Mitigasi Bencana Alam Gunung Meletus [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MITIGASI BENCANA ALAM GUNUNG MELETUS



MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Yang dibina oleh Drs.



Oleh : Diyan Permana Putra 130721611771 Edo May Irawan



130721611795



Eva Purnamasari



130721611763



Falidayanti



130721616012



Faza Difa



130721611762



Ferri Ridlo



130721611757



UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN GEOGRAFI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI Januari 2015



1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus. Lebih lanjut, istilah gunung api ini juga dipakai untuk menamai fenomena pembentukanice volcanoes atau gunung api es dan mud volcanoes atau gunung api lumpur. Gunung api es biasa terjadi di daerah yang mempunyai musim dingin bersalju, sedangkan gunung api lumpur dapat kita lihat di daerah kuwu, grobogan, jawa tengah yang populer sebagai bleduk kuwu. Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung berapi yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimanapun gunung berapi mampu istirahat dalam waktu 610 tahun sebelum berubah menjadi aktif kembali. Oleh itu, sulit untuk menentukan keadaan sebenarnya daripada suatu gunung berapi itu, apakah gunung berapi itu berada dalam keadaan istirahat atau telah mati. Gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 7001.200 °C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km. Berdasarkan tentang kejadian – kejadian bencana alam di Indonesia, mitigasi bencana merupakan langkah yang sangat perlu dilakukan sebagai suatu titik tolak utama dari manajemen bencana. Sesuai dengan tujuan utamanya yaitu mengurangi dan / atau meniadakan korban dan kerugian yang mungkin timbul, maka titik berat



perlu diberikan pada tahap sebelum terjadinya bencana, yaitu terutama kegiatan penjinakan / peredaman atau dikenal dengan istilah Mitigasi. Mitigasi pada prinsipnya harus dilakukan untuk segala jenis bencana, baik yang termasuk ke dalam bencana alam (natural disaster) maupun bencana sebagai akibat dari perbuatan manusia (man-made disaster). Mitigasi pada umumnya dilakukan dalam rangka mengurangi kerugian akibat kemungkinan terjadinya bencana, baik itu korban jiwa dan/atau kerugian harta benda yang akan berpengaruh pada kehidupan dan kegiatan manusia. Untuk mendefenisikan rencana atau srategi mitigasi yang tepat dan akurat, perlu dilakukan kajian resiko (risk assessmemnt). Kegiatan mitigasi bencana hendaknya merupakan kegiatan yang rutin dan berkelanjutan (sustainable). Hal ini berarti bahwa kegiatan mitigasi seharusnya sudah dilakukan dalam periode jauh-jauh hari sebelum terjadi bencana, yang seringkali datang lebih cepat dari waktu-waktu yang diperkirakan, dan bahkan memiliki intensitas yang lebih besar dari yang diperkirakan semula.



1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana bentuk dan tipe letusan gunung berapi? 2. Bagaimana penyebab letusan gunung berapi? 3. Bagaimana mitigasi bencana gunung meletus?



1.3 Tujuan 1. Mendeskripsikan bentuk dan tipe letusan gunung berapi. 2. Mendeskripsikan penyebab letusan gunung berapi. 3. Mendeskripsikan mitigasi bencana gunung meletus.



2. Pembahasan 2.1 Bentuk Dan Tipe Letusan Gunung Berapi. 2.1.1



Tipe Gunung Api



Berdasarkan bahan lepas yang dihasilkan tipe gunung berapi terdiri dari beberapa macam: 1. Gunungapi lava/gunungapi tameng (shield volcano) yang menghasilkan lava basalan.Gunungapi tameng dibentuk oleh lava yang sangat cair dari lava basalan atau andesitan.Ada dua tipe jenis gunungapi tameng,yaitu tipe Hawaii dan tipe Iceland yang dibedakan berdasarkan skala dan jalur retakan yang ada: a)



Tipe Hawaii : Tipe ini akan membentuk gunungapi tameng yang dibangun oleh leleran lava yang keluar dari beberapa retakan dan memencar membentuk suatu jalur celah yang cukup besar contoh : mauna Loa di Hawaii.



b)



Tipe Iceland : Dicirikan dengan lavanya yang keluar dari kawah utama dan mempunyai skala yang lebih kecil dari tipe Hawaii.contoh : Izu peninsula (Iceland),Hakone (jepang), dan fase pertama gunung Tambora (Sumbawa)



2. Gunungapi piroklastik,merupakan gunungapi yang dibentuk oleh bahan lepasgunungapi piroklastik.Contoh gunung Lamongan,Gunung Tambora (Sumbawa) 3. Gunungapi gas yaitu gunungapi yang terjadi karena kegiatan magmatik umumnya membentuk mar yaitu suatu lekukan yang disebabkan oleh letusan tunggal yang bersifat meledak,dikelilingi oleh kawah berbentuk cincin dan umumnya terisi air.contoh : kaki uatar pegunungan tengger (jawa timur), Iwo Jima (Jepang).



2.1.2 Bentuk-Bentuk Gunung Api dan Ciri-Cirinya Gunung api atau gunung berapi memiliki bentuk yang dapat dilihat dari cirricirinya yang sangat membedakan dari sisi bentuk dari gunung berapi tersebut. Menurut bentuknya, gunung api dapat dibedakan atas tiga tipe yaitu:



1. Gunung api Perisai/Prisma Gunung api perisai berciri lerengnya agak landai berbentuk perisai. Gunung api ini hanya terdiri dari lapisan-lapisan lava saja, karena lava yang keluar dari gunung api hanya berupa lava yang cair sekali, sehingga dapat mengalir jauh menuruni lereng, kemudian mengalami pembekuan. Gunung api perisai terdapat di Kepulauan Hawai yaitu Gunung Mauna Loa dan Gunung Kilauea. Di Indonesia tidak ditemukan jenis gunung api perisai. 2.



Gunung api strato Gunung api strato berciri bentuknya seperti kerucut. Strato artinya lapisan,



oleh karena badan gunung api ini terdiri dari lapisan lapisan lava yang bercampur dengan hasil-hasil vulkanis lainnya seperti debu, pasir, kerikil, dan bom. Campuran yang dikandungnya memungkinkan endapan pada lereng gunung berlapis-lapis sehingga gunung api semakin tinggi menjulang keatas. Sebagian besar gunung api di Indonesia tergolong bentuk gunung api strato. 3. Gunung api maar Kata maar berasal dan bahasa Jerman yang artinya “kawah”. Maar terjadi karena peletusan gunung api itu hanya terjadi satu kali saja. Setelah itu kegiatan vulkanis berhenti sama sekali. Akibat peletusan yang terjadi, terbentuklah lubang besar berbentuk corong, yang dikelilingi oleh tebing yang terombak ketiká terjadi letusan. Apabila dasar dan dinding maar tidak dapat ditembus air, maká terbentuklah danau yang disebut danau maar. Namun, ada juga maar yang kering karena jenis tanah di dasarnya tidak dapat menahan air. Contoh gunung api maar antara lain maar di Gunung Lamongan (Jawa Timur), maar di daerah Pegunungan Eifel (Jerman), maar di Dataran Tinggi Auvergne (Perancis).



2.1.3 Tipe Letusan Gunung Berapi Tipe – tipe letusan Gunungapi menurut Escher, berdasarkan tekanan gas, derajat kecairan magma dan kedalaman dapur magma : 1. Tipe Hawaii, ciri-cirinya: lava cair, dapur magma yang dangkal, tekanan gas rendah. Contoh : gunungapi perisai di Hawaii, yaitu Kilaueaa dan Maunaloa



2. Tipe stromboli, ciri-cirinya : lava cair, dapur magma dangkal tapi lebih dalam dari tipe Hawaii, tekanan gas sedang. 3. Tipe Volcano, ciri-cirinya : lava agak cair, terbentuk awan debu berbentuk bunga kol, tekanan gas sedang. Contoh : Gunung Raung dan Vesuvius. 4. Tipe Merapi, ciri-cirinya : lava agak kental, dapur magma agak dangkal, tekanan gas rendah, terdapat sumbat lava dan kubah lava 5. Tipe Peele, ciri-cirinya : viskositas lava hampir sama dengan tipe merapi, tekanan gasnya cukup besar, peletusan mendatar, Contoh : Gunung Peele 6. Tipe Vincent, ciri-cirinya : lava agak kental, tekanan gas sedang, kawahnya terdapat danau. Contoh : gunung kelud. 7. Tipe Perret, ciri-cirinya : tekanan gas sangat kuat, lava encer, penyebab kaldera. Contoh : gunung Krakatau.



2.2 Penyebab Letusan Gunung Berapi Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona kegempaan aktif sebab berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar (magma). Magma akan mengintrusi batuan atau tanah di sekitarnya melalui rekahan- rekahan mendekati permukaan bumi. Gunung berapi terbentuk dari magma, yaitu batuan cair yang terdalam di dalam bumi. Magma terbentuk akibat panasnya suhu di dalam interior bumi. Pada kedalaman tertentu, suhu panas ini sangat tinggi sehingga mampu melelehkan batu-batuan di dalam bumi. Saat batuan ini meleleh, dihasilkanlah gas yang kemudian bercampur dengan magma. Sebagian besar magma terbentuk pada kedalaman 60 hingga 160 km di bawah permukaan bumi. Sebagian lainnya terbentuk pada kedalaman 24 hingga 48 km. Magma yang mengandung gas, sedikit demi sedikit naik ke permukaan karena massanya yang lebih ringan dibanding batu-batuan padat di sekelilingnya. Saat magma naik, magma tersebut melelehkan batu-batuan di dekatnya sehingga



terbentuklah kabin yang besar pada kedalaman sekitar 3 km dari permukaan. Kabin magma (magma chamber) inilah yang merupakan gudang (reservoir) darimana letusan material-material vulkanik berasal. Magma yang mengandung gas dalam kabin magma berada dalam kondisi di bawah tekanan batu-batuan berat yang mengelilinginya. Tekanan ini menyebabkan magma meletus atau melelehkan conduit (saluran) pada bagian batuan yang rapuh atau retak. Magma bergerak keluar melalui saluran ini menuju ke permukaan. Saat magma mendekati permukaan, kandungan gas di dalamnya terlepas. Gas dan magma ini bersama-sama meledak dan membentuk lubang yang disebut lubang utama (central vent). Sebagian besar magma dan material vulkanik lainnya kemudian menyembur keluar melalui lubang ini. Setelah semburan berhenti, kawah (crater) yang menyerupai mangkuk biasanya terbentuk pada bagian puncak gunung berapi. Sementara lubang utama terdapat di dasar kawah tersebut. Setelah gunung berapi terbentuk, tidak semua magma yang muncul pada letusan berikutnya naik sampai ke permukaan melalui lubang utama. Saat magma naik, sebagian mungkin terpecah melalui retakan dinding atau bercabang melalui saluran yang lebih kecil. Magma yang melalui saluran ini mungkin akan keluar melalui lubang lain yang terbentuk pada sisi gunung, atau mungkin juga tetap berada di bawah permukaan. Tanda-tanda gunung akan meletus: 1. Munculnya asap putih tebal sekitar puncak gunung. 2. Gempa bumi tektonik (lindu). 3. Hujan abu. 4. Suara gemuruh dipuncak gunung. 5. Hewan-hewan hutan di gunung turun ke pemukiman penduduk.



2.3 Mitigasi Bencana Gunung Meletus. 2.3.1 Sebelum Letusan 1. Cari tahu tentang system pengamanan di komunitas daerah masing-masing serta bagan alur keadaan darurat 2. Waspadai mengenai bahaya yang menyertai letusan gunungapi yaitu :  Lahar dan banjir bandang  Longsor dan hujan batu (material gunung api)  Gempa bumi  Hujan abu dan hujan asam  Tsunami 3. Lakukan rencana evakuasi 



Apabila anda tinggal di daerah rawan bencana gunung api, harus ingat route mana yang aman untuk dilalui.







Bentuk komunitas bahaya bencana gunungapi







Apabila anggota keluarga tidak berkumpul ketika terjadi letusan (misalnya yang dewasa sedang bekerja dan anak-anak sedang sekolah) usahakan untuk berkumpul dalam keluarga jangan terpisah.







Mintalah keluarga yang tinggal berjauhan untuk saling mengontak sebagai ‘hubungan keluarga’ sebab sehabis terjadi bencana biasanya lebih mudah untuk kontak jarak jauh. Tiap anggota keluarga usahakan untuk mengetahui nama, alamat dan nomor telepon anggota keluarga yang lain.



4. Buatlah persediaan perlengkapan darurat seperti : 



Batere/ senter dan extra batu batere







Obat-obatan untuk pertolongan pertama







Makanan dan air minum untuk keadaan darurat.







Pembuka kaleng







Masker debu







Sepatu







Pakailah kacamata dan gunakan masker apabila terjadi hujan abu.



5. Hubungi pihak-pihak yang berwenang mengenai penanggulangan bencana. 6. Walaupun tampaknya lebih aman untuk tinggal di dalam rumah sampai gunungapi berhenti meletus, tapi apabila anda tinggal di daerah rawan bahaya gunungapi akan sangat berbahaya. Patuhi instruksi yang berwenang dan lakukan secepatnya.



2.3.2 Selama Letusan 1. Ikuti perintah pengungsian yang diperintahkan oleh yang berwenang. 2. Hindari melewati searah dengan arah angin dan sungai-sungai yang berhulu di puncak gunung yang sedang meletus. 3. Apabila terjebak di dalam ruangan/ rumah : 



Tutup seluruh jendela, pintu-pintu masuk dan lubang /keran







Letakkan seluruh mesin ke dalam garasi atau tempat yang tertutup.







Bawa binatang atau hewan peliharaan lainnya ke dalam ruang yang terlindung



4. Apabila berada di ruang terbuka: 



Cari ruang perlindungan .







Apabila terjadi hujan batu, lindungi kepala dengan posisi melingkar seperti bola.







Apabila terjebak dekat suatu aliran, hati-hati terhadap adanya aliran lahar.Cari tempat yang lebih tinggi terutama.







Lindungi diri anda dari hujan







Kenakan pakaian kemeja lengan panjang dan celana







Gunakan kacamata untuk melindungi mata anda







Gunakan masker debu atau gunakan kain/ sapu tangan untuk melindungi pernapasan anda.







Matikan mesin mobil atau kendaraan lainnya kalau mendengar adanya aliran lahar



5. Hindari daerah bahaya yang telah ditetapkan oleh pemerintah/ lembaga yang berwenang/lihat peta daerah bahaya gunung api 6. Akibat letusan gunungapi bisa dirasakan berkilo meter jauhnya dari gunung api yang sedang meletus. Aliran lahar dan banjir bandang, kebakaran hutan bahkan aliran awan panas yang mematikan dapat mengenai anda yang bahkan tidak melihat ketika gunung api meletus. Hindari lembah-lembah sungai dan daerah yang rendah. Mencoba mendekati gunung api yang sedang meletus merupakan ide yang dapat membawa maut. 7. Apabila anda melihat permukaan aliran air sungai naik cepat-cepat cari daerah yang lebih tinggi. Apabila aliran lahar melewati jembatan jauhi jembatan tersebut. Aliran lahar memiliki daya kekuatan yang besar , membentuk aliran yang mengandung lumpur dan bahan gunung api lainnya yang dapat bergerak dengan kecepatan 30-60 kilometer perjam. Awan panas yang mengandung debu gunungapi dapat membakar tumbuhan yang dilaluinya dengan amat cepat. Dengarkan berita dari radio atau televisi mengenai situasi terakhir bahaya letusan gunung api.



2.3.3 Pasca Letusan 1. Apabila mungkin, hindari daerah-daerah zona hujan abu. 2. Apabila berada di luar ruangan: 



Tutup mulut dan hidung anda. Debu gunungapi dapat mengiritasi system pernapasan anda.







Gunakan kacamata untuk melindungi mata anda.







Lindungi kulit anda dari iritasi akibat debu gunungapi.







Bersihkan atap dari hujan debu gunungapi







Hujan debu yang menutupi atap sangat berat dan dapat mengakibatkan runtuhnya atap bangunan. Hati-hati ketika bekerja di atap bangunan rumah.



3. Hindari mengendarai kendaraan di daerah hujan abu yang lebat.



4. Mengendarai kendaraan mengakibatkan debu tersedot dan dapat merusak mesin kendaraan tersebut. 5. Apabila anda punya penyakit pernapasan, hindari sedapat mungkin kontak dengan debu gunung api. 6. Tinggallah di dalam rumah sampai keadaan dinyatakan aman di luar rumah. 7. Ingat untuk membantu tetangga yang mungkin membutuhkan pertolongan. 2.3.4 Pengurangan Resiko Bencana Melakukan identifikasi, kajian dan pemantauan resiko bencana dan memperkuat sistem peringatan dini Menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun suatu budaya aman dan ketahanan terhadap bencana di semua tingkatan— Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana untuk menjamin pelaksanaan tanggap darurat yang efektif 2.3.5 Sosialisasi dan Koordinasi Sosialisasi bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang tinggal disekitar gunungapi tentang potensi gunungapi, baik yang negatif (bahaya), maupun yang positif (sumberdaya). Koordinasi dilakukan dengan pemerintah daerah dan instansi terkait guna meningkatkan efektivitas dalam penanggulangan bencana erupsi gunung api. 2.3.6 Penataan Ruang Berbasis Kebencanaan Upaya pengurangan risiko bencana gempabumi adalah dengan mengurangai elemen kerentanan, salah satunya adalah dengan cara penataan ruang yang berlandaskan kepada ainaliss kebencanaan gunungapi. Berikut ini adalah upaya yang dilakukan dalam rangka penanggulangan bencana geologi yang disebabkan oleh erupsi gunung api yaitu: 1. Melakukan pengamatan dan pemantauan terhadap gunung api aktif. 2. Dengan melakukan pengamatan dan pemantauan yang terus menerus, maka diharapkan dapat dipelajari tingkah laku dan aktifitas semua gunung api aktif yang ada sehingga usaha perkiraan erupsi dan bahaya gunung api akan tepat dan cepat. Penyampaian informasi dalam rangka pengamanan



penduduk dalam kawasan rawan bencana dapat dilakukan tepat waktu sehingga korban bisa dihindari. 3. Melakukan pemetaan kawasan rawan bencana gunung apai 4. Untuk mengetahui dan menentukan kawasan rawan bencana gunung api, tempat-tempat yang aman jika terjadi letusan, tempat pengungsian, alur pengungsian. Sehingga pada saat terjadi peningkatan aktifitas/ letusan, kita sudah siap dengna peta operasional lapangan. 5.



Mengosongkan kawasan rawan bencana.



6. Daerah atau kawasan yang termasuk kedalam kawasan rawan bencana harus dikosongkan dan dilarang untuk hunian tetap, karena daerah ini sering dilanda oleh produk letusan gunung api (lava, awan panas, jatuhan piroklastik). 7. Melakukan usaha preventif 8. Upaya untuk mengurangi bahaya akibat aliran lahar, yaitu dengan cara membuat tanggul penangkis, tanggul-tanggul untuk mengurangi kecepatan lahar, serta mengurangi volume air di kawah (Kelud , Galunggung)



Tahap kesiap siagaan merupakan tindakan-tindakan yang memungkinkan pemerintah, masyarakat maupun perorangan mampu mengantisipasi segera mungkin dan seefektif mungkin terhadap situasi kejadian bencana misalnya: 1. Menyiapkan peralatan penanggulangan bencana untuk digunakan sewaktu-waktu. 2. Pelaksanaan efakuasi atau pengungsian. 3. Menyiapkan sistem peringatan dini (komunikasi darurat). 4. Melakukan penyuluhan serta memberi informasi tentang kebencanaan pada masyarakat. 5. Melakukan pelatihan penanggulangan bencana.



3. Penutup. 3.1 Kesimpulan Bencana merupakan suatu ujian dari Tuhan Yang Maha Esa yang tidak bisa kita cegah namun bencana juga merupakan peringatan bagi kita semua. Dari data historis menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia merupakan wilayah yang sangat rawan dan sering terjadi bencana(gunung meletus, gempa,tsunami, dll). Penanggulangan bencana merupakan upaya yang dilakukan oleh anggota masyarakat secara terorganisir baik sebelum, saat terjadi dan sesudah bencana. Mitigasi salah satu cara untuk menekan angka atau jumlah korban jiwa, harta benda, maupun fasilitas umum. Dengan adanya mitigasi jumlah korban jiwa akan berkurang dan upanya penyelamatan dari bencana bisa teratasi . Jadi, kita bisa melakukan hal yang semestinya bisa kita lakukan jika terjadi bencana tersebut.



3.2 Kritik dan Saran Sebaiknya di setiap gunung api yang masih aktif ada pos pengawasan yang dilengkapi dengan alat-alat pemantauan yang akurat. Informasikan atau komukasikan segala tanda bahaya yang diperoleh sedini mungkin kepada masyarakat atau melalui kepala desa masing-masing. Buat sirene tanda bahaya untuk mengingatkan penduduk untuk segera mengungsi bila keadaaan tambah gawat. Pembuatan sungai yang khusus untuk aliran lahar dan membuat tanggul yang kokoh untuk melindungi desa dari aliran lahar.



Daftar Rujukan



Ana.2014.Bentuk-Bentuk Gunung Api Dan Ciri-Cirinya (Online), (http://www.artikelsiana.com/2014/10/bentuk-bentuk-gunung-api-Ciri-cirinyaproses.html#_), diakses tanggal 26 Januari 2015. Arby.2014.Mitigasi dan Adaptasi Bencana Gunung Meletus (Online), (http://arbyt10.blogspot.com/2014/03/mitigasi-dan-adaptasi-bencanagunung.html), diakses tanggal 26 Januari 2015. Grehastuti, Denada.2014.Mitigasi Bencana Alam Gunung Meletus (Online), (http://denadagrehastuti.blogspot.com/2014/11/makalah-mitigasi-bencanaalam-gunung.html), diakses tanggal 26 Januari 2015. Hitam, Tinta.2013.Gunung Berapi (Online), (http://wahidridho.blogspot.com/2013/08/makalah-gunung-berapi_26.html), diakses tanggal 26 Januari 2015. Pringgabaya, Ayank.2013.Gunung Meletus (Online), (http://ayankpringgabaya.blogspot.com/2013/05/makalh-gunungmeletus.html), diakses tanggal 26 Januari 2015.