Modul 4 ALK [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODUL PERKULIAHAN



ANALISA LAPORAN KEUANGAN “RASIO LIKUIDITAS, RASIO SOLVABILITAS, RASIO AKTIVITAS, DAN RASIO PROFITABILITAS”



Fakultas



Program Studi



Ekonomi



Akuntansi



Tatap Muka



04



Kode MK



Disusun oleh



84031



Siti Choiriah, SE, MM



Abstrak



Kompetensi



Apa yang dimaksud dengan Risiko Likuiditas, beserta contohnya! Apa yang dimaksud dengan Risiko Solvabilitas, beserta contohnya! Apa yang dimaksud dengan Risiko Aktivitas, beserta contohnya! Apa yang dimaksud dengan Risiko Profitabilitas, beserta contohnya?



Agar mahasiswa Memahami Resiko likuiditas beserta contohnya Agar mahasiswa Memahami Resiko Solvabilitas beserta contohnya Agar mahasiswa Memahami Resiko Aktivitas beserta contohnya Agar mahasiswa Memahami Resiko Profitabilitas beserta contohnya



Analisis Rasio Keuangan adalah semacam alat yang diperlukan untuk memeriksa dan membandingkan hubungan-hubungan yang ada pada unit-unit informasi dalam laporan keuangan. Perhitungan analisis rasio dapat dilakukan dengan mengambil data dari laporan laba rugi serta neraca. Analisis rasio dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi dari berbagai aspek operasional dan kinerja keuangan perusahaan, seperti efisiensinya, profitabilitas, solvabilitas dan likuiditas perusahaan. Rasio dipelajari untuk memeriksa apakah seiring berjalannya waktu tren nya meningkat atau malah menurun. Selain itu, rasio pada suatu perusahaan juga perlu diperbandingkan dengan rasio perusahaan dengan sektor sejenis agar mereka dapat menyimpulkan sendiri maksud dari rasio tersebut. Analisis rasio merupakan landasan dari analisis yang mendasar.



PEMBAHASAN



Rasio Likuiditas Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka pendeknya. Rasio inilah yang dapat digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Jika perusahaan mampu memenuhi kewajibannya berarti perusahaan tersebut likuid, sedangkan jika perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya berarti perusahaan tersebut ilikuid. Cara mengukur perusahaan itu likuid atau tidak, Anda dapat membandingkan komponen yang ada pada neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total pasiva lancar (utang jangka pendek). Pengukuran ini dapat dilakukan untuk beberapa periode sehingga terlihat perkembangan likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu.



1. Manfaat Rasio Likuiditas Dengan mengetahui rasio likuiditas yang dimiliki perusahaan, Anda bisa mendapatkan beberapa manfaat seperti: • Mengantisipasi dana yang diperlukaan saat ada kebutuhan mendesak. • Memudahkan nasabah (bagi lembaga keuangan atau Bank) yang ingin melakukan penarikan dana. • Poin penentu bagi suatu perusahaan untuk mendapatkan persetujuan investasi atau bisnis lain yang menguntungkan.



2020



4



Analisa Laporan Keuangan / Modul 4



Siti Choiriah, SE, MM



Pusat Bahan Ajar dan e-Learning http://www.mercubuana.ac.id



4



2. Jenis-Jenis Rasio Likuiditas 1.



Current Ratio (Rasio Lancar)



Dalam rasio ini akan diketahui sejauh mana aktiva lancar perusahaan dapat digunakan untuk menutupi kewajiban jangka pendek atau utang lancarnya. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar maka artinya semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban utang lancarnya. Tingginya Rasio lancar dapat menunjukkan adanya uang kas berlebih yang bisa berarti dua hal yaitu besarnya keuntungan yang telah diperoleh atau akibat tidak digunakannya keuangan perusahaan secara efektif untuk berinvestasi. 2. Quick Ratio (Rasio Cepat) Rasio ini akan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar atau tanpa memperhitungkan persediaan karena persediaan akan membutuhkan waktu yang lama untuk diuangkan dibanding dengan aset lainnya. Quick Ratio ini terdiri dari piutang dan surat-surat berharga. Jadi semakin besar rasio, semakin baik juga posisi keuangan perusahaan. Jika hasilnya mencapai 1:1 atau 100%, maka ini akan berakibat baik jika terjadi likuidasi karena perusahaan akan mudah untuk membayar kewajibannya. 3. Cash Ratio (Rasio Kas) Rasio ini digunakan untuk mengukur besarnya uang kas yang tersedia untuk melunasi kewajiban jangka pendek yang ditunjukan dari tersedianya dana kas atau setara kas, contohnya rekening giro. Jika hasil rasio menunjukkan 1:1 atau 100% atau semakin besar perbandingan kas dengan utang maka akan semakin baik . 4. Cash Turnover Ratio (Rasio Perputaran Kas) Rasio ini akan menunjukkan nilai relatif antara nilai penjualan bersih terhadap kerja bersih. Modal kerja bersih merupakan seluruh komponen aktiva lancar dikurangi total utang lancar.Rasio ini dihitung dengan cara membagi nilai penjualan bersih dengan modal kerja. Rasio ini menunjukkan seberapa besar penjualan untuk modal kerja yang dimiliki perusahaan.



3. Cara menghitung rasio likuiditas 1.



Rasio Lancar (Current Ratio)



Current ratio merupakan cara penghitungan rasio likuiditas yang paling sederhana dibanding cara lainnya. Penghitungan ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva perusahaan yang likuid pada saat ini atau aktiva lancar (current asset). Jenis aktiva ini adalah aktiva yang dapat ditukarkan dengan kas dalam jangka waktu satu tahun. Rumus perhitungan current ratio adalah sebagai berikut: Aktiva lancar (current assets) : hutang Lancar (current liabilities) Contoh:



2020



5



Analisa Laporan Keuangan / Modul 4



Siti Choiriah, SE, MM



Pusat Bahan Ajar dan e-Learning http://www.mercubuana.ac.id



5



suatu perusahaan memiliki aktiva lancar sebesar Rp10.000.000 dan kewajiban lancar sebesar Rp5.000.000, Jadi current ratio perusahaan adalah 10.000.000 : 5.000.000 = 2,0 Jika angka rasio lancar suatu perusahaan lebih dari 1,0 kali, maka perusahaan tersebut punya kemampuan yang baik dalam melunasi kewajibannya. Karena perbandingan aktivanya lebih besar dibanding kewajiban yang dimiliki. Namun jika ratio lancar yang dimiliki perusahaan nilainya di bawah 1,0 kali, maka kemampuannya dalam melunasi utang masih dipertanyakan. Selain itu, jika rasio lancar suatu perusahaan nilainya lebih dari 3,0 bukan berarti perusahaan tersebut dalam keadaan keuangan yang baik. Bisa jadi perusahaan tersebut tidak mengalokasikan aktiva lancarnya secara optimal, tidak memanfaatkan aktiva lancarnya secara efisien, dan tidak mengelola modalnya dengan baik. 2. Rasio Cepat (Quick Ratio) Quick ratio merupakan penjelasan lebih lanjut dari current ratio. Penghitungan quick ratio hanya menggunakan aktiva lancar yang paling likuid untuk dibandingkan dengan kewajiban lancar. Inventaris tidak termasuk ke dalam perhitungan quick ratio karena sulit untuk ditukar dengan kas, sehingga quick ratio jauh lebih ketat dari current ratio. Cara penghitungan quick ratio yaitu: Quick ratio = (aktiva lancar – persediaan) : utang lancar Misalnya perusahaan Maju Jaya memiliki aktiva lancar senilai Rp20.000.000, inventaris Rp2.000.000, dan kewajiban lancar Rp6.000.000. Maka rasio cepatnya adalah (Rp.20.000.000 – Rp.2.000.000) : Rp.6.000.000.000 = 3,0 Hasil penghitungan quick ratio jika lebih dari 1,0 maka menunjukkan kemampuan perusahaan yang baik dalam memenuhi kewajibannya. Namun, jika nilainya di atas 3,0 kali maka bukan berarti keadaan likuiditas perusahaan sedang baik. Boleh jadi kas perusahaan jumlahnya besar karena tidak dialokasikan kemana pun sehingga tidak produktif.Sebab lain adalah karena tingginya piutang perusahaan tersebut. Quick ratio dapat dijadikan acuan yang lebih baik karena berfokus pada aktiva lancar yang mudah diubah menjadi kas. 3.



Rasio Kas (Cash Ratio)



Cash ratio adalah cara penghitungan likuiditas yang melibatkan kas perusahaan. Manfaatnya mirip dengan current ratio dan quick ratio yaitu untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan menjadikan kas sebagai acuan. Berikut adalah cara penghitungannya: Cash ratio = (kas + surat berharga) : utang lancar Misalnya suatu perusahaan memiliki kas senilai Rp5.000.000, surat berharga senilai Rp3.000.000 dan kewajiban lancar sebesar Rp5.000.000. Maka kas rasionya adalah (5.000.000 + 3.000.000) : 5.000.000.000 = 1,6 Rasio kas jarang digunakan oleh perusahaan karena kurang realistis dan tidak mudah dipertahankan nilainya. Jumlah kas berlebih yang ada pada perusahaan yang mampu menutupi 2020



6



Analisa Laporan Keuangan / Modul 4



Siti Choiriah, SE, MM



Pusat Bahan Ajar dan e-Learning http://www.mercubuana.ac.id



6



kewajiban lancar sering dianggap sebagai kas tidak produktif yang tidak dimanfaatkan dengan baik.



1.



Rasio Solvabilitas



Pengertian Solvabilitas Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya karena jumlah aktivanya melebihi utang-utang tersebut (KBBI Daring, 2016). Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban finansialnya dalam jangka panjang. Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi seluruh utang yang ada dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya. Hal ini sesungguhnya jarang terjadi kecuali perusahaan mengalami kepailitan. Kemampuan operasi perusahaan dicerminkan dari asetaset yang dimiliki oleh perusahaan. (Wikipedia B. Indonesia, 2016). Dengan kata lain, solvabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya pada saat perusahaan tersebut dilikuidasi.



Pengertian Rasio Solvabilitas Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim(2012), rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidal solvable adalah perusahaan yang total utangnya lebih besar dibandingkan dengan total asetnya. Rasio ini mengukur likuiditas perusahaan untuk jangka panjang dan dengan demikian memfokuskan pada sisi kanan neraca. Menurut Kasmir, SE.MM (2008), rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek mau pun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (likuidasi). Penggunaan rasio solvabilitas bagi perusahaan memberikan banyak manfaat yang dapat dipetik, baik rasio rendah mau pun rasio tinggi. Rasio solvabilitas memiliki beberapa implikasi sebagai berikut:



2020



7



Analisa Laporan Keuangan / Modul 4



Siti Choiriah, SE, MM



Pusat Bahan Ajar dan e-Learning http://www.mercubuana.ac.id



7



1)



Kreditor mengharapkan ekuitas sebagai margin keamanan. Artinya jika pemilik



memiliki dana yang kecil sebagai modal, resiko bisnis terbesar akan ditanggung oleh kreditor. 2)



Dengan pengadaan dana melalui utang, pemilik memperoleh manfaat berupa tetap



dipertahankannya pengusaan atau pengendalian perusahaan. 3)



Bila perusahaan mendapat penghasilan lebih dari dana yang dipinjamkannya



dibandingkan dengan bunga yang harus dibayrnya, pengembalian kepada pemilik diperbesar. Rasio solvabilitas (leverage) merupakan rasio yang digunkan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dari utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio ini



digunakan



untuk mengukur



kemampuan



perusahaan



untuk membayar



seluruh



kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi) Dalam praktiknya, apabila dari hasil perhitungan, perusahaan ternyata memiliki rasio solvabilitas yang tinggi, hal ini akn berdampak timbulnya resiko kerugian yang lebih besar, tetapi juga ada kesempatan mendapat laba juga besar. Sebaliknya apabila perusahaan memiliki rasio sovabilitas yang lebih rendah tentu mempunyai kerugian yang lebih kecil juga, terutama pada saat perekonomian menurun. Dampak ini juga mengakibatkan rendahnya tingkat hasil pengembalian (return) pada saat perekonomian tinggi. Oleh karena itu, manajer keuangan dituntut untuk mengelola rasio solvabilitas dengan baik sehingga mampu menyeimbangkan pengembalian yang tinggi dengan tingkat resiko yang dihadapi. Perlu dicermati pula besar kecilnya resiko ini sangat tergantung dari pinjaman yang dimilki oleh perusahaan.



Menilai Rasio Solvabilitas Tingkat solvabilitas diukur dengan beberapa rasio, yaitu: 1) Total assets to total debt ratio Rasio yang dihasilkan dengan membandingkan jumlah aktiva (total asset) disatu pihak dengan jumlah utang (total debt di lain pihak). 2) Net worth to total debt ratio Rasio ini membandingkan modal sendiri (net worth) di satu pihak dengan total hutang (total debt) di lain pihak.



2020



8



Analisa Laporan Keuangan / Modul 4



Siti Choiriah, SE, MM



Pusat Bahan Ajar dan e-Learning http://www.mercubuana.ac.id



8



Manfaat Rasio Solvabilitas Manfaat Rasio Solvabilitas (leverage) antara lain : • Untuk menganalisis kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya. • Untuk menganalisis kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang bersifat tetap. • Untuk menganalisis keseimbangan antara lain aktiva khususnya aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal. • Untuk menganalisis seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. • Untuk menganalisis seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva • Untuk menganalisis atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiriyang dijadikan jaminan utang jangka panjang. • Untuk menganalisis berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih ada terdapatsekian kalinya modal sendiri. Dengan analisis rasio solvabilitas, perusahaan akan mengetahui beberapa hal berkaitan dengan penggunaan modal sendiri dan modal pinjaman serta mengetahui rasio kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya.



Perhitungan Rasio Solvabilitas Rasio-rasio solvabilitas yang di bahas dalam modul ini terdiri dari : 1. Debt to asset ratio (rasio utang) Menurut Kasmir, SE.MM (2008), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain menjelaskan seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Menurut Brigham dan Houston (2010), total utang termasuk seluruh kewajiban lancer dan kewajiban jangka panjang. Kreditor lebih menyukai rasio utang yang rendah karena makin rendah rasio utang, makin besar perlindungan terhadap kerugian kreditor jika terjadi likuidasi. Di sisi lain, pemegang saham mungkin menginginkan lebih banyak leverage karena akan memperbesar laba yang diharapkan. Debt Ratio dapat dihitung dengan Rumus yaitu : Rasio Utang = Total utang / total aktiva 2020



9



Analisa Laporan Keuangan / Modul 4



Siti Choiriah, SE, MM



Pusat Bahan Ajar dan e-Learning http://www.mercubuana.ac.id



9



hasilnya dinyatakan dengan persent (%). Contoh : nama akun total utang lancar total utang jangka panjang total utang total aktiva Debt Ratio



tahun 1 2,686 4,881 7,567 11,734 64.4878%



tahun 2 2,785 5,512 8,297 12,254 67.7085%



tahun 3 3,400 4,945 8,345 12,698 65.7190%



tahun 4 3,550 5,200 8,750 13,510 64.7668%



tahun 5 3,800 5,570 9,370 13,960 67.1203%



Analisis tahunan: Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5



Dari 100% aktiva yang dimiliki perusahaan, maka 64.4878% dibiayai oleh utang Dari 100% aktiva yang dimiliki perusahaan, maka 67.7085% dibiayai oleh utang Dari 100% aktiva yang dimiliki perusahaan, maka 65.7091% dibiayai oleh utang Dari 100% aktiva yang dimiliki perusahaan, maka 64.7668% dibiayai oleh utang Dari 100% aktiva yang dimiliki perusahaan, maka 67.1203% dibiayai oleh utang



Grafik:



Analisa grafik: Dari grafik terlihat selama lima tahun posisi debt ratio dari tahun ke 1 ke tahun ke 2 naik tajam, tapi kemudian kembali turun di tahun ke 3 hingga tahun ke 4 dan kembali naik pada tahun ke 5. Hal ini jika disikapi dari sisi kreditor berdasarkan kepada teori di atas maka perusahaan terlihat kurang baik dalam mengelola utang yang dimiliki, hal ini dapat berdampak kepada menurunnya tingkat kepercayaan kreditor kepada perusahaan.



2020



10



Analisa Laporan Keuangan / Modul 4



Siti Choiriah, SE, MM



Pusat Bahan Ajar dan e-Learning http://www.mercubuana.ac.id



10



2. Rasio Kelipatan Pembayaran Bunga (time interes earned-TIE) Menurut Brigham dan Houston (2010), merupakan rasio laba sebelum bunga dan pajak (earning before interes and tax-EBIT) terhadap beban bunga, suatu ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi pembayaran bunga tahunannya. Rasio TIE mengukur sampai sejauh apa laba operasi dapat mengalami penurunan sebelum perusahaan tidak mampu memenuhi biaya bunga tahunannya. Kegagalan dalam membayar bunga akan menyebabkan pihak kreditor melakukan tindakan hukum dan kemungkinan berakhir dengan kebangkrutan. Menurut Kasmir, SE.MM (2008), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana pendapatan dapat menurun tanpa membuat perusahaan merasa malukarena tidak mampu membayar biaya bunga tahunannya. Apabila perusahaan tidak mampu membayar bunga dalam jangka panjang, maka akan menghilangkan kepercayaan dari para kreditor. Secara umum semakin tinggi rasio TIE maka semakin besar kemungkinan perusahaan dapat membayar bunga pinjaman dan dapat menjadi ukuran untuk memperoleh tambahan pinjaman baru dari kreditor. TIE dapat dihitung dengan Rumus yaitu : Rasio kelipatan pembayaran bunga = EBIT / Beban bunga Hasilnya dinyatakan dengan “kali”. Contoh : nama akun Laba operasional (EBIT) Beban bunga TIE (satuan dalam "kali)



tahun 1 1,852 300 6.17



tahun 2 1,764 307 5.75



tahun 3 1,784 303 5.89



tahun 4 2,050 310 6.61



tahun 5 2,550 315 8.10



Analisis tahunan: Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5



Dari Rp. 1 beban bunga dapat di jaminkan oleh Rp. 6.17 EBIT Dari Rp. 1 beban bunga dapat di jaminkan oleh Rp. 5.75 EBIT Dari Rp. 1 beban bunga dapat di jaminkan oleh Rp. 5.89 EBIT Dari Rp. 1 beban bunga dapat di jaminkan oleh Rp. 6.61 EBIT Dari Rp. 1 beban bunga dapat di jaminkan oleh Rp. 8.10 EBIT



Grafik:



2020



11



Analisa Laporan Keuangan / Modul 4



Siti Choiriah, SE, MM



Pusat Bahan Ajar dan e-Learning http://www.mercubuana.ac.id



11



Analisa grafik: Dari grafik terlihat selama lima tahun posisi TIE perusahaan bergerak menaik ini berarti manajemen perusahaan dapat menghasilkan EBIT dengan baik dan dapat membayar bunga kepada kreditor, hal ini dapat meningkatkan kepercayaan dari kreditor semakin baik kepada perusahaan. 3. Debt to Equity Ratio (DER) Menurut Kasmir (2008), merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan modal perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Bagi kreditor semakin besar rasio ini akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar resiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun bagi perusahaan justru semakin besar rasio ini akan semakin baik. DER dapat dihitung dengan Rumus yaitu : DER = Total Utang / modal Hasilnya dinyatakan dengan “%”. Contoh : nama akun tahun 1 total utang 7,567 ekuity 11,734 2020



12



tahun 2 8,297 12,254



tahun 3 8,345 12,698



Analisa Laporan Keuangan / Modul 4



Siti Choiriah, SE, MM



tahun 4 8,750 13,510



tahun 5 9,370 13,960



Pusat Bahan Ajar dan e-Learning http://www.mercubuana.ac.id



12



DER



64.49%



67.71%



65.72%



64.77%



67.12%



Analisis tahunan: Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5



Dari 100% modal yang dimiliki perusahaan, maka 64.4878% dipenuhi oleh utang Dari 100% modal yang dimiliki perusahaan, maka 67.7085% dipenuhi oleh utang Dari 100% modal yang dimiliki perusahaan, maka 65.7091% dipenuhi oleh utang Dari 100% modal yang dimiliki perusahaan, maka 64.7668% dipenuhi oleh utang Dari 100% modal yang dimiliki perusahaan, maka 67.1203% dipenuhi oleh utang



Grafik:



Analisa grafik: Terlihat komposisi modal perusahaan yang dipenuhi oleh utang berfluktuasi selama 5 tahun, dan seluruhnya berada 60% dari total modal perusahaan bersumber dari utang. Hal ini berindikasi kepada 2 pendapat. Pendapat pertama perusahaan dapat dikatakan kurang baik karena ditakutkan jika kesulitan dalam melunasi utang perusahaan maka perusahaan akan dapat dengan cepat menuju kebangkrutan. Sedangkan pendapat ke 2 adalah perusahaan dikatakan sangan baik karena sangat dipercaya oleh pihak eksternal dalam hal ini kreditor.



2. Rasio Aktivitas Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2012), rasio ini melihat pada beberapa asset kemudian menentukan berapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan 2020



13



Analisa Laporan Keuangan / Modul 4



Siti Choiriah, SE, MM



Pusat Bahan Ajar dan e-Learning http://www.mercubuana.ac.id



13



semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif. Rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk menilai efisiensi atau efektivitas perusahaan dalam pemanfaatan semua sumber daya atau asset (aktiva) yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Rasio aktivitas merupakan salah satu macam macam rasio yang melakukan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada semua aktiva yang dimiliki sehingga fungsi akuntansi keuangan bisa berjalan dengan baik. Rasio Aktivitas dibagi menjadi 4 macam, diantaranya :



1.Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turnover ratio = FATO) Rasio Perputaran Aktiva Tetapi adalah mengukur



seberapa efektif perusahaan



menggunakan pabrik dan peralatannya. Rasio ini adalah rasio penjualan terhadap asset tetap bersih. Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2012), rasio ini untuk mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Rasio ini memperlihatkan sejauh mana efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif perusahaan dalam penggunaan aktiva tetapnya. Rumus FATO:



Contoh: Nama Akun Penjualan total aktiva tetap FATO (dalam "kali")



Tahun 1 15.700 4.600 3,4130



Tahun 2 15.200 5.150 2,9515



Tahun 3 16.550 5.050 3,2772



Tahun 4 17.300 5.300 3,2642



Tahun 5 20.000 5.850 3,4188



Analisis tahunan: Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3



2020



Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 3,4130kali dari penggunaan aktiva tetap secara efektif Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 2,9515 kali dari penggunaan aktiva tetap secara efektif Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 3,2772 kali dari



14



Analisa Laporan Keuangan / Modul 4



Siti Choiriah, SE, MM



Pusat Bahan Ajar dan e-Learning http://www.mercubuana.ac.id



14



Tahun 4 Tahun 5



penggunaan aktiva tetap secara efektif Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar3,2642 kali dari penggunaan aktiva tetap secara efektif Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 3,4188 kali dari penggunaan aktiva tetap secara efektif



Grafik :



Analisa grafik: Terlihat FATO perusahaan dari tahun pertama menuju tahun ke 2 turun tajam, hal ini memberikan informasi sebagai sinyal negatif bagi perusahaan, kemudian terlihat dari tahun ke 2 hingga tahun ke 5 perusahaan berusaha kerja keras untuk dapat menggunakan aktiva tetap secara efektif agar dapat meningkat seperti tahun pertama, walaupun tahun ke 4 sempat sedikit menurun, tetapi dapat kembali ditingkatkan di tahun ke 5.



2. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turnover ratio = TATO) Total Assets Turn Over (TATO) merupakan rasio antara penjualan dengan total aktiva yang mengukur efisiensipenggunaan aktiva secara keseluruhan. Apabila rasio rendah itu merupakan indikasi bahwaperusahaan beroperasi pada volume yang memadai bagi kapasitas investasinya. Menurut Lukman Syamsuddin (2011:62), Total Asset Turnover adalah tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan didalam menghasilkan volume penjualan tertentu. Adapun pengertian Total Asset Turn Over (TATO) menurut Brigham dan Houston (2010:139), adalah rasio yang mengukur perputaran seluruh aset perusahaan, dan dihitung dengan membagipenjualan dengan total aset. 2020



15



Analisa Laporan Keuangan / Modul 4



Siti Choiriah, SE, MM



Pusat Bahan Ajar dan e-Learning http://www.mercubuana.ac.id



15



Rumus TATO :



TATO =



penjualan ------------------Total Aktiva



Contoh : Nama Akun Penjualan Total Aktiva TATO (dalam "kali")



Tahun 1 15,747 11,734 1.3420



Tahun 2 15,296 12,254 1.2483



Tahun 3 16,405 12,698 1.2920



Tahun 4 17,250 13,510 1.2769



Tahun 5 18,350 13,960 1.3145



Analisis tahunan: Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5



Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 1,3420 kali dari penggunaan total aktiva secara efektif Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 1,2483 kali dari penggunaan total aktiva secara efektif Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 1,2920 kali dari penggunaan total aktiva secara efektif Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 1,2769 kali dari penggunaan total aktiva secara efektif Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 1,3145 kali dari penggunaan total aktiva secara efektif



Grafik



Analisa grafik : 2020



16



Analisa Laporan Keuangan / Modul 4



Siti Choiriah, SE, MM



Pusat Bahan Ajar dan e-Learning http://www.mercubuana.ac.id



16



Terlihat TATO perusahaan dari tahun pertama menuju tahun ke 2 turun tajam, hal ini memberikan informasi sebagai sinyal negatif bagi perusahaan, kemudian terlihat dari tahun ke 2 hingga tahun ke 5 perusahaan berusaha kerja keras untuk dapat menggunakan aktiva tetap secara efektif agar dapat meningkat seperti tahun pertama, walau pun tahun ke 4 sempat sedikit menurun, tetapi dapat kembali ditingkatkan di tahun ke lima.



3. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover ratio = ITO) Menurut Jumingan (2006:128), menerangkan bahwa “Perputaran persediaan (inventory turnover) menunjukan berapa kali barang dijual dan diadakan kembali selama satu periode akuntansi”.Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover Ratio) merupakan sebuah rasio efisiensi yang menunjukkan seberapa efektif dari persediaan yang dapat dikelola dengan membandingkan harga pokok penjualan (HPP) dalam persediaan rata-rata untuk suatu periode. Rasio ini digunakan untuk mengukur rata-rata dari persediaan diputar dalam suatu periode. Artinya, rasio ini mengukur berapa kali perusahaan menjual total persediaan rata-rata sepanjang tahun. Rasio ini akan menjadi sebuah indikator yang baik dalam menentukan nilai kualitas persediaan dan pembelian yang efektif dalam manajemen persediaan (Inventory Management). Rumus ITO : penjualan ITO = ----------------------Persediaan Contoh: Nama akun Penjualan Persediaan ITO (dalam "kali")



Tahun 1 15.747 2.350 6,7009



Tahun 2 15.296 2.201 6,9496



Tahun 3 16.405 2.623 6,2542



Tahun 4 17.250 2.700 6,3889



Tahun 5 18.350 2.800 6,5536



Analisis tahunan: Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5



2020



Perusahaan dapat meningkatkan penggunaan persediaan secara efektif Perusahaan dapat meningkatkan penggunaan persediaan secara efektif Perusahaan dapat meningkatkan penggunaan persediaan secara efektif Perusahaan dapat meningkatkan penggunaan persediaan secara efektif Perusahaan dapat meningkatkan penggunaan persediaan secara efektif



17



penjualan sebesar 6,7009 kali dari penjualan sebesar 6,9496 kali dari penjualan sebesar 6,2542 kali dari penjualan sebesar 6,3889 kali dari penjualan sebesar 6,5536 kali dari



Analisa Laporan Keuangan / Modul 4



Siti Choiriah, SE, MM



Pusat Bahan Ajar dan e-Learning http://www.mercubuana.ac.id



17



Grafik:



Analisa grafik: Terlihat ITO



perusahaan dari tahun pertama menuju tahun ke 2 menaik, hal ini



memberikan informasi sebagai sinyal positif bagi perusahaan, hal ini menunjukan kegiatan penjualan berjalan cepat, tetapi kemudian terlihat dari tahun ke 2 hingga tahun ke 3 menurun dan memberikan sinyal negatif bagi perusahaan, hal ini menunjukan adanya tanda-tanda terjadinya mis-manajemen seperti kurangnya pengendalian persediaan yang efektif, kemudian dari tahun ke 3 hingga tahun ke 5 perusahaan terlihat berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan efektivitas penggunaan persediaan guna memberikan sinyal positif bagi perusahaan.



4. Rasio Jumlah Hari Penjualan Belum Tertagih (Day Sales Outstanding = DSO) Jumlah Hari Penjualan Belum Tertagih (days sales outstanding) atau disebut juga periode penagihan rata-rata (average collection period) adalah rasio yang digunakan untuk menilai piutang usaha. Dihitung dengan membagi piutang usaha dengan hari penjualan rata-rata untuk mencari berapa hari penjualan terikat dalam piutang usaha. Rasio Jumlah Hari Penjualan Belum Tertagih mencerminkan lamanya waktu rata-rata perusahaan harus menunggu setelah melakukan penjualan dan belum menerima kas. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2013), Rasio Jumlah Hari Penjualan Belum Tertagih menunjukan seberapa cepat penagihan piutang. Semakin kecil rasio ini maka semakin baik, artinya penagihan piutang perusahaan berjalan semakin cepat. Rumus DSO : piutang DSO = ----------------------------------- = Rata-rata penjualan per hari 2020



18



Analisa Laporan Keuangan / Modul 4



Siti Choiriah, SE, MM



piutang -----------------------------------penjualan tahunan / 365 hari Pusat Bahan Ajar dan e-Learning http://www.mercubuana.ac.id



18



Contoh : Nama akun Piutang Dagang Penjualan Jumlah Hari dalam Setahun penjualan/jml hari dalam setahun DSO (dalam satuan "hari) DSO (dalam satuan "hari)



Tahun 1 4.536 15.747 365 43 105,14 106 hari



Tahun 2 4.233 15.296 365 42 101.01 102 hari



Tahun 3 4.353 16.405 365 45 96.85 97 hari



Tahun 4 4.700 17.250 365 47 99.45 100 hari



Tahun 5 4.850 18.350 365 50 96.47 97 hari



Analisis tahunan: Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5



Dalam setahun perusahaan membutuhkan 106 hari dalam penagihan piutang Dalam setahun perusahaan membutuhkan 102 hari dalam penagihan piutang Dalam setahun perusahaan membutuhkan 97 hari dalam penagihan piutang Dalam setahun perusahaan membutuhkan 100 hari dalam penagihan piutang Dalam setahun perusahaan membutuhkan 97 hari dalam penagihan piutang



Grafik



Analisa grafik : Terlihat DSO



perusahaan dari tahun pertama menuju tahun ke 3 secara gambar



menurun, makna dari grafik menurun adalah Semakin kecil rasio ini maka semakin baik, artinya penagihan piutang perusahaan berjalan semakin cepat, berarti jika grafik tergambar munurun



hal ini memberikan informasi sebagai sinyal positif bagi perusahaan, hal ini



menunjukan kegiatan penagihan piutang menjadi semakin cepat atau dengan kata lain divisi penagihan piutang bekerja semakin efektif.



2020



19



Analisa Laporan Keuangan / Modul 4



Siti Choiriah, SE, MM



Pusat Bahan Ajar dan e-Learning http://www.mercubuana.ac.id



19



5. Rasio Profitabilitas Rasio Profitabilitas bertujuan mengukur efektifitas menejmen yang tercermin pada imbalan dan hasil dari investasi melalui kegitan penjualan (Djarwanto, 2004:148). Rasio-rasio lain dapat memberikan petunjuk-petunjuk yang digunakan untuk menilai keefektifan dari operasi sebuah perusahaan, tetapi rasio profitabilitas akan menunjukan kombinasi dari efek likuiditas, menejemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi. Rasio ini akan memberikan jawaban akhir tentang efektifitas manejemen perusahaan. Rasio profitabilitas atau kinerja operasi digunakan untuk mengevaluasi margin laba dari aktifitas operasi yang dilakukan perusahaan. Menurut Sayhyunan (2004:85), rasio profitabilitas ini terbagi atas “Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, Net Profit Margin, Return on Investment dan Return on Equity”



1. Gross Profit Margin Ratio Ratio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok. Persamaan untuk ratio ini adalah : Gross Profit Margin Ratio = (Total Penjualan-HPP) : Total Penjualan Sebagai contoh, PT. Majumundur memperoleh total penjualan di periode sekarang bernilai Rp. 350.000.000, dengan harga pokok penjualan dengan nilai Rp. 150.000.000 maka perhitungan gross profit margin-nya adalah sebagai berikut: Gross Profit Margin = (350.000.000-150.000.000) :350.000.000= 0,5714 Dalam bentuk persen 0,5714 x 100= 57,14%



2. Return on Investment (ROI) ROI dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan menghitung jumlah aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Rasio ini menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Persamaan rasio ini menurut Wachowicz (2005:224) adalah : ROI = (Pendapatan dari Investasi – Biaya Investasi) : Biaya Investasi Sebagai contoh seorang investor membeli saham sebanyak 50.000 lembar saham dengan harga Rp. 1.000 per lembar saham. Setahun kemudian Investor tersebut menjual sahamnya senilai Rp. 2.500 per lembar saham. Berapakah ROI pada saham tersebut? Diketahui Pendapatan dari Investasi Rp. 125.000.000 (dari perhitungan 50.000 x Rp. 2.500). Biaya Investasi 50.000.000 (dari perhitungan 50.000 x Rp. 1.000) ROI = (125.000.000 – 50.000.000) : 50.000.000



2020



20



Analisa Laporan Keuangan / Modul 4



Siti Choiriah, SE, MM



Pusat Bahan Ajar dan e-Learning http://www.mercubuana.ac.id



20



Rp



= 75.000.000 : 50.000.000 = 1,5 atau 150% 3. Return on Equity (ROE) ROE (return on equity) merupakan rasio yang membandingkan laba bersih dengan total ekuitas. ROE digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini juga menunjukkan sajauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang dapat diperoleh oleh pemegang saham. Semakin tinggi ROE menunjukan semakin efesiensi perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilakn laba bagi pemegang saham. ROE = (Laba Bersih : Ekuitas) x 100 Sebagai contoh Laporan keuangan PT. ABC Sejahtera yang tertulis pada tanggal 31 Desember 2018 menunjukkan bahwa perusahaan yang bergerak di bidang industri kain katun tersebut mampu menghasilkan laba bersih sebersar 1 miliar rupiah. Ekuitas rata-rata pemegang saham perusahaan tersebut adalah Rp. 625.000.000. Maka nilai ROE perusahaan tersebut : ROE



= (Laba bersih : Ekuitas) x 100% = (1.000.000.000 : 625.000.000) x 100% = 160%



4. Operating Profit Margin Rasio ini mengukur tingkat laba operasi dibandingkan dengan volume penjulan dengan persamaan sebagai berikut. OPM = (Laba bersih sebelum pajak dan bunga : Penjualan) x 100% Sebagai contoh pada tahun 2018 PT. Setiabudi mempunyai laba operasi sebesar Rp. 7.939.401.000, disamping itu penjualan bersih dari perusahaan sebesar Rp 36.484.030.000. Maka Operating Profit Margin perusahaan tersebut : OPM = (Laba bersih sebelum pajak dan bunga : Penjualan) x 100% = (7.939.401.000 : 36.484.030.000) x 100% = 21,76% 2020



21



Analisa Laporan Keuangan / Modul 4



Siti Choiriah, SE, MM



Pusat Bahan Ajar dan e-Learning http://www.mercubuana.ac.id



21



5. Net Profit Margin Net profit margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan volume penjualan. Dan rumus untuk mencari rasio ini adalah : NPM = (Laba bersih : Penjualan) x 100 PT. XYZ memperoleh total penjualan total periode senilai Rp. 500.000.000 dan Total Laba bersih nya sebesar Rp. 295.000.000, maka perhitungan Net Profit Margin-nya adalah sebagai berikut : Net Profit Margin



= (295.000.000 : 500.000.000) x 100 = 59%



2020



22



Analisa Laporan Keuangan / Modul 4



Siti Choiriah, SE, MM



Pusat Bahan Ajar dan e-Learning http://www.mercubuana.ac.id



22



Kesimpulan Analisis Keuangan sangat penting untuk di terapkan dalam system suatu perusahaan. Karena dengan menggunakan analisis laporan keuangan ini perusahaan dapat mengetahui keuntungan dan kerugian yang dicapai perusahaan di suatu periode. Analisis laporan keuangan adalah suatu proses penelitian laporan keuangan beserta unsur-unsur nya yang bertujuan untuk mengevaluasi dan memprediksi kondisi keuangan perusahaan atau badan usaha dan juga mengevaluasi hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan atau badan usaha pada masa lalu dan sekarang. Analisis rasio adalah analisis yang menghubungkan perkiraan neraca dan laporan laba rugi terhadap yang satu dengan yang lainnya, yang memberikan gambaran tentang sejarah perusaan serta penilaian terhadap suatu perusahaan tertentu. Beberapa isu yang harus dipertimbangkan dalam analisis laporan keuangan agar laporan keuangan bias diperbandingkan (comparable). Analisis berdasarkan laporan keuangan yang melibatkan beberapa perbandingan baik terhadap perusahaan lainnyaatau terhadap data pada periode-periode sebelumnya.



22



DAFTAR PUSTAKA



2020



23



Analisa Laporan Keuangan / Modul 3



Siti Choiriah, SE, MM



Pusat Bahan Ajar dan e-Learning http://www.mercubuana.ac.id



~23~