Modifikasi Perilaku [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH MODIFIKASI PERILAKU ASSESSMENT DALAM MODIFIKASI PERILAKU



OLEH KELOMPOK 5 FEBY M. TEFBANA (1507020042) NITNEO KOESLULAT (1507020024) ORNY N. ALUMAN (1407020025) PASCALIANI E. LAKABELA (1507020039) RATNASARI M. OEMATAN (1507020036)



PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2018



KATA PENGANTAR Puji syukur kamidari kelompok 5 Modifikasi Perilaku panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan rahmat Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Modifikasi Perilaku yang berjudul “Assessment Dalam Modifikasi Perilaku”. Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada penulisan makalah ini. Oleh sebab itu, kami senantiasa mengharapkan masukan dari pembaca demi penyempurnaan penulisan makalah ini. Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan menambah wawasan serta pengetahuan.



Kupang, 13April 2018



Penyusun



BAB I



PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Perilaku juga dapat diartikan sebagai semua aktivitas yang merupakanreaksi terhadap lingkungan, apakah itu reaksi yang bersifat motorik, fisiologis, kognitif, ataupun afektif.Perilaku terdiri atas perilaku yang tampak atau dapat diobservasi (overt, observable) dan yang tidak tampak, tersembuyni, atau tidak dapat diobservasi (covert, not directly observable).Perilaku yang nampak, adalah perilaku yang dapat diamati oleh orang lain, misalnya berbicara, berjalan, lari, menangis, melempar bola, berteriak, dsb. Sedangkan perilaku yang tidak dapat diamati secara langsung oleh orang lain, misalnya berfikir dan merasakan. Untuk mengetahui perilaku yang tersembuyni harus disimpulkan dari responrespon yang terbuka (covert behavior must be inferred from overt responses). Dalam pandangan behavioral, diasumsikan bahwa perilaku merupakan hasil belajar. Hasil belajar yang keliru menghasilkan perilaku maladaptif namun masih dapat diubah melalui proses belajar.Berkaitan dengan hal ini, maka modifikasi perilaku dihadirkan sebagai salah satu upaya dalam merubah perilaku maladaptif menjadi perilaku yang adaptif.Dalam modifikasi perilaku tentunya ada teknik-teknik yang harus digunakan untuk merubah suatu perilaku.Oleh karena itu, para peneliti yang ingin memodifikasi perilaku selalu berpatokan pada teknik-teknik tersebut. 2. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana itu penilaian langsung dan tidak langsung ? 2. Bagaimana kelengkapan dalam pengamatan? 3. Bagaimana cara memilih metode pengamatan ? 4. Bagaiman cara memilih instrumen perekaman ? 3. TUJUAN 1. Bagaimana itu penilaian langsung dan tidak langsung ? 2. Bagaimana kelengkapan dalam pengamatan? 3. Bagaimana cara memilih metode pengamatan ? 4. Bagaiman cara memilih instrumen perekaman ?



BAB II PEMBAHASAN 1. ASSESMENT DALAM MODIFIKASI PERILAKU A. PENILAIAN LANGSUNG DAN TDAK LANGSUNG Ada dua jenis penilaian perilaku: langsung dan tidak langsung (Iwata, Vollmer, & Zarcone, 1990; Martin & Pear, 1999; O’Neill et al., 1997). Penilaian tidak langsung melibatkan menggunakan wawancara, kuesioner, dan skala penilaian untuk mendapatkan informasi tentang perilaku target dari orang yang menunjukkan perilaku atau dari orang lain (orangtua, guru, pembina). Kemudian, penilaian langsung berarti observasi dilakukan di tempat perilaku itu terjadi. Dibutuhkan alat perkakm seperti kamera, ataupun tape recorder. Pengamat juga haru mampu membedakan kejadian lain yang tidak ada kaitannya dengan perilaku yang ingin diukur. Modifikasi perilaku bergantung pada penilaian langsung. Langka-langkah yang digunakan dalam mengembangkan rencana perilaku modifikasi adalah sebagai berikut: 1. Menentukan perilaku sasaran 2. Menentukan kelengkapan dalam pengamatan 3. Menentukan metode pengamatan 4. Memilih instrumen perekam B. MENENTUKAN PERILAKU SASARAN Penentuan perilaku dilakukan untuk mengidentifikasi hal-hal yang penting untuk dimodifikasi atau dirubah. Ini penting agar tidak terjadi kesalahan dalam proses pengamatan dan pencatatan. Selain itu, peneliti dalam modifikasi perilaku harus dengan hati-hati menentukan perilaku sasaran sehingga akurat dalam memberi perawatan.



2. KELENGKAPAN DALAM PENGAMATAN A. OBSERVER Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan observasi ialah, klien yang dipilih harus menunjukkan perilaku yang sesuai dengan tujuan penelitian agar mampu memenuhi program modifikasi perilaku akan dilaksanakan. Langkah selanjutnya adalah menentukanpengamat yang akan mengamati dan mencatat perilaku. Pengamat tentunya harus bersedia menjalankan tugasnya sebagai pengamat.Pengamat bisa saja adalah seorang profesional, seperti psikolog, atau orang yang memiliki kedekatan dengan klien, seperti guru, orang tua, atau pembimbing. Adapulasaat dimana pengamat adalah klien itu sendiri, dimana klien diberi kesempatan untuk mengamati dan mencatat perilakunya sesuai dengan fokus penelitian, yang disebut selfmonitoring.Pemantauan diri bisa dikombinasikan dengan pengamatan langsung oleh pengamat lain.Misalnya, seorang psikolog mungkin langsung mengamati dan merekam perilaku seseorang yang menerima pengobatan dari terapis lain. Jika self-monitoring digunakan dalam program modifikasi perilaku, klien harus dilatih untuk merekam tingkah lakunya sendiri dengan teknik yang sama dengan pengamat yang terlatih. B. WAKTU DAN TEMPAT PENGAMATAN Pengamat melakukan observasi hanya pada waktu observasi.Waktu observasi dapat ditentukan melalui wawancara dengan orang dekat klien, ketersediaan pengamat, bahkan adanya izin dari orang tua atau wali klien, bahkan klien itu sendiri.Adanya persetujuan dari klien menjadi penting, saat kegiatan observasi terjadi dengan sepengetahuan klien(e. g., Wright & Miltenberger, 1987). Dalam setting waktu dan tempat pengamatan, hal yang penting untuk diperhatikan ialah pengaturan alami dan pengaturan analog. Pengaturan alami berarti mengamati perilaku sasaran yang biasanya terjadi atau segala rutinitas harian subjek (bangun tidur, makan, pergi ke sekolah, dll) dan pengaturan analog yang berarti mengamati perilaku yang tidak termasuk dalam rutinitas harian subjek (pergi ke toko buku, atau ke klinik gigi). Dalam setting modifikasi perilaku pengamatan yang paling cocok ialah pengaturan analog, dimana perilakunya mudahdikontrol atau dengan kata lain perilaku subjek mudah dimanipulasi dengan variabel lain.Pengamatan perilaku sasaran dapat terjadi secara terstruktur atau tidak terstruktur. Terstruktur pada saat peristiwa atau kegiatan yang terjadi selama periode observasi diatur oleh observer sendiri. Sedangkan, pengamatan tidak terstruktur terjadi saat kegiatan tidak diatur oleh observer. Dalam penelitian modifikasi perilaku, orang yang menjadi pengamat biasanya adalah asisten penelitian yang terlatih.Pengamat mempelajari definisi perilaku-perilaku sasaran, kemuidan berlatih



merekam di bawah pengawasan peneliti. Ketika pengamat berhasilmenjalankan tugasnya dengan baik selama sesi latihan(setelah mereka memiliki IOA yang baik dengan peneliti), barulah pengamat boleh mencatat perilaku target selama periode observasi aktual sebagai bagian dari penelitian.Periode pengamatan yang digunakan dalam penelitian modifikasi perilaku seringkali singkat (misalnya, 15-30 menit). Sedangkan, ketika pengamatan dilakukan dengan sistem self-monitoring, klien dapat mengamati dan merekam perilaku sesuai terget penelitian sepanjang hari dan mungkin tidak dibatasi olehperiode observasi yang ditentukan. Misalnya, klien memantau jumlah rokok yang dihisap setiap hari.



3. MEMILIH METODE PENGAMATAN Perilaku seseorang dapat diukur dengan menggunakan metode perekaman yang berbeda. Metode-metode terdiri atas empat bagian yaitu rekaman berkelanjutan, rekaman produk, rekaman interval dan rekaman waktu sampel. Setiap metode-metode ini dijelaskan sebagai berikut. A. REKAMAN BERKELANJUTAN Pengamat mengamati dan mengidentifikasi klien secara terus menerus selama periode observasi dan mencatat setiap kejadian perilaku, terutama frekuensinya, durasi, intensitas dan latensi. Frekuensi perilaku adalah berapa kali perilaku terjadi dalam periode observasi. Dimana, pengamat hanya mencatat setiap kali kejadian tersebut terjadi. Misalnya, Pengamat menghitung jumlah rokok pada seorang perokok. Yang dimulai dari perilaku menyalakan rokok hingga perilaku menghisap rokok. Frekuensi dapat dilaporkan sebagai nilai (per menit), yang didapat denggan cara frekuensi dibagi dengan waktu periode observasi. Durasi perilaku adalah jumlah total waktu yang dipakai oleh perilaku dari awal sampai akhir. Misalnya, Anda dapat mencatat jumlah menit pelajar belajar per hari, jumlah menit seseorang latihan, atau detik-detik angka seorang pasien yang mengalami stroke berdiri tanpa bantuan selama sesi rehabilitasi di rumah sakit. Intensitas perilaku adalah jumlah kekuatan, energi atau penggunaan tenaga yang terlibat didalamnya. Intensitas sering dicatat dengan instrumen pengukuran atau dengan menggunakan skala peringkat. Misalnya, Anda dapat menggunakan pengukur desibel untuk



mengukur kerasnya suara seseorang berpidato. Intensitas untuk mengukur kekuatan atau besarnya perilaku (Bailey, 1977; Bailey & Burch, 2002). Latensi perilaku adalah waktu dari beberapa stimulus atau peristiwa dari mulainya suatu perilaku. Anda mengukur latensi dengan mencatat berapa lama orang tersebut memulai untuk berperilaku setelah peristiwa tertentu terjadi. Misalnya, Anda bisa mencatat berapa lama seorang anak mulai melemparkan mainan setelah diminta untuk melakukannya. Semakin pendek latensi, maka semakin cepat seorang anak memulai perilaku setelah permintaan. Contoh lain dari latensi adalah waktu yang dibutuhkan seseorang untuk menjawab telepon setelah mulai berdering. Banyak yang bingung dengan latensi dan durasi. Latensi adalah pemakaian waktu dari beberapa stimulus atau peristiwa dari mulainyasuatu perilaku. Misalnya, lamanya waktu menghisap rokok setelah dia memperoleh rokok tersebut. Sedangkan, durasiadalah keseluruan dari jumlah total waktu yang dipakai oleh si klien dari awal hingga akhir. Misalnya, keseluruhan waktu dari mengeluarkan rokok, membakar rokok, dan menghisapnya hingga habis. B. PELUANG PERSENTASE Persentase uji coba berasal dari hasil pengamatan. Dalam metode ini, pengamat dapat mencatat terjadinya perilaku dengan kaitannya pada beberapa peristiwa lain, seperti uji coba prestasi siswa dengan kegiatan belajar di kelas. Dalam modifikasi perilaku, observer akan memberi perlakukan untuk melihat pengaruhnya pada perilaku subjek. Misalnya, perlakuan dalam bentuk perintah dari guru pada siswa untuk memenuhi 12 tugas dan siswa hanya mampu memenuhi 11 tugas, maka presesntase prestasinya adalah 11/12 (92%). Namun, jika guru membuat 25 tugas dan siswa memenuhi 11 kali, persentasenya hanya 44%, oleh karena itu, tingkat perilaku yang dapat diterima sangat jauh lebih rendah. C. PENGAMATAN PRODUK Aspek lain dari perilaku yang dapat diambil adalah produknya, yang disebut pencatatan produk permanen (Marholin & Steinman, 1977). Produk permanen adalah hasil dari tugas yang dikerjakan subjek dengan benar. Hal ini termasuk dalam metode penilaian tidak langsung yang dapat digunakan ketika perilaku menghasilkan hasil nyata tertentu yang diminati orang



tersebut.Misalnya, supervisor menghitung jumlah unit yang dirakit subjek di pabrik, sebagai ukuran produk dari kinerja pekerjaan, atau seorang guru memeriksa pekerjaan rumah yang diselesaikan subjek dengan benar, sebagai ukuran produk kinerja akademik siswa (Noell et al., 2000). Keuntungan dari pencatatan produk adalah pengamat tidak harus hadir ketika perilaku itu sedang terjadi. Misalnya, guru mungkin tidak akan hadir ketika siswa menyelesaikan tugas pekerjaan rumah mereka, tetapi memeriksa hasil pekerjaan siswa di rumah sebagai produk perilaku siswa tersebut. Sedangkan, kelemahan pencatatan produk adalah adanya bias, dimana pengamat tidak bisa memastikan siapa yang terlibat atau memberi pengaruh pada perilaku subjek sampai menghasilkan produknya. Misalnya, guru tidak dapat menentukan apakah siswa dalam menyelesaikan pekerjaan rumah mereka sendiri, ada orang yang membantu, atau orang lain yang mengerjakannya. D. PEREKAMAN INTERVAL Perekaman interval adalah mencatat perilaku yang terjadi selama periode waktu secara berturut-turut. Dengan cara ini, pengamat akan membagi periode observasi ke dalam sejumlah periode waktu atau interval yang lebih kecil untuk mengamati klien secara berturut-turut sepanjang interval, dan kemudian mencatat apakah perilaku itu terjadi dalam interval tersebut. Perekaman interval terdiri atas dua jenis, yakni perekaman interval parsial dan perekaman interval keseluruhan. Perekaman interval parsial, tidak berkaitan dengan frekuensi dan durasi, namun cukup mencatat apakah perilaku itu terjadi pada setiap waktuinterval atau tidak. Misalnya, guru mengamati apakah seorang anak ribut dalam kelas selama 15 menit dalam setiap periode kelas interval dengan mengatur alarm yang akan berbunyi setiap 15 menit.Ketika perilaku mengganggu terjadi, guru menandai interval yang sesuai pada lembar data. Setelah interval ditandai, guru tidak harus mengamati anak atau mencatat perilaku sampai interval berikutnya dimulai. Jika perilaku hanya terjadi di sebagian interval, perilaku tidak dinilai atau dibiarkan kosong pada lembar data. Keuntungannya, waktu yang diperlukan lebih singkat dan menghemat tenaga. Ketika peneliti menggunakan perekaman interval, mereka sering memilih interval pendek, seperti 6 atau 10 detik (Bailey, 1977; Bailey & Burch, 2002). Dengan cara ini, mereka membuat banyak rekaman perilaku selama periode observasi dan memperoleh sampel yang lebih representatif dari perilaku sasaran daripada yang bisa mereka dapatkan



dari interval yang lebih panjang. Sebagai contoh, Iwata, Pace, Kalsher, Cowdery, dan Cataldo (1990) menggunakan interval 10 detik untuk mencatat terjadinya perilaku melukai diri sendiri (misalnya, membenturkan kepala, menampar, dan menggaruk) pada anak-anak dengan cacat intelektual. Miltenberger, Fuqua, dan McKinley (1985) menggunakan interval 6 detik untuk mencatat terjadinya gerakan motorik (misalnya, gerakan menyentak kepala atau otot wajah, dan cepat kedipan mata) pada orang dewasa. Dalam penelitian ini, peneliti merekam video orang dewasa dalam sesi observasi, para peneliti mencatat ada atau tidak adanya gerakan suatu perilaku setiap 6 detik, kemudian mencatat jumlah interval yang mengandung gerakan motorik dari video tersebut. E. METODE PENCATATAN PERILAKU DALAM OBSERVASI 



Perekaman berkelanjutan







Catat setiap perilaku yang terjadi selama periode observasi. Merekam frekuensi, durasi, intensitas, atau latensi







Rekaman produk







Catat hasil nyata atau produk permanen dari perilaku subjek.







Perekaman interval







Catat terjadinya atau tidak terjadinya perilaku dalam interval waktu berturut-turut selama periode observasi.







Rekaman sampel waktu







Catat terjadinya atau tidak terjadinya perilaku dalam interval waktu yang terputusputus (sampel waktu) selama periode observasi.



4. MEMILIH INSTRUMEN PEREKAMAN Langkah Terakhir dalam mengembangkan rencana perekaman perilaku adalah memilih instrument rekaman. Instrument rekaman adalah apa yang digunakan pengamat untuk mendaftar atau membuat produk permanen dari keberadaan perilaku. Kertas dan pensil digunakan paling sering untuk merekam perilaku.Sederhananya pengamat membuat catatan di kertas setiap kali dia mengamati perilaku.Untuk meringkas perilaku paling Efektif, pengamat menggunakan lembar data yang disiapkan sebelumnya untuk perilaku tertentu.



Lembar data membantu mengatur proses perekaman dengan membuatnya jelas. Pengamat harus menulis ketika perilku itu terjadi. Lembar data pada Peraga 2-4 digunakan untuk mencatat frekuensi perilaku target setiap kali perilaku terjadi di hari tertentu, pengamat menandai X di salah satu kotak untuk hari itu jumlah kotak dengan Xs terisi dalam setiap hari menandakan frekuensi, atau berapa kali perilaku itu terjadi di setiap harinya. Lembar data pada peraga 2-5 digunakan untuk mencatat durasi perilaku target.Pada setiap hari ada tempat untuk mencatat waktu perilaku mulai dan barakhir.Serta dengan seberapa sering itu terjadi. Contoh lembar data yang digunakan untuk rekaman interval 10 ditunjukan pada gambar 2-6. Perhatikan bahwa ada 6 kotak disetiap baris dan 15 baris kotak setiap kotak mewakili satu interval kedua, dengan total 90 interval dalam 15 menit untuk menggunakan metode perekaman interval 10 detik. Pengamat mendengarkan rekaman yang menandai awal setiap interval ketika perilaku target itu terjadi. Pengamat menempatkan tanda centang di kotak interpasi yang datanng jika perilaku target tidak terjadi selama selang waktu, pengamat meninggalkan interval itu kosong. Alternatifnya, setiap kotak interval memiliki satu atau lebih kode. Pengamat mengaitkan atau member tanda centang melalui kode yang mewakili perilaku yang diamati dalam interval tersebut misalnya, AT dan RP dapat digunakan untuk menandai perilaku perhatian dan teguran, masing-masing ketika mengamati perilaku orangtua berinteraksi dengan anak jika orangtua memperhatikan anak atau menegur anak dalam selang waktu, pengamat akan melingkari AT atau RP. Prosedur lain untuk merekam dan melibatkan perilaku. Misalnya, seseorang yang sering menghisap rokok hendak mennghitung berapa banyak rokok yang bias ia habiskan. Kemudian ia membuat kartu catatan dan menyimpannya di bungkusan plastik pada bungkusan rokok tersebut, sehingga setiap kali ia menghisap sebatang rokok ia membuat tanda centang pada kartu catatan dan menghitungnya di akhir hari. Demikian juga dengan seseorang yang merekam perilaku kasarnya mereka mungkin akan menyimpan catatan kecil di saku bajunya dan setiap kali dia berbuat pernyataan kasar dia akan menarik keluar buku catatan dan mencatatnya.



Tidak semua instrumen untuk merekam perilaku bergantung pada kertas dan pensil.Apa pun yang dapat anda gunakan untuk mendaftarkan setiap kemunculan perilaku dapat dianggap sebagai instrumen rekaman perilaku. Berikut ini beberapa contoh umum. 1. Gunakan perhitungan pukulan golf untuk mencatat frekuensi suatu perilaku. Perhitungan pukulan golf dikenakan di pergelangan tangan seperti jam tangan. Setiap kali perilaku itu terjadi anda menekan tombol di konter ( Lindsley ). 2. Gunakan stopwatch untuk merekam durasi kumulatif suatu perilaku. Anda memulai dan menghentikan stopwatch setiap kali perilaku dimulai dan berhenti. 5. REAKTIVITAS Kadang-kadang proses merekam perilaku menyebabkan perilaku berubah,bahkan sebelum perawatan diterapkan. Ini disebut reaktivitas (Foster, BellDolan, & Burge, 1988; Hartmann & Wood, 1990; Tryon, 1998). Reaktivitas mungkin terjadi ketika pengamat merekam perilaku orang lain atau ketika aorang terlibat dalam pemantauan diri. Reaktivitas mungkin tidak diinginkan, terutama untuk tujuan penelitian, karena perilaku yang tercatat selama periode observasi tidak mewakili tingkat perilaku. Pengamat atau dengan tidak adanya pemantauan diri. Misalnya saat disruptif Anak melihat bahwa seseorang sedang merekam tingkah lakunya di kelas, anak dapat mengurangi perilaku mengganggu mereka saat pengamat hadir. Biasanya perubahan perilaku ini hanya sementara, dan perilaku kembali ke perilaku tingkat semula setelah anak menjadi terbiasa dengan kehadiran pengamat. Salah satu cara untuk mengurangi reaktivitas adalah menunggu hingga orang-orang yang ada diamati menjadi terbiasa dengan pengamat. Hal Lain adalah memiliki pengamat catat perilaku tanpa orang-orang mengetahui bahwa mereka sedang diamati. Ini dapat dicapai dengan menggunakan jendela observasi satu arah atau dengan pengamat partisipan. Pengamat partisipan adalah orang yang biasanya berada dalam pengaturan di mana perilaku target terjadi, seperti asisten guru di ruang kelas. Demikian juga, ketika seseorang mulai merekam tingkah lakunya sendiri sebagai bagian dari proyek manajemen diri. perilaku sering berubah dalam arah yang diinginkan sebagaihasil dari pemantauan diri (Epstein, 1996). Untuk alasan ini, pemantauan diri kadangkadang digunakan sebagai pengobatan untuk mengubah perilaku sasaran. Misalnya,



Ollendick (1981) dan Wright dan Miltenberger (1987) menemukan bahwa pemantauan diritics motor menyebabkan pengurangan frekuensi mereka. (Ackerman and Shapiro (1984). melaporkan bahwa ketika orang dewasa penyandang cacat intelektual memantau sendiri pekerjaan mereka produktivitas, produktivitas mereka meningkat. ( Winett, Neale, dan Grier (1979) menunjukkanbahwa pemantauan sendiri penggunaan listrik oleh orang-orang di rumah mereka menghasilkan menurun dalam penggunaan listrik. 6. PERJANJIAN INTEROBSERVER Anda menilai IOA untuk menentukan apakah perilaku target direkam secara konsisten. Untuk mengevaluasi IOA, dua orang secara independen mengamati dan mencatat hal yang samamenargetkan perilaku subjek yang sama selama periode observasi yang sama. Iturekaman dari dua pengamat kemudian dibandingkan, dan persentase kesepakatanantara pengamat dihitung. Ketika persentase perjanjian tinggi, itumenunjukkan bahwa ada konsistensi dalam penilaian oleh kedua pengamat. Ini menunjukkan bahwa definisi perilaku sasaran jelas dan obyektif, dan bahwapengamat menggunakan sistem pencatatan dengan benar. Ketika IOA tinggi dilaporkan masuksebuah penelitian, menunjukkan bahwa para pengamat dalam penelitian ini mencatat targetperilaku secara konsisten. IOA harus diperiksa setidaknya sesekali saat langsungobservasi dan perekaman juga digunakan dalam pengaturan nonpenelitian. Dalam penelitian,IOA minimal yang dapat diterima biasanya 80%, meskipun 90% atau lebih baik lebih disukai. IOA dihitung berbeda tergantung pada metode perekaman yang digunakan. Untukrekaman frekuensi, IOA (diekspresikan sebagai persentase) dihitung dengan membagifrekuensi yang lebih kecil dengan frekuensi yang lebih besar. Misalnya, jika pengamat A mencatat10 kejadian perilaku agresif dalam periode observasi dan pengamat Bmencatat 9, IOA sama dengan 90%. Untuk perekaman durasi, IOA dihitung dengan membagidurasi yang lebih kecil dengan durasi yang lebih besar. Misalnya, jika pengamat A merekam 48menit latihan dan pengamat B mencatat 50 menit, IOA sama dengan 48/50, atau 96%.Untuk perekaman interval, Anda memeriksa perjanjian antara dua pengamat disetiap interval. Anda kemudian membagi jumlah interval dengan persetujuaN hanya perhitungan IOA.



BAB III PENUTUP Assesment dalam modifikasi perilaku terdiri atas penilaian langsung dan tidak langsung, Penilaian tidak langsung melibatkan menggunakan wawancara, kuesioner, dan skala penilaian untuk mendapatkan informasi tentang perilaku target dari orang yang menunjukkan perilaku atau dari orang lain (orangtua, guru, pembina). Kemudian, penilaian langsung berarti observasi dilakukan di tempat perilaku itu terjadi. Dibutuhkan alat perkakm seperti kamera, ataupun tape recorder. Pengamat juga haru mampu membedakan kejadian lain yang tidak ada kaitannya dengan perilaku yang ingin diukur. Modifikasi perilaku bergantung pada penilaian langsung. Langka-langkah yang digunakan dalam mengembangkan rencana perilaku modifikasi adalah sebagai berikut: 5. Menentukan perilaku sasaran 6. Menentukan kelengkapan dalam pengamatan 7. Menentukan metode pengamatan 8. Memilih instrumen perekam



DAFTAR PUSTAKA