Modul Kebutuhan Oksigenasi [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Pryta
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Konsep dan Gangguan Kebutuhan Oksigenasi AS (Bu(UHAN KEPERAWATAN PASIEN



STROKE  120 Menit



A.



PENGANTAR



Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan  tubuh secara fungsional mengalami kemunduran atau dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali individu tidak menyadari terhadap pentingnya oksigen. Proses pernapasan dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran pernapasan. Dengan adanya kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen.



TUJUAN TUJUAN PEMBELAJARAN Adapun kompetensi yang diharapkan setelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu menjelaskan konsep dan gangguan kebutuhan oksigenasi yang meliputi: 1.



Mampu menjelaskan pengertian kebutuhan oksigenasi



2.



Mampu menjelaskan proses oksigenasi



3.



Mampu menjelaskan faktor – kaktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi



4.



Mampu menjelaskan masalah yang berhubungan dengan kebutuhan oksigenasi



5.



Mampu melakukan pengkajian kebutuhan oksigenasi



6.



Mampu merumuskan diagnosa keperawatan kebutuhan oksigenasi



7.



Mampu menyusun rencana keperawatan kebutuhan oksigenasi



8.



Mampu menghitung pernapasan



9.



Mampu memberikan posisi fowler dan semifowler pada pasien



10. Mampu mengumpulkan sputum untuk pemeriksaan 11. Mampu memberikan oksigen nasal kanul 12. Mampu melatih napas dalam 13. Mampu melatih batuk efektif 14. Mampu melakukan evaluasi kebutuhan oksigenasi



B. BAHAN BACAAN



A. Pengertian Kebutuhan Oksigenasi Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen. Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang di gunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali individu tidak menyadari terhadap pentingnya oksigen. Proses pernapasan dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran pernapasan. Pada kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen. B. Proses Oksigenasi I.



Ventilasi. Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari



alveoli ke atmosfer.Proses ventilasi di pengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan



tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah, demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara semakin tinggi. 2. Difusi Gas Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen dialveoli dengan kapiler paru dan co2 di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa paktor, yaiti luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi / permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial. 3. Transfortasi Gas Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh dan Co2 jaringan tubuh ke kaviler.Transfortasi gas dapat dipengaruhi olehy beberapa factor, yaitu curah jantung (kardiak output), kondisi pembuluh darah,latihan (exercise), perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb C. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap, sewaktu-waktu tubuh memerlukan oksigen yang banyak, oleh karena suatu sebab. Kebutuhan oksigen dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya lingkungan, latihan, emosi, gaya hidup dan status kesehatan. 1. Lingkungan Pada lingkungan yang panas tubuh berespon dengan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah perifer, sehingga darah banyak mengalir ke kulit. Hal tersebut  mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui kulit. Respon demikian menyebabkan curah jantung meningkat dan kebutuhan oksigen pun meningkat. Sebaliknya pada lingkungan yang dingin, pembuluh darah mengalami konstriksi dan penurunan tekanan darah sehingga menurunkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen. Pengaruh lingkungan terhadap oksigen juga ditentukan oleh ketinggian tempat. Pada tempat tinggi tekanan barometer akan turun, sehingga tekana oksigen juga turun. Implikasinya, apabila seseorang berada pada tempat yang tinggi, misalnya pada ketinggian 3000 meter diatas permukaan laut, maka tekanan oksigen alveoli berkurang. Ini menindikasikan kandungan oksigen dalam paru-paru sedikit. Dengan demikian, pada tempat yang tinggi kandungan oksigennya berkurang. Semakin tinggi suatu tempat maka makin sedikit kandungan oksigennya, sehingga seseorang yang berada pada tempat yang tinggi akan mengalami kekurangan oksigen.



2. Latihan Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan denyut jantung dan respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen semakin tinggi. 3. Emosi Takut, cemas, dan marah akan mempercepat denyut jantung sehingga kebutuhan oksigen meningkat. 4. Gaya Hidup Kebiasaan merokok akan memengaruhi status oksigenasi seseorang sebab merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh darah arteri. Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh darah darah koroner. Akibatnya, suplai darah ke jaringan menurun. 5. Status Kesehatan Pada orang sehat, sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi berfungsi dengan baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh secara adekuat. Sebaliknya, orang yang mempunyai penyakit jantung ataupun penyakit pernapasan dapat mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.



D. Masalah yang Berhubungan dengan Kebutuhan Oksigenasi 1. Hipoksia Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat difisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen dalam tingkat sel, di tandai dengan adanya warna kebiruan pada kulit (sianosis). 2. Perubahan pola pernapasan a. Tachipnea merupakan pernafasan yang memiliki frekuensi lebih dari  24 kali per menit. b. Bradypnea merupakan pola pernapasan yang lambat dan kurang dari  10 kali per menit. c. Hiperventilasi merupakan cara tubuh dalam mengompensasi peningkatan jumlah oksigen dalam paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam. d. Kusmaul merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat  Nditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metabolic. e. Hipovontilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida dengan cukup yang dilakukan pada saat ventilasi alveolar serta tidak cukupnya penggunaan oksigen yang ditandai dengan adanya nyeri kepala, penurunan kesadaran disorientasi, atau ketidakseimbangan elektrolit yang dapat terjadi akibat atelektasis, lumpuhnya otot-



otot pernafasan, defresi pusat pernafasan, peningkatan tahanan jalan udara, penurunan tahanan jaringan paru, dan toraks, sertta penurunan compliance paru dan toraks. f.



Dispnea merupakan perasaan sesal dan berat saat pernafasan



g. Orthopnea merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang yang mengalami kongestif paru. h. Cheyne stokes



merupakan siklus pernafasan yang amplitudonya  mula-mula naik,



turun, berhenti, kemudian mulai dari siklus baru. i.



Pernapasan paradoksial merupakan pernapasan yang ditandai dengan pergerakan dinding paru yang berlawanan atah dari keadaan normal, seriong ditemukan pada keadaan atelektasis.



j.



Esteridor merupakan pernapasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran pernapasan



E. Pengkajian Kebutuhan Oksigenasi 1. Riwayat kesehatan pada kebutuhan oksigen Kaji fungsi jantung: Nyeri, dispnoe, keletihan, sirkulasi, mengi, infeksi pernafasan. 2. Pemeriksaan fisik a.



Inspeksi Head to toe: Postur, kesimetrisan, bentuk dada: A/P dan T= 2: 1, Kulit, membran mukosa, tingk kesadaran, keadekuatan sirkulasi sistemik, pola pernafasan dan gerakan dinding dada.



b. Palpasi Nyeri tekan, premitus taktil, getaran pada dada (thrill), titik implus jantung, nadi perifer dan temperatur kulit. c. Perkusi Resonan, hiperesonasi d. Auskultasi Gerakan udara disepanjang lapangan paru: Anterior, posteorior dan lateral, suara nafas tambahan (+) jika daerah paru kollaps



F.Merumuskan Diagnosa keperawatan C. 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif D. 2. Gangguan pertukaran gas E. 3. Nyeri



F. 3. Resti infeksi G. 4.Gangguan mobilitas fisik H. G. Rencana Keperawatan



NO 1.



SYMPTOM & SIGN



ETIOLOGI



1. Dispnea



1.Lingkungan: merokok, menghirup asap 2. Penurunan suara rokok, infeksi nafas 2.Fisiologis: disfungsi neuromuskular, 4. Cyanosis hiperplasia dinding bronkus, 5. Kelainan suara alergi jalan nafas, nafas (wheezing) asma 3. Orthopneu



6. Kesulitan berbicara 7. Batuk 8. Mata melebar 9. Produksi sputum 10. Gelisah 11. Perubahan frekuensi dan irama nafas



3.Obstruksi jalan nafas: spasme jalan nafas, sekresi tertahan, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.



PROBLEM Bersihan jalan nafas tidak efektif



TUJUAN & KE



INTERVENSI & IMPLEMENTASI



NOC



Airway suction



1. Respiratory status : Ventilation 2. Respiratory status : Airway patency



1.



2.



3. Aspiration Control 3.



Informasika n pada klien dan keluarga tentang suctioning



4.



Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.



5.



Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal



6.



Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suction



7.



Monitor status oksigen



Hasil yang diharapkan 1. Tidak ada sianosis dan dyspneu 2. Mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips 3. Menunjukkan jalan nafas yang paten 4. Mampu mengidentifik asi dan mencegah faktor yang dapat menghambat



Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.



jalan nafas



pasien 8.



Berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2.



Airway Managemen 1.



2.



Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu Posisikan pasien untuk memaksimalka n ventilasi



3.



Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan



4.



Pasang mayo bila perlu



5.



Lakukan fisioterapi dada jika perlu



6.



Keluarkan sekret dengan batuk atau suction



7.



Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan



8.



Lakukan suction pada



mayo 9.



Berikan bronkodilator bila perlu



10.



Berikan pelembab udara kassa basah NaCl Lembab



11.



Atur intake untuk cairan mengoptimalk an keseimbangan .



12.



2



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.



Sakit kepala ketika bangun Dyspnoe Gangguan penglihatan Penurunan CO2 Takikardi Hiperkapnia Keletihan Iritabilitas Hypoxia Kebingungan Sianosis Warna kulit abnormal pucat, kehitaman) Hipoksemia Hiperkarbia AGD abnormal PH arteri abnormal Frekuensi dan kedalaman Nafas abnormal



1. ketidakseimban gan perfusi ventilasi, 2. perubahan membran kapiler-alveolar



Gangguan pertukaran gas



Monitor respirasi dan status O2 NOC: 1. Posisikan pasien 1. Respiratory untuk Status : Gas memaksimalkan exchange ventilasi 2. Keseimbangan 2. Pasang mayo bila asam basa, perlu Elektrolit 3. Lakukan 3. Respiratory fisioterapi dada Status : jika perlu ventilation 4. Keluarkan sekret dengan batuk Kriteria Hasil atau 1. Mendemonstr suction asikan 5. Auskultasi suara peningkatan nafas, catat ventilasi dan adanya oksigenasi suara tambahan yang adekuat 6. Berikan 2. Memelihara bronkodilator kebersihan 7. Barikan paru paru dan pelembab udara bebas dari 8. Atur intake untuk tanda tanda cairan distress mengoptimalkan pernafasan keseimbangan. 3. Mendemonstr 9. Monitor respirasi asikan batuk dan status O2 efektif dan 10.Catat pergerakan suara dada,amati nafas yang kesimetrisan, bersih, tidak penggunaan otot ada sianosis tambahan, dan retraksi otot



dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada purse lips) 4. Tanda tanda vital dalam rentang normal 5. AGD dalam batas normal 6. Status neurologis dalam batas normal



3



1. Gangguan tidur: tampak lelah



Agen injuri: biologi,



2.



psikologis



Penurunan persepsi waktu



3.



Kerusakan proses berpikir



4.



Penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan



5. Tingkah laku distraksi 6.



Diaphoresis



kimia,



fisik,



Nyeri



NOC



1. 2.



Manajemen nyeri



Pain Level, Pain control



3.



supraclavicular dan intercostal 11.Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,kussma ul, hiperventilasi, cheyne stokes 12.Auskultasi suara nafas, catat area 13.penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan 14.Monitor TTV, AGD, elektrolit dan status mental 15.Observasi sianosis khususnya membran mukosa 16.Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang persiapan tindakan dan tujuan penggunaan alat tambahan (O2, Suction, Inhalasi) 17.Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama dan denyut jantung



Comfort level



Hasil yang diharapkan 1. Mampu mengontrol nyeri 2. Melaporkan



1.



Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyaman an 3.



Gunakan teknik



7.



Perubahan tekanan darah



bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri



8. Perubahan nafas 9. Perubahan nadi



komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien 4.



3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)



10. Dilatasi pupil 11. Tonus otot dalam rentang dari lemah ke kaku 12. Tingkah laku ekspresif : gelisah, merintih, menangis



4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang 5. Tanda – tanda vital dalam rentang normal



Ajarkan penanganan nyeri non farmakologi: a. Teknik relaksasi b. Teknik distraksi



5. Kolaborasi dengan dokter penanganan nyeri farmakologi: pemberian analgesik



Analgesik Administration 1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat 2. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali 3. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat



4



1. Prosedur Infasif



Peningkatan resiko



Resti



2. Ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan patogen



masuknya



infeksi



organisme patogen



NOC



Infection Control



1. Immune Status 2. Knowledge :



1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai



3. Trauma 4. Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan 5. Ruptur membran amnion 6. Agen farmasi (imunosupresan) 7. Malnutrisi 8. Peningkatan paparan lingkungan patogen 9. Imonusupresi 10. Ketidakadekuatan imum buatan 11. Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi) 12. Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik) 13. Penyakit kronik



Infection control 3. Risk control Hasil yang diiharapkan 1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 2. Mendeskripsik an proses penularan penyakit, factor yang mempengaru hi penularan serta penatalaksan aannya, 3. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi 4. Jumlah leukosit dalam batas normal 5. Menunjukkan perilaku hidup sehat



pasien lain 2. Pertahankan teknik isolasi 3. Batasi pengunjung bila perlu 4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien 5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan 6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawatan 7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung 8. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat 9. Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum 10. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung



kencing 11. Tingkatkan intake nutrisi 12. Berikan terapi antibiotik bila perlu Infection Protection 1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal 2. Monitor granulosit, WBC 3. Monitor kerentanan terhadap infeksi 4. Batasi pengunjung 5. Pertahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko 6. Pertahankan teknik isolasi k/p 7. Berikan perawatan kuliat pada area epidema 8. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase 9. Ispeksi kondisi luka / insisi bedah



10. Dorong masukkan nutrisi yang cukup 11. Dorong masukan cairan 12. Dorong istirahat 13. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep 14. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi 15. Ajarkan cara menghindari infeksi 16. Laporkan kecurigaan infeksi



5.



1. Postur tubuh yang tidak stabil selama melakukan kegiatan rutin harian 2. Keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik kasar 3. Keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik halus 4. Keterbatasan ROM 5. Kesulitan berbalik 6. Perubahan gaya berjalan



1. Gangguan neuromuskule 2. Pengobatan 3. Terapi pembatasan gerak 4. Kurang pengetahuan tentang kegunaan pergerakan fisik



Gangguan mobilitas fisik



NOC 1. Joint Movement Active 2. Mobility Level 3. Self care : ADLs 4. Transfer performance Hasil yang diharapkan 1. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas 2. Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi



Exercise therapy : ambulation 1. Monitoring vital sign sebelum atau sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan 2. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan 3. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera 4. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik



ambulasi 5. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi 6. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan 7. Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADLs 8. Berikan alat bantu jika klien memerlukan. 9. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan



H. Menghitung Pernapasan 1. Persiapan alat :  Jam Tangan  Buku Catatan 2.Prosedur Kerja 



Mengatur posisi tidur pasien







Menghitung pernapasan tanpa diketahui klien selama 1 menit.



I. Memposisikan pasien fowler dan semifowler 1.



Posisi fowler



Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepalatempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.



Tujuan 



Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.







Meningkatkan rasa nyaman







Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi dada dan ventilasi paru







Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap



Indikasi 



Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan







Pada pasien yang mengalami imobilisasi



Alat dan bahan : 



Tempat tidur khusus







Selimut



Prosedur kerja 



Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.







Dudukkan pasien







Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien atau aturr tempat tidur.







Untuk posisi semifowler (30-45˚) dan untuk fowler (90˚).







Anjurkan pasien untuk tetam berbaring setengah duduk.



2. Posisi semi fowler Posisi semi fowler adalah sikap dalam posisi setengah duduk 15-60 derajat Tujuan  Mobilisasi  Memerikan perasaan lega pada klien sesak nafas  Memudahkan perawatan misalnya memberikan makan Prosedur kerja  Mengangkat kepala dari tempat tidur ke permukaan yang tepat ( 45-90 derajat)



 Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan kepala klien jika tubuh bagian atas klien lumpuh  Letakan bantal di bawah kepala klien sesuai dengan keinginan klien, menaikan lutut dari tempat tidur yang rendah menghindari adanya teknan di bawah jarak poplital ( di bawah lutut )



J. Mengumpulkan Sputum untuk Pemeriksaan 1. Pengertian Sputum  Sputum adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea melalui mulut. Sputum adalah sekret yang dibatukkan dan berasal dari



tenggorokan, hidung atau mulut.



Pemeriksaan sputum diperlukan jika diduga terdapat penyakit paru-paru. Membran mukosa saluran pernafasan berespons terhadap inflamasi dengan meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung mikroorganisme penyebab penyakit. 2. Jenis Pemeriksaan Sputum  Pewarna gram : 



Pemeriksaaan dengan pewarnaan gram dapat memberikan informasi tentang jenis mikroorganisme untuk menegakkan diagnosis presumatif.



Kultur Sputum : 



Pemeriksaan kultur sputum dilakukan untuk mengidentifikasi organisme spesifik guna menegakkan diagnosis definitif.



Sensitifitas : 



Pemeriksaan



sensitivitas berfungsi sebagai



pedoman terapi antibiotik



dengan



mengidentifikasi antibiotik yang mencegah pertumbuhan organisme yang terdapat dalam sputum. Basil tahan asam (BTA) : 



Pemeriksaan BTA dilakukan untuk menentukan adanya Mycobacterium tuberculosa, yang setelah dilakukan pewarnaan bakteri ini tidak mengalami perubahan warna oleh alkohol asam



Sitologi :







Pemeriksaan sitologi ditujukan untuk mengidentifikasi adanya keganasan (karsinoma) pada paru-paru. Sputum mengandung runtuhan sel dari percabangan trakheobronkhial; sehingga mungkin saja terdapat sel-sel malignan. Sel-sel malignan menunjukkan adanya karsinoma, tidak terdapatnya sel ini bukan berarti tidak adanya tumor atau tumor yang terdapat tidak meruntuhkan sel.



c.Persiapan alat 



Kom tertutup berisi cairan desinfektan







Sarung tangan disposable



d. Prosedur kerja 



Bantu klien mengambil posisi berdiri atau duduk







Pasang sarung tangan







Minta klien untuk bernapas dalam dan kemudian membatukan sekresi.







Pegang wadah sputum sehingga klien dapat mengeluarkan sputum ke dalamnya







Bantu klien untuk mengulang batuk sampai terkumpul jumlah sputum yang cukup.







Tutup wadah segera setelah sputum berada di dalam wadah. Menutup wadah akan mencegah penyebaran mikroorganisme secara tidak sengaja ke tempat lain.







Bila sputum mengenai bagian luar wadah, bersihkan bagian luar dengan disinfektan







Lepas dan buang sarung tangan.







Pastikan klien merasa nyaman dengan cara bantu klien untuk membersihkan mulutnya dengan obat kumur, bila dibutuhkan.







Bantu klien mengambil posisi nyaman yang memungkinkan ekspansi paru secara maksimal, bila diperlukan.







Beri label dan bawa spesimen ke laboratorium.



K. Memberikan Oksigen Melalui Nasal Kanul 1.



Pengertian Memberikan tambahan O2 pada klien yang membutuhkan



2.



Tujuan  Memberikan oksigen dengan konsentrasi relatif rendah saat kebutuhan O2 minimal  Memberikan oksigen yang tidak terputus saat klien makan/minum



3.



4.



Persiapan Alat 



O2 dalam tabung







Flow meter







Humidifier







Selang oksigen bersih







Nasal kanul bersih







Aquadest







Lidi kapas steril







Plester







Bengkok







Tissue Prosedur Kerja



 Perawat cuci tangan  Atur posisi yang nyaman: Posisi semifowler  Periksa manometer central oksigen atau tabung oksigen, humedifier dan flowmeter  Hubungkan kanul dengan oksigen alirkan oksigen yang rendah  Masukkan kedua ujung kanul ke dalam lubang hidung  Mengatur aliran oksigen yang sesuai dengan terapi  Membersihkan nasal kanul setiap 8 jam sekali  Perawat cuci tangan  Perhatikan dan catat reaksi klien setelah melakukan tindakan



L. Melatih Napas dalam dan Batuk Efektif 1. Latihan napas dalam efektif batuk Latihan napas dalam adalah bernapas dengan perlahan dan menggunakan diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh (Parsudi, 2002). Batuk Efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah mengeluarkan dahak secara maksimal. 2.



Tujuan Latihan Napas Dalam dan Batuk Efektif



Napas dalam dan batuk efektif merupakan teknik batuk efektif yang menekankan inspirasi maksimal yang dimulai dari ekspirasi , yang bertujuan : 



Merangsang terbukanya sistem kolateral







Sistem kolateral  adalah suatu jalur aliran darah baru untuk mengaliri suatu jaringan atau organ yang sama. Saluran kolateral terbentuk bila terjadi sumbatan yang menutup aliran darah utama tubuh kita.Seperti bila terjadi sumbatan pada arteri koronaria yang mengaliri jantung kita, maka arteri koroner yang lebih kecil akan mengembangkan jalur pembuluh darah baru di sekitar sumbatan dengan tujuan agar jantung tetap mendapat suplai darah dan oksigen.







Meningkatkan distribusi ventilasi







Meningkatkan volume paru







Memfasilitasi dan meningkatkan pembersihan saluran napas







Mencegah infeksi







Mengatur frekuensi dan pola napas sehingga mengurangi air trapping atau gas trapping







Retensi abnormal paru-paru dimana sulit untuk menghembuskan napas sepenuhnya.







Memperbaiki fungsi diafragma







Memperbaiki mobilitas sangkar toraks







Meningkatkan rasa nyaman klien







Mengeluarkan sekresi dari jalan napas bagian atas dan bawah.







Jalan napas atas merupakan suatu saluran terbuka yang memungkinkan udara atmosfer masuk melalui hidung, mulut, dan bronkus hingga ke alveoli.Jalan napas atas terdiri dari rongga hidung, rongga mulut, laring, trakea.Jalan napas bawah terdiri dari bronkus dan percabangannya serta paru-paru.



3. Penatalaksanaan Latihan Napas Dalam dan Batuk Efektif Bentuk Latihan Napas Dalam Pernapasan Diafragma 



Pemberian oksigen diberikan bila penderita mendapat terapi oksigen di rumah.







Posisi penderita bisa duduk, telentang, setengah duduk, tidur miring ke kiri atau ke kanan, mendatar atau setengah duduk.







Penderita meletakkan salah satu tangannya di atas perut bagian tengah, tangan yang lain di atas dada. Akan dirasakan perut bagian atas mengembang dan tulang rusuk bagian bawah membuka. Penderita perlu disadarkan bahwa diafragma memang turun



pada waktu inspirasi. Saat gerakan (ekskursi) dada minimal. Dinding dada dan otot bantu napas relaksasi. 



Penderita menarik napas melalui hidung dan saat ekspirasi pelan-pelan melalui mulut (pursed lips breathing), selama inspirasi, diafragma sengaja dibuat aktif dan memaksimalkan protrusi (pengembangan) perut. Otot perut bagian depan dibuat berkontraksi selama inspirasi untuk memudahkan gerakan diafragma dan meningkatkan ekspansi sangkar toraks bagian bawah.







Selama



ekspirasi



penderita



dapat



menggunakan



kontraksi



otot



perut



untuk



menggerakkan diafragma lebih tinggi. Beban seberat 0,51 kg dapat diletakkan di atas dinding perut untuk membantu aktivitas ini.



Pursed Lips Breathing 



Menarik napas (inspirasi) secara biasa beberapa detik melalui hidung (bukan menarik napas dalam) dengan mulut tertutup, kemudian mengeluarkan napas (ekspirasi) pelanpelan melalui mulut dengan posisi seperti bersiul







Pursed lips breathing dilakukan dengan atau tanpa kontraksi otot abdomen selama ekspirasi







Selama pursed lips breathing tidak ada udara ekspirasi yang mengalir melalui hidung,







Pursed lips breathing (PLB) akan terjadi peningkatan tekanan pada rongga mulut, kemudian tekanan ini akan diteruskan melalui cabang-cabang bronkus sehingga dapat mencegah air trapping dan kolaps saluran napas kecil pada waktu ekspirasi.



Penatalaksanaan batuk efektif Huff Coughing adalah tehnik mengontrol batuk yang dapat digunakan pada pasien menderita penyakit paru-paru seperti COPD/PPOK, empisema atau cystic fibrosis. Dapat dilakukan dengan langkah :  Untuk menyiapkan paru-paru dan saluran napas dari Tehnik Batuk huff, keluarkan semua udara dari dalam paru-paru dan saluran napas. Mulai dengan bernapas pelan. Ambil napas secara perlahan, akhiri dengan mengeluarkan napas secara perlahan selama 3 – 4 detik.  Tarik napas secara diafragma, lakukan secara pelan dan nyaman, jangan sampai overventilasi paru-paru.  Setelah menarik napas secara perlahan, tahan napas selama 3 detik, dilakukan untuk mengontrol napas dan mempersiapkan melakukan batuk huff secara efektif  Angkat dagu agak ke atas, dan gunakan otot perut untuk melakukan pengeluaran napas cepat sebanyak 3 kali dengan saluran napas dan mulut terbuka, keluarkan dengan bunyi Ha,ha,ha atau huff, huff, huff. Tindakan ini membantu epligotis terbuka dan mempermudah pengeluaran mukus.  Kontrol napas, kemudian ambil napas pelan 2 kali.  Ulangi teknik batuk di atas sampai mukus sampai ke belakang tenggorokkan  Setelah itu batukkan dan keluarkan mukus/dahak. Postsurgical Deep Coughing Langkah 1 :  Duduk di sudut tempat tidur atau kursi, juga dapat berbaring terlentang dengan lutut agak ditekukkan,  Pegang/tahan bantal atau gulungan handuk terhadap luka operasi dengan kedua tangan,



 Bernapaslah dengan normal Langkah 2 :  Bernapaslah dengan pelan dan dalam melalui hidung.  Kemudian keluarkan napas dengan penuh melalui mulut, Ulangi untuk yang kedua kalinya.  Untuk ketiga kalinya, Ambil napas secara pelan dan dalam melalui hidung, Penuhi paru-paru sampai terasa sepenuh mungkin.



Langkah 3 :  Batukkan 2 – 3 kali secara berturut-turut. Usahakan untuk mengeluarkan udara dari paruparu semaksimalkan mungkin ketika batuk.  Relax dan bernapas seperti biasa  Ulangi tindakan diatas. Persiapan Alat dan Bahan 



Sarung tangan







Bengkok







Antiseptik (jika perlu)







Sputum pot







Tisu habis pakai







Air minum hangat



Prosedur Pelaksanaan    Mencuci tangan  Memberikan salam dan sapa nama pasien  Menjelaskan tujuan  dan prosedur pelaksanaan  Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien  Menjaga prifasi pasien  Mempersiapkan pasien  Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di abdomen  Melatih pasien melakukan napas perut (menarik napas dalam melalui hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup)  Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen (cegah lengkung pada punggung)



 Meminta pasien menahan napas hingga 3 hitungan  Meminta menghembuskan napas perlahan dalam 3 hitungan (lewat mulut, bibir seperti meniup)  Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi dari otot  Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan pasien bila duduk atau di dekat mulut bila tidur miring)  Meminta pasien untuk melakukan napas dalam 2 kali , yang ke-3: inspirasi, tahan napas dan batukkan dengan kuat  Menampung lender dalam sputum pot  Merapikan pasien



.



LATIHAN Latihan ini bukan Tes, atau mengukur penguasaan Anda terhadap asuhan keperawatan pada pasien gangguan kebutuhan oksigenasi. Latihan ini sebagai pengayaan agar Anda lebih memahami pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien yang di rawat di rumah sakit melalui studi kasus yang akan anda bahas dan analisa sesuai kondisi pasien, hal ini untuk mencapai tujuan pembelajaran. Anda diminta untuk melakukan penyusunan rencana asuhan keperawatan pada kasus dibawah ini ................



Seorang laki-laki (30 tahun) di rawat di rumah sakit dengan keluhan sesak nafas. Hasil pemeriksaan didapatkan data bahwa tekanan darah=130/80 mmHg, frekuensi pernafasan 29 kali per menit, suhu 37,10C. pasien tampak lemah,



batuk ada, sputum produktif,



gerakan dinding dada tidak simetris, Apa yang dilakukan oleh perawat ketika melihat kondisi pasien tersebut. ?



D. TES FORMATIF Seorang laki-laki (27 tahun) di rawat di RS dengan keluhan sesak nafas. Dari hasil pemeriksaan didapatkan data bahwa TD=130/80mmHg, frekuensi pernafasan 27 kali per menit, suhu 37.0C. pasien tampak lemah, batuk ada, sputum produktif, gerakan dinding dada tidak simetris, gerakan dada kanan lebih lambat dari pada dada kiri. Bronchi ada pada lapangan paru kanan. Hasil AGDA normal Berdasarkan kasus di atas, masalah keperawatan utama yang di temukan pada pasien adalah? a. Gangguan pertukaran gas b. Berrsihan jalan nafas tidak efektif c. Intoleransi aktivitas d. Pola nafas tidak efektif



DAFTAR PUSTAKA



1. American Cancer Society. Cancer Facts & Figures2012. Atlanta, Ga. American Cancer Society 2012. 2. Carpenito, L., J. (2000). Nursing Diagnosis :Aplication to Clinical Practice. 8th ed.Philadelphia: J.B. Lipincott Company. 3. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Perpustakaan Nasional. Jakarta.2012 4. Mubarak, W, I dan Nurul. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC. 5. Nanda Internasional (2011). Diagnosa Keperawatan Defensisi dan Kalsifikasi. Jakarta:EGC. 6. Nursalam (2001) Proses dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan Praktik. Jakarta : Salemba Medika.