Modul III Tumbuhan Air (Sci Floristik) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODUL III VARIABEL FLORISTIK DALAM PENAKSIRAN KUALITAS LINGKUNGAN PERAIRAN Waktu yang diperlukan Kompetensi



: :



Indikator Kinerja Modul ke V



:



2 x 4 jam kegiatan Mampu menetapkan dengan benar lokasi dan teknik pengambilan sampel flora sebagai salah satu variabel hayati guna menaksir kualitas lingkungan. Mampu melakukan dengan efektif dan efisien: a. mengamati dengan cepat kondisi biota di lapangan b. menetapkan lokasi pengambilan sampel flora atau fauna c. menaksir kualitas lingkungan dari variabel keanekaragaman hayati flora atau fauna.



KOMPETENSI DASAR



POKOK BAHASAN



SUB POKOK BAHASAN



1



2



3



TOPIK BAHASAN



4



MINGGU KE



SUMBER BACAAN



5



6



Mampu membuat dengan baik dan benar kuadrat sampling



Struktur Komunitas



1. Alat Kuadrat Sampling



Teknik pembuatan kuadrat sampling



VII



1 sd 7



Mampu menggunakan kuadrat sampling dengan baik dan benar



Struktur Komunitas



2. Teknik Sampling



Teknik Pemilihan Lokasi Sampling



VII



1 sd 7



Mampu menaksir kualitas lingkungan dari variabel hayati



Struktur Komunitas



3. Penaksiran Cepat Kualitas Hayati Lingkungan



Teknik Penghitungan SCI untuk Penaksiran Kualitas Hayati Lingkungan



VIII



1 sd 7



Hal. 1 dari 14 Norma Afiati



Grup : 2 Tgl



: 18 Maret 2021



MODUL III: VARIABEL FLORISTIK DALAM PENAKSIRAN KUALITAS LINGKUNGAN PERAIRAN TOPIK I: Sequential Comparison Index Nama: Sri Kandhini



Nim: 26010120130041



Ttd:



Pengantar Teori Secara alamiah, keanekaragaman spesies adalah ekspresi kekayaaan suatu komunitas. Semakin terdapat banyak spesies - berarti semakin beragam anggota komunitas tersebut. Oleh karena itu keberagaman sering dijadikan salah satu indikator kualitas lingkungan di komunitas tersebut. Walaupun demikian, introduksi spesies asing ke dalam suatu komunitas, pada akhirnya hampir selalu berakibat buruk bagi komunitas tersebut, karena mereka mungkin bersifat adaptif, sehingga menjadi invasive dan mendominasi; dengan demikian dapat berakibat mengganggu keseimbangan komunitas. Sequential Comparison Index (SCI) adalah teknik sangat sederhana untuk menaksir keanekaragaman spesies. SCI dapat digunakan terhadap komunitas hewan maupun tumbuhan (Cairns, 1968) sepanjang penyebaran anggota populasi sepenuhnya acak. Kemudahan yang diperoleh dengan teknik ini adalah penaksir tidak perlu seorang ahli yang mengenal dengan baik jenis tumbuhan atau hewan yang ditaksirnya. Kemudahan itu mempersingkat waktu yang diperlukan untuk menaksir keanekaragaman sebuah petak ( plot) dengan cukup akurat, sehingga cakupan daerah yang dapat ditaksir per unit waktu menjadi lebih luas. Dalam kegiatan ini SCI diaplikasikan untuk menaksir keanekaragaman komunitas rerumputan; dilakukan 5 ulangan untuk masing-masing stasiun. Plot seluas 1x1m atau lebih kecil (tergantung kerapatan dan ukuran rumputnya) ditandai dengan kuadran, penghitungan dimulai dari salah satu sudut dari ke empat sudut bujur sangkar plot, sepanjang sisi-sis bujur sangkar hingga seluruh spesimen dalam kuadran tersebut selesai dihitung dan nantinya dibandingkan. Jika sebuah spesimen berbeda dengan spesimen yang tepat mendahuluinya ( sequence) maka ia diasumsikan sebagai sebuah spesies dan dinyatakan sebagai D, ( Different, karena itu spesimen pertama selalu dianggap dan dinyatakan sebagai D). Sesudahnya, bila sebuah spesimen tepat sama (identik) dengan spesimen yang mendahuluinya, maka ia diasumsikan bukan spesies imbuhan baru dalam komunitas tersebut, dinyatakan dengan notasi S (Same). Bila N adalah jumlah spesimen dalam kuadran, maka:



  ND



SCI  per m 2 







Sebagai contoh: terdapat 10 spesimen dimana 2 (dua) spesimen pertama adalah spesies yang sama, spesimen ketiga berbeda dari spesimen kedua, yang keempat hingga keenam sama tetapi berbeda dari spesimen ketiga, spesimen ketujuh s/d kesepuluh berbeda dari spesimen ke enam namun ketiganya identik. Dengan ketentuan bahwa spesimen yang berbeda dari spesimen sebelumnya dinyatakan dengan simbol D (Different), dan spesimen yang sama dengan spesimen sebelumnya dengan simbol S (Same) maka urutan SCI menjadi: ∑



SCI = D S D D S S D S S S → SCI = 4/10 = 0.4/m2



Hal. 2 dari 14



Tabel 1. Klasifikasi kualitas lingkungan berdasarkan rerata SCI SCI 0 .00– 0.30 0.31 – 0.60 0.61 – 1.00



Kualitas Lingkungan Buruk Sedang Baik



Tujuan Mempelajari keanekaragaman hayati suatu komunitas di badan air melalui penaksiran struktur komunitas tersebut: 1. Mengenali karakteristik komunitas alamiah dan komunitas buatan; 2. Melatih cara membuat kuadrat sampling (ukuran, bentuk, bahan); 3. Melatih cara menggunakan kuadrat sampling (meletakkan dan menghitung sampel di dalamnya); 4. Melatih cara menganalisis data yang diperoleh, menghitung SCI; 5. Mengartikan hasil yang diperoleh. Kompetensi 1. Trampil membuat dan menggunakan kuadrat sampling; 2. Mampu menetapkan lokasi pengambilan sampel flora dan fauna sebagai variabel hayati di lingkungan perairan; 3. Mampu menaksir kualitas lingkungan suatu ekosistem alamiah perairan dari keanekaragaman hayatinya. Prosedur Kerja a. Bahan 1. Bilah bambu (4 buah @ 1x50cm per 4 orang) 2. Pisau/cutter (1 buah per 4 orang) 3. Tali katun/benang kasur (1 gulung per 4 orang) 4. Tali rafia (100m per 4 orang) b. Alat 1. Kuadran sampling dari bilah bambu 2. Alat tulis dan kertas. c. Metoda 1. Membuat Kuadrat Sampling 1 x 1 m  Potonglah bilah bambu menjadi 2 bagian sama panjang (@ 25 cm), raut untuk menghaluskan tepi-tepinya;  Pada masing-masing ujung bilah bambu buatlah sedikit takik untuk nantinya mengeratkan kedudukan tali;  Runcingkan ujung lain bilah bambu tersebut agar mudah ditancapkan ke tanah atau sedimen;  Potonglah tali katun 80cm (lebihkan secukupnya untuk membuat 4 buah simpul terbuka sejarak @1 m);  Pada setiap 1 m dari panjang tali buatlah 1 simpul terbuka yang dapat dieratkan dan pasanglah pada lekukan/takik di ujung setiap bilah bambu  Kuadrat siap digunakan 2. Aplikasi Sampling Kuadrat untuk SCI  Dilakukan oleh 2 orang bergantian sebagai pencatat dan sebagai penghitung/pencacah;  Pada tepi sungai/riparian, tepi danau atau rawa, sawah, muara, komunitas mangrove, daerah pasang surut, atau lokasi lain yang dipilih, buatlah analisis kualitatif secara fisik dan hayati yang menjelaskan karakteristik lokasi tersebut sebagai ekosistem alamiah; Hal. 3 dari 14 Norma Afiati



 Jangan lupa menuliskan nama lokasi, tanggal bulan dan tahun pengamatan, nama pencacah;  Pasanglah kuadrat secara acak dengan menancapkan ujung-ujung yang runcing ke tanah atau sedimen;  Untuk mengeliminasi kesalahan/bias, tetapkan terlebih dahulu bilamana sebuah spesimen dihitung atau tidak dihitung. Secara konvensi, bila sebuah tanaman sistem perakarannya berada dalam kuadrat maka ia dihitung, namun bila perakaran/pokok batangnya berada di luar kuadrat maka ia tidak dihitung walaupun rimbunan daun/kanopinya berada di dalam kuadrat;  Penghitungan seluruh spesimen (total strip count) vegetasi dimulai dari sudut kiri atas penghitung, dengan vegetasi pertama selalu dinotasikan sebagai ‘D’. Arah penghitungan dapat ke kanan atau ke bawah. Sedapat mungkin jangan merusak/mencabuti vegetasi tersebut hanya demi kemudahan menghitung;  Selanjutnya bila vegetasi kedua berbeda dari vegetasi pertama, ia dinotasikan ‘D’; sedangkan bila sama, maka notasinya adalah ‘S’. Lakukan dan catat hingga semua spesimen dalam kuadrat dihitung. Hasil Observasi Kondisi Lingkungan Tempat Pengambilan Sampel Berdasarkan referensi yang telah didapatkan pada perairan Rawa Bayu Kabupaten Banyuwangi, kondisi lingkungan cukup baik serta memenuhi standard kualitas air minum berdasarkan nilai DO,pH,temperatur, konduktivitas dan turbiditas. Tanaman yang tumbuh di dekat rawa sangat beragam, tetapi kebanyakan tanaman tumbuh di pinggir rawa dekat dengan daratan. Hal tersebut menunjukkan bahwa Indeks keberagaman pada ekosistem rawa tergolong tinggi. Tumbuhan riparian yang ditemukan Di Perairan Rawa Bayu terdiri dari 21 spesies pohon dan perdu,17 spesies ground



cover.



Spesies eksotik pada kategori pohon dan perdu adalah Coffea canephora, Brugmansia



candida, Pachystachys luthea, Lagerstroemia speciosa, Pinus merkusii, dan Swietenia macrophylla. Sedangkan spesies eksotik tumbuhan ground cover yaitu Dieffenbachia seguine, Sanchezia oblonga,



Mikania cordata dan Austroeupartorium inulifolium. Adanya spesies eksotik invasif dapat menurunkan biodiversitas, sebab akan terjadi kompetisi dengan spesies lokal dan kolonisasi habitat sehingga tingkat reproduksi spesies lokal menurun. Menurut Ayunareswara et al. (2016), vegetasi tanaman riparian tertinggi pada kategori perdu adalah Brugmansia candida dan Gigantochloa sp. Sedangkan pada kategori ground cover adalah Athyrium sp dan Dieffenbachia seguine. Keberadaan spesies ini terjadi karena adanya usaha penanaman dan pelestarian. Masyarakat mengetahui tentang adanya peraturan pengelolaan dan pemanfaatan air, namun masih membuang sampah ke dekat badan air. Paragraf 2 membahas kondisi lingkungan tempat sampling perairan lotik (Boleh cari dari referensi)



Hal. 4 dari 14



Tabel 1. Hasil perhitungan nilai SCI tumbuhan di Rawa Mulawarman pada tanggal 19 Maret 2021 Grup 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13



D D D D D D D D D D D D D



D D D D D D D D D D D D D



Urutan Seluruh Spesimen dalam Kuadrat @1x1 m SSDDSDDDDDSSDSDSSDDS SSDDSDDDDDDSSDSDSSDDS DDSDDDDDDSSDSDDDS DDSDDDDDDSSDSSDDS SDDDDSSDSSDDS DDDDSDSS DDDDDSDSDSS DSDDDDDSDSSDSSDDS DSDDDDDDDDDSDSDSSDDSS DSDSSSSSSDDDDSDS DSDSSSSSSDDDDSDSSSSSSS DSSSSDSDDDDSDSSDSDSS DDSSDDDDDSSDSD



14 15 16 17



D D D D



SD SD SD DS



∑D 13 14 14 13 9 7 9 12 16 9 9 11 11



SCI 0,59 0,61 0,74 0,68 0,6 0,7 0,69 0,63 0,70 0,5 0,28 0,5 0,69



8 10 9 12



9 6 9 8



0,53 0,38 0,5 0,4



18



DDSDDSSDSDDSSSDS



8



8



0,5



19



DDSDDSDDDSDDSSSDS



7



10



0,59



20



DDSDDSDDDSDS



4



8



0,67



21



DDSDDSDDDSDSDSS



6



9



0,6



D D D D



∑S 9 9 5 6 6 3 4 7 7 9 15 11 5



SSSDDDDSSDSDS SSSSSSDDSSDS SDSSDSD DDSDSDSS DSSSDSSDDSSSSSDS



Tabel 2. Hasil perhitungan nilai SCI tumbuhan di Sungai Jabungan pada tanggal 19 Maret 2021 Grup Urutan Seluruh Spesimen dalam Kuadrat @1x1 m ∑ S ∑ D SCI 1 DSSSSDDSSDDSDSD 8 7 0,47 2 3 4 5



D D D D



S S S S



SSSDDSSDDDSDDSD SDSSDDDDSD SDDSSDDDDDDSD DDSDDDDDDSD



8 5 5 3



9 7 10 10



0,53 0,58 0,67 0,77 Hal. 5 dari 14 Norma Afiati



6 7 8 9 10 11 12



D D D D D D D



13



D D D D D D D



1 3 3 4 3 5 5



11 12 9 9 9 8 9



0,91 0,8 0,75 0,69 0,75 0,61 0,64



DDDDSDDDSSDDDD



3



11



0,78



14 15 16 17



D D D D



DDDDDDDD DDDDDDDDDD DDDDDDD SDDDDDDDD



0 0 0 1



15 17 14 15



1 1 1 0,94



18



DDDDDDDSDDDDDDDDD



1



16



0,94



19



DDDDDDDSDDDDDDDSD



2



15



0,88



20



DDSDDDDSDDDDDDDSD



3



14



0,82



21



DDSDDDDSDSDDDDDDSD



4



14



0,78



D D D D



DDDDDDDDSD DDDDDSDDDSDSD DSDDDDSDSD DSDDDDSSDDS SDDDDSDDDS SDDSSSSDDDD DDSSDDDSDSSD



D D D D



D D D D



D D D D



D D D D



D D D D



Revisi



: ............................................................................ ............................................................................ ............................................................................



Asisten : ...........................................................................



Pembahasan Sebagai panduan berdiskusi, bahaslah beberapa pertanyaan berikut ini: 1.



Mengapa perlu dilakukan analisis struktur komunitas? Analisis merupakan studi untuk meneliti secara lebih dalam mengenai objek yang diamati.



Struktur komunitas yaitu suatu konsep yang mempelajari susunan atau komposisi spesies dan kelimpahannya dalam suatu komunitas. Analisis struktur Komunitas tumbuhan merupakan suatu cara dalam mempelajari susunan atau komposisi dari suatu jenis dan bentuk atau struktur dari tumbuhan atau vegetasi tersebut. Tujuannya analisis struktur komunitas yaitu untuk mengetahui komposisi dari spesies dan struktur komunitas pada suatu wilayah yang diteliti, dimana struktu r komunitas tersebut dipengaruhi oleh hubungan antar spesies. Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan



Hal. 6 dari 14



dalam membentuk populasinya, dimana sifat-sifatnya bila dilakukan analisis akan membantu dalam suatu analisis struktur komunitas.



Sifat-sifat tersebut dapat dibagi menjadi dua kelompok besar,



dalam melakukan analisa akan memberikan data yang kualitatif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif meliputi frekuensi atau distribusi tumbuhan, kerapatan (density) atau banyaknya (abudance). Selain itu, struktur komunitas juga dipengaruhi oleh jumlah individu dari setiap spesies organisme, hal ini menyebabkan kelimpahan relatif suatu spesies dapat mempengaruhi fungsi suatu komunitas dan memberikan pengaruh pada keseimbangan system dan akhirnya berpengaruh pada stabilitas komunitas. Menurut Nahdi et al. (2014), kelimpahan suatu vegetasi dapat diketahui dengan melakukan analisis stuktur komunitas. Selain itu, fungsi lain dari melakukan analisis struktur komunitas yaitu untuk mengetahui dan mempelajari struktur komunitas vegetasi pada berbagai tingkat pertumbuhan sebagai respon terhadap suatu pengelolaan lahan oleh masyarakat dan hubungannya dengan kualitas fisik-kimia tanah yang terbentuk. 2.



Mengapa SCI tidak sahih untuk menaksir kualitas hayati lingkungan buatan? Lingkungan buatan merupakan lingkungan yang terbentuk karena adanya campur tangan



kreativitas dan keuletan dari tangan manusia. Sequential Comparison Index (SCI) sendiri merupakan suatu teknik yang sangat sederhana untuk menaksir keanekaragaman spesies. Indeks ini dapat memenuhi keperluan untuk menilai secara cepat akibat adanya pencemaran terhadap ekosistem, misalnya sungai, kolam, danau, dan laut. Metode SCI juga dapat digunakan apabila terdapat beberapa spesies, tetapi apabila hanya ada satu spesies yang sama, SCI tidak sahih untuk menaksir kualitas hayati suatu lingkungan buatan. Dapat dikatakan bahwa Sequiental comparasion index (SCI) tidak sahih untuk menaksir kualitas hayati lingkungan buatan dikarenakan lingkungan buatan merupakan buatan manusia sehingga misal dalam suatu lingkungan buatan seperti taman yang memiliki satu spesies yang sama saat menentukan nilai Sequential Comparison Index (SCI) maka akan rendah dikarenakan pada lingkungan buatan tersebut hanya ada satu spesies yang sama. Beberapa contoh dari lingkungan buatan antara lain taman bunga, kebun buah, waduk, bendungan, dan lain-lain. Menurut Handayani (2018) lingkungan buatan adalah segala sesuatu yang dibuat oleh manusia dan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. contoh lingkungan buatan adalah bandara, stasiun,sekolah, jalan, jembatan dll. Lingkungan alami diyakini mempunyai keanekaragaman lebih besar dibandingkan dengan lingkungan buatan, sehingga metode SCI lebih cocok digunakan untuk menaksir kualitas hayati lingkungan alami dibandingkan dengan kualitas hayati lingkungan buatan. 3.



Bagaimana hasil analisis SCI grup Saudara dan bagaimana posisinya terhadap hasil kelas? Mengapa?



Sequential Comparasion Index (SCI) merupakan suatu teknik yang sangat sederhana untuk menaksir keanekaragaman spesies atau dapat digunakan untuk mengukur kekayaan spesies. Indeks ini memiliki interval berkisar 0-1 dengan nilai rendah 0-0,3 yang menunjukkan tingkat keragaman rendah. Nilai dengan tingkat keberagaman sedang yaitu berkisar dari 0,31-0,60. Nilai tinggi berkisar Hal. 7 dari 14 Norma Afiati



dari 0,61 dan di atasnya menunjukkan keragaman tinggi. Berdasarkan hasil praktikum dan perhitungan nilai Sequential Comparison Index (SCI) yang telah dilakuakn didaptakan nilai SCI kelompok 2 yaitu 0,61 pada ekosistem rawa  yang mana menunjukan keanekaragaman baik pada ekosistem tersebut. Sedangkan pada ekosistem sungai didapatkan nilai SCI sebesar 0,53 yang menunjukan bahwa pada ekosistem sungai memiliki keanekaragaman yang sedang. Hasil perhitungan SCI kelompok lain yang sama-sama melakukan sampling pada ekosistem rawa rata-rata menunjukan bahwa ekosistem tersebut termasuk kedalam interval keragaman sedang. Sedangkan hasil perhitungan SCI kelompok lain pada ekosistem sungai menunjukkan keragaman tinggi. Keragaman rendah berarti dapat menunjukkan bahwa suatu ekosistem kurang berfungsi dengan baik karena hanya bisa di tumbuhi oleh spesies yang sejenis. Selain itu, dapat pula diartikan bahwa apabila suatu ekosistem memiliki keragaman yang rendah maka polutan lokal dapat masuk ke dalam air. Ketika ada keanekaragaman yang rendah, spesies yang tersisa cenderung lebih toleran terhadap polutan dan spesies yang tidak ada cenderung lebih sensitif terhadap perubahan lingkungan. Menurut Barus (2014), nilai indeks keseragaman secara umum berkisar antara 0 – 1. Nilai yang mendekati 1 menunjukkan tingkat keseragaman jenis semakin tinggi. Sebaliknya, nilai yang mendekati angka 0 maka menunjukkan keseragaman jenis semakin rendah. 4.



Jelaskan



hubungan



kausalitas



keanekaragaman



terhadap



kestabilan



ekosistem



yang



diobservasi? Stabilitas ekosistem adalah kemampuan populasi-populasi dalam suatu ekosistem untuk mempertahankan keadaannya walaupun banyak faktor-faktor dari luar yang mempengaruhinya. Stabilitas ekosisitem menitikberatkan pada suatu gabungan individu yang mempertahankan keberadaannya. Keanekaragaman adalah berbagai ciri, bentuk, perbedaan-perbedaan pada makhluk hidup yang menjadikan bervariasi atau beranekaragam dibumi. Keanekaragaman menitikberatkan individu-individu dalam ekosistem yang memiliki suatu ciri khasnya sendiri. Hubungan antara kausalitas keanekaragaman terhadap kestabilan ekosistem yang diobservasi adalah berbanding lurus, dimana jika semakin tinggi tingkat keanekaragamannya, maka tingkat kestabilan ekosistem semakin tinggi pula. Hal tersebut dikarenakan apabila jika tidak tercipta suatu kestabilan dalam ekosistem yang diobservasi maka akan terjadi pengurangan atau menghilangnya komunitas dalam suatu populasi, maka organisme dalam organisme tersebut juga akan berkurang atau hilang yang mengakibatkan penurunan pada kausalitas keanekaragaman. Menurut Khasanah (2011), stabilitas ekosistem dipengaruhi oleh interaksi spesies yang terjalin secara seimbang yang melibatkan transfer energi, predasi, kompetisi dan niche. Umur dari anggota komunitas juga mempengaruhi kestabilan dari ekosistem yang diobservasi. Keanekaragaman penting dalam keseimbangan ekosistem. Apabila keanekaragamannya tinggi, maka stabilitas ekosistem mantap produktivitas tinggi, maka tahan terhadap tekanan ekologis.



5.



Mengapa topik SCI ini perlu dilakukan?



Hal. 8 dari 14



SCI atau Sequential Comparison Index merupakan suatu metode yang sederhana untuk melakukan estimasi mengenai keanekaragaman biologis secara relatif yang dapat digunakan untuk menilai secara cepat akibat adanya suatu pencemaran terhadap ekosistem misalnya sungai, kolam, danau dan laut. Topik SCI atau Sequential Comparison Index perlu dilakukan karena membantu praktikan dalam mengetahui dan menganalisis struktur komunitas dan kestabilan dalam suatu ekosistem. Selain itu, penggunaan metode SCI sangat mudah dilakukan dan tidak membutuhkan biaya yang mahal dan dapat diketahui dalam jangka waktu yang singkat sehingga sangat mempersingkat waktu. Tujuan dari topik SCI atau Sequential Comparison Index yaitu untuk mempelajari keanekaragaman hayati suatu komunitas di badan air melalui penaksiran struktur komunitas. Menurut Terell et al. ( 2013), Sequential Comparison Index (SCI) merupakan metode yang simple dan berkualitas yang berdasarkan atas membedakan organisme berdasarkan warna, ukuran, bentuk dan tidak membutuhkan taksonomi. Hal yang digunakan untuk dapat membedakan jenis (taxa) yang berbeda dari spesies dan jumlah sample yang terdiri dari 250 organisme.  Selain itu, indeks keanekaragaman juga dapat menggambarkan keseimbangan ekologis pada suatu komunitas, dimana semakin tinggi nilai keanekaragaman maka kualitas lingkungan semakin baik. Simpulan Berdasarkan praktikum pada topik Sequential Comparison Index (SCI), kesimpulan yang bisa di dapatkan yaitu: 1. Dapat mengetahui karakteristik dari komunitas alami yang mana adalah merupakan lingkungan yang terjadi dengan sendirinya dan tanpa adanya campur tangan dari manusia dan komunitas buatan yang merupakan lingkungan yang terbentuk karena adanya campur tangan kreativitas dan keuletan dari tangan manusia. 2. Kuadran sampling dibuat dengan menggunakan patok kayu dan juga karet gelang. Kuadran dibentuk menjadi 1m x 1m dan dibagi menjadi empat sub-kuadran.  3. Meletakan kuadran ditempat yang akan diamati kemudian menghitung SCI yang ada didalam kuadran tersebut. 4. Menghitung SCI dengan rumus organisme yang berbeda dibagi dengan total keseluruhan organisme kemudian menentukan nilai SCI yang dapat menggambarkan keanekaragaman lingkungan tersebut. 5. SCI yang diperoleh pada ekosistem rawa yaitu 0,61 dan pada ekosistem sungai yaitu 0,53. Hal ini menunjukan nilai indeks SCI pada ekosistem rawa yaitu tinggi/baik, sedangkan nilai SCI untuk ekosistem sungai yaitu sedang serta menggambarkan bahwa kedua ekosistem tersebut belum terlalu mengalami pencemaran dilihat dari masih banyak komunitas yang hidup didalamnya. Saran Berdasarkan Praktikum yang telah dilaksanakan, maka saran yang dapat diberikan yaitu :



Hal. 9 dari 14 Norma Afiati



1. Sebaiknya praktikum dilakukan pada ekosistem yang memiliki keanekaragaman jenis yang berbeda-beda sehingga bisa menentukan perbandingannya atau pada ekosistem dengan keanekaragaman yang tinggi. 2. Sebelum memulai praktikum, sebaiknya praktikan diberikan video praktikum di lapangan agar lebih jelas. 3.



Sebaiknya video materi yang akan disampaikan sudah diunggah terlebih dahulu di file Ms.Teams.



Pustaka



1. Barus, T. A. (2014). Faktor-faktor Lingkungan Abiotik Dan Keanekaragaman Plankton Sebagai



Indikator Kualitas Perairan Danau Toba ( Environmental Abiotic Factors and the Diversity of Plankton as Water Quality Indicators in Lake Toba, North Sumatera , Indonesia). Jurnal Manusia dan Lingkungan, 11(2), 64-72.



2. Cairns, J., D.W. Albaugh, F. Busey, M.D. Chaney, 1968. The Sequential Comparison Index – a simplified method for non-biologist to estimate relative differences in biological diversity in stream pollution studies. JWPCF, 40 (39): 1607 – 1613. 3. Cox, G.W., 1976. Laboratory Manual of General Ecology. Wm. C. Brown Company Publ. USA



4. Handayani, S. R. (2018). Peningkatan Prestasi Belajar IPS Materi Lingkungan Alam Dan Buatan Melalui Media Tiga Dimensi. Jurnal Pendidikan Guru, 1(1), 97-106.



5. Krebs, C.J. 1985. Ecology, The Experimental Analysis of Distribution and Abundance.3 rd. edit. Harper and Row Publ. New York. 6. Magurran, A.E. 1988. Ecological diversity and its measurement. Croom Helm, London, UK 7. Mueller-Dombois, D., Ellenberg, H. 1974. Aims and Methods of Vegetation Ecology. John Willey and Sons. New York. 8. Nahdi,M,S.,D. Marsono, T.S.Djohan dan M. Baequni. 2014. Struktur Komunitas Tumbuhan dan Faktor Lingkungan di Lahan Kritis, Imogiri Yogyakarta. J.Manusia dan Lingkungan, 21(1) : 6774. 9. PPLH LEMLIT UNDIP- PT IPU Semarang, 2005. Studi AMDAL Reklamasi Pantai Kota Semarang 10. PT PLN (Persero) Jasa Enjiniring – PPLH LEMLIT UNDIP, 2006. Studi AMDAL PLTU-1 Jawa Tengah (Rembang) 2x 400MW. 11. Terell,C.R and P.B.Perfetti. 2013. Water Quality Indicator Guide : Surface Waters. Washington DC : United States. 12. Ayunareswara, A., R.D. Khinanty, S.A. Pradana dan E. Arisoesilaningsih.2016. Variasi Kualitas Perairan dan Persepsi Masyarakat terhadap Pengelolaannya di Wana Wisata Rawa Bayu, Kabupaten Banyuwangi.Jurnal Biotropika,4(3):73-80.



Hal. 10 dari 14



Nilai Akhir :.................................................... Nama & Paraf Asisten: ..................................



Hal. 11 dari 14 Norma Afiati



LAMPIRAN



Lampiran 3. Perhitungan Nilai SCI Tumbuhan Di Rawa Mulawarman Kelompok 2 Urutan spesimen ∑D ∑S ∑N



=DDSSDDSDDDDDDSSDSDSSDDS = 14 =9 = 23



Hal. 12 dari 14



Rumus 



D N



14 23  0,61 / m 2 



SCI = 0,61/m² Sehingga termasuk dalam kriteria kualitas lingkungan baik (0.61– 1,00)



Lampiran4. Perhitungan Nilai SCI Tumbuhan Di Sungai Jabungan Kelompok 2 Urutan spesimen ∑D ∑S



=DSSSSDDSSDDDSDDSD =9 =8 Hal. 13 dari 14 Norma Afiati



∑N Rumus 



D N



= 17



9 17  0,53 / m 2 



SCI = 0,53/m² Sehingga termasuk dalam kriteria kualitas lingkungan sedang (0.31– 0,6).



Hal. 14 dari 14