Mini Riset Kelompok V [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN HASIL MINIRISET AKURASI DATA KELAHIRAN TERNAK



KELOMPOK V IKA LESTARI (4192421012) KIKI MEWANI SIMARMATA (4193121003) NURHAMIDAH (4192121005) RAHMITA WANI SIREGAR (4191121033) RYAN DAVID SIANIPAR (4193121034) YUNI KARTIKA HUTAHAEAN (4183240005)



PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN



NOVEMBER 2019



KATA PENGANTAR Puji Syukur atas kehadirat tuhan yang maha esa karena berkat limpahan dan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Mini riset yang berjudul ‘’akurasi data kelahiran ternak’’ sebagai tugas dari mata kuliah Biologi Umum. Penulis berterima kasih kepada pihak yang membantu menyelesaikan laporan ini dari awal sampai akhir. Penulis menyadari bahwa penulisan ini kiranya masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Semoga laporan hasil miniriset ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta bagi penulis sendiri tentunya. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.



Medan, November 2019



Penulis



i



DAFTAR ISI Kata Pengantar ………………………………………………………………………………….. i Daftar Isi …………………………………………………………………………………. ii Bab I Pendahuluan ………………………………………………………………………………….1 1.1 Latar Belakang Masalah …………………………………………………………………………………. 1 1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………………………………. 1 1.3 Tujuan …………………………………………………………………………………. 1 1.4 Manfaat …………………………………………………………………………………. 2 Bab II Tinjauan Teoritis ……………………………………………………………………………….…. 3 Bab III Metode penelitian …………………………………………………………………………………. 7 3.1 Hari,Tanggal Pelaksanaan ……………………………………………………………………………….…. 7 3.2 Alat dan bahan …………………………………………………………………….……………. 7 3.3 prosedur kerja …………………………………………………………………. ……………….7 Bab IV Hasil dan Pembahasan ………………………………………………………………………………….. 9 4.1 Hasil …………………………………………………………………………. ………9 ii



4.2Pembahasan…………………………………………………………………10 4.3Pertanyaan………………………………………………..................................11 Bab V Kesimpulan dan saran …………………………………………………………………………………... 13 5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………. 13 5.2 Saran………………………………………………………………………… 13 Daftar Pustaka……………………………………………………………………………14 Lampiran Foto……………………………………………………………………………15



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Sapi merupakan hewan ternak yang menghasilkan daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit(Prasetya, 2012). Sapi berasal dari ender Bovida, seperti halnya bison, banteng, kerbau (Bubalus), kerbau Afrika (Syncherus), dan anoa. Sapi perah merupakan jenis sapi yang khusus dipelihara untuk diambil susunya. Direktorat Jendral Bina Produksi Peternakan tahun 2005 mengatakan Produk Pangan Asal Hewan (PPAH) merupakan salah satu bahan pangan sumber protein yang diperlukan tubuh. Kebutuhan pangan asal hewan terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan peningkatan pengetahuan serta kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.Produk pangan asal hewan merupakan salah satu komoditi perdagangan yang penting, baik dalam negeri maupun antar ender di tingkat internasional. Pengetahuan masyarakat tentang mutu produk pangan serta persyaratan yang harus dipenuhi dalam perdagangan menuntut adanya jaminan mutu dan keamanan dari bahan pangan tersebut. Departemen Pertanian tahun 2005 menyatakan produk ternak merupakan bahan yang mudah rusak dan berpotensi mudah tercemar oleh kuman, obat, bahan kimia dan biologi yang dapat membahayakan konsumen. Dalam menghadapi pasar global, Indonesia dituntut harus mampu menghasilkan produk ternak yang bermutu tinggi dan aman dikonsumsi. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apa cirri- ciri hewan ternak yang sedang mengalami kebuntingan? 1



2. Apakah pemilik ternak telah menggunakan teknologi reproduksi berupa inseminasi buatan? 3. Apa keuntungan dan kerugian dari teknologi reproduksi berupa inseminasi buatan? 1.3 TUJUAN 1. Mengetahui ende-ciri hewan yang mengalami kebuntingan. 2. Mengrtahui apakah pemilik ternak telah menggunakan teknologi reproduksi berupa inseminasi buatan. 3. Mengetahui keuntungan dan kerugian dari teknologi reproduksi berupa inseminasi buatan. 1.4 MANFAAT 1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang peternakan. 2. Mengetahui bagaimana cara merawat hewan ternak dengan baik. 3. Mengetahui peluang peluang besar untuk menciptakan produk dari hewan ternak.



2



BAB II TINJAUAN TEORITIS Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan pemeliharaan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. Hewan yang banyak diternakkan di antaranya sapi, ayam. kambing, domba,dan babi. Hasil peternakan diantaranya daging, susu, dan telur. Hal-hal



yang



termasuk



kegiatan



beternak



di



antaranya



pemberian



makanan, pemuliaan atau pengembangbiakan untuk mencari sifat-sifat unggul, pemeliharaan, penjagaan kesahatan dan pemanfaatan hasil. Peternakan dapat dibedakan menjadi peternakan ekstensif atau intensif, dan terdapat juga peternakan semi intensif yang menggabungkan keduanya. Dalam peternakan ekstensif, hewan dibiarkan berkeliaran dan mencari makan sendiri, kadang di lahan yang luas, dan kadang dengan pengawasan agar tidak dimangsa. Dalam peternakan intensif, terutama peternakan pabrik yang umum di negara-negara maju, hewan dikandangkan dalam gedung berkepadatan tinggi, makanannya dibawa dari luar, dan hidupnya diatur agar memiliki produksi dan efisiensi tinggi. Sapi adalah hewan ternak anggota suku Bovidae dan anak suku Bovinae. Sapi yang telah dikebiri dan biasanya digunakan untuk membajak sawah dinamakan Lembu. Sapi dipelihara terutama untuk dimanfaatkan susu dan dagingnya sebagai pangan manusia. Hasil sampingannya seperti kulit, jeroan, tanduk, dan kotorannya juga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia. Di sejumlah tempat, sapi juga dipakai sebagai penggerak alat transportasi, pengolahan lahan tanam (bajak), dan alat industri lain (seperti peremas tebu). Karena banyak kegunaan ini, sapi telah menjadi bagian dari berbagai kebudayaan manusia sejak lama. Kebuntingan adalah keadaan dimana fetus sedang berkembang didalam uterus seekor hewan betina. Sebelum terjadi kebuntingan pada ternak didahului dengan adanya proses feertilisasi. Fertilisasi terjadi jika ada proses perkawinan antara ternak jantan dengan ternak



3



betina yang sudah pubertas. Setelah berakhirnya proses kebuntingan pada peiode akan diakhiri dengan proses kelahiran. Kelahiran adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Dari tinjauan psikis, terdapat perubahan-perubahan yang nampak menggiring mamalia yang akan mengalami persalinan. Keadaan psikis yang berubahubah tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi hormonal. Pada beberapa proses kelahiran mengalami kesulitan melahirkan dan harus dilakukan pertolongan kelahiran. Pertolongan kelahiran perlu dilakukan pada ternak yang mengalami kesulitan dalam hal melahirkan. Kesulitan melahirkan bisa berasal secara genetik ataupun keadaan lingkungan yang tidak mendukung. Pertolongan kelahiran bertujuan untuk menyelamatkan fetus dan induknya. Angka konsepsi (Conception rate, CR) yaitu angka kebuntingannyata yang didiagnosa per ender dalam waktu 40-60 hari.Hasil analisis mengenai Inseminasiyang menghasilkan kelahiran dalam satu populasi ternak menggunakan penilaian calving rate sapi ender yang hanya diinseminasi satu kali dengan semen ender menghasilkan nilai calving rate 62%, bertambah 20% dengan dua kali inseminasi, dan seterusnya. Hasil penilaian baik bila 85%-95% dari seluruh sampel yang Diinseminasi bunting dan melahirkan anak sesudah tiga kali inseminasi.(Afiati, 2013) Namun, sebuah keberhasilan program IB dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain, ternak betina itu sendiri keterampilan inseminator, ketepatan waktu IB, deteksi berahi, handling semen dan kualitas semen selain itu adanya yang menyatakan bahwa keberhasilan IB sangat tergantung pada waktu inseminasi. Sehingga penentuan waktu berahi sapi betina perlu di tangani dengantepat.Waktu IB sangat berpengaruh terhadap kebuntingan sapi, namun waktu berahi tidak dapat ditentukan denganpasti sehingga ditentukan waktu patokan IB sebagai berikut : apabila sapi betinayangakan dikawinkan terlihat gejala berahi pada pagi hari maka



4



pada pagi berikutnya dikawinkan. Sebaliknya bila terjadiberahi pada sore hari, maka pagi berikutnya dikawinkan. Ketetapan waktu bertujuan agar spermatozoa dapat bertemu dengan sel telur untuk terjadi pembuahan dengan sempurna sehingga terjadikebuntingan.(Annashru, 2017)



5



BAB III METODE PENELITIAN 3.1 HARI, TANGGAL PELAKSANAAN 1. Hari



=



Jumat



2. Tanggal



=



15 November 2019



3.2 ALAT DAN BAHAN N O 1 2 3



NAMA ALAT Handphone Pulpen Buku



JUMLAH (BUAH) 2 1 1



3.3 PROSEDUR KERJA : 1. Dicari peternakan yang ada disekitar tempat tinggalmu. 2. Pada data pengamatan register induk, diisi kolom nama pemilik, alamat peternak, nomor telinga/badan, asal ternak, jenis ternak (sapi/kambing/dll) warna bulu. 3. Diamati dan diagnosa apakah ternak tersebut mengalamikebuntingan.jika mengalami kebuntingan, isilah tabel dengan tanda ceklis (√ ) dan tanda (x) jika tidak mengalami kebuntingan. 4. Didokumentasikan ternak yang diamati sebagai bukti hasil pengamatan 5. Dibuat laporan pelaksanaan mini riset.



6



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil No Nama Alamat Pemil ik



1



Sutris no



2



Sutris no



Jl. Ismail Harun, Kenang an Baru,K ec.Perc ut Sei Tuan,K abupate n Deli Serdang Jl. Ismail Harun, Kenang an Baru,K ec.Perc ut Sei Tuan,K abupate n Deli



Nam a Tern ak



Sapi



Sapi



Tabel 10. Pengamatan Register Induk Nom Asal Jenis Bangs War Diagnosa or Tern Ternak a na Kebuntin Telin ak Bulu gan ga/ Bada n Bali Sapi Sapi Cokel X Bali Lokal at Pedagi ng (Bos javanic us domest icus)



-



Madu ra



Sapi Madura



7



Sapi Lokal Pedagi ng (Hibrid a)



Hita m



X



Foto Ternak



3



Sutris no



Serdang Jl. Ismail Harun, Kenang an Baru,K ec.Perc ut Sei Tuan,K abupate n Deli Serdang



Sapi



-



Aceh



Sapi Peranak an Ongole



Sapi Cokel Lokal at Pedagi ng (Bos primig enius indicus )



X



4.2 Pembahasan Dari tabel tersebut dapat kita ketahui bahwa ada banyak jenis-jenis dan bangsa sapi di Indonesia juga asal daerah dari sapi tersebut.Tiap-tiap jenis sapi memiliki ciri-ciri khusus tersendiri dilihat dari segi fisiknya,untuk itu kita harus mengetahui ciri-ciri dari masing-masing jenis sapi tersebut.Kemudian untuk kita mengetahui kebuntingan sapi kita juga harus mengetahui tanda-tanda dari sapi yang bunting baik dari kondisi fisik maupun psikisnya. Sapi bali disebut sebagai sapi tipe dwiguna, yakni dapat dimanfaatkan dagingnya sekaligus tenaganya. Namun banyak kalangan belum paham sepenuhnya apa saja perbedaan spesifik sapi bali dengan sapi jenis lainnya.  Secara fisik sapi bali mudah diidentifikasi, antara lain pada ciri-ciri bulunya.Sapi bali mempunyai ciri badan berukuran sedang dan bentuk badan yang memanjang, kepala agak pendeh dengan dahi datar, badan padat dengan dada yang dalam, tidak berpunuk dan seolah tidak bergelambir.Sapi bali berkaki ramping, agak pendek menyerupai kaki kerbau. Cermin hidung, kuku dan bulu ujung ekornya berwarna hitam. Tanduk pada sapi bali jantan tumbuh agak keluar kepala, sebaliknya untuk betina tumbuh condong ke dalam.



8



1. 2. 3. 4. 5.



Ciri- ciri fisik dari Sapi Peranakan Ongole : Warna bulunya bervariasi, tetapi kebanyakan berwarna putih atau putih keabu-abuan Warna bulu putih abu-abu baru muncul ketika lepas sapih Pada jantan kadang dijumpai bercak-bercak berwarna hitam pada lututnya Mata besar  dan terang Bulu sekitar mata berwarna hitam



1. 2. 3. 4. 5.



Keunggulan Sapi Peranakan Ongole: Mampu berdaptasi terhadap berbagai kondisi lingkungan Cepat bereproduksi Tempramen bagus  Tahan terhadap ekto dan endoparasit Pertumbuhan relatif cepat  Sapi Madura adalah bangsa sapi potong lokal asli Indonesia yang terbentuk dari persilangan antara banteng dengan Bos indicus atau sapi Zebu yang secara genetik memiliki sifat toleran terhadap iklim panas dan lingkungan marginal serta tahan terhadap serangan caplak.Karakteristik sapi Madura sudah sangat seragam, yaitu bentuk tubuhnya kecil, kaki pendek dan kuat, bulu berwarna merah bata agak kekuningan tetapi bagian perut dan paha sebelah dalam berwarna putih dengan peralihan yang kurang jelas ; bertanduk khas dan jantannya bergumba. Ciri-ciri fisik sapi madura: 1. Baik Jantan maupun betina berwana cokelat terang. 2.  Bagian bawah kaki berwarna putih. 3. Tanduk pendek beragam. Pada betina kecil dan pendek berukuran kurang lebih 10 cm. Pada jantan berukuran 15 s.d 20 cm. 4. Panjang badan mirip sapi bali tetapi memiliki punuk walaupun berukuran kecil . 4.3 Pertanyaan 1. Jelaskan ciri-ciri dari hewan ternak yang sedang mengalami kebuntingan! Jawab: - Hasil positif pada tes palpasi rectal - Pembesaran abdomen kanan secara progresif



9



- Terjadinya anestrus - Peningkatan berat badan - Adanya gerakan fetus - Gerakan sapi melambat - Bulu sapi mengkilat - Temperamen sapi menjadi lebih teratur - Pembesaran kelenjar air susu - Hasil positif dengan tes asam sulfat 2. Apakah para pemilik ternak telah menggunakan teknologi reproduksi berupa inseminasi buatan? Jawab : Dari penelitian kami menunjukkan bahwa pemilik ternak tidak menggunakan teknologi reproduksi berupa inseminasi buatan,pada peternakan yang kami kunjungi masih menggunakan proses reproduksi alami yaitu perkawinan antara sapi jantan dan sapi betina. 3.Jelaskan keuntungan dan kerugian dari teknologi reproduksi berupa inseminasi buatan! Jawab : Keuntungan a. Inseminasi buatan (IB) sangat mempertinggi penggunaan pejantan-pejantan unggul. b. Sangat menghemat biaya disamping dapat menghindari bahaya dan menghemat tenaga pemeliharaan pejantan yang belum tentu merupakan pejantan terbaik untuk diternakkan. c. Penularan penyakit dapat dicegah melalui IB, dengan hanya menggunakan pejantan-pejantan yang sehat atau bebas dari penyakit, menghindari kontak kontak kelamin pada waktu perkawinan, dan membubuhi antibiotika ke dalam semen sebelum dipakai.



10



d. Memungkinkan perkawinan antara ternak yang sangat berbeda ukurannya, misalnya sapi Bali dapat dikawinkan dengan semen sapi Brangus, Simental maupun Limousin. IB juga dapat memperpanjang waktu pemakaian pejantan-pejantan yang secara fisik tidak sanggup berkopulasi secara normal. Kerugian a. Kemungkinan besar IB dapat menjadi alat penyebar abnormalitas genetic seperti pada sapi, diantaranya cystic ovary, konformasi tubuh yang buruk terutama pada kaki-kakinya, dan kekurangan libido. b. Inseminasi intrauterine pada sapi yang bunting dapat menyebabkan abortus. c. IB tidak dapat digunakan dengan baik pada semua jenis hewan. Pada beberapa spesies masih harus dilakukan penelitian sebelum IB dapat dipakai secara praktis. d. IB masih diragukan manfaatnya dalam mengatasi semua infeksi atau abnormalitas saluran kelamin betina. 4. Pengalaman baru apa yang kelompok Saudara peroleh dari pelaksanaan mini riset ini? Jawab : Dari mini riset ini kami dapat meambah wawasan dalam proses dan dampak teknologi reproduksi yang digunakan oleh pemilik ternak yang kami kunjungi.Kemudian kami juga dapat mengetahui jenis-jenis sapi yang ada di Indonesia dan juga tanda-tanda kebuntingan pada ternak,serta juga perawatan pada ternaknya. 5. Aspek menarik apa yang kelompok Anda temukan dalam materi inovasi teknologi reproduksi hewan! Jawab : Yang kami temukan dalam materi inovasi teknologi reproduksi hewan ini yaitu kami dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dari macam-macam teknologi reproduksi.Dalam perkembangbiakan hewan diperlukan inovasiinovasi teknologi reproduksi lagi.Di dalam proses teknologi reproduksi inseminasi buatan ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan,seperti hal-hal yang dapat membuat proses pembuahan menjadi gagal.Begitu juga pada proses perkawinan alami. 11



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Dari penelitian miniriset yang kami lakukan di peternakan Sekar Mukti, dapat disimpulkan bahwa Ciri-Ciri Hewan Ternak Yang Sedang Mengalami Kebuntingan bedasarkan Ciri Fisik yaitu



: (1) Keluar lender berwarna kuning. (2) Vagina



Membengkak. (3) Apabila 1 bulan sebelum melahirkan, kantong susu akan berisi dan bedasarkan Ciri Tingkah Laku yaitu : Saat bunting muda, sapi umumnya bertindak layaknya manusia seperti akan ngidam,malas,ingin makan enak. Dan peternak dari Sekar Mukti juga menggunakan inseminasi buatan untuk mendapatkan penjantan penjantan yang unggul. 5.2 SARAN Sebaiknya inseminasi buatan perlu lebih dikembangkan oleh peternak agar peternak tersebut mengetahui apa kelebihan dan kekurangan dari inseminasi buatan tersebut. Karena tidak semua hewan dapat digunakan inseminasi buatan.



12



DAFTAR PUSTAKA Afiati, Fifi, dkk.2013. Pembibitan Ternak dengan Inseminasi Buatan.Jakarta : Penebar Swadaya Annashru, Fakhri Alfi, dkk. 2017. Pengaruh Perbedaan Waktu Inseminasi Buatan Terhadap Keberhasilan Kebuntingan Sapi Brahman Cross.Jurnal Ilmu – Ilmu Peternakan. Vol 27 No. 3 Kusrianty,Nelly, dkk. 2016. Efektifitas Inseminasi Buatan Pada Sapi Potong Menggunakan Sapi Cair. Jurnal Mitra Sains. Vol 4 No. 1 Novita, Cut Intan, dkk. 2019. Evaluasi Program Inseminasi Buatan pada Sapi Lokal Betina di Kecamatan Juli, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh. Jurnal Agripet. Vol 19 No. 1 Tim Penulis Agriflo, 2012. Sapi dari Hulu ke Hilir dan Info Mancanegara. Jawa Barat : Penebar Swadaya



13



LAMPIRAN FOTO Berikut merupakan kondisi dari peternakan Sekar Mukti



14



15