Modul Makalah Komplementer [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODUL MAKALAH KOMPLEMENTER NUGGET HERBAL DAUN KELOR Fasilitator:



Disusun Oleh : Kelompok V (AJ 2)



Galuh Meta Prameswari (132011123045) Nur Isnaini Wulan R



(132011123046)



Intan Adityas



(132011123047)



Isna Kurniati Rizqi



(132011123048)



Ananta Baru Wijaya



(132011123049)



Moh Rafli Idhamul A



(132011123050)



PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2021



KATA PENGANTAR Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat limpahan nikmat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan baik dan selesai tepat pada waktunya. Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang “Modul Makalah Komplementer Nugget Herbal Daun Kelor” Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Keperawatan Komplementer. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun. Kritik serta saran dari pembaca diharapkan dapat menjadikan penyempurnaan untuk makalah ini kedepannya serta dapat membangun dan menjadi bekal dalam penulisan makalah selanjutnya. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami dan memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis maupun pembaca Surabaya, 2 Maret 2021 Penulis



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR.............................................................................................. DAFTAR ISI..........................................................................................................ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang............................................................................................



1



1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................



2



1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................



2



1.4 Manfaat Penulisan......................................................................................



3



BAB II TINJAUAN TEORI BAB III PENUTUP



DAFTAR PUSTAKA...................................................................................



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelor (Moringa oleifera L.) merupakan tanaman yang berasal dari India dan Arab kemudian menyebar di berbagai wilayah. Kelor biasanya dimanfaatkan sebagai sayur, obat tradisional, tanaman pagar, disinfektan, pelumas, dan kosmetik (Wahyuni, 2013). Kelor dikenal diseluruh dunia sebagai tanaman bergizi dan World Health Organization (WHO) telah memperkenalkan kelor sebagai salah satu pangan alternatif untuk mengatasi masalah gizi (malnutrisi). Di Afrika dan Asia daun kelor direkomendasikan sebagai suplemen yang kaya zat gizi untuk ibu menyusui dan anak pada masa pertumbuhan (Masdiana et al., 2015). Berbagai bagian dari tanaman kelor seperti daun, akar, biji, kulit kayu, buah dan bunga bertindak sebagai stimulan jantung dan peredaran darah, memiliki anti tumor, anti hipertensi, menurunkan kolesterol, antioksidan, anti diabetik, anti bakteri dan anti jamur (Krisnadi, 2015). Daun kelor merupakan salah satu bagian dari tanaman kelor yang telah banyak diteliti kandungan gizi dan kegunaannya. Daun kelor sangat kaya akan nutrisi, diantaranya kalsium, zat besi, fosfor, kalium, zinc, protein, vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin D, vitamin E, vitamin K, asam folat dan biotin (Syarifah et al., 2015). Menurut Widyawati dkk. (2011), ekstrak daun beluntas dengan ruas daun nomor 1 hingga 6 memiliki kadar senyawa bioaktif dan aktivitas 3 antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan ruas daun di atas 6, daun kelor diduga juga memiliki kandungan kimia yang berbeda disetiap ruas daunnya, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh kelompok level daun kelor Moringa oleifera Lam terhadap sifat fisikokimia minuman seduhan daun kelor yang dimasukkan dalam kantong teh celup (tea bag), dengan menguji sifat fisik dan kimia sepeti kekeruhan, pH, dan total asam minuman seduhan daun kelor yang telah dilakukan leveling. Dalam bidang pangan, pengolahan makanan semakin berkembang sehingga menghasilkan beragam produk olahan yang beredar di pasaran. Selain itu, pola 3



konsumsi masyarakat telah mengalami perubahan. Hal ini terlihat dari kecenderungan mereka dalam memilih makanan yang praktis, ekonomis dan cepat tersedia untuk dikonsumsi. Di daerah perkotaan, makanan siap saji lebih 2 diterima oleh masyarakat daripada kebiasaan pola makan sehat (Suryana et al, 2008). Nugget merupakan makanan siap saji yang banyak dikonsumsi masyarakat. Rasa enak dan kandungan protein tinggi pada nugget menjadi kegemaran bagi semua kalangan. Penelitian mengenai nugget telah dilakukan dengan berbagai variasi bahan baku. Masingmasing variasi bahan baku, bahan tambahan dan metode formulasi telah menghasilkan kualitas yang berbeda-beda. Bahan nugget dengan campuran daun kelor (Moringa oleifera Lamk.) merupakan inovasi terbaru dalam pembuatan bahan makanan yang mampu menambah kualitas nugget yang dihasilkan, baik tekstur, rasa, aroma, dan gizi pada nugget tersebut. Daun kelor mengandung enzim yang menyebabkan baunya langu (tidak sedap, seperti bau tembakau yang tidak kering) dan rasanya agak pahit. Dengan diolah menjadi nugget, bau langu dan rasa pahit tersebut dapat dihilangkan karena dalam proses pembuatan nugget terdapat perlakuan seperti pencucian, pengukusan, penambahan bumbu dan penggorengan. Dengan penambahan daun kelor (Moringa oleifera Lamk.) dalam pembuatan nugget, diharapkan mampu menumbuhkan minat konsumen terutama anak-anak dan para konsumen vegetarian. Oleh karenanya, peneliti tertarik untuk mengambil topik makalah dengan judul “Modul Makalah Komplementer Nugget Herbal Daun Kelor” 1.2 Tujuan Penulisan Mengetahui manfaat dan khasiat pengolahan daun kelor untuk dapat dijadikan alternatif obat herbal bagi masyarakat sekitar dan sebagai bentuk inovasi dalam makanan 1.3 Manfaat Penulisan 1. Bagi peneliti a. Dapat memperoleh pengalaman langsung cara membuat nugget dengan penambahan daun kelor b. Dapat menambah wawasan dalam bidang biologi khususnya pemanfaatan daun kelor 4



2. Bagi masyarakat a. Dapat meningkatkan nilai guna dan nilai ekonomi dari daun kelor b. Dapat menjadi referensi untuk masyarakat bahwa daun kelor juga dapat dibuat menjadi bahan campuran nugget ikan tongkol c. Menambah pengetahuan kepada masyarakat mengenai pangan dan gizi. 3. IPTEK a. Memberikan kontribusi dalam bidang biologi, khususnya untuk memberikan gambaran terhadap penerapan bioteknologi di bidang olahan makanan b. Dapat memberikan informasi mengenai produk olahan daun kelor, khususnya nugget serta kandungan yang terdapat di dalamnya.



5



BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Tanaman Kelor A. Definisi Kelor Kelor merupakan tanaman yang dapat mentolerir berbagai kondisi lingkungan seperti temperatur yang sangat tinggi, berada di bawah naungan dan daerah bersalju ringan. Tanaman ini tetap mudah tumbuh walaupun dalam kondisi ekstrim . Kelor dapat bertahan dalam musim kering yang panjang dan tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan tahunan berkisar antara 250 sampai 1500 mm (Krisnandi, 2015). Di Indonesia pohon kelor banyak ditanam sebagai pagar hidup atau ditanam disepanjang ladang dan sawah sebagai tanaman penghijau (Nugraha, 2013). Kelor termasuk dalam genus Moringa, spesies Moringa oleifera, familia Moringaceae, ordo Rhoeadales (Brassicales) dengan regnum Plantae. Tanaman kelor dikenal sebagai tanaman obat maupun makanan dengan memanfaatkan seluruh bagian dari tanaman kelor mulai dari daun, kulit, batang, biji hingga akarnya (Simbolan dkk., 2007). Tanaman kelor memiliki banyak kandungan senyawa aktif berupa antioksidan terutama pada bagian daunnya (Rofiah, 2015). Daun kelor mengandung flavonid, sterol, triterpenoid, alkaloid, saponin dan fenol (Ikalinus dkk.,2015). Kelor tinggi akan kandungan nutrisi berupa protein, β-karoten, vitamin C, mineral terutama zat besi dan kalsium (Palupi dkk., 2015). B. Klasifikasi Tanaman Kelor Klasifikasi tanaman kelor menurut (Nurcahyati, 2014) adalah sebagai berikut: Kingdom



: Plantae (Tumbuhan)



Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta Divisi



: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)



Kelas



: Magnoliopsida (Berkeping dua / dikotil)



Subkelas



: Dilleniidae



Ordo



Capparales 6



Famil



: Moringaceae



Spesies



: Moringa oleifera Tanaman kelor merupakan tanaman perdu dengan ketinggian 7-11 meter dan



tumbuh subur mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 700 m di atas permukaan laut. Kelor dapat tumbuh pada daerah tropis dan subtropis pada semua jenis tanah dan tahan terhadap musim kering dengan toleransi terhadap kekeringan sampai 6 bulan (MendietaAraica, 2013 dalam Aminah, 2015). Tanaman kelor memiliki batang berkayu (lignosus), tegak, berwarna putih kotor, kulit tipis, permukaan kasar. Percabangan simpodial, arah cabang tegak atau miring, cenderung tumbuh lurus dan memanjang. Perbanyakan bisa secara generatif (biji) maupun vegetatif (stek batang). Kelor merupakan tanaman yang dapat mentolerir berbagai kondisi lingkungan, sehingga mudah tumbuh meski dalam kondisi ekstrim seperti temperatur yang sangat tinggi, di bawah naungan dan dapat bertahan hidup di daerah bersalju ringan (Krisnadi, 2015). C. Daun Kelor Daun kelor berbentuk bulat telur dengan tepi daun rata dan ukurannya kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai (Tilong, 2012, dalam Aminah, 2015). Daun kelor muda berwarna hijau muda dan berubah menjadi hijau tua pada daun yang sudah tua. Daun muda teksturnya lembut dan lemas sedangkan daun tua agak kaku dan keras. Daun berwarna hijau tua biasanya digunakan untuk membuat tepung atau powder daun kelor. Apabila jarang dikonsumsi maka daun kelor memiliki rasa agak pahit tetapi tidak beracun (Hariana, 2008 dalam Aminah, 8 2015). Rasa pahit akan hilang jika daun kelor sering dipanen secara berkala untuk dikonsumsi. Untuk kebutuhan konsumsi umunya digunakan daun yang masih muda demikian pula buahnya (Aminah, 2015). D. Manfaat Daun Kelor Menurut Utami (2013), manfaat dari daun kelor antara lain sebagai anti peradangan, hepatitis, memperlancar buang air kecil, dan anti alergi. Kelor dikenal di seluruh dunia sebagai tanaman bergizi dan WHO telah memperkenalkan kelor sebagai salah satu pangan alternatif untuk mengatasi masalah gizi (malnutrisi) (Broin, 2010 dalam Aminah, dkk, 2015). Daun kelor pun diketahui mengandung lebih dari 40 7



antioksidan dalam pengobatan tradisional Afrika dan India serta telah digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mencegah lebih dari 300 penyakit (Krisnadi, 2010). Daun kelor sangat terkenal dikonsumsi sebagai sayuran dan dapat berfungsi meningkatkan jumlah ASI (air susu ibu) pada ibu menyusui sehingga mendapat julukan Mother’s Best Friend (Jongrungruangchok et al., 2010; Tilong, 2012). Hal ini disebabkan karena daun kelor mengandung unsur zat gizi mikro yang sangat dibutuhkan oleh ibu hamil, seperti betacarotene , tiamin (B1), riboflavin (B2), niacin (B3), kalsium, zat besi, fosfor, magnesium, seng, vitamin C, sebagai alternatif untuk meningkatkan status gizi ibu hamil. E. Kandungan Gizi Daun Kelor Daun kelor merupakan salah satu bagian dari tanaman kelor yang telah banyak diteliti kandungan gizi dan kegunaannya. Daun kelor sangat kaya akan nutrisi, diantaranya kalsium, besi, protein, vitamin A, vitamin B dan vitamin C (Misra, 2014 dalam Aminah, 2015). Daun kelor mengandung zat besi lebih tinggi daripada sayuran lainnya yaitu sebesar 17,2 mg/100 g (Yameogo et al, 2011 dalam Aminah, 2015). Kandungan nilai gizi daun kelor segar dan kering disajikan pada tabel dibawah ini: Tabel 2.1 Kandungan Nilai Gizi Daun Kelor Segar Dan Kering Komponen Gizi Daun segar Daun kering Komponen gizi Daun segar Daun kering Kadar air (%) 94,01 4,09 Protein (%) 22,7 28,44 Lemak (%) 4,65 2,74 Kadar abu (%) 7,95 Karbohidrat (%) 51,66 57,01 Serat (%) 7,92 12,63 Kalsium (mg) 350-550 1600 – 2200 Sumber: Melo et al (2013); Shiriki et al (2015); Nweze & Nwafeo (2014); Tekle at al (2015) dalam Aminah, 2015 Selain itu, daun kelor juga mengandung berbagai macam asam amino. Kandungan asam amino daun kelor disajikan pada tabel dibawah ini. Komponen asam



Daun segar 8



Daun kering



Argine 406,6 mg 1325 mg Histidine 149,8 mg 613 mg Isoleusine I 299,6 mg 825 mg Leusine 492,2 mg 1950 mg Lysine 342,4 mg 1325 mg Methionine 117,7 mg 350 mg Phenylalanine 310,3 mg 1388 mg Threonine 117,7 mg 1188 mg Tryptophan 107 mg 425 mg Valine 374,5 mg 1063 mg Sumber: Aminah, S., Ramdhan, T., Yanis, M (2015) dalam Aminah, 2015 2.2 Prosedur Pengolahan Nugget Daun Kelor Bahan – bahan: 1. 250 gr Daging Ayam Fillet 2.



Segenggam daun kelor



3.



4 sdm Terigu



4.



4 sdm Maizena



5.



2 butir telur



6.



2 siung bawang putih, haluskan



7.



Secukupnya garam



8.



Secukupnya tepung panir



Langkah – langkah: 1.



Masukkan kedalam choppwe (penggiling daging): daging ayam fillet beserta 1 butir telur, terigu, maizena, garam, bawang putih dan daun kelor. Giling hingga daging ayam hancur dan adonan menjadi kalis (kira-kira 3 menit). Jika tidak memiliki chopper, bisa dicincang atau digiling menggunakan blender.



2.



Siapkan pinggan tahan panas, olesi dengan minyak goreng atau alasi dengan plastik. Siapkan juga panci kukusan.



3.



Masukkan adonan dalam pinggan. Kukus hingga matang. Kira-kira 30 menit



4.



Keluarkan adonan dan biarkan hingga dingin



5.



Jika sudah dingin, potong2 sesuai selera



6.



Gulingkan potongan nugget kedalam 1 butir telur yang sudah dikocok. Lalu gulingkan dalam tepung panir 9



7.



Simpan sesaat dalam freezer. Hal ini bermanfaat supaya tepung panir lebih menempel kuat pada adonan.



8.



Jika ingin menghidangkan, goreng adonan dalam minyak panas dan banyak dengan api kecil.



2.3 Penggunaan Herbal Sebagai Intervensi Keperawatan 1. Anemia defisiensi gizi remaja Menurut (Azizatul Hamidiyah, 2019) anemia defisiensi gizi merupakan penyebab yang paling banyak terjadi dan susah ditangani. Remaja putri merupakan kelompok yang memiliki risiko sepuluh kali lebih besar untuk menderita anemia dibandingkan dengan remaja putra. Anemia yang terjadi pada remaja putri dapat menyebabkan gangguan fungsi fisik dan mental, serta dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan pada saat kehamilan nantinya, dan bisa juga menyebabkan kematian, sehingga hal ini perlu segera ditanggulangi. Fortifikasi (proses penambahan mikronutrien pada makanan) makanan merupakan salah satu upaya penanggulangan anemia yang bisa dilakukan yaitu melalui fortifikasi nugget ayam dengan serbuk kelor. Sebagaimana yang diketahui kelor merupakan sumber Fe non heme tertinggi, dan nugget merupakan makanan olahan yang digemari disemua kalangan terutama remaja. 2. Pemenuhan gizi ibu hamil Menurut (Adistiya pramono, 2019) salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil adalah dengan modifikasi menu makanan. Modifikasi menu makanan dilakukan untuk menambah ketertarikan masyarakat dalam mengonsumsi bahan makanan. Salah satu bentuk modifikasi makanan ialah nugget ayam. Untuk melengkapi kandungan zat gizi pada nugget ayam ditambahkan daun kelor. Daun kelor atau Moringa oleifera merupakan salah satu jenis sayuran yang memiliki kandungan protein dan kalsium yang tinggi. Dalam 100 gram daun kelor mengandung zat gizi protein sebesar 5,1g/100g; serat sebesar 0,9 mg/100g; zat besi sebesar 6 mg/100 g; kalsium sebesar 1.077 mg/ 100g; serta lemak yang cukup rendah yaitu sebesar 1,6 gr/100 gr (Kemenkes RI, 2018:28). Tanaman kelor merupakan jenis tanaman yang tumbuh di negara tropis sehingga mudah dijumpai 10



di berbagai daerah di Indonesia, masyarakat biasa memanfaatkan tanaman kelor ini sebagai tanaman di pekarangan rumah sebagai pagar sederhana dan mengonsumsi daun atau buah tanaman kelor sebagai sayuran. Daun kelor yang dikeringkan dan dijadikan tepung dapat meningkatkan nilai kandungan zat gizi di dalamnya (Zakaria et al, 2012:42). Tepung daun kelor dapat dijadikan pengganti dalam pembuatan makanan olahan. Permasalahan sulitnya mengolah daun kelor menjadi produk makanan ialah karena bau langu yang ditimbulkan. Walau demikian menurut Moviana (2015:98) proses pembuatan nugget



mulai



dari



pemberian



bumbu,



pengukusan,



dan



penggorengan



akan



menghilangkan bau langu dan rasa pahit. Daun kelor memiliki kandungan vitamin C lebih banyak dibanding tujuh buah jeruk, vitamin A setara vitamin A pada empat buah wortel, kalsium setara dengan kalsium yang terdapat dalam 4 gelas susu, memiliki kandungan kalium setara dengan yang terkandung dalam 3 buah pisang, kandungan protein setara dengan protein dalam 2 yogurt, dan kandungan zat besi setara dengan ¾ bayam (Nurcahyati, 2014:25). Menurut (Zakaria et al, 2012:42), tepung daun kelor memiliki kandungan gizi yang yang lebih banyak dibanding daun kelor segar kecuali vitamin C yang menurun. Dijelaskan lebih lanjut, tepung daun kelor mengandung kalsium 17 kali lebih banyak dibanding susu, kalium 15 kali lebih banyak dibanding pisang, protein 9 kali lebih banyak dibanding yogurt, dan zat besi 25 kali lebih banyak dibanding sayur bayam (Zakaria et al., 2012:74). 3. Memperlambat pertumbuhan sel kanker Menurut Krisnadi (2014) daun kelor kaya dengan kandungan polifenol catechin, terutama epigallocatechin gallate (EGCG). EGCG berfungsi untuk menghambat pertumbuhan sel kanker, membunuh sel kanker, efektif dalam menurunkan kadar kolesterol LDL, dan menghambat pembentukan bekuan darah abnormal yang menjadi penyebab utama serangan jantung dan stroke. Hasil studi kandungan EGCG pada daun kelor menunjukkan bahwa kandungan EGCG dari 3 g serbuk daun kelor yang dilarutkan dengan 200 ml air dengan suhu 90oC yaitu 114.37 mg (Putri, 2014). Hasil studi fitokimia daun kelor (Moringa oleifera) menyebutkan bahwa daun kelor mengandung senyawa metabolit sekunder flavonoid, alkaloid, phenols yang juga dapat menghambat aktivitas bakteri. Komposisi



dan



konsentrasi



senyawa 11



fitokimia



mengalami



perubahan



selama



pertumbuhan tanaman. Daun yang lebih muda mempunyai kandungan fitokimia paling tinggi (Nugraha, 2013) 4. Meredakan sakit kepala Getah kelor dicampur dengan minyak wijen digunakan untuk meredakan sakit kepala, demam, keluhan usus, disentri, dan asma. Bunga kelor dapat digunakan untuk menyembuhkan radang, penyakit otot, histeria, tumor, dan pembesaran limpa dan menurunkan kolesterol. Daun kelor secara tradisional telah banyak dimanfaatkan untuk sayur hingga saat ini dikembangkan menjadi produkpangan modern seperti tepung kelor, kerupuk



kelor,



kue



kelor,



permen



kelor



dan



teh daun kelor. Selain itu ekstrak daun kelor dapat berfungsi sebagai antimikroba dan biji kelor digunakan untuk menjernihkan air (Krisnadi, 2014)



5. Menangkal radikal dan sebagai antioksida Berdasarkan penelitian Verma et al (2009) bahwa daun kelor mengandung fenol dalam jumlah yang banyak yang dikenal sebagai penangkal senyawa radikal bebas. Kandungan fenol dalam daun kelor segar sebesar 3,4% sedangkan pada daun kelor yang telah diekstrak sebesar 1,6% (Foild et al., 2007). Kelor sebagai tanaman bergizi dan WHO telah memperkenalkan kelor sebagai salah satu pangan alternatif untuk mengatasi masalah gizi (malnutrisi) (Broin, 2010 dalam Aminah, dkk, 2015). Direkomendasikan sebagai suplemen yang kaya zat gizi untuk ibu menyusui dan anak pada masa pertumbuhan. Semua bagian dari tanaman kelor memiliki nilai gizi, berkhasiat untuk kesehatan dan manfaat dibidang industri. Daun kelor sangat terkenal dikonsumsi sebagai sayuran dan dapat berfungsi meningkatkan jumlah ASI (air susu ibu) pada ibu menyusui. Hal ini disebabkan karena daun kelor mengandung unsur zat gizi mikro yang sangat dibutuhkan oleh ibu hamil, seperti betacarotene, tiamin (B1), riboflavin (B2), niacin (B3), kalsium, zat besi, fosfor, magnesium, seng, vitamin C, sebagai alternatif untuk meningkatkan status gizi ibu hamil.



12



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Tanaman kelor ini dapat digunakan sebagai obat karena memiliki nilai gizi yang tinggi. Selain itu, tanaman kelor mengandung sumber mineral dan protein yang baik serta vitamin A, asam amino, β-karoten, golongan senyawa kimia seperti quercetin, kaempferol dan senyawa kimia lainnya. Berbagai bagian tanaman daun kelor seperti daun, akar, biji, kulit kayu, buah dan bunga dapat digunakan sebagai obat jantung, antitumor, antipiretik, antiepilepsi, antiradang, antiulkus, diuretik, antihipertensi, antikolesterol, antioksidan, antidiabetes, hepatoprotektif, antijamur dan antibakteri. Bunga, buah dan daun kelor dapat digunakan sebagai antiinflamasi, analgetik dan antibakteri. Adapun manfaat dan khasiat lainnya dari daun kelor adalah antispasmodik, diuretik, anti hipertensi, antioksidan, antikolesterol, antidiabetes, hepatoprotektif, antijamur dan antibakteri. Daun kelor tanaman yang tumbuh disekitar kita merupakan tanaman yang sangat memiliki nilai positif terutama pada kesehatan, dengan pengelolaan yang baik dan benar akan memberikan manfaat yang signifikan, apalagi pemanfaatan di bidang makanan, minumam dll. kandungan di dalam daun kelor sangat bermamfaat. Dapat diolah menjadi beberapa jenis makanan atau minuman yang lebih efektif dalam mengkonsumsinya



3.2 Saran Dalam pengelolaan tanaman kelor sendiri harus ada inovasi dan kreatifitas yang dapat dikembangkan sebagaimana mustinya, dikarenakan terkadang tanaman kelor dipandang sebelah mata sebagai tanaman yang biasa saja tanpa mengetahui khasiat didalamnya , dalam pembudidayaan tanaman kelor ini juga belum maksimal atau hanya dapat mendapatkan dari perkarangan rumah ataupun di tempat belukar, diharapkan akan ada kemajuan dalam pengelolaan tanaman kelor ini sendiri bisa dari makanan , minumam , obat , kosmetik dll.



13



LAMPIRAN



14



DAFTAR PUSTAKA Agung, D., Rohman, M., Budiarti, R., Palupi, H.T. 2015. Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleifera L.) Terhadap Kualitas Yoghurt. Jurnal Teknologi Pangan 2(6): 59-66. Aminah, S., Ramdhan, T., & Yanis, M. (2015). Kandungan Nutrisi dan Sifat Fungsional Tanaman Kelor (Moringa oleifera). Buletin Pertanian Perkotaan, 5(2). Krisnadi, A Dudi. 2015. Kelor Super Nutrisi. Blora: Pusat Informasi Dan Pengembangan Tanaman Kelor Indonesia. Krisnadi. 2010. Kelor Super Nutrisi. Pusat Informasi dan Pengembangan Tanaman Kelor Indonesia, Blora. Nugraha, Aditya. 2013. “Bioaktivitas Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera) terhadap Eschericia coli penyebab Kolibasilosis pada Babi”. Thesis. Denpasar: Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Nurcahyati, Ema. 2014. Khasiat Dahsyat Daun Kelor. Jakarta (ID) : Jendela Sehat. Rofiah, D. 2015. Aktivitas Antioksidan Dan Sifat Organoleptik Teh Daun Kelor Dengan Variasi Lama Pengeringan Dan Penambahan Jahe Serta Lengkuas Sebagai Perasa Alami. Skripsi. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta. Simbolan, J.M.dkk. 2007. Cegah Malnutrisi dengan Kelor. Yogyakarta: Kanisius Suryana. (2008). Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat. Tilong, A. D. (2012). Ternyata, Kelor Penakluk Diabetes! Diva Press. Wahyuni, Sri. 2013. “Panduan Praktis Biogas”. Jakarta. Penebar Swadaya Widyawati, P. S., C. H. Wijaya, P.S. Hardjosworo, dan D. Sajuthi. 2011. Evaluasi Aktivitas Antioksidatif Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea indica) Berdasarkan Perbedaan Ruas Daun. Rekapangan Jurnal Teknologi Pangan 5(1):1-14. http://download.portalgaruda.org/artic le.php? article=180904&val=6221&titl e=Antioksidan%20Beluntas (2 Maret 2021). Kementerian Kesehatan RI. 2018. Tabel Komposisi Pangan Indonesia 2017. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Nurcahyati, E. 2014. Khasiat Dahsyat Daun Kelor. Jakarta: Jendela Sehat. 15



Zakaria, A. Thamrin, Sijaruddin, dan R. Hartono. 2012. Penambahan Tepung Daun Kelor pada Menu Makanan Sehari-Hari dalam Upaya Penanggulangan Gizi Kurang pada Anak Balita. Media Gizi Pangan 1 (13): 41-47. Adistiya pramono, M. (2019). PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera) TERHADAP KADAR PROTEIN, KALSIUM, DAN DAYA TERIMA NUGGET IKAN LEMURU (Sardinella lemuru). Retrieved from http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/98532 Azizatul Hamidiyah. (2019). PENGARUH FORTIFIKASI KELOR TERHADAP ORGANOLEPTIK NUGGET. 1–29. Retrieved from https://publishingwidyagama.ac.id/ejournal-v2/index.php/ciastech/article/view/1098/901



16