MODUL 3 Pengenalan Anak Dengan Kebutuhan Khusus  [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DALAM PELATIHAN (RP3)



KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN



TAHUN 2018



BARANG MILIK NEGARA TIDAK DIPERJUALBELIKAN DAFTAR ISI MODUL 3: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS



KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I



PENDAHULUAN



BAB II



Siapakah Anak Dengan Kebutuhan Khusus?



BAB III Mengapa Guru Perlu Memiliki Kemampuan Untuk Mengidentifikasi dan Memahami Kebutuhan Khusus Anak? BAB IV Bagaimana Menyesuaikan Program Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus? BAB V



Apa Manfaat Menggabungkan Anak Dengan Kebutuhan Khusus dalam Pembelajaran Bersama Anak Yang Lain?



BAB VI Bagaimana Sistem Rujukan Terkait Anak dengan Kebutuhan Khusus? BAB VII PENUTUP DAFTAR PUSTAKA TUGAS MANDIRI



1



BARANG MILIK NEGARA TIDAK DIPERJUALBELIKAN KATA PENGANTAR



Guru dan Tenaga Kependidikan yang bekerja pada Layanan PAUD, memiliki peran yang sangat besar dalam memfasilitasi kebutuhan khusus anak. Untuk itu mereka perlu memahami berbagai hal yang terkait Anak dengan Kebutuhan Khusu, yang terdapat pada modul ketiga dari materi diklat Guru Pendamping Muda (Diklat Berjenjang Tingkat Dasar) ini.



Bahan ajar untuk Modul Pengenalan Anak dengan Kebutuhan Khusus ini disusun untuk dipergunakan oleh pelatih maupun peserta diklat Guru Pendamping Muda (Diklat Berjenjang Tingkat Dasar) yang telah dikembangkan oleh tim penyusun dengan berbagai upaya sehingga mudah untuk dipahami dan diterapkan.



Materi Pengenalan Anak dengan Kebutuhan Khusus, merupakan materi ketiga yang harus disampaikan pada kegiatan diklat Guru Pendamping Muda (Diklat Berjenjang Tingkat Dasar) Tahap Tatap Muka, karena merupakan kunci ketiga yang membuka jendela pengetahuan untuk materi-materi selanjutnya. Oleh karena itu, diharapkan agar materi Pengenalan Anak dengan Kebutuhan Khusus ini dipelajari dengan baik, sehingga materi-materi selanjutnya dapat lebih mudah dipahami.



Terima kasih disampaikan kepada tim penyusun bahan ajar ini dan seluruh pihak yang telah membantu. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami nantikan kehadirannya guna lebih sempurnanya modul ini.



Jakarta, .... Maret 2018 Direktur Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat



Dr. Abdoellah, M.Pd. NIP. 196008201986031005



2



BARANG MILIK NEGARA TIDAK DIPERJUALBELIKAN BAB I PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG Penting untuk kita ingat bahwa setiap anak merupakan individu yang unik, dengan pertumbuhan dan perkembangan tiap anak berbeda satu dengan lainnya. Oleh karena itu, satu anak tidak dapat dibandingkan dengan anak lain. Perkembangan yang terjadi pada satu anak hanya dapat dibandingkan keadaannya saat ini dengan perkembangan sebelumnya. Masa usia dini dimulai sejak anak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun. Periode ini sering disebut sebagai periode keemasan (the golden age) dimana pada masa ini otak anak sebagai faktor utama pembentukan kecerdasan anak, sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Akan tetapi, pada beberapa anak, terjadi hambatan-hambatan dalam perkembangannya. Baik hambatan perkembangan dari dalam diri anak secara fisik, emosional, maupun hambatan dari luar diri anak akibat lingkungan yang tidak memfasilitasi kebutuhnan khususnya sehingga mereka seringkali mengalami kesulitan untuk berpartisipasi dalam pembelajaran. Kebanyakan hambatan perkembangan dapat diidentifikasi di usia dini, sehingga guru dan tenaga kependidikan di layanan PAUD sebaiknya dapat memahami hambatan perkembangan pada anak sedini mungkin, sehingga dapat distimulasi dengan lebih baik agar perkembangannya menjadi lebih optimal sesuai karakteristik kebutuhan khususnya.



B. TUJUAN MODUL INI 1. Tujuan umum: sebagai salah satu sumber bahan belajar bagi Pelatih serta Guru dan Tenaga Kependidikan Peserta Diklat Guru Pendamping Muda (Diklat Berjenjang Tingkat Dasar) dalam mengenali anak dengan kebutuhan khusus. 2. Tujuan khusus: a. Peserta dapat mengenali karakteristik anak dengan kebutuhan khusus. b. Peserta dapat memahami pentingnya guru mengidentifikasi kemampuan khusus anak. c. Peserta dapat menyesuaikanprogrampembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus



3



BARANG MILIK NEGARA TIDAK DIPERJUALBELIKAN d. Peserta dapat memahami manfaatmenggabungkan Anak Dengan Kebutuhan Khusus dalam pembelajaran bersama anak yang lain. e. Pesertadapat memahami sistem rujukan terkait Anak dengan Kebutuhan Khusus.



C. RUANG LINGKUP Materi Perkembangan Anak dengan bobot 4 JPL pada tahap Tatap Muka, ditujukan agar peserta diklat dapatmemahami hal-hal tentang perkembangan anak usia dini. Pada modul Perkembangan Anakini terdapat informasi yang dapat membantu peserta diklat dalam memahami perkembangan anak usia dini, seperti: 1. Siapakah Anak Dengan Kebutuhan Khusus? 2. Mengapa Guru Perlu Memiliki Kemampuan Untuk Mengidentifikasi dan Memahami Kebutuhan Khusus Anak? 3. Bagaimana Menyesuaikan Program Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus? 4. Apa Manfaat Menggabungkan Anak Dengan Kebutuhan Khusus dalam Pembelajaran Bersama Anak Yang Lain? 5. Bagaimana Sistem Rujukan Terkait Anak dengan Kebutuhan Khusus?



D. PETUNJUK BELAJAR Agar dapat memahami materi Perkembangan Anak secara tepat, utuh dan mendalam, peserta diklat diharapkan: 1.



Membaca secara tuntas dan cermat seluruh materi yang ada dalam bahan ajar ini.



2.



Mengikuti paparan atau penyajian materi ini secara fokus pada saat disampaikan dalam kegiatan diklat tahap tatap muka.



3.



Melakukan analisis dan mendiskusikan setiap paparan yang disajikan baik dengan teman peserta diklat maupun dengan pelatih.



4.



Mengerjakan berbagai tugas yang diminta, baik yang disajikan dalam bahan ajar ini maupun yang diberikan oleh pelatih pada saat mengikuti diklat.



5.



Melaksanakan tugas mandiri terkait modul ini.



4



BARANG MILIK NEGARA TIDAK DIPERJUALBELIKAN BAB II Siapakah Anak dengan Kebutuhan Khusus?



Anak dengan Kebutuhan Khusus (ABK) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.Anak dengan kebutuhan khusus memiliki hambatan dalam perkembangan, pembelajaran dan berpartipasi, sehingga memerlukan dukungan secara khusus dari berbagai pihak di luar diri anak untuk mengurangi hambatan-hambatan yang ada, agar anak-anak dapat berpartisipasi dalam pembelajaran bersama teman sebayanya.



Mereka yang digolongkan pada anak dengan kebutuhan khusus dapat dikelompokkan berdasarkan hambatan pada umumnya, yaitu: 1.



Hambatan penglihatan (Tunanetra)



2.



Hambatan pendengaran dan bicara (Tunarungu/Tunawicara)



3.



Hambatan daya pikir (Tunagrahita/Down Syndrome)



4.



Hambatan fisik/motorik (Cerebral Palsy, Polio, Tuna Daksa, Kidal).



5.



Hambatan sosial dan emosional (Autism)



6.



Hambatan kemampuan belajar (Disleksia, Diskalkulia, Disgrapia)



7.



Hambatan pemusatan perhatian dan perilaku (ADHD/ADD)



8.



Hambatan karena kelebihan potensi (kecerdasan, bakat, dan intuisi)



Mengingat anak-anak tersebut belajar dengan kecepatan dan cara yang berbeda karena mereka memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya, maka mereka memerlukan fasilitas dan metode khusus dalam pembelajarannya. Itu sebabnya mereka disebut anak dengan kebutuhan Khusus



5



BARANG MILIK NEGARA TIDAK DIPERJUALBELIKAN BAB III Mengapa Guru Perlu Memiliki Kemampuan Untuk Mengidentifikasi dan Memahami Kebutuhan Khusus Anak?



Pemerintah Indonesia, telah mengatur Standar Kompetensi Guru yang disyahkan dengan Permendikbud No. 137 Tahun 2014, di dalamnya terdapat banyak sekali kompetensi yang harus dimiliki guru PAUD yang berkaitan dengan keberadaan anak dengan kebutuhan khusus di layanan PAUD.



Jika kita memahami hambatan perkembangan anak sejak usia ini, maka kita dapat memfasilitasi dan menstimulasinya dalam kegiatan proses pembelajaran yang sesuai. Dampaknya adalah hambatan yang dimiliki anak dengan kebutuhan khusus tidak menjadi beban bagi anak yang bersangkutan dan bagi guru untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.



Anak Usia Dini masih berada pada tahap perkembangan. Jadi, kebutuhan-kebutuhan khusus karena hambatan perkembangan sosial dan emosional, pemusatan perhatian, perilaku, bicara dan bahasa, serta kemampuan belajar mereka masih dapat dioptimalkan jika dikenali, difasilitasi dan distimulasi sedini mungkin.



Begitu juga dengan anak-anak yang memiliki hambatan fisik.Jika kita memahami kebutuhan khusus mereka, maka kita dapat memfasilitasi kebutuhan belajar yang sesuai dengan kemampuan mereka.Dengan demikian, potensi mereka dapat berkembang optimal untuk membantu mereka menolong diri sendiri karena hambatan perkembangan fisiknya.



Bagaimana dengan anak yang memiliki perkembangan potensi yang pesat?Misalnya anak yang cerdas atau dengan bakat istimewa?Ketika kita mengenali dan memahami potensi mereka, maka kita dapat memberikan fasilitas dan kegiatan belajar yang lebih bervariasi dan menantang daripada anak lain, sehingga kebutuhan mereka terpenuhi dan tidak terhambat perkembangan kemampuan istimewa mereka.



6



BARANG MILIK NEGARA TIDAK DIPERJUALBELIKAN Sebagai guru PAUD, kita tidak perlu terlalu khawatir dan menjadikan Anak dengan Kebutuhan Khusus sebagai beban yang mengganggu proses kegiatan belajar mengajar. Setiap orang punya karakteristik, setiap individu adalah unik. Setiap manusia punya kelebihan dan kekurangan, tetapi setiap orang pasti punya KEMAMPUAN.



Setiap Anak Punya Potensi! Mengapa? Karena...



Jadi, yang perlu kita lakukan adalah memfasilitasi kebutuhan belajar anak-anak tersebut sesuai potensinya.Kita dapat memulai dengan menemukan potensi setiap anak, dengan melakukan pengamatan secara rinci tentang perkembangannya. Setelah menemukan potensinya, kita perlu memikirkan bagaimana mendukung potensi tersebut, memfasilitasinya dan menyertakan mereka dalam proses pembelajaran.



Kita dapat mencatat hasil pengamatan terhadap potensi anak dan merencanakan dukungan yang diperlukan untuk menyertakan mereka dalam pembelajaran, yang disebut Program Pembelajaran Indiviual dengan format seperti contoh berikut ini Nama: Radiyyan Arsya Pranoto (Arsya) Tanggal Lahir: 6 Juni 2011 Jenis Kelamin: Laki-laki



Kemampuanku (yang dapat dilakukan anak/kemampuan anak)



 Menggunakan sendok saat makan  Melompat dengan dua kaki  Menendang bola karet  Menggelinding bola dengan dua tangan  Memindahkan benda kecil dari



Kesukaanku (yang disukai anak: makanan, minuman, pakaian, bendabenda, orang terdekat, kegiatan, perilaku)  Makan crackers  Makan pisang  Makan kuah sup  Main bola: melempar atau menggelindingkan bola dari atas ke bawah  Main sepeda roda empat



Kebutuhanku (yang harus difasilitasi oleh guru untuk perkembangan sesuai kemampuan dan minat anak)



Dukungan yang dilakukan guru untuk keterlibatan anak dalam pembelajaran



     



 Memberi kesempatan untuk Asrya bermain air yang bervariasi, misalnya: mencampur air berwarna, memasukkan air ke dalam botol berbagai ukuran, menyiram tanaman, mencuci berbagai macam



 



Crackers/biskuit Pisang Kuah sup Bola Sepeda roda empat Aktivitas bermain air Mobil mainan Kegiatan yang menggunakan cat



7



BARANG MILIK NEGARA TIDAK DIPERJUALBELIKAN







   



satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan penjepit makanan. Menggunakan suaraku dalam menyebutkan nama-nama guruku. Mengenal 3 warna: merah, kuning dan hijau. Mencocokkan bentuk-bentuk yang sama Membereskan mainan sendiri Mengucapkan salam “da-dah..”.



      



Main air Main mobilmobilan Main cat Main puzzle dan roncean Bermain dengan lem Berteriak apabila merasa senang Membereskan mainan sendiri



 







Puzzles, koinkoinan, manikmanik. Mainan dengan berbagai bahan main yang bertekstur Kegiatan sensori untuk mengeksplorasi panca indra.



















perabot plastik, mencuci pakaian kecilkecil saat di sentra eksplorasi atau sentra bahan alam atau area sains. Memberi kesempatan kepada Arsya untuk melakukan kegiatan melukis dan menempel di sentra seni kreativitas. Menyediakan berbagai macam puzzle dan manik-manik. Mengajak menyanyi bersama anak lain “Kalau Kau Suka Hati” agar Arsya dapat mengekspresikan rasa senang dengan berbagai cara, bukan hanya berteriak. Memberi kesempatan pada Arsya untuk membereskan mainan bersama teman, bekerjasama dengan teman-temannya.



8



BARANG MILIK NEGARA TIDAK DIPERJUALBELIKAN BAB IV Bagaimana Menyesuaikan Program Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus?



Kita sudah mempelajari pada modul Konsep Dasar PAUD bagian prinsip-prinsip pembelajaran, dimana guru perlu menerapkan prinsip-prinsip tersebut agar proses pembelajaran dapat diadaptasikan bagi anak dengan kebutuhan khusus. Ayo kita coba ingat kembali ke-10 prinsipnya.



Prinsip-Prinsip Pembelajaran 1. Belajar melalui Bermain



Anak di bawah usia 6 tahun berada pada masa bermain. Pemberian rangsangan pendidikan dengan cara yang tepat melalui bermain, dapat memberikan pembelajaran yang bermakna pada anak.



2. Berorientasi pada perkembangan anak 3. Berorientasi pada kebutuhan anak



Pendidik harus mampu mengembangkan semua aspek perkembangan sesuai dengan tahapan usia anak



4. Berpusat pada anak



Pendidik harus menciptakan suasana yang bisa mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi, dan kemandirian sesuai dengan karakteristik, minat, potensi, tingkat perkembangan, dan kebutuhan anak.



5. Pembelajaran Aktif



Pendidik harus mampu menciptakan suasana yang mendorong anak aktif mencari, menemukan, menentukan pilihan, mengemukakan pendapat, dan melakukan serta mengalami sendiri.



6. Berorientasi pada pengembangan nilai-nilai karakter



Pemberian rangsangan pendidikan diarahkan untuk mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter yang positif pada anak. Pengembangan nilai-nilai karakter tidak dengan pembelajaran langsung, akan tetapi melalui pembelajaran untuk mengembangkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan serta melalui pembiasaan dan keteladanan.



7. Berorientasi pada pengembangan kecakapan hidup



Pemberian rangsangan pendidikan diarahkan untuk mengembangkan kemandirian anak. Pengembangan kecakapan hidup dilakukan secara terpadu baik melalui pembelajaran untuk mengembangkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan maupun melalui pembiasaan dan keteladanan.



8. Didukung oleh Lingkungan yang Kondusif



Lingkungan pembelajaran diciptakan sedemikian rupa agar menarik, menyenangkan, aman, dan nyaman bagi anak. Penataan ruang diatur agar anak dapat berinteraksi dengan pendidik, pengasuh, dan anak lain



Pendidik harus mampu memberi rangsangan pendidikan atau stimulasi sesuai dengan kebutuhan anak, termasuk anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus.



9



BARANG MILIK NEGARA TIDAK DIPERJUALBELIKAN 9. Berorientasi pada Pembelajaran yang Demokratis



Pembelajaran yang demokratis sangat diperlukan untuk mengembangkan rasa saling menghargai antara anak dengan pendidik, dan antara anak dengan anak lain.



10.Pemanfaatan media belajar, sumber belajar, dan narasumber



Penggunaan media belajar, sumber belajar, dan narasumber yang ada di lingkungan PAUD bertujua agar pembelajaran lebih kontekstual dan bermakna. Termasuk narasumber adalah orang-orang dengan profesi tertentu yang dilibatkan sesuai dengan tema, misalnya dokter, polisi, nelayan, dan petugas pemadam kebakaran.



Jika kita menerapkan ke-10 prinsip tersebut dalam pembelajaran, maka dapat dipastikan bahwa anak dengan kebutuhan khusus pun akan terpenuhi kebutuhan belajarnya. Kita dapat menyertakan mereka dalam kegiatan pembelajaran tanpa harus khawatir bahwa mereka akan mengganggu proses pembelajaran atau anak yang tidak memiliki kebutuhan khusus akan terganggu dan mengganggu.



Berikut ini cara-cara yang bisa dilakukan untuk menerapkan ke-10 prinsip pembelajaran tersebut ke dalam kegiatan sehari-hari: 1. Rencanakan proses kegiatan belajarnya melalui bermain. Karena bermain itu menyenangkan bagi anak. 2. Ketika bermain, pastikan semua anak memusatkan perhatiannya pada bahan mainnya karena menarik dan menyenangkan, sehingga tidak ada waktu bagi mereka mengganggu satu sama lainnya. Jadi, kita perlu menyiapkan bahan pendukung kegiatan main yang menarik minat anak. 3. Fasilitasi dengan alat-alat permainan edukatif yang sesuai dengan tahapan perkembangan dan kebutuhan SEMUA anak. Misalnya bongkar pasang (puzzle) dengan berbagai kategori gambar, tekstur dan jumlah kepingan. 4. Pindahkan meja dan kursi, bermainlah di lantai dengan alat permainan edukatif yang diletakkan di lantai atau di rak yang mudah dijangkau oleh SEMUA anak. 5. Berikan kesempatan pada semua anak untuk terlibat bermain bersama, untuk mengembangkan kemampuan berbahasa dan bersosialisasi. 6. Ada tempat bermain yang membuat anak leluasa berpindah ke mainan lainnya tanpa harus menunggu anak yang belum selesai. 7. Penerangan dan sirkulasi udara yang cukup di setiap ruang. 8. Motivasi dan beri dukungan untuk anak yang masih mengalami kesulitan dalam bermain bersama, secara individual. 10



BARANG MILIK NEGARA TIDAK DIPERJUALBELIKAN



SARAN PRAKTIS: 1. Gabungkan, jangan pisahkan 2. Ubah kata “menangani”, “mengatasi”, “menanggulangi”, dengan satu kata saja, yaitu “MEMFASILITASI”. 3. Ubah sistem, strategi dan cara belajar dan mengajar. 4. Temukan POTENSI, bukan kelemahannya. 5. Bersabarlah atas setiap proses dan dan pencapaian.



11



BARANG MILIK NEGARA TIDAK DIPERJUALBELIKAN BAB V Apa Manfaat Menggabungkan Anak Dengan Kebutuhan Khusus dalam Pembelajaran Bersama Anak Yang Lain?



Pernahkah kita sebagai guru merasa tidak nyaman saat tidak dilibatkan dalam kelompok?Atau pengalaman merasa diasingkan karena dianggap tidak mampu di beberapa bidang kehidupan?Begitulah yang dirasakan oleh anak-anak dengan kebutuhan khusus, jika kita mengabaikan mereka.Tertekan, pesimis, kurang percaya diri, merasa bodoh, adalah katakata negatif yang mewakili perasaan-perasaan itu.Apa akibatnya? Akan muncul masalah kedua yang lebih besar dari hambatan pertama mereka, karena seumur hidupnya, mereka akan memiliki sikap negatif terhadap diri dan orang lain.



Ketika kita menggabungkan anak dengan kebutuhan khusus untuk belajar bersama anak yang lain, artinya kita sudah memberikan penghargaan atas harkat dan martabat manusia sebagai ciptaan Tuhan. Kita secara tidak langsung menjadi model bagi anak-anak dalam mengembangkan karakter sikap peduli, menghargai orang lain, empati dan kemampuan menolong orang lain.



Anak dengan kebutuhan khusus pun akan termotivasi untuk



mengembangkan rasa percaya diri atas kemampuannya serta merasa dihargai. Jika kita melihat kompetensi-kompetensi pada kurikulum 2013 PAUD (Permendikbud No.146 tahun 2014) yang perlu dikembangkan pada anak, maka kita akan menemukan kompetensikompetensi terkait percaya diri, menghargai orang lain, yaitu: 1.2 Menghargai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar sebagai rasa syukur kepada Tuhan 2.5 Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap percaya diri 2.7 Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap sabar (mau menunggu giliran, mau mendengar ketika orang lain berbicara),untuk melatih kedisiplinan 2.8 Memiliki perilaku yang mencerminkan kemandirian 2.9 Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap peduli dan mau membantu jika diminta bantuannya 2.10 Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap kerjasama



Rasa percaya diri dan merasa dihargai adalah dua hal penting yang perlu dimiliki semua anak sebelum mereka belajar lebih jauh tentang hal lainnya.Termasuk anak dengan kebutuhan Khusus.



12



BARANG MILIK NEGARA TIDAK DIPERJUALBELIKAN Penting bagi kita bersama teman sejawat dan seluruh penyelenggara sekolah memahami, bahwa setiap anak punya kebutuhan yang berbeda-beda, serta punya kekhususan kebutuhan.Anak-anak dengan kebutuhan khusus harus mendapatkan layanan pendidikan di PAUD.Layanan PAUD serta orang-orang yang terlibat di dalamnya perlu beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan kondisi anak-anak dengan kebutuhan khusus, begitu juga dengan orang tua dari anak-anak yang tidak memiliki kebutuhan khusus. Kesadaran ini harus dibangun bersama dalam lingkungan sekolah dan masyarakat



Jadi sebetulnya, bukan hanya anak-anak dengan kebutuhan khusus yang harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pihak lain di luar diri anak pun harus lebih mampu menyesuaikan diri. Jika kita dapat menyesuaikan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran, maka lembaga perlu menyesuaikan fasilitas-fasilitas nya.Ajaklah pengelola layanan PAUD membuat daftar penyesuaian sehingga dapat menerima anak dengan kebutuhan khusus di lembaganya. Contoh penyesuaian yang dapat dilakukan: Kondisi Sekarang



Penyesuaian yang dapat dilakukan



Meja kursi untuk tiap anak



Pindahkan, tinggalkan 1 set saja di sudut, ganti dengan alas duduk di lantai.



Akses masuk ke kelas ada undakan atau tangga Penerangan ruangan kurang



Tambahkan atau buat menjadi landai agar anak dengan kursi roda atau hambatan fisik lainnya dapat naik ke kelas dengan mudah. Buat jendela-jendela lebar sehingga cahaya luar masuk ke ruangan lebih banyak.



Guru mengajar satu arah Perencanaan Pembelajaran dan Evaluasi tidak sesuai.



Beri kesempatan agar semua anak berpartisipasi aktif, lalu dukungan guru diberikan secara individual Ubah model perencanaan pembelajaran. Evaluasi dilakukan sesuai pedoman kurikulum 2013 dengan kompetensi dan standar perkembangan yang ditetapkan, lakukan pengamatan dan penilaian secara individual, berikan penyesuaian standar ketercapaian pada anak dengan kebutuhan khusus.



Salah satu yang menghambat keberhasilan menggabungkan Anak Dengan Kebutuhan Khusus adalah “sikap negatif dari orang lain”



13



BARANG MILIK NEGARA TIDAK DIPERJUALBELIKAN BAB VII Bagaimana Sistem Rujukan Terkait Anak dengan Kebutuhan Khusus?



Jika anak dengan kebutuhan khusus mengalami masalah kesehatan, maka kita perlu memahami sistem rujukan agar anak dengan kebutuhan khusus mendapatkan stimulasi kesehatan yang lebih optimal.Sebab kita bukan tenaga ahli yang memiliki kompetensi untuk mendiagnosa kebutuhan khusus anak secara medis.Tugas kita sebagai guru adalah menemukan potensi dan memfasilitasi kebutuhan belajarnya.



Oleh karena itu, kita perlu memanfaatkan sistem rujukan dari sistem layanan kesehatan jika diperlukan untuk mendiagnosa anak dengan kebutuhan khusus ataupun ketika anak dengan kebutuhan khusus menderita sakit.



Anak-anak memang berada dalam pengasuhan secara intensif oleh keluarga. Namun anak juga berada di masyarakat yang secara tidak langsung mereka dapat berada dalam pengasuhan dan binaan dari guru, kader, pekerja sosial, tokoh masyarakat (toga) /tokoh agama (toma).Mereka juga dapat belajar di Rumah Belajar Modern (RBM) yang dapat dijangkau oleh masyarakat.



Guru, orangtua maupun bersama kader kesehatan dapat memeriksakan anak ke pusat layanan kesehatan yang ada di tingkat kecamatan (puskesmas). Jika puskesmas tidak mempunyai tenaga ahli ataupun alat yang memadai, maka guru, orangtua maupun kader kesehatan akan mendapatkan 2 jenis rujukan yaitu rujukan medis ke Pusat Psikologi Terapan (PPT) ataupun Pusat Krisis Terpadu (PKT) yang merupakan pelayanan satu atap dan berkolaborasi dengan Rumah Sakit setempat, ataupun rujukan non-medis ke P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak). Bagan berikut ini dapat membantu menjelaskan sistem rujukan kesehatan yang ada.



14



BARANG MILIK NEGARA TIDAK DIPERJUALBELIKAN



Sumber:



Pedoman



Umum



Perlindungan



Kesehatan



Anak



Berkebutuhan



Khusus,



Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010.



15



BARANG MILIK NEGARA TIDAK DIPERJUALBELIKAN BAB VIII PENUTUP



Pengetahuan tentang Anak dengan Kebutuhan Khusus, sebaiknya dipahami sebagai dasar bagi guru dan tenaga kependidikan di PAUD dalam memberikan stimulasi dalam bentuk kegiatan pembelajaran maupun bentuk-bentuk stimulasi lainnya, pada anak yang memiliki kebutuhan khusus, agar tepat dan sesuai dengan karakteristiknya. Ketika guru dan tenaga kependidikan yang bekerja di layanan PAUD memahami kebutuhan khusus anak dan mampu mengidentifikasinya, mereka dapat memberikan dukungan yang tepat secara menyeluruh yang berguna bagi kehidupan anak dengan kebutuhan khusus.



16



BARANG MILIK NEGARA TIDAK DIPERJUALBELIKAN DAFTAR PUSTAKA



Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Permendikbud Nomor 146 Tahun 2014, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Pedoman Umum Perlindungan Kesehatan Anak Berkebutuhan Khusus,



Kementerian



Kesehatan Republik Indonesia, 2010 Alur Mithu and Evans Jennifer. 2005. Early Intervention in Inclusive Education in Mumbai. The ‘Why’ and the ‘How’.Manual 15.How to Identify Children with Disability. Mumbai: The Spastics Society of India. Supported by the Canadian International Development Agency (CIDA). Mangunsong Frieda. 2009. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus . Jilid Kesatu. Jakarta: LPSP3-Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Mangunsong Frieda. 2011. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus . Jilid kedua. Jakarta: LPSP3-Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. National Early Childhood Specialist Team.2008. Modul Anak berkebutuhan Khusus. Jakarta: Depdiknas. Ormrod, Jeanne Ellis. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Erlangga Rief. Sandra F. -. How To Reach and Teach ADD/ADHD Children. New York: The Center for Applied Research in Education.



17



BARANG MILIK NEGARA TIDAK DIPERJUALBELIKAN TUGAS MANDIRI



Untuk memperkuat pemahaman dan keterampilan peserta diklat terkait materi Pengenalan Anak dengan Kebutuhan Khusus, peserta memiliki tugas setelah Tahap Tatap Muka, yaitu Tugas Mandiri. Bentuk tugas mandiri yang terkait dengan Modul Pengenalan Anak dengan Kebutuhan Khusus ini berkaitan dengan Tugas Mandiri ModulPerkembangan Anak, yaitu melakukan Pengamatan Perkembangan Anak dan Mengidentifikasi Anak dengan Kebutuhan Khusus dengan bobot 20 JPL atau lama waktu pelaksanaan maksimal 2 hari. Tugas Mandiri ini adalah bagian dari Tugas Mandiri Pilihan.



Penjelasan, Langkah Pelaksanaan dan Blanko Isian terdapat pada modul 2 Perkembangan Anak.



18