). Kegenitan dianggap haram. Semuanya bergerak cepat, tak ada waktu untuk lengkungan di tiang atau ukiran di atas pintu. Sloganform follows function (bentuk mengikuti fungsi) menjadi dasar filosofi modernisme. Minimalisme adalah puncak dari semua itu adalah Lurus, Polos, Dingin. Form Follow Function dalam bahasa Indonesia adalah Bentuk Yang mengikuti fungsi. Terciptanya sebuah bentuk dari obyek bangunan itu sendiri tercipta dari fungsi fungsi ruang yang ada didalamnya. Tanggapan dari teori ini adalah bentuk dalam arsitektur meliputi permukaan luar dan ruang dalam. Pada saat yang sama, bentuk maupun ruang III - 4



LAPORAN FINAL PERENCANAAN GAPURA DAN UTILITAS LOKASI IPA DI TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KAB ROKAN HILIR



Metodologi Pelaksanaan



mengakomodasi fungsi-fungsi (baik fungsi fisik maupun non fisik). Fungsi-fungsi tersebut dapat dikomunikasikan kepada bentuk. Dalam kenyataannya, keterkaitan fungsi, ruang dan bentuk dapat menghadirkan berbagai macam ekspresi. Penangkapan ekspresi bentuk bisa sama ataupun berbeda pada setiap pengamat, tergantung dari pengalaman dan latar belakang pengamat. 3.1.4. Pengaruh lingkungan terhadap rancangan Faktor utama yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dan pembangunan yang akan dilaksanakan didalam lingkungan tersebut harus memperhatikan kondisi dari lingkungan tersebut, faktor alam dari lingkungan alam pun dapat mempengaruhi pola pikir, aktifitas, serta pengembangan dalam peradaban manusia secara umum, dan arsitek secara khusus dalam mengolah dan membina lingkungan sekitar agar terasa aman dan nyaman untuk ditempati serta melakukan aktifitas lainnya. kawasan ini termasuk dalam kawasan perkotaan yang padat akan aktifitas komersial namun memiliki karakteristik masing – masing. Namun masih terdapat pemukiman warga yang padat penduduk yang terlihat kumuh.



3.1.5. Pengaruh Konsep Terhadap Bangunan Hasil dari produk arsitektur adalah bangunan dan merupakan hasil dari perkembangan peradaban manusia yang dapat



mengolah lingkungannya sedemikian rupa, sehingga



mereka dapat mengembangkan lingkungan tersebut menjadi lingkungan yang memiliki potensi untuk di huni. Bangunan pun sama seperti manusia yaitu harus mengikuti karakteristik lingkungan demi terciptanya bangunan yang nyaman untuk ditempati. Bangunan yang layak ditempati harus memiliki energi agar bangunan tersebut layak untuk di tempati. Pemakaian energi sebagai penunjuang kehidupan dalam bangunan, dan berarti bangunan tersebut juga mengeluarkan energi pembuangan yang umumnya buruk, baik bagi lingkungan maupun sekitar. Penggunaan energi dengan pemanfaatan potensi alam di lingkungan sekitar serta pengolahan energi yang bersih bagi



III - 5



LAPORAN FINAL PERENCANAAN GAPURA DAN UTILITAS LOKASI IPA DI TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KAB ROKAN HILIR



Metodologi Pelaksanaan



bangunan merupakan metode yanng perlu di terapkan dalam setiap bangunan sehingga bangunan tersebut selaras dan bersinergi dengan lingkungan dan manusia disekitarnya. 3.2.



Tema Arsitektur Atap Melayu Bahan utama atap adalah daun nipah dan daun rumbia, tetapi pada perkembangannya



sering dipergunakan atap seng. Atap dari daun nipah atau rumbia dibuat dengan cara menjalinnya pada sebatang kayu yang disebut bengkawan, biasanya dibuat dari nibung atau bambu. Pada bengkawan tersebut atap dilekatkan, dijalin dengan rotan, kulit bambu atau kulit pelepah rumbia. Jika atap dibuat dari satu lapis daun saja maka disebut kelarai, sedangkan jika terdiri atas dua lapis disebut mata ketam. Atap mata ketam lebih rapat, lebih tebal, dan lebih tahan dari atap kelarai. Isi perut rotan atau bambu dipakai sebagai penjalin atau disebut liet. Untuk membuat liet bambu atau rotan dilayuh dengan api, kemudian direndam ke dalam air. Sesudah beberapa waktu baru dibelah dan diambil isinya, dibuat seperti helai-helai rotan yang lazim dipakai sebagai anyaman. Untuk memasang atap dipergunakan tali rotan, sedangkan untuk memasang perabung dipergunakan pasak yang terbuat dari nibung. Pekerjaan memasang atap disebut dengan menyangit. Rumah Melayu asli memiliki bubungan panjang sederhana dan tinggi. Ada kalanya terdapat bubungan panjang kembar. Pada pertemuan atap dibuat talang yang berguna untuk menampung air hujan. Pada kedua ujung perabung rumah induk dibuat agak terjungkit ke atas, dan pada bagian bawah bubungan atapnya melengkung, menambah seni kecantikan arsitektur rumah Melayu. Pada bagian belakang dapur bubungan atap dibuat lebih tinggi, berjungkit. Bagian ini disebut Gajah Minum atau Gajah Menyusu. Pada ujung rabung yang terjungkit diberi sekeping papan bertebuk sebagai hiasan, yang juga berfungsi sebagai penutup ujung kayu perabung. Selanjutnya pada bagian bawah, papan penutup rabung ini dibuat semacam lisplang berukir, memanjang menurun sampai ke bagian yang sejajar dengan tutup tiang.



III - 6



LAPORAN FINAL PERENCANAAN GAPURA DAN UTILITAS LOKASI IPA DI TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KAB ROKAN HILIR



Metodologi Pelaksanaan



Bubungan Atap Menjungkit (Gajah Minum)



3.2.1. Lambang pada atap Perabung memiliki bentuk lurus, sebagai lambang lurusnya hati orang Melayu. Sifat lurus itu haruslah dijunjung tinggi di atas kepala dan menjadi pakaian hidup. Dalam ungkapan dikatakan: Lurus perabung rumah Melayu Bagai damak baru diayuh Bagai direntang benang arang Lurusnya lurus bersifat Kalau malam dipeselimut Kalau tidur galang kepala Kalau berjalan menjadi tongkat Kalau mati menjadi kafan III - 7



LAPORAN FINAL PERENCANAAN GAPURA DAN UTILITAS LOKASI IPA DI TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KAB ROKAN HILIR



Metodologi Pelaksanaan



Atap Kajang Bentuk atap yang disebut Atap Kajang dikaitkan pula dengan fungsi kajang, yakni tempat berteduh dari hujan dan panas. Hendaknya sikap hidup orang Melayu dapat pula menjadi naungan bagi keluarga dan masyarakat.



Perpustakaan Islam di Bandar Seni Raja Ali Haji, Pekanbaru



Dalam ungkapan dikatakan: Adat kajang menahan hujan Adat kajang menyangga panas Adat yang patut ditiru salin Untuk pengungkung rumah tangga Untuk penaung kampung halaman



III - 8



LAPORAN FINAL PERENCANAAN GAPURA DAN UTILITAS LOKASI IPA DI TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KAB ROKAN HILIR



Metodologi Pelaksanaan



Atap Layar Bentuk atap yang bertingkat disebut Atap layar, Ampar Labu, Atap Bersayap, atau Atap Bertinggam, mengandung makna tertentu pula: Tadahan angin atap layar Sampan laju pula terjangkau Tak ada gawai di laut Kabul niat dengan pinta Atap bertingkat ampar labu Dicarak melepas haus Dituntung pencuci tangan Dibenam kian berisi Menguak ke samping atap bersayap, Terbang menyisi-nyisi langit Membubung ke langit hijau Tak kan lekat getah di ranting Tak kan binasa jerat di tanah Berempang leher atap bertinggam Leher jenjang berterawang Tampak alam sekelilingnya



III - 9



LAPORAN FINAL PERENCANAAN GAPURA DAN UTILITAS LOKASI IPA DI TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KAB ROKAN HILIR



Metodologi Pelaksanaan



Atap Lontik Atap yang kedua ujung perabungnya melentik ke atas melambangkan bahwa pada awal dan akhir hidup manusia akan kembali kepada penciptanya, Allah Yang Maha Besar. Sedangkan lekukan pada pertengahan perabungnya melambangkan "Lembah kehidupan" yang kadang kala penuh dengan berbagai ragam cobaan:



Rumah Tradisional dengan Atap Lontik di Bandar Seni Raja Ali Haji, Pekanbaru



III - 10



LAPORAN FINAL PERENCANAAN GAPURA DAN UTILITAS LOKASI IPA DI TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KAB ROKAN HILIR



Metodologi Pelaksanaan



Atap Limas Hingga saat ini belum diketahui apa makna lambang pada bentuk atap limas. Kemungkinan dahulu orang Melayu mengenal lambang pada bentuk ini, terutama yang berkaitan



dengan kepercayaan dalam agama



Hindu



atau



Budha,



atau juga



terpengaruh atap bangunan Eropa. Namun demikian, bentuk limas ini sudah menjadi salah satu bentuk bangunan tradisional Melayu, tersebar di banyak tempat, bahkan beberapa istana dan Balai Raja-raja Melayu mempergunakan bentuk limas ini.



Rumah Tradisional dengan Atap Limas di Bandar Seni Raja Ali Haji, Pekanbaru



III - 11



LAPORAN FINAL PERENCANAAN GAPURA DAN UTILITAS LOKASI IPA DI TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KAB ROKAN HILIR



Metodologi Pelaksanaan



Selembayung Selembayung yang disebut juga Sulo Bayung dan Tanduk Buang, adalah hiasan yang terletak bersilang pada kedua ujung perabung bangunan belah bubung dan rumah lontik. Pada bagian bawah adakalanya diberi pula hiasan tambahan seperti tombak terhunus, menyambung kedua ujung perabung. Hiasan tambahan ini disebut tombak- tombak.



Selembayung, Hiasan Bersilang pada Kedua Ujung Pertemuan Atap



Selembayung mengandung beberapa makna, antara lain ^



Tajuk Rumah: selembayung membangkitkan Seri dan Cahaya rumah. Dalam ungkapan disebutkan: Sepasang tajuk di ujung Sepasang tajuk di pangkal Tajuk pembangkit seri pelangi Membangkit cahaya di bumi Membangkit cahaya di langit Membangkit cahaya di laut Membangkit cahaya di rumah



III - 12



LAPORAN FINAL PERENCANAAN GAPURA DAN UTILITAS LOKASI IPA DI TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KAB ROKAN HILIR



Metodologi Pelaksanaan



Pekasih Rumah: yakni sebagai lambang keserasian dalam kehidupan rumah tangga. Selembayung jantan sebelah kanan Selembanyung betina sebelah kiri Bagai balam dua selenggek Kalau mengukur balam jantan Angguk mengangguk balam betina Pasak Atap: yakni sebagai lambang sikap hidup yang tahu diri: Terpacak selembayung bubung Melayu Tegak pemasak atap rumah Bagai tangan tadahtadahan Yang tahu kecil dirinya Yang tahu papa dengan kedana Yang tahu nasib dengan untungnya Yang bercakap di bawahbawah Yang mandi di hilirhilir Tangga Dewa: yakni sebagai lambang tempat turun para dewa, mambang, akuan, soko, keramat, dan sisi yang membawa keselamatan bagi manusia. Selembayung balai belian Tangga Dewa nama asalnya Tempat berpijak Deo mambang Tempat turun soko Akuan Tempat injakan



III - 13



LAPORAN FINAL PERENCANAAN GAPURA DAN UTILITAS LOKASI IPA DI TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KAB ROKAN HILIR



Metodologi Pelaksanaan



Keramat Sidi Tempat melenggang Wali-wali Yang turun ke Balai puncak Yang turun ke bilik Dalam Yang turun ke tanah sekepal mula jadi Yang turun ke bumi selebar dulang Yang turun dari langit sekembang payung Dalam upacara Bedukun, selembayung yang terdapat pada "Balai ncak"nya, mengandung makna yang mirip dengan Tangga Dewa. Selembayung dua kemuncak Ujungnya menyundak langit Kaki menyusur-nyusur atap Tempat turun nenek di gunung Tempat turun nenek di padang Tempat turun nenek bunian Tempat turun nenek bia sati Turunnya turun beradat Turun berpijak pada kemuncak turun ke Balai Deo Balai Ancak Ancak berisi panggang mondung Lengkap dengan nasi kunyitnya Di muka tempat pelesungan Di belakang beras berteh Di bawah lantai selari Di atas berselembayung Turun segala penunggu lawang Turun bermanis-manis muka Membawa Obat dengan penawar Membuang salah dengan silih



III - 14



LAPORAN FINAL PERENCANAAN GAPURA DAN UTILITAS LOKASI IPA DI TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KAB ROKAN HILIR



Metodologi Pelaksanaan



Rumah Beradat: yakni sebagai tanda bahwa bangunan itu adalah tempat kediaman orang berbangsa, balai atau tempat kediaman orang patut-patut. Di mana tegak selembayung Di Balai tingkat bertingkat Di Istana beranjung tinggi Di rumah besar berbilik dalam Tempat berunding bermufakat Tempat bertitah raja berdaulat Tempat berpetuah datuk-datuk Tempat Dubalang kuat kuasa Tempat Penghulu pemangku adat Tempat orang nan patut-patut Tempat beradat berlembaga Kalau tingginya tampak jauh Kalau dekatnya tidak tergamak Tuah Rumah: yakni sebagai lambang bahwa bangunan itu mendatangkan tuah kepada pemiliknya. Yang bernama Sulo bayung bagi mengetam bulan naik Yang bernama Tanduk Baung bagi mengetam bulan turun Mengetam cahaya ke muka Menyimbah tuah ke rumah Mengetam cahaya ke kaki Menyimbah tuah mendaki Selembayung ini adalah selembayung yang bentuknya seperti bulan sabit atau tanduk kerbau. Lambang Keperkasaan dan Wibawa: selembayung yang dilengkapi dengan tombaktombak melambangkan keturunan dalam rumah tangga, sekaligus sebagai lambang keperkasaan dan wibawa pemiliknya. Dalam ungkapan dikatakan: Selembayung bertombak-tombak Untuk penunggu-nunggu rumah Untuk penyedap-nyedap hati III - 15



LAPORAN FINAL PERENCANAAN GAPURA DAN UTILITAS LOKASI IPA DI TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KAB ROKAN HILIR



Metodologi Pelaksanaan



Kan penahan balak dengan bala Kan penahan salah dengan silih Tombak-tombak ujung perabung Tak membilang-bilang lawan Tahan asak dan tahan banting Lambang Kasih Sayang: motif ukiran selembayung (daun-daun dan bunga) melambangkan perwujudan, tahu adat dan tahu diri, berlanjutnya keturunan serta serasi dalam keluarga. Jalin berjalin akar pakis lapis berlapis kelopak bunga Susun bersusun kuntum jadi Seluk berseluk dahan kayu Yang berjalan kasih sayang Yang berlapis panggilan gelar Yang bersusun gadis pingitan Yang berseluk sanak saudara



Sayap Layang-layang atau Sayap Layangan Hiasan ini terdapat pada keempat sudut cucuran atap. Bentuknya hampir sama dengan selembayung. Setiap bangunan yang berselembayung haruslah memakai sayap layangan sebagai padanannya.



Sayap Layang pada Keempat Cucuran Atap



III - 16



LAPORAN FINAL PERENCANAAN GAPURA DAN UTILITAS LOKASI IPA DI TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KAB ROKAN HILIR



Metodologi Pelaksanaan



Letak sayap layang-layang pada keempat sudut cucuran atap merupakan lambang "empat" pintu hakiki sebagaimana disebut dalam ungkapan: Empat sudut cucuran atap Empat sayap layang-layangan Empat alam terkembang Empat pintu terbuka Pertama pintu rizki Kedua pintu hati Ketiga pintu budi Keempat pintu Ilahi Sayap layang-layang juga merupakan lambang kebebasan, sesuai dengan namanya. Dalam ungkapan disebutkan: Nan bernama sayap layangan Nan membubung ke langit tinggi Menengok alam sekelilingnya Di tebang tidak tertebang Di tebas jua jadinya Dihempas tidak terhempas Di lepas jua jadinya Tapi walaupun dilepas Di beri bertali panjang Hendak menyimpang tali di genjur Jadi, kebebasan yang tergambar dalam sayap layang-layang adalah kebebasan yang tahu batas dan tahu diri.



Lebah Bergantung Hiasan yang terletak di bawah cucuran atap (lisplang) dan kadang-kadang di bagian bawah anak tangga disebut Lebah Bergantung atau Ombak-ombak. Ada beberapa jenis lebah bergantung antara lain Kembang Jatun, Tampuk Manggis, Kuntum Setaman, Kelopak Empat, dan sebagainya. Hiasan ini melambangkan 'manis'nya kehidupan rumah tangga, rela berkorban dan tidak mementingkan diri sendiri. Lambang ini berpijak pada motif sarang lebah yang tergantung di dahan kayu.



III - 17



LAPORAN FINAL PERENCANAAN GAPURA DAN UTILITAS LOKASI IPA DI TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KAB ROKAN HILIR



Metodologi Pelaksanaan



Lebah Bergantung Kembang Jatun



Lebah Bergantung Kuntum Setaman



Lebah Bergantung Kelopak Empat



Lebah Bergantung Tampuk Manggis



Berbagai Ragam Hias Lebah Bergantung



III - 18



LAPORAN FINAL PERENCANAAN GAPURA DAN UTILITAS LOKASI IPA DI TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KAB ROKAN HILIR



Metodologi Pelaksanaan



Dalam ungkapan disebut: Lebah bergantung di cucuran atap Di muka perpagar madu Di belakang pagar manisan Manisnya cucuran ke bilik dalam Manisnya rasa merasa Manisnya isap mengisap Sikap rela berkorban dan tidak mementingkan diri sendiri diangkat dari sifat lebah yang memberikan madunya untuk kepentingan manusia. Dari ungkapan disebutkan: Kalau kumbang menyeri bunga manisnya ditelan diam-diam kalau lebah mengisap madu manisnya tumpah ke tangan orang Di daerah Riau, upacara mengambil madu lebah disebut menumbai. Lebah dipuja sebagai putri yang baik laku, yang mengorbankan madunya untuk manusia. Pohon Sialang tempat lebah bersarang dipuja pula sebagai Balai yang indah. Upacara ini sampai sekarang masih banyak dijumpai, terutama di Riau daratan.



3.2.2. Perabung Hiasan yang terdapat pada perabung rumah adalah hiasan yang terletak di sepanjang perabung, disebut Kuda Berlari. Hiasan ini amat jarang dipergunakan. Lazimnya hanya dipergunakan pada perabung istana, Balai Kerajaan dan balai penguasa tertinggi wilayah tertentu. Hiasan ini mengandung beberapa lambang, antara lain: Lambang kekuasaan: yakni pemilik bangunan itu adalah penguasa tertinggi di wilayahnya. Kalau tampak kuda berlari Dari jauh mengangkat tangan



III - 19



LAPORAN FINAL PERENCANAAN GAPURA DAN UTILITAS LOKASI IPA DI TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KAB ROKAN HILIR



Metodologi Pelaksanaan



Sudah dekat menjunjung duli Si situ tempat raja berdaulat Di situ berhimpun kuat kuasa Di situ adat diadakan Lambang lainnya terdapat pada bentuk dan nama ukirannya. Ukiran yang terdapat di tengah-tengah terlenggek-lenggek disebut Kunyit-kunyit atau Gombakgombak. Dalam ungkapan dikatakan: Yang di tengah kunyit-kunyit Yang tegak bergombak-gombak Di situ berhimpun segala tuah Di situ berkumpul segala daulat Yang dijunjung di atas kepala Yang memayung orang banyak



Nama kunyit-kunyit berasal dari kunyit yakni sejenis umbi yang lazim dipergunakan sebagai bumbu dapur. Dalam kehidupan orang Melayu dipergunakan pula untuk pewarna nasi kunyit dan beras kunyit. Kegunaan lainnya yang penting adalah untuk obat tetemas atau keteguran. Sebab itulah hiasan kunyit-kunyit itu melambangkan tangkal atau penangkal bala. Dalam ungkapan disebut: Kunyit penangkal hantu setan Yang dipalit di tengah kening Tetemas di laut balik ke laut Keteguran di darat balik ke darat Pulang ke asal mula jadinya Pergi segala bala Pergi segala bala



III - 20



LAPORAN FINAL PERENCANAAN GAPURA DAN UTILITAS LOKASI IPA DI TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KAB ROKAN HILIR



Metodologi Pelaksanaan



Ukiran lainnya yang berbentuk memanjang di atas perabung, dari kunyit-kunyit ke selembayung, disebut Ular-ular atau Awan Larat. Ular-ular pada umumnya memakai motif ular naga, tetapi ada pula motif akar-akaran. Penggunaan motif ular naga, kemungkinan ada kaitannya dengan arsitektur Cina. Awan larat memiliki motif akar, daun, dan bunga. Kedua bentuk motif diatas mengandung makna tertentu. Ular-ular sebagai lambang keperkasaan dan Awan Larat lambang "panjang umur" atau keabadian. Dalam ungkapan disebut: Membangun ular kuda berlari Membangun seri pelangi Membangun kuat dengan kuasa Membangun daulat dengan tuah. Awan Larat berjunjung tinggi Berangkat bersambung panjang Panjang tidak ada ujungnya Kalau genting tidak memutus Kalau patah tidak bercerai Kalau habis tidak memunah



Singap/Bidai Singap disebut Teban layar, Ebek, atau Bidai. Bagian ini biasanya dibuat bertingkat dan diberi hiasan yang sekaligus berfungsi sebagai ventilasi. Pada bagian yang menjorok keluar diberi lantai yang disebut Teban Layar atau Lantai Alang Buang atau disebut juga Undan-undan. Bidai lazimnya dibuat dalam tiga bentuk, yakni bidai satu, bidai dua dan bidai tiga. Setiap nama itu mempunyai lambang tertentu. Bidai satu. adalah bidai rata. Bangunan dengan bidai satu ini adalah bangunan umum, yang dapat dibuat oleh siapa saja.



III - 21



LAPORAN FINAL PERENCANAAN GAPURA DAN UTILITAS LOKASI IPA DI TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KAB ROKAN HILIR



Metodologi Pelaksanaan



Salah Satu Tipe Rumah Adat Melayu hewan yang sangat kecil saja mampu membangun "rumah" kediaman, maka mustahillah manusia tidak mampu mendirikan rumah kediamannya. Orang tua-tua mengatakan: "kalau manusia tidak berumah, seperti beruk buta di dalam rimba". Ungkapan ini bagi orang Melayu sangat memalukan, bukan saja bagi pribadinya, tetapi juga bagi keluarga dan kaum kerabatnya. Orang Melayu juga mendambakan rumah kediaman yang baik dan sempurna, yaitu yang bangunan fisiknya memenuhi ketentuan adat dan keperluan penghuninya, sedangkan dari sisi spiritualnya rumah itu dapat mendatangkan kebahagiaan, kenyamanan, kedamaian, dan ketenteraman. Hal ini menjadikan rumah mustahak dibangun dengan berbagai pertimbangan yang cermat, dengan memperhatikan lambang-lambang yang merupakan refleksi nilai budaya masyarakat pendukungnya. Dengan cara demikian diyakini sebuah rumah akan benar-benar dapat memberikan kesejahteraan lahir dan batin, bagi penghuni rumah dan bagi masyarakat sekitarnya. Lambang-lambang yang berkaitan dengan banguna n tradisional Melayu bukan saja terdapat pada bagian-bagian bangunan, tetapi juga dalam bentuk berbagai upacara, bahan banguna n da n n a m a - n a m a n y a , sert a let a k sebu a h bangunan. Bangunan tradisional Melayu adalah suatu bangunan yang utuh, yang dapat dijadikan tempat



III - 22



LAPORAN FINAL PERENCANAAN GAPURA DAN UTILITAS LOKASI IPA DI TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KAB ROKAN HILIR



Metodologi Pelaksanaan



Bidai satu bidai selapis Yang dipakai orang banyak Kecilnya tidak bernama Besarnya tidak bergelar



Ukiran Dasar Bidai Susun Satu Bidai Dua. adalah bidai dua tingkat. Pada setiap tingkat diberi lantai yang disebut Lantai Buang atau Teban Layar dan Undan-undan. Bangunan ini melambangkan bahwa pemilik bangunan itu adalah orang berbangsa atau orang patut-patut.



Kalau bidai bertingkat dua Dua lapis lantai buangnya Dua kaum penghuninya Pertama orang berbangsa Kedua orang patut-patut Orang berasal dan berusul Orang beradat berlembaga



Ukiran Dasar Bidai Susun Dua



III - 23



LAPORAN FINAL PERENCANAAN GAPURA DAN UTILITAS LOKASI IPA DI TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KAB ROKAN HILIR



Metodologi Pelaksanaan



Bidai Tiga: adalah bidai tiga tingkat. Bangunan ini khusus untuk istana, balai kerajaan, balai adat, atau kediaman Datuk-datuk dan orang besar kerajaan. Rumah besar berumah kecil Bagai kayu beranak laras Tiga tingkat bidai di kanan Tempat beradu raja berdaulat Tempat titah diturunkan Tempat runding diselesaikan Tempat perkara diputuskan Tempat Datuk pemegang adat Tempat Penghulu beraneka



Ukiran pada Bidai Susun Tiga



III - 24



LAPORAN FINAL PERENCANAAN GAPURA DAN UTILITAS LOKASI IPA DI TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KAB ROKAN HILIR



3.3.



Metodologi Pelaksanaan



Desain Drainase



3.3.1. Konsep Dasar Air merupakan sumber daya yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup, khususnya manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik untuk kebutuhan domestik (domestic use), pertanian, industri dan lain-lain. Di sisi lain perlu diketahui bahwa keberadaan air di muka bumi ini dibatasi oleh ruang dan waktu. Selain mempunyai manfaat positif, air juga dapat sebagai daya perusak bagi kehidupan mahkluk hidup, terutama jika terjadi gangguan dalam sistemnya. Gangguan ini sebagian besar disebabkan oleh tindakan / perilaku manusia yang kurang arif terhadap lingkungan sehingga berpengaruh terhadap sumberdaya air. Air di muka bumi mengalami peredaran yang disebut dengan siklus atau daur hidrologi. Daur hidrologi adalah suatu proses perjalanan air dari laut, sungai / drainase, danau dan badan air yang lain serta dari tanah menuju ke atmosfer dalam bentuk uap air yang disebut proses evaporasi, dan dari tumbuh-tumbuhan dalam bentuk transpirasi. Perjalanan naik ke atmosfer ini juga dalam bentuk evapotranspirasi yang berasal dari air dan tumbuh-tumbuhan, dan dari tanah dan tumbuh-tumbuhan dan mungkin pula dari ketiganya secara serentak dan bersama-sama. Uap air dari proses evaporasi, transpirasi dan evapotranspirasi yang naik ke atmosfer akan membentuk awan. Awan setelah memenuhi kondisi tertentu akan jatuh ke permukaan bumi sebagai hujan (presipitasi). Hujan ini setelah mencapai permukaan tanah sebagian akan mengalir di atas permukaan tanah sebagai aliran permukaan, yang selanjutnya menuju berbagai bentuk saluran terus ke badan air termasuk sungai akhirnya ke laut. Sebagian mengalami infiltrasi ke dalam tanah selanjutnya mengalami perkolasi akhirnya membentuk aliran di bawah permukaan tanah terutama menjadi aliran air tanah dan dengan berbagai macam cara akhirnya menuju laut kembali. Di daratan hujan akan memberikan sumbangan pada proses hidrologi seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut.



III - 25



LAPORAN FINAL PERENCANAAN GAPURA DAN UTILITAS LOKASI IPA DI TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KAB ROKAN HILIR



Metodologi Pelaksanaan



Gambar 3.1. Sketsa Siklus Hidrologi



3.3.2. genangan dan drainase Hujan yang jatuh ke bumi merupakan kejadian alam yang terjadi secara siklus prosesnya mengalir mulai dari turunnya hujan (precipitation) akibat awan kumulus, kemudian jatuh ke bumi dan terbagi atas aliran permukaan (surface runoff) yang akan mengalir ke sungai-sungai alam, atau tertahan di danau dan cekungan, sebagian lagi mengalami perkolasi, terinfiltrasi kedalam tanah menjadi aliran air tanah (groundwater flow). Kesemuanya pada akhirnya bermuara ke laut. Selama proses mengalirnya air ke laut terjadi juga proses evaporasi, dimana air menguap dan terkumpul menjadi awan. Awan inilah akan bergerak dan terkumpul menjadi hujan kembali.



III - 26



LAPORAN FINAL PERENCANAAN GAPURA DAN UTILITAS LOKASI IPA DI TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KAB ROKAN HILIR



Metodologi Pelaksanaan



Precipitation



Channel Precipitation



si ira



Precipitation Excess



Losses



Overland Flow



po



Infiltrasi



Through Flow



Percolation



base flow Direct Runoff



a Ev



nsp tra



Groundwater Flow



River Discharge (Total Runoff)



Gambar 3.2. Bagan Siklus Hidrologi Air yang jatuh ke bumi disuatu kawasan, apalagi kawasan tersebut adalah kawasan perkotaan tentu saja tidak dikehendaki menggenangi kawasan tersebut sehingga mengakibatkan kerugian. Dibutuhkan suatu sistem jaringan saluran yang tertata baik supaya air hujan yang jatuh ke bumi tidak tergenang di kawasan perkotaan. Sistem saluran untuk mengeringkan air dari suatu kawasan ini disebut sebagai sistem drainase. Secara umum drainase dapat diartikan sebagai suatu proses mengeringkan suatu kawasan yang tergenang air. Proses pengeringan ini umumnya dilakukan untuk tujuan tertentu seperti: a.



Alokasi lahan pemukiman



b.



Alokasi lahan pertanian



c.



Alokasi lahan untuk wisata Genangan air yang dapat menimbulkan genangan di kawasan perkotaan



umumnya terjadi akibat : a.



Curah hujan lokal, dimana permasalahan umumnya terjadi pada sistem jaringan saluran dan outletnya



III - 27



LAPORAN FINAL PERENCANAAN GAPURA DAN UTILITAS LOKASI IPA DI TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KAB ROKAN HILIR



b.



Metodologi Pelaksanaan



Pasang air laut, dimana hal ini terjadi di kawasan pantai yang rendah dan umumnya bekas rawa, sehingga sistem jaringan dan outletnya harus terpadu dengan dilengkapi pompa air dan pintu klep



c.



Limpasan sungai dari hulu, dimana hal ini terjadi apabila terjadi limpasan yang cukup besar di hulu sungai, misalnya disebabkan oleh penggundulan DAS. Hal ini umumnya diatasi dengan tanggul dan saluran pengelak. Tujuan



utama



dalam



suatu



perencanaan



drainase



kota,



adalah



mengeringkan kawasan pemukiman dan jalan, dimana aktifitas ekonominya tinggi, sehingga jika terjadi genangan dapat mengganggu kegiatan ekonomi masyarakatnya. Kejadian terjadinya genangan sangat dipengaruhi oleh penyebab genangan itu sendiri. Untuk kawasan perkotaan, jika genangan terjadi akibat hujan lokal, maka probabilitas terjadinya hujan dengan intensitas tertentu di kawasan ini menjadi faktor utama dalam perencanaan sistem drainase kota. Jika genangan terjadi akibat banjir kiriman dari hulu sungai (hujan terjadi di daerah aliran sungai dihulu lokasi perkotaan), maka sistem hidrologi DAS harus dianalisis lebih dalam lagi. Karena hujan sifatnya probabilistik, maka analisis statistik diperlukan untuk menganalisis hujan yang akan menjadi acuan bagi perencanaan sistem drainase yang direncanakan. Untuk mengubah daerah yang tergenang menjadi daerah kering, bahkan sampai menurunkan muka air tanah pada level tertentu, diperlukan cara atau metode tertentu supaya dalam proses pengeringannya tidak terjadi kerusakan permukaan tanah seperti: adanya erosi dan pengendapan tanah. 1.1.1. Permasalahan Drainase Banjir merupakan limpasan air permukaan yang terjadi diatas aliran normalnya (debit normal). Banjir yang cukup besar kadangkala berakibat timbulnya genangan di sebagian tempat yang elevasinya rendah, atau cekungan yang menimbulkan jebakan air. III - 28



LAPORAN FINAL PERENCANAAN GAPURA DAN UTILITAS LOKASI IPA DI TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KAB ROKAN HILIR



Metodologi Pelaksanaan



Kerugian yang diderita akibat banjir sangatlah besar, baik moril maupun materil. Secara umum genangan akibat banjir dapat disebabkan oleh : a.



Permasalahan Drainase Lokal (Mikro) Banjir yang menimbulkan genangan terjadi akibat hujan lokal yang tidak tersalurkan secara cepat. Hal ini dapat terjadi akibat : 1) Topografi yang landai dan rendah 2) Kapasitas saluran drainase yang ada berkurang akibat sampah, sendimentasi, dll 3) Lokasi



genangan



terletak



dibawah



peil



banjir



pada



outlet



pembuangannya. 4) Tingginya pasang surut muka air laut. 5) Ketidak mampuan infrastruktur drainase kota untuk menampung kelebihan air yang ada. b.



Permasalahan Banjir Kiriman (Drainase Makro) Lokasi tertentu dapat terkena genangan akibat hujan ditempat lain yang merupakan kiriman melalui sungai dari daerah hulunya. Banjir seperti ini biasa dikenal sebagai banjir kiriman. Hal ini dapat terjadi akibat : 1) Kapasitas sungai menurun akibat sedimentasi 2) Elevasi tanggul kurang tinggi sehingga terjadi limpasan air sungai ke lokasi genangan 3) Terjadi penggundulan hutan di hulu sungai 4) Perubahan iklim global, yang merubah perilaku hujan.



1.1.2. Tipologi Kawasan Drainase a.



Tipologi kawasan berdasarkan kemiringan lereng Untuk merencanakan drainase suatu kawasan, perlu dikenali berbagai tipologi kawasan yang akan direncanakan sistem drainasenya. Tipologi kawasan ini biasanya dibedakan atas : III - 29



LAPORAN FINAL PERENCANAAN GAPURA DAN UTILITAS LOKASI IPA DI TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KAB ROKAN HILIR



Metodologi Pelaksanaan



1) Lahan dengan kemiringan tinggi akan mengakibatkan terjadinya pengikisan tanah serta endapan lumpur didaerah hilirnya, sehingga walaupun



dimensi



pembiayaannya



saluran



rendah,



untuk



tetapi



kawasan



diperlukan



ini



kecil



sehingga



bangunan-bangunan



pelindung lain untuk mencegah erosi seperti: terasering atau bronjong. 2) Lahan dengan kemiringan rendah, dimensi saluran drainasenya umumnya besar, karena aliran salurannya lambat. Kadang kala dibutuhkan pompa untuk mengalirkannya, serta sistem penggelontoran untuk membersihkan endapan. b.



Tipologi kawasan berdasarkan elevasi lahan terhadap muka air banjir 1) Lahan dengan elevasi diatas muka air banjir: Perencanaan dilakukan berdasarkan hujan lokal, sistem alirannya gravitasi, seragam dan langgeng (steady flow) 2) Lahan dengan elevasi rata-rata atau dibawah muka air banjir: Perencanaan



dilakukan



berdasarkan



hujan



lokal



dengan



mempertimbangkan faktor eksternal yang lebih luas (DAS) untuk merencanakan bangunan tambahan seperti sistem tanggul, pompa ataupun pintu klep. Sistem alirannya gravitasi atau pakai pompa dengan sifat alirannya tidak langgeng (unsteady flow) 1.1.3. Dampak Pengembangan Sistem Drainase a.



Manfaat/dampak positif dibangunnya sistem drainase : 1) Bebas dari genangan 2) Menjaga kesehatan dan kebersihan (genangan menimbulkan sarang nyamuk dan penyakit) 3) Kegunaan tanah lebih baik 4) Akar-akar tanah akan masuk lebih dalam sehingga kuat untuk menahan erosi III - 30



LAPORAN FINAL PERENCANAAN GAPURA DAN UTILITAS LOKASI IPA DI TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KAB ROKAN HILIR



Metodologi Pelaksanaan



5) Konsumsi oksigen tanah lebih baik (melalui pori-pori tanah) 6) Mengurangi kerusakan lahan, infrastruktur publik dan harta benda masyarakat lainnya b.



Pengorbanan masyarakat/dampak negatifnya: Dengan direncanakannya sistem drainase ini, pengorbanan masyarakat untuk mewujudkannya antara lain: 1) Merelakan tanahnya untuk dijadikan saluran 2) Pembiayaan pembangunan saluran dan bangunan lainnya (pajak masyarakat)



1.1.4. Sistem Drainase Kawasan Permukaan Semua fasilitas drainase dikawasan perkotaan berfungsi dan digunakan untuk mengalirkan limpasan hujan ke outlet atau badan penerima, mulai dari saluran, sistem pemompaan, waduk, pintu air dan bangunan-bangunan pendukung lainnya Sistem jaringan saluran drainase umumnya dirancang mengikuti pola aliran alam, kecuali untuk perencanaan drainase kawasan kecil, pola aliran dapat disesuaikan dengan mengubah kemiringan lahan melalui pekerjaan galian dan timbunan tanah. Untuk kawasan perkotaan, pola jaringan saluran drainase umumnya mengikuti pola jaringan jalan. Beberapa pola jaringan yang umum ditemui adalam sistem grid, radial, dendrit, paralel dan kompleks. Bagaimanapun bentuk jaringan salurannya, perlu disusun suatu hirarki saluran untuk memudahkan dalam pelaksanaan pembangunannya. Hierarkhi saluran dapat disusun berdasarkan: a.



Dari segi fungsi pelayanan, sistem drainase dapat dibagi atas: 1) Sistem Drainase Makro/Utama (sistem pengendali banjir) 2) Sistem Drainase Mikro (sistem drainase permulaan), yang terdiri dari : 



Sistem drainase cabang (sistem sekunder) III - 31



LAPORAN FINAL PERENCANAAN GAPURA DAN UTILITAS LOKASI IPA DI TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KAB ROKAN HILIR



 b.



Metodologi Pelaksanaan



Sistem drainase ranting (sistem tersier)



Dari segi ukuran fisik saluran, sistem drainase dapat dibagi atas: 1) Drainase primer 2) Drainase sekunder 3) Drainase tertier



3.4.



Desain Penerangan Jalan Lingkungan Menurut (IESNA,2000), dasar perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut : 



Fluks Cahaya (Ø )



Fluks adalah garis-garis gaya (magnet dan listrik). Dalam optika, fluks cahaya berarti berkas cahaya atau jumlah energi cahaya yang menembus luas permukaan dan dinyatakan dalam energi cahaya per satuan waktu atau biasa disebut lumen, secara matematis maka dapat ditulis persamaan sebagai berikut :



Dimana : Ø= fluks cahaya dalam lumen (lm) Q= energi cahaya dalam lumen jam atau lumen detik T= waktu dalam jam atau detik 



Efikasi Cahaya (K)



Efikasi cahaya atau biasa disebut effisiensi cahaya adalah perbandingan antara fluks cahaya yang dihasilkan lampu dengan daya listrik yang digunakan, secara matematis maka dapat ditulis persamaan sebagai berikut :



Dimana : K = efikasi cahaya dalam lumen per watt (lm/W) Ø= fluks cahaya dalam lumen (lm) P= daya listrik dalam watt (W)



III - 32



LAPORAN FINAL PERENCANAAN GAPURA DAN UTILITAS LOKASI IPA DI TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KAB ROKAN HILIR







Metodologi Pelaksanaan



Intensitas Cahaya (I)



Intensitas cahaya adalah arus cahaya dalam lumen yang dipancarkan oleh sumber cahaya dalam satu kerucut (cone) cahaya yang diemisikan setiap sudut ruang (pada arah tertentu) dalam steradian, dinyatakan dengan satuan unit candela, secara matematis maka dapat ditulis persamaan sebagai berikut :



dimana;



dan



dari persamaan diatas, maka persamaan intensitas cahaya dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut : .



Dimana : I = intensitas cahaya dalam candela (cd) K= fluks cahaya dalam lumen (lm) P= sudut ruang dalam steradian (sr) 



Iluminasi (E)



Iluminasi atau tingkat/kuat pencahayaan didefinisikan sebagai jumlah arus cahaya yang jatuh pada suatu permukaan seluas 1 (satu) meter persegi sejauh 1 (satu) meter dari sumber cahaya 1 (satu) lumen, Sehingga dapat diketahui 1 lux = 1 lm/m2 dan karena penyebaran cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya berbentuk ruang seperti kerucut, maka luas bidang penerangan merupakan kulit bola (A = ), sehingga secara matematis maka dapat ditulis persamaan sebagai berikut :



III - 33



LAPORAN FINAL PERENCANAAN GAPURA DAN UTILITAS LOKASI IPA DI TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KAB ROKAN HILIR



Metodologi Pelaksanaan



Dimana : E = ilumiansi dalam lux (lx) = lm/m2 Ø= fluks cahaya dalam lumen (lm) A = luas bidang (m2) 



Pencahayaan Pada Ruas Jalan



Standar kualitas pencahayaan normal pada suatu jalan menurut jenis dan klasifikasi fungsi jalan yang direkomendasikan adalah seperti yang ditentukan pada tabel 1 (IESNA, 2000:761) berikut ini : Tabel 1. Pencahayaan Normal Pada Ruas Jalan Jenis dan klasifikasi Jalan



Keterangan : R1 = Permukaan jalan Semen/Beton R2 = Permukaan jalan aspal/batu kerikil R3 = Permukaan jalan aspal/teksture kasar (typical highway) R4 = permukaan jalan aspal/tekstur halus fc = footcandle (1 fc = 10,76 lux) Sedangkan nilai Rasio dari fluks cahaya yang diterima permukaan jalan (Coefficient of



III - 34



LAPORAN FINAL PERENCANAAN GAPURA DAN UTILITAS LOKASI IPA DI TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KAB ROKAN HILIR



Metodologi Pelaksanaan



Utilization) dapat diketahui dengan menggunakan metode kurva kegunaan (Utilization Curve) yang didapat dari grafik pada gambar 3 (IESNA, 2000), untuk mendapatkan nilai rasionya, maka berlaku persamaan sebagai berikut :



Dari persamaan diatas maka dapat digambarkan secara umum kondisi jalan dan letak lampu penerangan jalan pada gambar 1 (NHDOT, 2010), agar dapat mempermudah dalam pembacaan kurva kegunaan. Sedangkan untuk menentukan nilai CU (Coefficient of Utilization) harus diketahui terlebih dahulu nilai dan dengan persamaan sebagai berikut :



dan;



Dimana : W1= Jarak transversal house side W2= Jarak transversal street side h= tinggi sumber cahaya



Gambar Gambaran Umum Kondisi Jalan dan Letak Lampu



III - 35



LAPORAN FINAL PERENCANAAN GAPURA DAN UTILITAS LOKASI IPA DI TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KAB ROKAN HILIR



Metodologi Pelaksanaan



Gambar Grafik Utilization Curve



III - 36