Modul - Pemeliharaan Jalan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Pemeliharaan Jalan ____________________________________________________________________



BAB I PENDAHULUAN



1.1.



Latar Belakang Didalam memasuki era globalisasi sangat diperlukan peningkatan kualitas sumber daya manusia agar mampu berkompetisi dalam persaingan global. Hal ini mengisyaratkan kepada kita bahwa peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap perilaku aparatur harus menjadi prioritas utama. Salah satu upaya yang dianggap strategis dalam peningkatan professionalisme Pegawai Negeri Sipil adalah melalui Pendidikan dan Pelatihan Pegawai (Diklat). Dengan demikian para pegawai negeri sipil diharapkan mampu memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Pendidikan dan Pelatihan fungsional pengangkatan pertama jenjang ahli ini diselenggarakan bagi para PNS calon pejabat fungsional bidang teknik jalan dan jembatan tingkat ahli. Pelatihan ini dimaksudkan untuk memberikan bekal kemampuan tentang pengetahuan, ketrampilan dan perilaku (sikap) dalam penyelenggaraan penanganan jalan dan jembatan dalam kaitannya dengan tugas pokok jabatan fungsional ahli teknik jalan dan jembatan.



1.2.



Deskripsi Singkat



Mata Diklat ini membekali peserta dengan pengetahuan tentang Pengertian Pemeliharaan Jalan, jenis-jenis kerusakan jalan dan penyebab kerusakan dan teknik / cara penanganan perbaikan kerusakan jalan yang disajikan dengan menggunakan metoda pelatihan orang dewasa yang meliputi ceramah, tanya jawab, pemaparan dan diskusi.



1.3.



Tujuan Pembelajaran



A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) Adapun tujuan pembelajaran umumnya adalah :



1



Pemeliharaan Jalan ____________________________________________________________________



Setelah selesai mengikuti pembelajaran mata diklat ini diharapkan mampu memahami pengertian tentang pemeliharaan jalan, mengenali jenis-jenis kerusakan jalan dan penyebabnya serta menerangkan teknik / cara penanganan pebaikan kerusakan jalan.



B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Setelah mengikuti pembelajaran mata diklat ini peserta mampu : 1) Menjelaskan pengertian pemeliharaan jalan 2) Mengidentifikasi kerusakan jalan 3) Menerangkan teknik/cara penanganan perbaikan kerusakan jalan



1.4.



1.5.



Metode Pembelajaran 



Ceramah







Tanya Jawab







Pemaparan







Diskusi



Pokok Bahasan 1) Pengertian Pemeliharaan Jalan 2) Kerusakan Jalan dan Penyebabnya 3) Metode Perawatan dan Perbaikan Kerusakan Jalan



2



Pemeliharaan Jalan ____________________________________________________________________



BAB II PEMELIHARAAN KONSTRUKSI JALAN



2.1.



Pengertian Pemeliharaan Jalan



Pemeliharaan Jalan merupakan kegiatan yang berkaitan dengan perawatan dan perbaikan jalan, yang diperlukan dan direncanakan untuk mempertahankan kondisi jalan agar tetap berfungsi secara optimal melayani lalu lintas selama umur rencana jalan yang ditetapkan.



Pekerjaan pemeliharaan konstruksi jalan merupakan pekerjaan yang penting untuk dilaksanakan karena konstruksi jalan merupakan investasi modal yang besar sehingga apabila pelaksanaaannya diabaikan akan membutuhkan biaya rekonstruksi yang sangat mahal untuk bisa mempertahankan performance standard (perbaikan ke standar kondisi yang layak).



Para pengguna jalan menuntut agar jalan yang dilewatinya selalu memberi kenyamanan dan keselamatan. Namun demikian perkerasan jalan akan mengalami penurunan kondisi seiring dengan berkurangnya umur pelayanan karena perkerasan secara terus menerus mengalami tegangan tegangan akibat beban lalu lintas yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan minor pada perkerasan. Selain beban lalu lintas juga terdapat pengaruh air, iklim, cuaca, kelembaban,dan lingkungan yang dapat menurunkan kondisi pelayanan jalan. Karena karakteristiknya yang selalu mengalami penurunan kondisi, maka untuk memperlambat laju kecepatan penurunan kondisi dan untuk mempertahankan kondisi jalan pada tingkat yang layak (performance standard), maka jalan perlu dipelihara secara terus menerus.



Untuk mewujudkan pemeliharaan jalan yang hasilnya dapat memenuhi tuntutan para pengguna jalan bukanlah pekerjaan yang mudah karena diperlukan deteksi dan perbaikan sedini mungkin terhadap perkerasan guna mencegah kerusakan minor berkembang menjadi kegagalan konstruksi perkerasan.



3



Pemeliharaan Jalan ____________________________________________________________________



Diharapkan dengan memahami filosofi pemeliharaan jalan akan dapat meningkatkan kinerja pelayanan jalan.



2.2.



Tujuan Pemeliharaan Jalan



Secara umum pemeliharaan jalan dimaksudkan untuk : a. Mempertahankan kondisi jalan agar tetap berfungsi dalam melayani lalu lintas sehingga keselamatan lalu lintas terjamin dan pelayanan jalan meningkat. Artinya kecelakaan yang diakibatkan oleh konsidi jalan yang buruk dapat ditekan seminimal mungkin dan karena kondisi jalan yang baik para pengguna jalan akan menikmati kenyamanan selama perjalanannya. b. Memperkecil biaya operasi kendaraan. Besarnya biaya operasi kendaraan tergantung pada jenis kendaraan , geometric dan kondisi jalan. Apabila jalan dalam kondisi baik maka Biaya Operasi Kendaraan (BOK) tidak meningkat, sedangkan yang sangat berkepentingan dengan BOK adalah para pengguna jalan. c. Memperlambat atau mengurangi laju kerusakan (rate of deterioration) sehingga diharapkan dapat memperpanjang umur jalan.



Ditinjau dari segi teknis kegiatan pemeliharaan jalan merupakan upaya upaya yang dilakukan untuk mencegah masuknya air kelapisan perkerasan yang mengalami retak karena terjadinya pelapukan dan upaya menangani akibat dari gerakan roda dan beban lalu lintas yang menyebabkan pengikisan dan tekanan terhadap permukaan perkerasan yang akhirnya terjadi kelelahan (fatig) pada struktur jalan.



2.3.



Klasifikasi Kegiatan Pemeliharaan Jalan



Berdasarkan



Frekuensi



Pelaksanaannya.



a. Pemeliharaan Rutin (Routine Maintenance) Merupakan Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan secara terus menerus sepanjang tahun. Kegiatannya meliputi : perawatan permukaan jalan meliputi : perbaikan kerusakan kecil, penambalan lubang, pemburasan, perbaikan kerusakan tepi perkerasan, perawatan trotoar, saluran samping dan drainase



4



Pemeliharaan Jalan ____________________________________________________________________



bangunan pelengkap jalan dan perlengkapan jalan dan perawatan bahu jalan.



b. Pemeliharaan Berkala (Periodic Maintenance) Kegiatan pemeliharaan yang diperlukan hanya pada interval beberapa tahun karena kondisi jalan sudah mulai menurun. Kegiatannya meliputi pelapisan ulang (resealing/overlaying).



c. Rehabilitasi/Penanganan Darurat (Urgent Maintenance) Kegiatan ini diperlukan untuk hal-hal yang sifatnya mendadak /mendesak/ darurat, misalnya jalan putus akibat bencana alam. Kegiatannya meliputi semua kegiatan pengembalian kondisi jalan ke kondisi semula yang harus dilakukan secepatnya agar lalu lintas tetap berjalan dengan lancar.



2.4.



Perencanaan dan Pemrograman



a. Perencanaan



Perencanaan Pemeliharaan Jalan adalah suatu bentuk kegiatan menentukan jenis pekerjaan, menghitung harga satuan serta memperkirakan Rencana Biaya Penanganan. Kegiatan Perencanaan adalah sebagai berikut : 1).



Melaksanakan survai lapangan untuk mendapatkan data lapangan agar dapat menentukan jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan beserta besarnya volume dari masing-masing pekerjaan tersebut.



2).



Menghitung analisa harga satuan masing-masing jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan dengan mempergunakan peralatan pemeliharaan yang sesuai, harga bahan, harga upah kerja serta hal lain yang mempengaruhinya, yang berlaku pada saat itu.



3).



Setelah diperoleh Volume dengan harga satuan dari masing-masing jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan, diperoleh besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menangani pekerjaan Pemeliharaan pada setiap ruas jalan yang akan ditangani.



5



Pemeliharaan Jalan ____________________________________________________________________



b. Pemrograman



Pemrograman adalah kegiatan untuk menentukan jenis-jenis pekerjaan yang



akan



dilaksanakan



berdasarkan



plafon



Biaya



yang



disetujui,



pembuatan jadwal pelaksanaan, jadwal pengoperasian peralatan, jadwal pengadaan bahan, pengadaan tenaga kerja serta monitoring, evaluasi maupun revisi program bila diperlukan.



Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum telah menerbitkan buku Manual Pemeliharaan Rutin untuk Jalan Nasional dan Jalan Propinsi No.001/T/BT/1995 untuk Metode Survei dan No.002/T/BT/1995 untuk Metode Perbaikan Standar. Manual ini digunakan sebagai pedoman staf teknik di tingkat Dinas dan Sub Dinas maupun Cabang Dinas, yang bertanggung jawab terhadap pengumpulan data lapangan guna menyusun program pemeliharaan rutin untuk jalan nasional dan jalan propinsi di Indonesia termasuk daerah perkotaan. Frekuensi survei kondisi jalan dianjurkan paling tidak empat kali dalam setahun, dan diutamakan saat sebelum dan sesudah musim hujan. Selain itu diterbitkan pula buku Petunjuk Teknis No.024/T/Bt/1995 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pemeliharaan Jalan Kabupaten.



2.5.



Permasalahan



Pertama, Pengenalan terhadap kerusakan, penentuan penyebab dan perbaikan yang tepat bersifat subyektif. Hal tersebut sering kali menimbulkan perbedaan pandangan mengenai persoalan yang sama dan setiap orang



dapat mengambil solusi yang



mungkin sangat berbeda. Oleh karena itu adalah sangat penting menyamakan persepsi tentang



bagaimana bentuk



penilaian terhadap kondisi jalan (road condition



assessment) dan identifikasi kerusakan yang terjadi, penentuan penyebab serta akibat lebih lanjut. Dalam pelaksanaan yang terpenting adalah kemampuan dari personil pemeliharaan (pengamat jalan/maintenance engineer) untuk dapat mengenali jenis kerusakan dan



6



Pemeliharaan Jalan ____________________________________________________________________



mendeteksi parahnya kerusakan serta menghubungkan dengan standar penanganan yang lazim digunakan.



Permasalahan kedua, bahwa dalam program pembiayaan untuk pekerjaan perawatan dan perbaikan jalan terbagi dalam katagori kegiatan pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala dan rehabilitasi yang ketiga kegiatan tersebut difasilitasi melalui Program Pemeliharaan Jalan dan Jembatan yang biasanya terkendala oleh kondisi anggaran yang serba terbatas. Di Indonesia pada umumnya program pemeliharaan rutin jalan diaplikasikan terhadap semua ruas jalan dengan kondisi mantap (yaitu ruas jalan yang telah selesai dibangun atau ditingkatkan), maupun terhadap ruas jalan yang tidak masuk dalam penanganan betterment maupun periodic maintenance dengan kondisi sedang dan rusak, yang membutuhkan penanganan dan pembiayaan sangat berbeda. Substansi permasalahan adalah bagaimana upaya untuk mencari solusi terhadap permasalahan sebenarnya yaitu karena seringnya terjadi perkerasan sudah mulai mengalami kerusakan segera setelah jalan dibuka untuk lalu lintas, adalah dengan melakukan perawatan dan perbaikan secara terus menerus sepanjang tahun dan sedini mungkin untuk mencegah meluasnya kerusakan. Jenis penanganan tidak terbatas hanya pada kerusakan minor/kecil/ringan dan perawatan rutin lainnya yang umumnya dilaksanakan dalam jangka waktu yang teratur sepanjang tahun pada jalan yang kondisinya mantap, melainkan harus meliputi segala upaya penanganan berupa pencegahan dan perbaikan untuk memulihkan kondisi yang tingkatannya tergantung penyebab kerusakan dan kebutuhan perbaikan guna mengembalikan fungsi pelayanan.



7



Pemeliharaan Jalan ____________________________________________________________________



BAB III KERUSAKAN JALAN DAN PENYEBABNYA



3.1.



KERUSAKAN JALAN



Penanganan terhadap kerusakan permukaan jalan harus dapat dilakukan dengan baik dengan cara melakukan evaluasi dan pengamatan terhadap jenis kerusakan dan mempelajari penyebabnya agar sedini mungkin dapat dicegah akibat yang ditimbulkan dan meluasnya kerusakan, yang berdampak terhadap biaya rekonstruksi jalan. Oleh karena itu seorang ahli teknik jalan haruslah benar-benar menguasai jenis



kerusakan yang terjadi serta mengetahui



penyebab kerusakan dan tingkat penanganan yang diperlukan untuk mengatasi kerusakan tersebut.



3.1.1.



Kategori Kerusakan Secara umum kategori kerusakan jalan terdiri dari :



A. Kerusakan Struktural (Structural Failure) Kerusakan Struktural adalah kerusakan pada struktur jalan yang menyebabkan perkerasan tidak mampu lagi menahan beban yang bekerja diatasnya. Hal ini pada umumnya disebabkan karena terjadinya fatigue failure pada struktur jalan (kelelahan akibat peningkatan beban dan repetisi beban lalu lintas) atau karena sistem drainase yang tidak baik atau karena kondisi tanah dasar yang tidak stabil. Indikasi kerusakan structural dapat berupa retak (cracks) atau deformasi/ perubahan bentuk permanen (permanent deformation) pada permukaan jalan.



B. Kerusakan Fungsional (Functional Failure) Kerusakan fungsional adalah kerusakan pada permukaan jalan yang menyebabkan terganggunya fungsi jalan dalam melayani lalu lintas pengguna jalan.



8



Pemeliharaan Jalan ____________________________________________________________________



Perkerasan



masih



mampu



menahan



beban



yang



bekerja



diatasnya. Perkerasan tidak lagi dapat memberikan tingkat kenyamanan dan keamanan sesuai yang diinginkan. Adapun indikasi kerusakan fungsional adalah terjadinya kerusakan permukaan (Suface defect/Surface deterioration) dan kerusakan tepi perkerasan.



3.1.2.



Bentuk dan Jenis Kerusakan



A.



Pada Perkerasan Fleksibel (Aspal Beton)



A.1. Deformasi, antara lain : - Alur (Rutting), bentuk kerusakan berupa bekas jejak lintasan roda kendaraan sejajar as jalan yang menekan permukaan jalan. - Keriting (Corrugation), bentuk kerusakan berupa gelombang pendek pada lapis permukaan. - Sungkur (Shoving), bentuk kerusakan yang dijumpai di lokasi tertentu dimana kendaraan sering berhenti pada kelandaian yang curam atau pada tikungan tajam. - Amblas (Deppression), berupa turunnya permukaan jalan atau ambles pada lokasi tertentu.



A.2. Retak (Cracks), antara lain : - Retak



Blok



(Block



Cracks),



yaitu



retak



yang



saling



berhubungan membentuk serangkaian blok dengan bentuk menyerupai persegi empat. - Retak Kulit Buaya (Crocodile Cracks), yaitu retak-retak yang berbentuk menyerupai kulit buaya. - Retak Garis (Line Cracks), yaitu retak yang berbentuk garis dan dapat berupa garis memanjang (Longitudinal), melintang (Transversal) dan diagonal.



9



Pemeliharaan Jalan ____________________________________________________________________



A.3. Rusak permukaan (Surface defect), antara lain : - Lubang (Potholes), berbentuk menyerupai mangkok yang dapat



menampung



dan



meresapkan



air



ke



lapisan



dibawahnya. - Delaminasi



(Delamination),



yaitu



terpisahnya



lapis



permukaan (Wearing Course) dengan lapis dibawahnya membentuk lubang, sehingga terlihat permukaan dari lapis perkerasan yang lama (Binder Course). - Kegemukan Aspal (Bleeding), terjadinya konstruksi aspal berlebihan pada lokasi tertentu permukaan jalan. - Pengausan Batu (Polishing), dimana pada permukaan jalan butir-butir



agregat



terlihat



telanjang



dan



permukaan



licin/halus atau mengkilap. - Pelepasan Batu ( Ravelling), yaitu terlepasnya sebagian butir agregat pada permukaan perkerasan yang umumnya terjadi secara meluas. - Pengelupasan Batu (Stripping), terlepasnya batu dikarenakan terganggunya ikatan antara butir agregat dengan aspal, yang disebabkan oleh gannguan air. - Tambalan (Patching), seringkali karena bahan, pelaksanaan, kondisi lalu lintas dan cuaca menyebabkan ketidakrataan tambalan dan retaknya tambalan.



B. Pada Perkerasan Kaku (Beton Semen)



B.1. Deformasi : - Amblas (depression), adalah penurunan permukaan slab dan umumnya terletak di sepanjang retakan atau sambungan. Kerusakan ini dapat menimbulkan terjadinya genangan air dan seterusnya masuk melalui sambungan atau retakan. Kedalaman amblas yang dipandang kritis adalah lebih dari 25 mm. - Patahan (Faulting), adalah perbedaan elevasi antara slab, akibat penurunan pada sambungan atau retakan.



10



Pemeliharaan Jalan ____________________________________________________________________



- Pemompaan (Pumping), adalah fenomena dimana air atau lumpur keluar (terpompa) melalui sambungan atau retakan yang ditimbulkan oleh defleksi slab akibat lalu-lintas. Pemompaan dapat mengurangi daya dukung lapis pondasi karena timbulnya rongga dibawah slab (pada lapis pondasi) dan umumnya tidak diamati secara visual, kecuali setelah turun hujan. - Rocking,



adalah



terjadinya



pergerakan



vertikal



pada



sambungan atau retakan yang disebabkan oleh lalu-lintas. Rocking dapat disebabkan oleh pemompaan, keberadaan rocking tidak dapat diamati secara visual tetapi dapat dirasakan bila kendaraan melintas di atas slab yang mengalami rocking.



B.2. Retak (crack) - Retak Blok (Block crack), adalah retak saling berhubungan yang membentuk rangkaian blok berbentuk segi empat dan umumnya ukuran blok lebih besar dari 1 M. Pola retak blok berkembang dari retak tunggal atau berbentuk terbuka menjadi retak saling berhubungan sehingga membentuk jaringan tertutup. - Retak sudut (Corner crack), adalah retak yang memotong secara diagonal dari tepi atau sambungan memanjang ke sambungan melintang. - Retak diagonal (Diagonal crack), adalah retak yang tidak berhubungan dan garis retakannya memotong slab. - Retak memanjang (Longitudinal crack), retak yang tidak berhubungan dan merambat kearah memanjang slab, dimulai sebagai retak tunggal atau serangkaian retak yang mendekati sejajar. - Retak tidak beraturan (Meandering crack), retak yang tidak berhubungan,



polanya



tidak



beraturan



dan



umumnya



merupakan retak tunggal.



11



Pemeliharaan Jalan ____________________________________________________________________



- Retak melintang (Transverse crack), retak yang tidak berhubungan dan retaknya merambat ke arah melintang slab.



B.3. Kerusakan



tekstur



permukaan



(surface



texture



deficiencies) - Keausan Slab (Scaling), adalah kerusakan atau keausan dari Slab dengan kedalaman 12 mm yang mengakibatkan aus atau lepasnya mortar beton yang diikuti dengan lepasnya agregat pada bagian yang mengalami kerusakan. - Keausan Agregat (Polished Aggregate) Kekesatan yang rendah adalah kerusakan yang diakibatkan rendahnya tekstur mikro atau makro. Umumnya, rendahnya tekstur mikro disebabkan oleh ausnya (polishing) agregat kasar pada permukaan beton atau akibat penggunaan agregat bulat dan licin. Penurunan tekstur makro terjadi karena pengausan mortar beton pada perkerasan. Kekesatan yang rendah, meskipun kadang-kadang dapat dikenali, akan tetapi tidak dapat diukur secara visual.



B.4. Lubang (Potholes) Adalah pelepasan mortar dan agregat pada bagian permukaan perkerasan yang membentuk cekungan dengan kedalaman lebih dari 15 mm dan tidak memperlihatkan pecahan-pecahan yang bersudut seperti pada gompal. Kedalamannya dapat berkembang dengan cepat dengan adanya air.



B.5. Gompal (Spalling) Adalah pecah yang umumnya terjadi pada bagian tepi permukaan slab, sambungan, sudut atau retakan. Kedalaman gompal bervariasi hingga lebih dari 50 mm.



12



Pemeliharaan Jalan ____________________________________________________________________



3.2.



FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN



A. Faktor Lalu Lintas Faktor lalu lintas ditentukan oleh : -



beban sumbu kendaraan



-



distribusi beban kendaraan pada lalu lintas



-



jumlah pengulangan beban lalu lintas



-



jenis sumbu kendaraan



Daya rusak kendaraan disebut dengan Damage Factor (DF) yang diekivalenkan ke beban standar 8,16 ton. Jika P=beban kendaraan, maka besarnya Damage factor adalah pangkat empat dari besarnya beban yang telah diekivalenkan ke beban standar 8,16 ton , maka : Untuk sumbu tunggal DF = fungsi pangkat empat dari P/8,16 ton Untuk sumbu ganda DF = 0,086 kali fungsi pangkat empat dari P/8,16 ton



B. Faktor Non Lalu Lintas Faktor Non Lalu lintas ditentukan oleh :







Bahan/Material Perkerasan, dalam hal ini dapat disebabkan oleh sifat bahan itu sendiri maupun oleh sistem pengolahan bahan yang tidak baik. Sebagai contoh : - Aspal Mengalami proses pelapukan/penuaan (Ageing) - Karakteristik aspal yang tidak sesuai spesifikasi - Gradasi agregat yang tidak sesuai spesifikasi - Agregat yang kotor - Dsb







Pelaksanaan Pekerjaan Contohnya pemadatan tanah dasar dan lapis perkerasan yang kurang baik.



13



Pemeliharaan Jalan ____________________________________________________________________



Kondisi tanah dasar yang tidak stabil kemungkinan disebabkan oleh sistem pelaksanaan yang kurang baik atau dapat juga disebabkan oleh sifat tanah dasarnya yang memang jelek.







Air/Lingkungan/Cuaca Contohnya : - curah hujan yang tinggi, air yang mengalir dapat menggerus kestabilan struktur lapis perkerasan dan genangan air diatas aspal yang terlalu lama dapat menyebabkan aspal terurai karena kehilangan daya lengket - drainase yang tidak baik, air yang menggenang dapat menerobos masuk ke badan jalan/tanah dasar - muka air tanah yang tinggi, atau naiknya air tanah akibat kapilaritas Air yang terjebak didalam lapis perkerasan atau dibawah perkerasan jika



terhimpit



beban



kendaraan



dapat



menimbulkan



tekanan



hidrostatis (Pumping) yang kemidian menggerus tanah dasar atau agregat - tanah dasar ekspansive karena pergerakannya lembab. - temperatur udara yang bervariasi sepanjang tahun - Pergerakan arus panas disebabkan perubahan suhu antara musim panas dengan musim dingin dan siang dengan malam.



Umumnya kerusakan kerusakan yang timbul tidak disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi dapat merupakan gabungan penyebab yang saling kait mengait. Sebagai contoh misalnya “Retak Pinggir (Edge Cracks)”, pada awalnya dapat disebabkan oleh tidak baiknya sokongan dari samping. Dengan terjadinya retak pinggir memungkinkan air meresap masuk kelapisan dibawahnya sehingga melemahkan ikatan antara aspal dan agregat, hal ini dapat menimbulkan lubang lubang disamping melemahkan daya dukung lapisan dibawahnya.



14



Pemeliharaan Jalan ____________________________________________________________________



BAB IV METODE PERBAIKAN KERUSAKAN



4.1.



PERKERASAN ASPAL



4.1.1.



Retak Buaya a. Indikasi : Serangkaian retak – retak seperti sarang laba – laba (atau kulit buaya) yang diawali dari perkerasan yang lemah (perkerasan terlalu tipis, tanah dasar melunak akibat pengaruh air, atau binder aspal yang sudah kehilangan daya lengket/pengaruh oksidasi/panas permukaan tinggi) pada jejak ban yang paling berat (pinggir perkerasan) mungkin juga akibat lewatnya kendaraan dengan berat sumbu melebihi rencana semula.



b. Akibat lebih lanjut Kerusakan setempat dapat bersambung memanjang, air menerobos masuk, lubang terbuka, depresi setempat makin melebar, gangguan terhadap kelancaran lalu lintas



c. Metode Perbaikan: ☼ Sedini mungkin di tambal dengan material yang rapat air, tahan beban, tidak menyusut ☼ Segera dievaluasi apakah perlu peningkatan/lapis ulang



4.1.2.



Kegemukan Aspal (Bleeding)



a. Indikasi: Aspal terlihat berlebihan dan mengumpul disatu tempat setempat biasanya pada jejak ban, membuat permukaan menjadi lunak, mengkilat, sangat mungkin basah, kadang menempel di ban mobil menjadi luka terbuka. Penyebab kerusakan tersebut dapat terjadi bila kadar aspal berlebih akibat pencampuran yang kurang merata, aspal dari



15



Pemeliharaan Jalan ____________________________________________________________________



jenis yang titik lembeknya rendah (dibawah 50°c), panas permukaan tinggi (diatas 60°c), kurang filler (dibawah 6°c) atau akibat ketumpahan bensin/solar.



b. Akibat lebih lanjut Dapat



berkembang



menjadi



jembul



(bulging)



yang



mengganggu kecepatan kendaraan, menempel di ban mobil membuat rusak terbuka, permukaan licin dapat menyebabkan selip.



c. Metode Perbaikan: Permukaan jalan yang bleeding di panaskan dengan alat pemanas khusus ditabur material halus atau pasir atau dihanguskan sekalian kemudian di garuk dengan cold-mill.



4.1.3.



Jembul (Bulging) Dan Menggeleser (Shoving)



a. Indikasi: Permukaan yang menggelembung setempat akibat gerakan menggeleser, mengumpul menimbulkan ketidak rataaan. Bisa diakibatkan oleh pemakaian aspal dari jenis lunak/titik lembek rendah (PI negatip), panas permukaan tinggi, beban berat padat dan kecepatan rendah, sering terjadi di perempatan jalan dengan lampu lalulintas, menyebabkan beban statis saat kendaraan tertahan untuk berhenti.



b. Akibat lebih lanjut Tidak nyaman dilalui, kecepatan terhambat, marka jalan tidak lurus tidak nyaman untuk dilihat.



c. Metode Perbaikan: Daerah yang terpengaruh jembul dan shoving digaruk diganti dengan material hotmix yang lebih tahan terhadap panas dan beban lalulintas (dapat diatasi dengan memberi penulangan



16



Pemeliharaan Jalan ____________________________________________________________________



pada campuran aspal) atau jika perlu diganti dengan perkerasan kaku.



4.1.4.



Ambles (Depression)



a. Indikasi: Permukaan jalan melendut setempat, bisa dikuti dengan retak buaya atau tidak, bisa disebabkan oleh kelemahan daya dukung perkerasan atau infiltrasi air dilokasi itu yang menyebabkan melendut waktu dibebani



b. Akibat lebih lanjut ☼ Berbahaya untuk lalulintas cepat, kemudi tidak terkendali ☼ Berlanjut menjadi lubang akibat infiltrasi air ☼ Menjadi genangan air diwaktu hujan yang menyebabkan cipratan (splash)



c. Metode Perbaikan: ☼ Bila ada retak harus digali dan ditambal ☼ Dapat langsung ditambal dengan materal tambal yang sesuai ☼ Bila meliputi daerah yang lebar perlu dievaluasi untuk dilakukan penggantian atau perkuatan



4.1.5.



Retak Sambungan



a. Indikasi: Retak



yang



terjadi



disambungan,



bisa



melintang



atau



memanjang, biasanya diawali dari butiran batu yang terburai akibat gerakan disambungan, bisa juga akibat kurang padat waktu pelaksanaan membuat sambungan, kurang tack coat, bisa juga akibat refleksi retak dari bawah (pada kasus beton semen dilapis dengan beton aspal)



17



Pemeliharaan Jalan ____________________________________________________________________



b. Akibat lebih lanjut ☼ Infilitrasi air semakin besar, kerusakan terbuka cepat terjadi. apabila air mencapai tanah dasar maka akan terjadi patahan dan kerusakan lebih luas



c. Metode Perbaikan ☼ Usahakan cara yang tepat untuk menghentikan gerakan sambungan misalnya antara lain dengan grouting atau penggunaan material joint yang kuat (super joint dll) ☼ Mengingat ini mengakibatkan pekerjaan sulit dan mahal, diperingatkan



pelaksanaan



overlay



agar



lebih



teliti



melaksanakan pekerjaan sambungan



4.1.6.



Tambalan (Patching)



a. Indikasi: Tambalan akan menyebabkan ketidak rataaan setempat, menggangu gerakan lalulintas, kecendrungan bocor air dan tidak nyaman untuk dilihat



Keretakan tambalan sulit dijamin oleh pelaksanaan yang berpengalaman sekalipun karena faktor pengaruhnya banyak :



Antara lain kondisi kerja tidak aman terhadap lalulintas yang lewat,



pemadatan



yang



tidak



sempurna,



lokasi



yang



berpindah-pindah, material tambal yang sulit dijaga kualitasnya (dingin, menggumpal, hangus) dan perkiraan penyusutan bahan tambal yang sulit diperkirakan



b. Akibat lebih lanjut ☼ Keretakan permukaan kurang baik (roughness), kecepatan kendaraan menurun ☼ Kecendrungan bocor air pada perkerasan



semakin



tinggi



18



Pemeliharaan Jalan ____________________________________________________________________



c. Metode Perbaikan: ☼ Pilih



material



tambal



yang



kepadatan mudah dicapai,



sesuai, waterproof,



non



shrinkage,



tidak



rentan



terhadap temperatur



4.1.7.



Licin (Polishing Aggregate)



a. Indikasi : Permukaan licin akibat batuan yang tergerus roda lalulintas menjadi licin. Seharusnya permukaan batuan adalah bagian yang mempertahankan kekasaran permukaan agar tidak mudah terjadi slip akibat lapis air (aquaplaning) oleh karena itu disyaratkan sifat kekuatan batuan untuk lapis permukaan jalan abrasi yang disyaratkan max 35%.



b. Akibat lebih lanjut ☼ Membahayakan bagi lalulintas berkecepatan tinggi pada waktu hujan



c. Metode Perbaikan: ☼ Perlu diberi lapis tipis non konstruksi diatasnya agar tahan gerusan (sma, opengraded mix)



4.1.8.



Lepas Butir /Terburai (Raveling)



a. Indikasi: Akibat berkurang atau hilangnya daya lengket binder aspal maka butir-butir batuan terlepas, permukaan jalan kasar, berlubang dan bocor air. Hilangnya daya lengket aspal dapat disebabkan karena aspal menua (ageing), teroksidasi, hangus waktu dicampur di amp atau akibat jenis aspal yang miskin resin/kebanyakan aspalten/kekurangan malten atau karena pemadatan lapisan kurang.



19



Pemeliharaan Jalan ____________________________________________________________________



b. Akibat lebih lanjut: ☼ Terburai semakin luas ☼ Infiltrasi air semakin keras



c. Metode Perbaikan: ☼ Bila tidak diikuti depresi bisa langsung di ditutup dengan lapis ulang yang kaya aspal ☼ Bila ada depresi maka perlu evaluasi untuk peningkatan kekuatan perkerasan



4.1.9.



Alur (Rutting)



a. Indikasi: Permukaan jalan yang terdesak akibat beban roda lalulintas membentuk alur panjang disebut deformasi alur. Deformasi alur yang tidak terlalu dalam dapat diakibatkan karena lapis perkerasan penutup yang tidak tahan panas tinggi, beban beralur (kanalisasi) biasanya akibat kendaraan macet karena padat (berjalan lambat).



Alur yang lebih dalam terjadi karena tebal perkerasan tidak lagi tahan terhadap beban yang terjadi sehingga tanah dasar melesak tenggelam.



b. Akibat lebih jauh ☼ Berbahaya untuk kendaraan yang melaju cepat, kemudi tidak dapat dikontrol ☼ Musim hujan air menggenang dialur dapat meresap masuk ke subgrade



c. Metode Perbaikan: ☼ Segera dilapis ulang dengan adonan hotmix yang tahan deformasi alur (PI positip, titik lembek diatas temperatur permukaan, gradasi superpave)



20



Pemeliharaan Jalan ____________________________________________________________________



4.2.



PERKERASAN BETON



4.2.1.



Blow up (Buckling)



a. Indikasi: Pergerakan pelat beton keatas/kebawah pada seluruh lebarnya karena hilangnya dukungan tanah dasar atau kurangnya ruang cadangan untuk muai susut pada sambungan antar pelat beton semen



b. Akibat lebih lanjut ☼ Berbahaya bagi lalulintas ☼ Air semakin menjalar kemana – mana



c. Metode Perbaikan: ☼ Seluruh pelat diganti ☼ Tanah dasar diganti dan di tambah material untuk mengembalikan kekuatan semula



4.2.2.



Retak Sudut (Corner Crack)



a. Indikasi: Bagian sudut dari pelat beton yang paling lemah adalah sudut dan tepi pelat, retak ini akan menyebar ke arah lebih parah.



b. Akibat lebih lanjut Air masuk pumping, retak menyebar, permukaan tidak layak untuk kecepatan tinggi



c. Metode Perbaikan: Kalau masih sedikit dapat diisi dengan sealant atau material joint, kalau terlalu besar dibongkar dan diganti dengan yang baru



21



Pemeliharaan Jalan ____________________________________________________________________



4.2.3.



Patahan (Faulting)



a. Indikasi: Pelat beton tidak sama fungsi dengan kedudukan pelat beton sebelahnya biasanya terjadi pada sambungan tanpa dowel. Biasanya pelat berikutnya lebih tinggi dari pelat depannya.



b. Akibat lebih lanjut Ketidak rataan yang mengganggu kelancaran lalulintas



c. Perbaikan Bila beda tinggi lebih dari 4 mm perlu digerus dengan grinda, agar tidak terasa menghentak kalau dilewati



4.2.4.



Retak Sambungan (joint transfer cracks)



a. Indikasi: Retak yang terjadi akibat dowel (joint tranfer system) tidak berfungsi baik (bengkok, tidak lancar bergerak) atau karatan.



b. Akibat lebih lanjut Kerusakan terbuka yang membaikraya pelat selanjutnya dan juga untuk lalulintas



c. Metode Perbaikan: Diganti dengan yang baru



4.2.5.



Retak Membelah Pelat (liner cracks)



a. Indikasi: Retak yang melintang atau membujur pelat, berawal dari satu, bertambah secara bertahap



22



Pemeliharaan Jalan ____________________________________________________________________



b. Akibat lebih lanjut Infiltrasi air mengancam kerusakan lebih parah



c. Metode Perbaikan: Setiap terlihat retak segera ditambal dengan sealant yang rapat air



4.2.6.



Permukaan Licin (polished surface)



a. Indikasi: Permukaan beton semen setelah sekian lama dioperasikan menjadi licin karena terasah oleh roda/ban lalulintas disamping mutu agregat dan campuran semennya juga mungkin menjadi penyebabnya



b. Akibat lebih lanjut Bahaya selip akibat aqua planning karena permukaan licin



c. Metode Perbaikan: ☼ Dapat



dilakukan



dengan



re-grooving,



yang menurut



pengalaman kurang efektif (cepat menjadi licin kembali) ☼ dilapis dengan beton aspal tipis (15 s/d 30 mm) dengan spesifikasi



aspal



modifikasi



Titik



lembek



tinggi



dan



kelengketan tingggi dan gradasi terbuka, menggunakan tack coat jeni non-ionic



4.2.7.



Pemompaan (Pumping)



a. Indikasi: Biasanya terjadi awalnya pada sambungan pelat, akibat terobosan air disambungan (material penutup celah kurang berfungsi) mencapai subgrade, tanah dasar menjadi lumpur dan terperas keluar akibat gaya hidrostatik dari beban lalulintas



23



Pemeliharaan Jalan ____________________________________________________________________



b. Akibat lebih lanjut ☼ Secara struktur dukungan tanah dasar semakin lemas, dapat menimbulkan keretakan lebih luas



c. Metode Perbaikan: ☼ Segera diisi dengan material penambal celah yang sesuai dan terbukti handal ☼ Apabila masih terjadi juga, perbaikan diulang dengan diawali grouting pada celah ☼ Apabila tidak berhasil juga, perlu dibongkar dan diulang kembali pengecoran pelat beton setelah memperkuat tanah dasar



4.2.8.



Retak Susut (shrinkage cracks)



a. Indikasi: Retak retak halus dipermukaan pelat beton akibat susut beton waktu setting sangat mungkin karena celah untuk menampung gerakan susut ini terlambat disediakan (biasanya digergaji menjelang beton mengeras pada jarak jarak tertentu)



b. Akibat lebih lanjut Terobosan air akan merusak lebih parah



c. Metode Perbaikan: ☼ Segera diatasi, bila telah lebar atau tembus kebawah segera ditutup dengan sealant ☼ langkah hati-hati bisa dilakukan dengan melapis semua permukaan dengan tack coat non ionic dan ditutup denga beton aspal tipis (very thin overlay = VTO)



24



Pemeliharaan Jalan ____________________________________________________________________



4.3.



Bahu Jalan



Kerusakan pada bahu jalan pada dasarnya sama dengan kerusakan pada perkerasan jalan. Bahu jalan dengan material yang terdiri dari tanah atau agregat mengalami kerusakan dengan indikasi erosi, ambles atau ditumbuhi rumput, atau permukaan lebih tinggi dari permukaan perkerasan. Penyebabnya sistem drainase yang tidak baik sehingga menghambat aliran air dari perkerasan ke saluran tepi. Akibat lebih lanjut air yang menggenang dapat menerobos ke pondasi jalan dan merusak perkerasan. Metode perbaikan : memperbaiki kemiringan bahu dengan penimbunan atau penggalian serta pemadatan kembali.



4.4.



Saluran Samping



Indikasi kerusakan saluran samping adalah terjadinya penyempitan atau perluasan penampang saluran. Penyempitan penampang saluran dapat terjadi akibat ditumbuhinya rumput, ranting dan tertimbunnya material longsoran atau akibat endapan tanah sedimen karena kemiringan saluran terlalu landai. Sedangkan perluasan penampang saluran dapat terjadi akibat penggerusan karena kemiringan saluran terlalu terjal. Meskipun sampai tingkat tertentu perluasan penampang dapat memperlancar aliran air, namun perkembangan lebih lanjut dapat menimbulkan longsor, baik pada dinding dalam (kearah bahu) maupun pada dinding luar saluran. Disamping itu perluasan penampang saluran dapat mengakibatkan pengendapan dibagian lain saluran sehingga aliran air menjadi tidak lancar.



25



Pemeliharaan Jalan ____________________________________________________________________



26



Pemeliharaan Jalan ____________________________________________________________________



27



Pemeliharaan Jalan ____________________________________________________________________



28



Pemeliharaan Jalan ____________________________________________________________________



29



Pemeliharaan Jalan ____________________________________________________________________



30



Pemeliharaan Jalan ____________________________________________________________________



31



Pemeliharaan Jalan ____________________________________________________________________



32



Pemeliharaan Jalan ____________________________________________________________________



33



Pemeliharaan Jalan ____________________________________________________________________



DAFTAR PUSTAKA



1. Arthur Wignall, et.al : Road Work: Theory and Practice Fourth Edition, Butterworth-Heinemann, 1999 2. Ari Suryawan : Perkerasan Jalan Beton Semen Portland (Rigid Pavement), Beta Offset, 2005 3. Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Bintek : Provisional Routine Maintenance Management System (RMMS) Road Section, 1999 4. Direktorat Jenderal Bina Marga : Pedoman Pelaksanaan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan, 1992 5. Direktorat Jenderal Bina Marga : Manual Pemeliharaan Jalan, 1995 6. Direktorat Jenderal Bina Marga : Standar Spesifikasi Teknik Jalan dan Jembatan, 2006 7. Yoder,E.J. and M.W. Witchak : Principles of Pavement Design Second Edition, John Wiley and Sons Inc.,1975 8. Hardiyatmo, H.C.,Dr.Ir.M.Eng.DEA : Pemeliharaan Jalan Raya, Edisi Pertama, Gajah Mada University Press, 2007



34