9 0 69 MB
Modul 1
Pengembangan Konsep Pendidikan Jasmani dan Olahraga Drs. Purwadi, S.Pd.
PEN D A H U L UA N
T
erdapat perbedaan pendapat mengenai pengertian olahraga dan pendidikan jasmani yang digunakan di Indonesia. Ada yang berpendapat bahwa olahraga dan pendidikan jasmani adalah dua istilah yang mempunyai satu pengertian yang sama, apabila berbeda pada intensitasnya. Pendapat lain mengatakan bahwa pendidikan jasmani sangat berbeda dalam hal konsep, prinsip dan prosedur yang dilakukannya. Oleh karena itu akan dideskripsikan beberapa istilah yang pernah digunakan di Indonesia serta perbedaan konsep antara olahraga dan pendidikan jasmani dengan membahas konsep play, games, dan sport. Untuk dapat membahas tentang pengertian olahraga dan pendidikan jasmani perlu kiranya ditelusuri tentang, kapan istilah olahraga dan pendidikan jasmani dipakai di Indonesia. Beberapa istilah yang pernah digunakan dalam pendidikan jasmani di sekolah yang sekarang ini dimulai dengan istilah; gerak badan (1945-1950), pendidikan jasmani (1950-1961), olahraga (1962-1967), pendidikan olahraga dan kesehatan (1967-1982), pendidikan jasmani dan kesehatan (1982-1995). Sejalan dengan perkembangan istilah yang digunakan untuk pendidikan jasmani tentu akan berpengaruh terhadap lembaga pendidikan, isi pelajaran yang diajarkan dan predikat dari masing-masing lulusan dari lembaga pendidikan tersebut. Pada tahun era gerak badan (1945-1950), gerak badan sudah masuk dalam bagian pendidikan yang diajarkan di sekolah-sekolah dengan materi pelajaran adalah atletik dan senam dan ditambah latihan militer (Harsono; 1990 dan Subroto; 1987). Hal yang menarik dalam pelaksanaan gerak badan tersebut adalah anak laki-laki dan anak perempuan dipisahkan dan perlu adanya nasihat dokter.
1.2
Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Pada era pendidikan jasmani (1950-1961) ini lahir landasan yuridis formal yang mengatur pendidikan jasmani yaitu dengan lahirnya Undangundang No.4/1950, kemudian menjadi Undang-undang No. 12/1959 yang sebagian isinya berbunyi: Bangsa Indonesia kuat dan sehat lahir batin. Oleh karena itu, pendidikan jasmani berkewajiban juga memajukan dan memelihara kesehatan badan terutama dalam arti preventif dan juga secara correctief. Untuk mengawasi jalannya pendidikan jasmani tersebut oleh pemerintah dibentuk Inspeksi Pendidikan Jasmani (IPJ) dan untuk memenuhi kebutuhan guru, didirikan Sekolah Pendidikan Guru Pendidikan Jasmani (SGPD), Akademi Pendidikan Jasmani, Kursus B-I, B-II. Pada era olahraga (1962-1967), perkembangan olahraga semakin baik, dengan berbagai kebutuhan sekolah maka SGPD digantikan dengan nama SMOA dan istilah olahraga yang digunakan. Pada era pendidikan jasmani dan kesehatan (1967-1982), istilah ini muncul karena olahraga tidak ditangani oleh Departemen Olahraga, akan tetapi ditangani oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pada era pendidikan jasmani dan kesehatan (1982-1995) istilah pendidikan jasmani maka kokoh dengan dimasukkannya dalam Undangundang No. 2/1989. SK Mendikbud No. 0413/U/1987 menekankan bahwa kurikulum tingkat sekolah dasar sampai menengah adalah pendidikan jasmani. Dan untuk Perguruan Tinggi berdasarkan SK Dirjen Dikti No. 556a/D/Q/1992 tentang Kurikulum Pendidikan Tenaga Kependidikan Sekolah Menengah (PTKSM), pada IKIP/FKIP nama program studi yang digunakan yaitu pendidikan jasmani. Istilah lain yang sering dipakai dalam studi pendidikan jasmani meliputi Pendidikan gerak (movement education), Ilmu Gerak (kinesiologi), pendidikan olahraga (sport education), ilmu-ilmu fisik terapan (appleid physical science), pendidikan motorik (motor education), serta pendidikan jasmani dan olahraga (physical education and sport) (Bucher 1983 ), ilmu keolahragaan (sport science), (Haag, 1975). Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978, TAP No. II/MPR/1983 dan TAP No. II/MPR/ 1988 dalam Garis-garis Besar Haluan Negara menggunakan istilah pendidikan jasmani tidak ada, yang ada hanya istilah olahraga. Dalam Surat Keputusan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga No. 0013/
PDGK4208/MODUL 1
1.3
MENPORA/84 tanggal 1 Juni 1984 tentang ”POLA DASAR PEMBANGUNAN OLAHRAGA” memberikan pengertian keolahragaan, olahraga, dan pendidikan jasmani dan olahraga yang merupakan satu pengertian yang sama ruang lingkupnya dengan physical edication and sport yang dinyatakan dalam Internasional Charte of Physical and Sport dari UNESCO. Berdasarkan perkembangan istilah yang pernah digunakan untuk kegiatan olahraga di sekolah, istilah olahraga dan pendidikan jasmani dapat ditelusuri dari sumber kepustakaannya. Olahraga merupakan terjemahan dari bahasa Inggris sport, sedangkan pendidikan jasmani berasal dari physical education. Berdasarkan dokumen yang resmi ada istilah pendidikan jasmani digunakan untuk kalangan pendidikan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan olahraga untuk kegiatan di luar pendidikan yang berorientasi pada peningkatan prestasi melalui pertandingan dan perlombaan untuk dapat membedakan pengertian olahraga dan pendidikan jasmani. Karena dalam pengertian pendidikan jasmani mengandung unsur bermain dan olahraga. Dari uraian materi dan tujuan yang akan dicapai oleh modul ini, tampak bahwa modul ini memiliki arti dan fungsi penting dalam upaya membentuk kompetensi guru pendidikan jasmani. Dengan memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang definisi operasional pendidikan jasmani dan olahraga, diharapkan guru pendidikan jasmani dapat melakukan tugas-tugas kompetensi profesional dengan proporsional dan optimal. Dari uraian di atas tampak bahwa pemahaman tentang definisi operasional pendidikan jasmani dan olahraga merupakan hal yang memiliki arti penting bagi para guru pendidikan jasmani dalam tugas profesinya seharihari. Pemahaman tentang definisi operasional pendidikan jasmani akan membantu guru dalam mengarahkan subjek didik ke arah tujuan pendidikan jasmani. Dan secara khusus setelah mempelajari modul ini, diharapkan Anda dapat: 1. Menguraikan dan menjelaskan Dasar-dasar Pendidikan Jasmani; 2. Menguraikan dan menjelaskan Dasar-dasar Olahraga; 3. Menganalisis Perbedaan antara Pendidikan Jasmani dan Olahraga; 4. Menganalisis tentang Persamaan antara Pendidikan Jasmani dan Olahraga.
1.4
Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Kegiatan Belajar 1
Definisi Operasional Pendidikan Jasmani
D
asar yang melatarbelakangi istilah dari pendidikan jasmani adalah surat keputusan Mendikbud 413/U/1987 yang menyatakan nama "Pendidikan Olahraga dan Kesehatan" diubah menjadi "Pendidikan Jasmani". A. PENGERTIAN PENDIDIKAN JASMANI Nixom dan Cozens (1959) mengemukakan "Pendidikan jasmani adalah pase dari proses pendidikan keseluruhan yang berhubungan dengan aktivitas berat yang mencakup sistem, otot serta hasil belajar dari partisipasi dalam aktivitas tersebut. Volter dan Eslinger (Bucher 1964) mengemukakan "Pendidikan jasmani adalah phase pendidikan melalui aktivitas fisik. UNESCO yang tertera dalam International Charte of Physical Education (1974) mengemukakan: Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak. Ateng (1983) mengemukakan: Pendidikan jasmani merupakan bagian integrasi dari pendidikan secara keseluruhan melalui berbagai kegiatan jasmani yang bertujuan mengembangkan individu secara organik, neuromuskuler, intelektual dan emosional. Websters New Collegiate Dictionary (1980) menyatakan bahwa pendidikan jasmani (physical Education) adalah pengajaran yang memberikan perhatian pada pengembangan fisik dari mulai latihan kalistenik, latihan untuk kesehatan, senam serta performan dan olahraga pertandingan. Ensikiopedia Indonesia menyebutkan bahwa pendidikan jasmani adalah olahraga yang dilakukan di sekolah-sekolah, terdiri dari latihan-latihan tanpa alat dan dengan alat, dilakukan di dalam ruangan dan di lapangan terbuka. Demikian pula menurut Menpora, pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan maupun anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak (Menpora 1984).
PDGK4208/MODUL 1
1.5
Menurut Bucher (1983) kata pendidikan jasmani terdiri dari dua kata jasmani (physical) dan pendidikan (education). Kata jasmani memberi pengertian pada kegiatan bermacam-macam kegiatan jasmani, yang meliputi kekuatan jasmani, pengembangan jasmani, kecakapan jasmani, kesehatan jasmani dan penampilan jasmani. Sedangkan tambahan kata pendidikan yang kemudian menjadi pendidikan jasmani (physical education) merupakan satu pengertian yang tidak dapat dipisahkan antara pendidikan dan jasmani saja. Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memberikan perhatian pada aktivitas pengembangan jasmani manusia. Walaupun pengembangan utamanya adalah jasmani, namun tetap berorientasi pendidikan, pengembangan jasmani bukan merupakan tujuan, akan tetapi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Ketika seorang sedang melakukan kegiatan jasmani dalam bermain, berenang, berlari, sepak bola, senam dan kegiatan jasmani yang lain, maka intensi pendidikan harus selalu ada dalam permainan itu. Dengan berpartisipasi dalam program pendidikan jasmani akan bermanfaat untuk: a) memperbaiki tingkat kesehatan jasmani, b) memberikan dasar keterampilan yang akan membuat bekerja lebih efisien, menarik dan hidup penuh semangat, serta c) sebagai pendidikan sosial yang akan memberi sumbangan pada pembentukan karakter dan hubungan antara manusia yang baik. Rijsdrop (1975) dari Belanda menggunakan istilah gymnologi yang berasal dari kata gyzanien yaitu latihan, berlatih dan pasivum artinya melatih diri. Gynologi adalah ilmu yang menelaah aksi motorik dalam ruang lingkup pendidikan dan pembentukan. Pendidikan jasmani bukanlah pendidikan daripada badan, tetapi suatu pergaulan paedagogik dalam dunia gerak dan pengalaman jasmani. Gerak manusia merupakan perubahan dalam hubungan manusia dengan dunia sekitar. Dalam ruang lingkup pendidikan aksi motorik yang disempurnakan, dimaksudkan untuk mengembangkan kepribadian menuju ke arah kedewasaan, kedewasaan manusia berarti secara berdikari mampu menunaikan hidupnya. Seaton (1974) mengatakan bahwa pendidikan jasmani adalah bentuk pendidikan yang memberikan perhatian pada pengajaran pengetahuan, sikap dan keterampilan gerak manusia. Pendidikan jasmani mempunyai keunikan dibandingkan dengan pendidikan yang lain, yaitu yang memberikan kesempatan untuk mengembangkan karakter dan sifat sosial yang lebih besar untuk diwujudkan dalam praktik pengajaran. Pendidikan jasmani adalah satu
1.6
Pendidikan Jasmani dan Olahraga
aspek dari pendidikan melalui jasmani. Demikian pula pendapat Baley dan Field (1976) yang memberikan pengertian pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan melalui pemilihan aktivitas fisik yang akan menghasilkan adaptasi pada organik, syaraf otot, intelektual, sosial, kultural, emosional dan estetika. Dari berbagai pendapat tentang pengertian pendidikan jasmani, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pendidikan jasmani dan olahraga mempunyai perbedaan dan persamaan. Berdasarkan ruang lingkup kegiatannya maka pendidikan jasmani lebih luas dari olahraga (sport), games, bermain (play) dan segala aktivitas untuk mengembangkan kualitas manusia melalui gerak. Dalam pendidikan jasmani (physical education) mempunyai unsur bermain dan olahraga, tetapi tidak semata-mata hanya bermain dan olahraga saja melainkan kombinasinya keduanya. Dengan nama pendidikan jasmani aktivitas fisik berorientasi pada tujuan pendidikan, yaitu mencoba melakukan kegiatan mendidik melalui aktivitas fisik. Akan tetapi pada kegiatan bermain dan olahraga tidak berorientasi pada tujuan pendidikan. Untuk menetapkan batasan tentang pendidikan jasmani, harus dipertimbangkan kaitannya dengan bermain dan olahraga. Meskipun secara implisit ketiganya hampir tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok karena ketiganya saling melingkupi. Bermain menggunakan aktivitas permainan yang menghasilkan kegembiraan. Bermain adalah kegiatan nonkompetitif, atau non-pertandingan dari kegembiraan gerak fisik, meskipun bermain tidak selalu harus kegiatan fisik. Bermain tidak perlu harus olahraga atau pendidikan jasmani, meskipun unsur-unsurnya dapat terlihat pada keduanya. Pendidikan jasmani memiliki kedua komponen bermain dan olahraga, tetapi tidak mesti harus selalu ada keduanya, baik salah satu atau lengkap dalam takaran yang berimbang antara keduanya. Mengingat namanya pendidikan jasmani adalah aktivitas fisik yang mempunyai tujuan pendidikan. Yang akan dicapai adalah pendidikan, tapi olahraga dan bermain meskipun keduanya dapat dipakai dalam proses pendidikan tidak selalu mengandung takaran pendidikan sebagai tujuan yang penting. Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani semuanya mengandung bentuk gerak fisik, dan ketiganya dapat cocok dalam konteks pendidikan jika dipakai sebagai relaksasi dan kegembiraan, tanpa tujuan pendidikan. Sama seperti olahraga yang dapat hidup demi olahraga itu sendiri tanpa nilai pendidikan. Olahraga profesional tidak memiliki tujuan pendidikan, namun
PDGK4208/MODUL 1
1.7
tetap olahraga karena pelakunya tidak selalu harus amatir. Olahraga dan bermain dapat dilakukan, semata-mata hanya untuk kesenangan, pendidikan atau kombinasi anatara keduanya. Kesenangan atau kegembiraan tidak terpisahkan dari pendidikan, keduanya dapat dan harus disatukan. Catur dan Bridge yang tidak tergolong aktivitas fisik, juga merupakan permainan dan berbentuk pertandingan. Keduanya dapat saja disebut olahraga, meskipun bukan olahraga murni mengingat arti asal dari olahraga, olah dan raga. Jika keduanya disebut sport, mungkin istilahnya masih memadai karena sport arti aslinya adalah bersenang-senang (Ateng, 1992). Bidang-bidang lain yang berkaitan erat dengan pendidikan jasmani adalah pendidikan kesehatan, rekreasi dan tari. Lebih lanjut, Ateng (1992) mengemukakan: Pendidikan kesehatan meliputi pengajaran kesehatan, pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan, tujuannya adalah kebiasaan hidup sehat. Pengertian lain pendidikan jasmani merupakan usaha dengan menggunakan aktivitas otot-otot besar hingga proses pendidikan yang berlangsung tidak terhambat oleh gangguan kesehatan dan pertumbuhan badan. Sebagai bagian integral dari proses pendidikan keseluruhan, pendidikan jasmani merupakan usaha yang bertujuan untuk mengembangkan kawasan organik, neuromuskular, intelektual dan sosial. Berabad-abad manusia dinyatakan sebagai homo sapiens, sebagai makhluk (manusia) yang mengetahui. Manusia memang berintikkan kesadaran diri meskipun bukan satu-satunya ciri manusia. Abad yang lalu manusia disebut homo faber, makhluk yang membuat alat perkakas. Dalam karakteristik ini ditujukan perbedaan dengan makhluk yang tidak membuat perkakas dalam memudahkan hidupnya. Seorang filsuf kebudayaan Belanda, Huizinga, menamakan manusia sebagai homoludens, manusia yang bermain. Ini merupakan tambahan yang tepat bagi ciri manusia faber. Permainan manusia adalah ciri dari kesadaran diri manusia. Budaya manusia terbentuk karena tidak seluruh hidupnya dipakai untuk mencari nafkah sehari-hari, untuk memenuhi kebutuhan kelangsungan hidup. Rijsdrop lebih lanjut memilih ciri untuk manusia homo semovens, manusia yang menggerakkan dirinya sendiri. Manusia yang menyadari tindakannya pergaulannya dengan yang lain, dengan benda-benda sekitarnya dan dengan kejasmanian dirinya, berkewenangan para relasi atau hubungan dengan yang lain, dengan benda-benda dan dengan dirinya sendiri. Dinamika relasi ini menyebabkan ia mengenal manusia, benda-benda di sekitarnya; termasuk
1.8
Pendidikan Jasmani dan Olahraga
dirinya sendiri. Manusia menemukan dunianya secara nyata. la menemukan kualitas dunianya dengan cara menggerakkan dirinya dengan dunia tersebut. Dalam semua gerakan dan perubahan itu, dia sendiri bergerak dan berubah. Dia adalah homo semovens. Pendidikan jasmani yang berpangkal dari gerak manusia, serta mengarah kepada kepribadian yang bulat dan kreatif dari manusia adalah dasar dari segala pendidikan, demikian Rijsdrop. Guru pendidikan jasmani merealisasikan tujuannya dengan mengajarkan dan meningkatkan aktivitas jasmani, dengan bimbingan tujuan pendidikan. Kegiatan pekerjaan sehari-hari berwujud mengajarkan aktivitas jasmani, meskipun tugas yang sesungguhnya adalah usaha bantuan mengembangkan keseluruhan pribadi anak didik. Hal ini berarti bahwa murid-muridnya harus belajar sesuatu daripadanya. Mereka harus memperoleh kemajuan dalam kemampuan aktivitas fisiknya dengan nyata. Tidak dapat hanya asal mereka senang dalam kesibukannya. Mengajar berarti membuat kemajuan. Guru pendidikan jasmani gagal dalam tugasnya, jika murid-muridnya tidak mendapat kemajuan dalam penguasaan aktivitas jasmani yang diajarkan; kemajuan dalam memperhalus gerakan atau kemajuan dalam prestasi. Bahan ajar yang diperlukan dalam pengajarannya adalah aktivitas jasmani dapat berupa permainan, tari-tarian dan latihan-latihan. Bagaimana mendapatkan aktivitas jasmani tersebut, terdapat perbedaan-perbedaan yang besar dalam tiap lingkungan budaya. a. Penyesuaian geografik. Gunung, danau dan sungai, perairan yang tenang memberikan kesempatan untuk aktivitas-aktivitas yang spesifik sesuai dengan keadaan fisik geografik, renang, berkelana, mendayung, memanjat atau kegiatan lain. b. Tergantung dari pola budaya akan dijumpai aktivitas dalam rangka upacara agama, sebagai pelepas keterangan bersama yang mengikat dengan peraturan-peraturan yang dirasakan sangat ketat. Kadang-kadang aktivitas keagamaan dan hiburan itu merupakan aktivitas yang sama. c. Aktivitas-aktivitas tradisional, yang fungsi kemasyarakatannya sudah hilang, namun sebagai tradisi masih terus hidup. d. Aktivitas yang berubah karena pengaruh kemasyarakatan atau politik. Larangan pemerintah Jerman terhadap turnamen mengubah aktivitas dari lapangan terbuka ke dalam bangsal tertutup hingga mengubah pula watak dan perkembangan teknik daripadanya. Olahraga masa Rusa
PDGK4208/MODUL 1
e.
f.
g.
h.
1.9
dilandasi oleh pendirian bahwa top prestasi hanya cocok untuk masyarakat kapitalis. Tetapi ketika pada tahun tiga puluhan komunisme mulai terjun ke dalam pergaulan dunia luar, watak olahraga komunis berubah pula. Daerah tetangga yang berdekatan dapat berpengaruh pula pada aktivitasaktivitas jasmani yang ada. Meskipun berkemungkinan bahwa sepak raga itu berasal dari Sulawesi Selatan, namun Indonesia telah mengambil sepak takraw dari tetangganya, negara-negara yang sudah terlebih dahulu mengembangkannya yaitu Malaysia dan Thailand. Kontak dengan dunia luar, orang-orang dengan lingkungan budaya lain, akan menyebabkan ditirunya aktivitas-aktivitas hanya karena hal tersebut menarik hati. Secara tidak rasional merasa tertarik, atau karena kontak tersebut mengakibatkan rasa positif dan karena itu mengambil contoh apa yang disajikan orang lain. Judo dari Jepang telah tersebar ke seluruh dunia. Permainan-permainan Amerika seperti softball dan bola basket demikian pula. Badminton mendapat rangsangan impor komersial langsung dari Jerman pada tahun 1949, ketika pedagang alat-alat olahraga mempropagandakannya. Sekarang di Negeri itu sudah menjadi aktivitas tetap. Juga terjadi ekspor yang disengaja. Nielsbuk mengekspor gymnastik lantai dari Denmark ke seluruh belahan dunia Barat, sebagai bagian spektakuler dari sistemnya.
Setelah terlihat perbedaan besar dari aktivitas jasmani dalam berbagai lingkungan budaya, beserta pertukarannya, terdapat pula ciptaan-ciptaan baru dari aktivitas jasmani yang dibuat manusia. a. Aktivitas, tersebar dekonstruksi, lengkap dengan etika dan disertai tujuan dan gunanya, tersebar dengan cepat karena disukai orang. Konstruksikonstruksi semacam itu diterima, bahkan lama dipakai berpuluh-puluh tahun. Latihan-latihan senam Swedia umpamanya telah populer selama berabad-abad. b. Dibuat pula rangkaian latihan baru dengan tujuan yang sangat tertentu. Umpamanya latihan-latihan kelentukan dari Bukh, latihan beban untuk para atlet dan latihan-latihan pelepasan dari Schultz.
1.10
c.
d. e.
Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Kreasi-kreasi latihan lain didasarkan hubungan musik dengan gerak, seperti senam irama dan ritmik. Pengaruh yoga umpamanya terdapat di dunia Barat seperti ajaran raga dari Meadaw. Faktor komersial dapat menciptakan aktivitas baru, jika ada alat baru yang diciptakan, contohnya Trempolin. Lingkungan hidup dapat menciptakan permainan baru. Basket tercipta dari kebutuhan gerak intensif dan rekreatif dari pengusaha di kota-kota besar, yang dapat dikerjakan dalam bangsal dengan ukuran yang terbatas.
B. PEMILIHAN BAHAN AJAR Bagaimanakah guru pendidikan jasmani memilih aktivitas yang cocok untuk melaksanakan tugasnya dari sekian banyak aktivitas itu? Jelas ia tidak dapat mempergunakannya semua. Penggunaan yang terlalu banyak akan membawa kedangkalan pengajaran. Terlalu sedikit akan merugikan kebutuhan yang menyeluruh. Mengikuti mode menyebabkan ia terbawa arus, sedangkan sebenarnya ia harus jadi penunjuk jalan. Berpegang teguh kepada barang yang sudah ada, dengan tidak memperdulikan kepada pandanganpandangan baru, akan menyebabkan kekacauan. Kriteria untuk mengadakan seleksi bahan ajar adalah sebagai berikut. 1. Dimulai dengan pertanyaan, Apakah tujuan Anda dengan pendidikan jasmani? Khususnya apakah tujuan pendidikan Anda? 2. Apakah aktivitas-aktivitas yang Anda pilih itu berguna bagi tujuan itu? Aktivitas harus sesuai dengan lingkungan geografis, iklim dan keadaan lingkungan. Dan seharusnya sesuai dengan adat dan kebiasaan penduduk. 3. Guru pendidikan jasmani harus memeriksa apakah aktivitas-aktivitas yang ia pilih sesuai dengan penghayatan gerak dan pengalaman jasmani murid-muridnya. Ia satu generasi lebih tua dan tidak boleh membatasi bentuk-bentuk gerak dari masa remajanya kalau hal itu sudah tidak sesuai lagi. Harus dipertimbangkan bahwa aktivitas-aktivitas itu memperoleh motivasi pada murid-muridnya. 4. Sebagai seorang ahli, guru pendidikan jasmani harus betul-betul menguasai metodik dan aktivitas-aktivitas yang akan diajarkannya. Guru pendidikan jasmani yang tidak berbakat musik umpamanya, jangan mencoba-coba untuk memberikan senam irama.
PDGK4208/MODUL 1
1.11
C. TUJUAN PENDIDIKAN DARI PENDIDIKAN JASMANI Pendidikan jasmani adalah pergaulan pedagogik dalam dunia gerak dan penghayatan jasmani. Juga dikatakan bahwa guru pendidikan jasmani mencoba mencapai tujuannya dengan mengajarkan dan memajukan aktivitasaktivitas jasmani. Dirjen Dikti mengungkapkan bahwa pendidikan jasmani merupakan interaksi antara peserta didik dan lingkungan yang dikelola melalui aktivitas jasmani secara sistematik menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Dilanjutkan oleh Rijsdorp mengatakan bahwa pendidikan jasmani itu pendidikan yang menolong anak, dan orang muda menuju kedewasaannya. Selanjutnya dikatakan juga pendidikan jasmani itu merupakan pergaulan pendidikan dalam bidang gerak dan pengetahuan tentang tubuh. Tujuan pendidikan jasmani sudah tercakup dalam pemaparan di atas yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek fisik, mental, sosial dan emosional. Dalam bentuk bagan dapat digambarkan sebagai berikut: Gabbard, Leblanc dan Lowy mengutarakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan belajar melalui aktivitas jasmani akan mempengaruhi hal-hal di bawah ini (lihat skema di bawah ini).
1.12
Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Berkaitan dengan ranah pendidikan, Annarino, Cowell dan Hazelton menambahkan satu ranah lagi yaitu Kesegaran Jamani yang isinya sebagai berikut: Kekuatan otot, daya tahan otot, kelentukan dan daya tahan kardiovaskular Dalam pendidikan jasmani terdapat suatu tujuan yang disebut keterampilan. Keterampilan gerak ini dapat berarti gerak bukan olahraga, dan gerak untuk olahraga. Gerak untuk olahraga bagi anak-anak sekolah dasar, bukan berarti anak-anak tersebut harus dilatih untuk mencapai prestasi tinggi, namun anak sekolah dasar harus disiapkan gerakannya melalui olahraga sesuai dengan perkembangan dan kematangannya, maksudnya menurut Gabbard dkk adalah penyiapan gerak dan efisiensi gerak, sedangkan menurut Annarino, dkk adalah gerak fundamental, keterampilan olahraga dan tari. Untuk mencapai gerak tersebut maka harus ditunjang oleh keadaan jasmani mengenai kekuatan otot, daya tahan otot, kelentukan dan daya tahan kardiovaskular. Dari uraian di atas dapat diperjelas sebagai berikut; pendidikan jasmani sebagai pengajaran gerak. Isi dari aspek pendidikan ini ditentukan oleh intensi-intensi pedagogis atau tujuan-tujuan pendidikan yang dipakai sebagai pegangan guru pendidikan jasmani. Sesuai dengan berbagai modalitas dari hubungan manusia dengan dunianya, dengan benda-benda, dengan orang lain dan dengan dirinya sendiri maka tujuan yang dapat diraih adalah sebagai berikut: a. Pembentukan gerak 1) Memenuhi serta mempertahankan keinginan gerak; 2) Penghayatan ruang, waktu dan bentuk serta pengembangan perasaan irama; 3) Mengenal kemungkinan gerak sendiri; 4) Memiliki keyakinan gerak dan mengembangkan perasaan sikap.; 5) Memperkaya dan memperluas kemampuan gerak dengan melakukan pengalaman gerak. b.
Pembentukan prestasi 1) Mengembangkan kemampuan kerja optimal dengan mengajarkan ketangkasan-ketangkasan; 2) Belajar mengarahkan diri pada pencapaian prestasi (kemauan, konsentrasi, keuletan, kewaspadaan, kepercayaan pada diri sendiri); 3) Penguasaan emosi;
PDGK4208/MODUL 1
1.13
4) Belajar mengenal kemampuan dan keterbatasan diri; 5) Meningkatnya sikap tepat terhadap nilai yang nyata dari tingkat dan bidang prestasi, dalam kehidupan sehari-hari, dalam masyarakat dan dalam olahraga. c.
Pembentukan sosial 1) Pengakuan dan penerimaan peraturan-peraturan dan norma-norma bersama; 2) Mengikutsertakan ke dalam struktur kelompok fungsional belajar bekerja sama, menerima pimpinan dan memberikan pimpinan; 3) Pengembangan perasaan kemasyarakatan dan pengakuan terhadap orang lain sebagai pribadi-pribadi; 4) Belajar bertanggung jawab terhadap orang lain, memberikan pertolongan, memberi perlindungan dan berkorban; 5) Belajar mengenal dan mengalami bentuk-bentuk pelepas lelah secara aktivitas untuk pengisian waktu senggang.
d.
Pertumbuhan badan 1) Peningkatan syaraf-syaraf yang diperlukan untuk dapat tumbuh, bersikap dan bergerak dengan baik dan untuk dapat berprestasi secara optimal (kekuatan dan mobilitas, pelepasan ketegangan dan kesiapsiagaan). 2) Meningkatkan keserasian jasmani dan rasa tanggung jawab terhadap kesehatan diri dengan membiasakan cara-cara hidup sehat. Rangkuman tujuan pendidikan jasmani ini karenanya adalah sebagai berikut: a) Pendidikan jasmani memberikan bantuan kepada siswa untuk mengenal dunianya dengan kualitas-kualitas serta tempat dirinya di dalamnya; b) Dia meningkatkan kesenangan bergerak, kepastian gerak dan kekayaan gerak; c) Dia meningkatkan kekayaan jasmani, rohani dan sosial serta kegairahan hidup; d) Mensiagakan menghadapi tugas dan waktu senggang; e) Membimbing ke arah penguasaan kewajiban dengan matang sebagai pribadi yang kreatif bulat.
1.14
Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Tidak ada pendidikan jasmani yang tidak bertujuan pendidikan. Tidak ada pendidikan yang lengkap, tanpa pendidikan jasmani, sebab pendidikan jasmani untuk belajar mengenal dunia dan dirinya sendiri. LAT IH A N Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! 1) 2) 3) 4) 5)
Apa yang mendasari pendidikan jasmani di Indonesia? Sebutkan bahan ajar pendidikan jasmani? Sebutkan tujuan pendidikan jasmani dari unsur prestasi! Sebutkan 5 perbedaan nyata antara pendidikan jasmani dan olahraga! Apa persamaan antara Pendidikan Jasmani dan Olahraga?
Petunjuk Jawaban Latihan Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, gunakan rambu-rambu di bawah ini, sebagai berikut, 1) Surat Keputusan Mendikbud 413/U/1987 2) Pembentukan gerak, pembentukan prestasi, pembentukan sosial, dan pertumbuhan badan. 3) Tujuan pendidikan jasmani untuk prestasi meliputi a. Mengembangkan kemampuan dan ketangkasan b. Mengembangkan kemauan, konsentrasi, keuletan, kewaspadaan, kepercayaan pada diri sendiri. c. Penguasaan emosi d. Belajar mengenal kemampuan dan keterbatasan diri. 4) Perbedaan Pendidikan Jasmani dan Olahraga Child centered Subject Centered a. Pribadi anak seutuhnya Kinerja motorik b. Entry behavior Talent Scouting c. Pengaturan disesuaikan Aturan baku d. Gerak kehidupan sehari-hari Gerak fungsional
1.15
PDGK4208/MODUL 1
5) Sama-sama aktivitas yang menggunakan jasmani. R A NG KU M AN Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan melalui berbagai kegiatan jasmani yang bertujuan mengembangkan individu secara organik, neuromuskuler, intelektual dan emosional. Sedangkan istilah dari pendidikan jasmani adalah Surat Keputusan Mendikbud 413/U/1987 yang menyatakan: nama "Pendidikan Olahraga dan Kesehatan" diubah menjadi "Pendidikan Jasmani". Bahan ajar pendidikan meliputi; pembentukan gerak, pembentukan prestasi, pembentukan sosial, dan pertumbuhan badan. Sedangkan yang dapat dijadikan bahan pelajaran di dalam pendidikan jasmani meliputi lingkungan sekitar (geografik) suatu daerah, kebudayaan daerah, aktivitas-aktivitas tradisional dan sebagainya. Perbedaan pendidikan jasmani dengan olahraga sebagai berikut. Pendidikan Jasmani Child centered Pribadi anak seutuhnya Entry behavior Pengakuan disesuaikan Gerak kehidupan sehari-hari Cabang Perhatian ekstra bagi anak lamban Tidak mesti bertanding Wajib
Olahraga subject centered kinerja motorik talent scounting aturan baku gerak fungsional ditinggalkan selalu bertanding bebas
TES F OR M AT IF 1 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1) Aktivitas fisik yang dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan individu secara totalitas disebut .... A. olahraga B. pendidikan jasmani C. pendidikan kesehatan D. pendidikan rekreasi
1.16
Pendidikan Jasmani dan Olahraga
2) Pendidikan jasmani merupakan bentuk pendidikan yang menggunakan aktivitas fisik sebagai media. Sehubungan dengan hal tersebut pengembangan jasmani .... A. bukan merupakan tujuan tetapi hanya alat untuk mencapai tujuan pendidikan B. merupakan tujuan pendidikan C. merupakan bagian utama dari tujuan pembelajaran D. merupakan bagian integral dari tujuan pendidikan 3) Aktivitas bermain dan aktivitas olahraga dalam pendidikan jasmani merupakan .... A. bagian integral dari aktivitas pendidikan jasmani B. bagian aktivitas yang memiliki orientasi pada pendidikan C. aktivitas pendidikan D. aktivitas yang mendapatkan sentuhan pendidikan 4) Bahan ajar dalam pendidikan jasmani harus memperhatikan .... A. usia dan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan subjek didik B. orientasi bahan pada pertumbuhan dan perkembangan subjek didik C. materi yang mudah dan tidak berbahaya D. alat-alat dan saran pembelajaran 5) Bila pendidikan jasmani diorientasikan pada tujuan memenuhi serta mempertahankan keinginan bergerak disebut pembentukan .... A. prestasi B. gerak C. sosial D. badan 6) Bila pendidikan jasmani diorientasikan pada tujuan mengembangkan kemampuan kerja optimal dengan mengerjakan ketangkasanketangkasan disebut pembentukan .... A. prestasi B. gerak C. sosial D. badan 7) Bila pendidikan jasmani diorientasikan pada tujuan agar anak dapat menguasai emosi disebut pembentukan .... A. prestasi B. gerak
1.17
PDGK4208/MODUL 1
C. sosial D. badan 8) Bila pendidikan jasmani diorientasikan pada tujuan belajar mengenal dan mengalami bentuk-bentuk pelepas lelah secara aktif untuk pengisian waktu luang disebut pembentukan .... A. prestasi B. gerak C. sosial D. badan 9) Bila aktivitas fisik yang dilakukan dengan berorientasi pada peningkatan kinerja motorik seseorang, sehingga ia dapat memiliki keterampilan optimal disebut ..... A. olahraga B. pendidikan jasmani C. rekreasi D. pendidikan kesehatan 10) Koneksi yang nyata antara pendidikan jasmani dan olahraga tampak pada kegiatan di bawah ini .... A. intrakurikuler B. ekstrakurikuler C. kokurikuler D. latihan bersama Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.
Tingkat penguasaan =
Jumlah Jawaban yang Benar
100%
Jumlah Soal Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang
1.18
Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.
PDGK4208/MODUL 1
1.19
Kegiatan Belajar 2
Definisi Operasional Olahraga A. PENGERTIAN OLAHRAGA Istilah olahraga menurut Webster's New Collegiate Dictionary (1980) yaitu ikut dalam serta dalam aktivitas fisik untuk mendapat kesenangan, dan aktivitas khusus seperti berburu atau dalam olahraga pertandingan (athletic games). Dalam Ensiklopedia Indonesia disebutkan bahwa olahraga adalah gerak badan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih yang merupakan regu atau rombongan. Sedangkan dalam Pola Pembangunan Olahraga yang disusun Kantor Menpora menyebutkan bahwa olahraga adalah bentuk-bentuk kegiatan jasmani yang terdapat di dalam permainan, perlombaan dan kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh rekreasi, kemenangan dan prestasi optimal, (Menpora, 1984). 1.
Ciri Hakiki dalam Olahraga
a.
Olahraga merupakan subbagian dari permainan Seperti kita telah bahas dalam uraian tentang permainan, ciri khas olahraga juga ditandai dengan kebebasan dan kegiatan suka rela tanpa paksaan. Olahraga sejati bukan sesuatu yang mendatangkan mudarat atau tak menyenangkan, namun merupakan sumber kesukaan dan kebahagiaan atau maslahat (Fink, 1957). Karena itu, olahraga tidak bertujuan untuk memperoleh uang atau sebagai kegiatan bisnis, tetapi sebagai pengembangan diri melalui kegiatan jasmani. Itulah sebabnya, alasan untuk berbuat atau aktif itu terutama karena dorongan dari dalam, kendati begitu erat kaitannya dengan dorongan dari luar. b.
Ciri khas di dalam olahraga Olahraga mengandung ciri khas yang membedakannya dengan jenis permainan pada umumnya (permainan untung-untungan, permainan intelektual atau "sport otak"). Ciri khas itu ialah: Olahraga berorientasi pada kegiatan jasmani dalam wujud keterampilan motorik, daya tahan, kekuatan, dan kecepatan. Berbeda halnya dengan permainan catur yang disebut sebagai "olahraga" maka ciri olahraga yang sejati ialah lebih menekankan pada
1.20
Pendidikan Jasmani dan Olahraga
peragaan kemampuan gerak ketimbang non-motorik. Karena itu unsur jasmaniah amat menonjol. Kemampuan atau keterampilan berolahraga dipelajari dan dilatih. Penguasaan keterampilan itu berlangsung dalam suasana kebersamaan melalui proses belajar-mengajar atau bahkan peniruan terhadap model. Dalam perkembangannya olahraga juga mengandung seperangkat nilai, mitos, ideologi, dan acara ritual yang membangun budaya dalam olahraga. Hal ini tak ubahnya dengan norma, nilai, tradisi, dan peran dalam kelompok dan masyarakat yang lebih luas. 1) Olahraga sebagai sebuah realitas Agak berbeda dengan pengertian bermain pada dasarnya tak sungguhan, atau olahraga dilakukan dalam suasana yang tak sebenarnya, namun keterlibatan seseorang dalam olahraga merupakan sesuatu yang nyata. Kedua petinju benar-benar baku pukul tapi dalam alur aturan. Para pelari, benar-benar berlari secepat-cepatnya untuk mencatat waktu terbaik. Apa yang mereka lakukan bukan perbuatan berpura-pura, atau ilusi. Mereka berbuat sungguh-sungguh. Namun berbeda halnya jika orang main sabun dalam sepak bola atau pertarungan sandiwara dalam gulat profesional, maka makna olahraga jungkir balik karena berubah menjadi tontonan yang hasilnya telah diatur sebelumnya. 2) Prinsip prestasi dalam olahraga Barangkali ciri yang paling mudah kita pahami ialah semua jenis kegiatan yang disebut olahraga berlandaskan asas pencapaian prestasi. Yang menonjol ialah drama dari setiap tindakan. Faktor ketegangan merupakan ciri utama yang membangkitkan pesona. Di dalamnya terkandung unsur ketidakpastian, kejutan dan bahkan juga ada unsur keberuntungan (luck). Untuk mencapai tujuan, si pemain atau atlet mengandalkan kemampuannya,keterampilannya, atau kekuatannya sendiri. Dorongan berprestasi atau mencapai hasil yang lebih baik merupakan ciri hakiki pada manusia. Karena itulah, manusia dapat bertahan terus dan kian maju melalui proses aktif dalam "membentuk dirinya" dan dunia sekitarnya (Lenk,1983). Dalam ikhtiar mencapai hasil yang lebih baik, terdapat faktor risiko, kesulitan, dan bahkan kegagalan yang diakhiri dengan frustrasi. Berlandaskan pada uraian itu, secara umum dapat dikemukakan yakni prinsip prestasi dalam olahraga ditandai oleh:
PDGK4208/MODUL 1
1.21
(a) Peragaan kemampuan jasmani, sehingga jelas prestasi olahraga diarahkan pada penguasaan, pemeliharaan, dan peningkatan hingga tingkat mentok keterampilan motorik (Wiss,1980); (b) Kegiatan berolahraga dilaksanakan secara sukarela; (c) Kegiatan olahraga bertujuan bukan untuk menghancurkan lawan. Selanjutnya, prinsip prestasi seperti terkandung dalam motto "citius, altius, fortius" dan orientasi mencapai rekor merupakan ungkapan dari dorongan terdalam yaitu mencapai kesempurnaan. Meskipun yang ingin dicapai ialah keunggulan, tapi hal itu tak berarti membangkitkan naluri rendah (misalnya kebrutalan dalam olahraga, menciderai lawan, memukul wasit). Olahraga harus merupakan kegiatan orang banyak yang manusiawi yang berlandaskan pada etika dan moral fair play. Hal ini akan kita kupas lebih lanjut dalam bagian lainnya. Prinsip prestasi ini tak diterapkan secara mutlak dalam masyarakat. Masih ada tempat bagi mereka yang tidak berkemampuan, yang kalah, tak berprestasi, atau cacat fisik. Prinsip prestasi ini bergabung dalam mekanisme penggolongan sosial (Bolte,1979). Sebagai contoh kita mengenal pertandingan olahraga khusus bagi orang cacat. Dalam cabang olahraga tinju, judo, pencak silat, karate misalnya, ada pembagian kelas. Juga ada penggolongan atas dasar usia 'kelompok yunior dan senior dalam sepak bola, atau pertandingan antarkelompok umur dalam renang), dan jenis kelamin (olahraga untuk pria dipisahkan dengan wanita). 3) Aspek sosial dari olahraga Dalam permainan yang sebenarnya seseorang dapat sepenuhnya lumat dalam fantasinya sendiri. Olahraga tidak demikian. Meskipun kebebasan tetap ada pada pemain, tetapi suasana kemasyarakatan tak dapat diabaikan. Yang jelas, olahraga itu kian bermakna jika dilakukan di lingkungan sosial. Selanjutnya, olahraga itu dipelajari di lingkungan sosial. Pelaksanaan olahraga terjadi melalui kontak antar orang dan selalu ada suasana saling menilai. Karena itu, si pelaku tak berdiri sendiri, melainkan sebagai bagian dari kelompok. Pada akhirnya, keseluruhan pelaku membentuk kelompok sosial. Dalam situasi seseorang saling berinteraksi atau baku tindak itu, maka keberhasilan suatu permainan atau pertandingan bergantung pada kesediaan para pelaku mengakui hak sesamanya dan menaati peraturan. Jika tidak, maka terjadi kekalutan atau kekacauan. Tak mengherankan,
1.22
Pendidikan Jasmani dan Olahraga
dalam suasana demikian seseorang harus mampu menahan diri, mengendalikan emosi dan mengatasi frustrasi. Dengan kata lain, jalinan sosial dalam olahraga terbentuk bukan karena paksaan dari luar, tapi karena kesadaran para pelaku yang saling berinteraksi. Harkat individu dihargai dalam hal memikul tugas dan tanggung jawabnya Kita juga mengenal pembagian peranan. Ada unsur kepemimpinan dan yang dipimpin. Juga tak terelakkan yakni dalam kebersamaan ada persaingan, dan bahkan konflik serta ketegangan emosi. 2. (1) (2) (3) (4) (5)
Ciri-ciri Pelengkap dari Olahraga Analisis tentang ciri hakiki olahraga dapat dilakukan berdasarkan tujuan, alat yang dipakai untuk mencapai tujuan, peraturan, keterlaksanaan berdasarkan kemampuan yang berorientasi pada jasmani atau keterampilan, dan sikap si pelaku. Keseluruhan ciri yang hakiki ini menjadi kabur atau bahkan lenyap sama sekali karena pengaruh beberapa faktor yang mencampuri olahraga. Faktor itu, seperti kata Allison (1986) dan Edward (1984) ialah faktor komersial dan kepentingan politik yang kian jauh melumat ke dalam olahraga. Gejala komersialisasi dalam olahraga juga mulai berkembang di Indonesia.
Mengapa hal seperti itu terjadi? Alasan utama ialah, bahwa sulit bagi kita untuk memagar batas olahraga dengan aspek lainnya dalam kehidupan bermasyarakat. Bahkan, batas-batasnya tak begitu kaku karena terjadi hubungan timbal balik, sebagai contoh, ada kaitan antara olahraga dan ekonomi serta perluasan waktu luang. Reeve (1910) misalnya, mengemukakan hasil penelitiannya bahwa olahraga dan rekreasi menjadi faktor penting dalam ekonomi Amerika. Kini makin nyata bahwa olahraga menjelma menjadi semacam mata dagangan dan ketergantungan pada sponsor baik kepada pihak swasta bahkan pada perlindungan "bapak angkat" dari kalangan penguasa yang memiliki kekuasaan untuk mengerahkan sumber daya. Persoalannya memang terkait dengan pelaksanaan olahraga, khususnya olahraga prestasi yang memerlukan dana yang besar. Dalam situasi demikian, tak mengherankan jika faktor ekonomi banyak mengubah ciri klasik olahraga yang lebih menekankan
PDGK4208/MODUL 1
1.23
unsur kehormatan, kejujuran, dan solidaritas. Komersialisasi itu nyata kian menguat dalam olahraga profesional. Kalangan pers, baik media cetak maupun elektronik juga memanfaatkan olahraga sebagai objek informasi yang menarik. Bahkan monopoli hak siaran yang berorientasi untuk meningkatkan keuntungan juga telah (dipraktikkan, misalnya oleh perusahaan televisi swasta (misalnya di AS). Usaha dalam bidang pengadaan alat-alat olahraga juga makin berkembang dan sekaligus mengubah sikap para olahragawan terhadap alatalat yang digunakannya. Umumnya orang berorientasi pada alat yang tahan lama, mendukung peningkatan prestasi, dan juga indah dilihat. Prinsip olahraga yang murah dan meriah dengan memanfaatkan alat yang sederhana sukar diterapkan, karena peranan penonton juga kian dominan. Pertandingan olahraga seolah-olah tak lengkap jika tanpa penonton. Gedung atau stadion disiapkan dengan penuh kenyamanan. Suasana tambah semarak dengan acara pelengkap seperti pertunjukkan seni. Gelanggang olahraga berubah menjadi pusat hiburan yang membawa masalah baru, terutama yang berkenaan dengan kecenderungan pola perilaku penonton yang kian fanatik untuk mendukung pemain atau regu kesayangannya. Ancaman terhadap keamanan antarsesama penonton kian serius. Kebrutalan dan penggerogotan terhadap fair play juga telah terjadi. Berkaitan dengan nilai inti dalam olahraga seperti tersebut di atas, kita kutip definisi olahraga menurut International Council of Sport and Physical Education (ICSPE) yaitu: a. Setiap kegiatan fisik yang mengandung sifat permainan dan berisi perjuangan dengan diri sendiri atau dengan orang lain atau konfrontasi dengan unsur-unsur alam disebut olahraga; b. Kalau kegiatan ini meliputi juga pertandingan, maka kegiatan itu harus dilaksanakan dengan semangat/jiwa sportif. Tidak mungkin ada olahraga dalam arti sebenarnya tanpa isi fair plat; c. Olahraga seperti dinyatakan di atas merupakan alat pendidikan yang ampuh. Karena itu kita harus menghayati prinsip moral fair play. Apa makna istilah ini? Mari kita ikuti uraian dalam bagian berikut ini. Lain dari itu, Chu (1982) mengatakan untuk memberi pengertian untuk olahraga secara tepat sulit untuk dilakukan, karena banyak sudut pandangnya.
1.24
Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Untuk menjelaskan pengertian olahraga ia mengutip pendapat (1973), pengertian olahraga harus bergerak dari konsep bermain, games dan sport. B. BERMAIN, GAMES DAN SPORT
1. 2. 3. 4. 5. 6. 1.
Karakteristik bermain (play) meliputi: Bebas, sukarela, tanpa paksaan dalam berpartisipasi; Aktivitas bermain terpisah dari pembatasan ruang dan waktu; Hasil dari aktivitas bermain adalah sesuatu yang tidak diketahui/tidak direncanakan sebelumnya; Hanya murni aktivitas saja dan tidak produktif, tidak menghasilkan nilai permanen; Peraturan bermain tergantung pada kondisi, tunduk pada kesepakatan situasional; Kualitas bermain merupakan bagian kehidupan nyata/ sehari-hari.
Karakteristik Games Games merupakan bagian dari bermain (play). Games memiliki karakteristik yang ada pada bermain (play), akan tetapi semua diatur dalam peraturan yang sengaja dibuat (disusun) yang harus ditaati bersama. Ciri utama dari games adalah kompetisi, sehingga hanya individu atau kelompok yang mempunyai standar keterampilan yang tinggi yang akan berhasil. Untuk mempunyai standar keterampilan yang tinggi yang akan berhasil. Untuk berhasil dalam kompetisi akan selalu tergantung pada keterampilan teknik, fisik strategi atau kesempatan. Olahraga (sport) merupakan bagian dari permainan pertandingan, perbedaan terletak pada prasyarat tingkat kecakapan dan olahraga merupakan permainan pertandingan yang sudah dilembagakan dalam masyarakat seperti halnya pendidikan, agama dan pemerintahan. Menurut Ateng (1992) ada berbagai sebab mengapa orang melakukan olahraga: a. Penyesuaian terhadap lingkungan hidup sendiri. Kesempatan yang kebetulan untuk melakukan olahraga. Datang dari kegiatan olahraga yang tetap ada di sekitar tempat tinggal atau sekolah atau lingkungan pekerjaan;
PDGK4208/MODUL 1
b.
c.
d.
e. f.
g. h.
1.25
Penyesuaian Geofisika. Iklim mempengaruhi pilihan seseorang. Demikian pula alam sekitar, perairan, padang rumput, gunung dan sebagainya; Penyesuaian harapan. Kadang-kadang orang menghendaki olahraga tertentu sesuai dengan lingkungan. Besar sekali pengaruh kawan-kawan, tradisi sekolah, atau bahkan "lingkungan sekitar" atau "lingkungan golongan"; Peniruan bintang lapangan, nasional bahkan juga lokal. Daya tarik datang dari peristiwa olahraga yang besar dan dari olahraga yang dianggap penting; Penyesuaian ke dalam lingkungan. Sekolah baru, status masyarakat baru, pindah rumah dapat menyebabkan pemilihan olahraga baru; Pemerintahan berbagai negara memanfaatkan nilai keberhasilan perolehan medali kejuaraan dengan motivasi para atlet-atlet peningkatan prestasi, demi prestise bangsa dan pribadi; Pengaruh dunia bisnis membentuk para atlet profesional dan menjadikan olahraga sarana nafkah; Pengaruh penerangan tentang pemeliharaan kesehatan tubuh. Khususnya kesegaran jasmani, menyebabkan peserta klub-klub olahraga terus bertambah.
Melihat hubungan bermain games dan sport tidak dapat dipisahkan, Freeman (1987) membawa hubungan antara bermain (play, games dan sport sebagai berikut: Bermain (play) adalah bentuk kegiatan yang tidak bermanfaat/produktif untuk menyenangkan diri. Bentuk bermain ada dua macam yaitu yang secara spontanitas dan yang diorganisasikan dinamakan games. Bermain yang diorganisasikan pun ada dua jenis yang tidak dipertandingkan dan yang dipertandingkan. Yang dipertandingkan dinamakan contest. Bermain yang diorganisasikan dan dipertandingkan juga ada dua bentuk, yaitu yang menggunakan fisik dan bukan fisik, yang menggunakan keterampilan fisik dinamakan olahraga (sport). Olahraga adalah bentuk bermain yang diorganisasikan sedemikian rupa dengan peraturan dan dipertandingkan menggunakan pertumbuhan dari permainan dengan arah dan tujuan yang disadari dan tertentu. Sifat pertandingan merupakan ciri dari olahraga, sehingga teknik, taktik dan perbaikan kondisi fisik ikut menentukan semua itu memerlukan latihan yang teratur dan sistematik. Momentum bertanding dalam olahraga adalah bentuk pemain-
1.26
Pendidikan Jasmani dan Olahraga
pemainnya mempertaruhkan upah dan simbol. Mereka bersepakat tentang tujuan dan peraturan-peraturannya, harus ditaati untuk mencapai tujuan itu. Siapa yang mencapai tujuan terlebih dahulu atau terbaik adalah pemenang. Yang dimenangkan adalah simbol, ia tetap ada dalam batas-batas permainan Dalam declaration on sport yang dikeluarkan UNESCO, dikemukakan batasan yang disusun oleh Majelis Internasional Olahraga dan Pendidikan Jasmani (Internasional Council of Sport Physical Education, ISCPE) sebagai berikut. "Setiap aktivitas fisik berupa permainan dan dilakukan dalam bentuk pertandingan, baik melawan unsur-unsur alam, orang lain maupun diri sendiri disebut olahraga. Selanjutnya dalam deklarasi tersebut dikemukakan tentang sportivitas dan fair play, yaitu memandang lawan sebagai kawan bermain. Sportivitas berfungsi memurnikan olahraga dan menjadikan olahraga sebagai alat yang ampuh bagi pendidikan. Catatan lain dalam deklarasi tersebut adalah anjuran agar sepertiga dari seluruh jadwal waktu sekolah dipergunakan untuk aktivitas fisik dan semakin berkurang pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi. Anjuran ini tentu berlaku bagi masyarakat perkotaan yang padat bangunan, tanpa ada cukup ruang atau lapangan bermain bagi anak-anak di luar jam sekolah. Penelitian bahwa kebutuhan anak akan aktivitas setiap hari rata-rata sampai enam jam sehari. Anjuran lain adalah bahwa latihan-latihan hendaknya menyeluruh dan cenderung ke cabang-cabang olahraga sesuai dengan tingkat usia anak. Demikian pula perlu diperhatikan saran yang berbunyi ”Jangan memaksa anak berlatih lebih dan diinginkannya sendiri, meskipun ia sangat berbakat”. Olahraga belum tentu menjamin masa depan anak, demikian dikatakan. Sarana tersebut dapat dipahami mengingat bahwa untuk dapat menjadi juara pada akhir abad XX ini terlebih juara dunia, seorang olahragawan harus mengorbankan segalanya, pekerjaan dan biaya yang tidak sedikit. Ruang lingkup bermain (play), games dan olahraga (sport) digambarkan sebagai berikut. PLAY, karakteristik: - Terpisah. - Bebas. - Tidak tentu. - Tidak produktif. - Ditentukan dengan peraturan yang sifatnya tidak ketat.
1.27
PDGK4208/MODUL 1
GAMES, Karakteristik - Ada kompetisi. - Hasil ditentukan oleh keterampilan fisik, dan kesempatan. SPORT, karakteristik - Permainan yang dilembagakan keterampilan, mempertunjukkan. 2.
Konsep Olahraga Menurut Loy, dalam Chu (1982) Bermain (play) mempunyai sifat esensial adalah aktivitas untuk hiburan, tidak dipertandingkan. Bermain merupakan unsur yang selalu ada dalam olahraga dan pendidikan jasmani. Olahraga adalah suatu permainan yang diorganisasikan. Pengorganisasian bermain ini juga kemudian diadopsi dalam pendidikan jasmani. Sifat olahraga yang paling penting adalah kompetisi, bentuk kompetisi yang sopan dan berada dengan adanya peraturan. Peraturan baik tertulis maupun tidak, selalu digunakan dalam olahraga. Peraturan ini tidak dapat diubah selama kompetisi berlangsung. Olahraga tanpa kompetisi hanya merupakan aktivitas bermain atau rekreasi. Bermain (Play)
Spontanitas
Diorganisasi (Games)
Tidak Dipertandingkan
Intelektual
Dipertandingkan (Contest)
Fisik (Sports)
Hubungan antara Bermain dan olahraga (adaptasi dari Gutman dalam Freeman, 1987)
1.28
Pendidikan Jasmani dan Olahraga
C. PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA Kemajuan teknologi yang terjadi pada abad ke-20 membuat dunia semakin "kecil" komunikasi menjadi lebih mudah dan bangsa-bangsa di dunia harus berhubungan antara satu dengan yang lain. Kadang-kadang dapat timbul konflik karena yang satu tidak memahami yang lain. Kejadian pendidikan jasmani perbandingan adalah usaha dari para pendidik seluruh dunia untuk mempelajari bangsa lain dengan memahami program nasionalnya. Kajian demikian `kadang-kadang disebut kajian budaya silang dari pendidikan, kajian komparatif atau kajian perbandingan. Pertama, kajian akan membantu para pendidik mengetahui berbagai program seluruh dunia. Kedua, kajian akan membantu dalam pengembangan pembinaan dengan mengetahui item yang akan dapat dipakai sebagai perbandingan. Ini memerlukan penilaian mana yang lebih baik dari yang lain atau apakah memang sistem tersebut adalah yang terbaik bagi masyarakat masing-masing. Proses ini perlu bagi pengembangan secara terus-menerus dari setiap sistem pendidikan. Ketiga, pendidikan dapat belajar tentang tujuan, gagasan-gagasan dari pengalaman dari budaya masyarakat lain. Pengetahuan ini berguna untuk menilai apakah sistem yang sedang berjalan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Jika tidak, pengetahuan tadi dapat membantu menentukan bagaimana sistem itu telah bergeser dari jalur yang dimaksudkan. Keempat, studi perbandingan dapat dipakai sebagai pengukur untuk memperbaiki sistem sendiri dengan melihat bagaimana bangsa lain dengan perbedaan dan persamaan berusaha memenuhi kebutuhan pendidikannya. Kelima, studi demikian dapat meningkatkan kerja sama internasional, khususnya dalam bidang riset pendidikan. Kajian komparatif pendidikan internasional merupakan fase membina saling pengertian hingga membawa ke arah perdamaian yang lebih baik antara bangsa-bangsa di dunia. 1.
Studi Komparatif dapat Didasarkan atas Beberapa Asumsi Asumsi pertama, setiap pendidikan berpola sekurang-kurangnya pada nilai tradisi dan praktik budaya masing-masing. Setiap sistem pendidikan diduga bagian terbesar merupakan refleksi dan interpretasi sejarah bangsanya, tradisi dan praktik budaya yang berlaku sepanjang sejarahnya.
PDGK4208/MODUL 1
1.29
Sistem pendidikan adalah usaha untuk memelihara tradisi bangsa dan mewariskan kepada generasi muda. Asumsi kedua, apabila sebuah negara pada suatu kurun waktu tertentu menjadi koloni bangsa lain. Diasumsikan bahwa pengaruh penguasa koloni ini kuat sekali bahkan mungkin permanen. Perkembangan selanjutnya akan kurang dilandasi oleh tradisi budaya sendiri. Sebuah koloni biasanya mewarisi sistem pendidikan yang sama dengan sistem pendidikan bangsa penguasa, karena kaum kolonial percaya sistemnya tanpa atau sedikit sekali memperhitungkan budaya atau tradisi koloninya, maka manfaatnya hampir tidak ada bagi pendidikan penduduknya, karena tidak cocok dengan pola budaya dan kebutuhan yang ada. Pola demikian akan mudah dilihat di bekas koloni-koloni Kerajaan Inggris. Sekolah-sekolah Inggris diselenggarakan sesuai pola sosial Inggris yang bahkan sama sekali tidak terdapat di koloni yang bersangkutan. Sekolah didasarkan atas budaya dan pola sosial Inggris dan hampir tidak bermanfaat bagi budaya penduduk koloni tersebut. Asumsi ketiga, apabila negara tertentu merupakan negara yang baru terbentuk biasanya dihadapi dua bahaya yang mengancam masa depan pendidikan bangsa di negara tersebut. Bahaya pertama adalah apabila bangsa tersebut terus meneruskan sistem pendidikan yang diwariskan pemerintah kolonial yang sudah disebut terdahulu yang sebenarnya tidak sesuai dengan budaya bangsa itu. Bahaya yang kedua adalah apabila menghapuskan sama sekali sistem warisan kolonial dan mengganti dengan sistem yang ditiru dengan negara lain yang tidak sesuai benar dengan kebutuhan sendiri dalam membuat sistem pendidikannya agar dengan demikian dapat efektif bagi bangsa itu sendiri. Asumsi keempat, bangsa yang baru berdiri menghadapi bahaya bila berasumsi bahwa kualitas program baru itu sudah sesuai dan karenanya membiarkan saja bagaimana adanya. Setiap sistem pendidikan seharusnya terus berubah secara tetap, meskipun perubahan itu terjadi sedikit demi sedikit. Karena sebenarnya pendidikan harus secara tetap menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Bangsa-bangsa baru perlu secara terusmenerus menilai dan merevisi program-programnya dalam usaha mencari dan mendekati kebutuhan sendiri. Tidak ada sistem pendidikan yang dapat dibiarkan statis, kecuali jika bangsa bersangkutan ingin berhenti membangun. Kehidupan budaya tergantung pada perkembangan pertumbuhan. Jika gagal berkembang, maka sistem pendidikan akan mati.
1.30
Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Kebanyakan program pendidikan yang sekarang berkembang di negaranegara baru, dipengaruhi pemikiran pendidikan negara-negara Barat. Kekurangannya adalah bahwa ia tidak didasarkan atas budaya yang sesuai dengan yang ada di negara itu. Ketika bangsa Barbar menguasai kekaisaran Romawi, mereka sering menghendaki sistem Romawi yang mereka anggap baik. Akibatnya adalah hancurnya sistem Romawi karena tidak cocok dengan budaya kaum Barbar. Sebaliknya kekuatan kekaisaran Romawi sebelumnya adalah dengan mengambil sedikit saja budaya bangsa yang ditaklukkannya membiarkan sistem budaya penduduk yang dianut tetap berjalan. Orangorang Romawi berhasil menciptakan stabilitas dengan cara mempertahankan budaya sendiri dan membiarkan budaya taklukannya sebagaimana adanya. Baik Romawi maupun daerah jajahannya, tidak dipaksa untuk mengambil sistem lain secara radikal yang berlainan dengan sistem tradisi masingmasing. Beberapa masalah dapat timbul bila sepenuhnya mengambil sistem pendidikan Barat bagi negara-negara yang bukan Barat. Salah satu masalah adalah apakah kehidupan bangsa tersebut kompetitif atau non-kompetitif. Banyak sekali bangsa yang tidak berpandangan hidup kompetitif dan apabila bangsa tersebut mengambil sistem pendidikan Barat akan timbul kesulitankesulitan. Masyarakat Barat biasanya kuat berorientasi kompetitif di dalam maupun di luar sekolah. Masalah lain adalah masalah wanita di sekolah. Dalam beberapa program bagi wanita, dapat sama saja dengan program pria, sedang dalam hal lain wanita seharusnya diberi program yang berlainan. Perbedaan menjadi sangat penting karena tergantung pada kedudukan wanita tersebut di negara yang bersangkutan. Persamaan kedudukan antara wanita dan pria di negara yang satu, tidak berarti sama dengan persamaan kedudukan di negara-negara lainnya. Sekolah harus merefleksikan pola budaya bangsa. Jika tidak, ia akan berakibat parah. Masalah ketiga adalah perbedaan yang menyangkut kebutuhan akan aktivitas fisik. Dikebanyakan negara-negara Barat, program aktivitas fisik relatif sangat dibutuhkan, sedang di negara-negara berkembang tidak demikian, lebih-lebih di daerah yang penduduknya bermata pencaharian pekerjaan yang banyak membutuhkan aktivitas fisik. Pola pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan penduduk setempat dan bukan didasarkan atas keperluan yang tidak nyata.
PDGK4208/MODUL 1
1.31
Masalah keempat yang menyangkut tari-tarian. Tari-tarian ini menduduki tempat yang tidak sama dalam berbagai masyarakat. Jika taritarian menduduki tempat yang sangat penting dalam pola budaya masyarakat, perhatian terhadap hal ini perlu diberikan dalam menyusun program pendidikan. Sekali lagi pola pendidikan setiap negara harus merupakan refleksi dari pola budaya dan kebutuhan sendiri. Kajian praktik dari negara-negara lain di seluruh dunia dapat merupakan saham yang penting bagi saling pengertian antarbangsa. Gagasan hubungan internasional yang erat sudah menjadi perhatian sejak berabad-abad lamanya sampai sekarang. Barron Piere de Coubertin dari Perancis prihatin terhadap kurangnya saling pengertian ini dan mulai mengemukakan gagasan menghidupkan kembali Olimpiade. Ketika Olimpiade modern dilaksanakan pada tahun 1896, tujuan utama adalah persahabatan antara para atlet dari berbagai bangsa. Selama zaman Grik, Olimpiade adalah masa damai dan harmonis, tempat semua orang dari semua bangsa bertemu dan bergaul dengan tenteram. Cobertin menekankan aspek bergerak bebas dari para atlet ini untuk saling mengenal lawan-lawan bertanding dari segenap pelosok dunia. Sebagai akibat dari penekanan terhadap budaya dari Olimpiade ini, masuk pula ke dalamnya berbagai pameran seni dan kreativitas budaya lainnya. Paham terhadap saling pengertian internasional ini merupakan bagian yang penting dalam pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1945. Usaha-usaha sebelumnya untuk mengadakan pertemuan dan bertukar pandangan antarbangsa-bangsa di dunia, seperti dalam Liga Bangsa-Bangsa, selalu gagal. PBB dibentuk sesudah Perang Dunia ke-2 sebagai usaha untuk mengadakan forum tempat bangsa-bangsa memperbincangkan masalahmasalah bersama dan menjelaskan pandangan masing-masing kepada yang lain. Banyak pertentangan di dunia sebagai akibat salah pengertian atau karena kegagalan komunikasi antarbangsa yang satu dengan yang lainnya. Karena teknologi maju dengan pesat, salah pengertian demikian menjadi semakin bahaya. Bahaya perang hanya karena salah pengertian di dunia yang penuh dengan senjata nuklir sangat mungkin terjadi. Bangsa-bangsa di dunia memerlukan wadah tempat mempelajari segala sesuatu mengenai bangsa lain. Saluran-saluran komunikasi harus dibentuk antarbangsa-bangsa untuk mencegah terjadinya perang.
1.32
Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Setiap kelompok di dunia sekarang, masing-masing memiliki kepentingan bersama. Kepentingan para pendidik jasmani dalam organisasi internasional adalah fungsi dalam bidang pendidikan, pendidikan jasmani dan olahraga. Alasan umum dalam olahraga internasional adalah bahwa kompetisi merupakan alat untuk bertukar budaya. Meskipun begitu, olahraga dapat juga dipakai sebagai alat untuk meningkatkan prestise bangsa di dunia internasional. Persahabatan juga dapat diciptakan melalui pengiriman tim olahraga, sebagaimana tim olahraga tenis meja Amerika dan Cina. Olahraga internasional dapat meningkatkan pemupukan sikap nasionalisme. Keberhasilan dalam pertandingan internasional dapat mengangkat rasa kebanggaan. D. PERBEDAAN DAN PERSAMAAN PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA Ateng (1992) membedakan antara kegiatan olahraga dan pendidikan jasmani berdasarkan tujuan, isi pembelajaran, orientasi pembelajaran dan sifat kegiatannya. Tujuan pendidikan jasmani disesuaikan dengan tujuan pendidikan yang menyangkut pengembangan seluruh pribadi anak didik, sedangkan tujuan olahraga adalah prestasi unjuk laku motorik setinggitingginya untuk dapat memenangkan dalam pertandingan. Isi pembelajaran dalam pendidikan jasmani disesuaikan dengan tingkat kemampuan anak didik, sedangkan pada olahraga, isi pembelajaran atau isi latihan merupakan sasaran yang harus dikuasai. Orientasi pembelajaran pada pendidikan jasmani berpusat pada anak didik. Anak didik yang belum mampu mencapai tujuan pada waktunya diberi kesempatan lagi, sedangkan pada olahraga, atlet yang tidak mencapai tujuan sesuai dengan target waktu dianggap tidak berbakat dan harus diganti dengan atlet lain. Sifat kegiatan pendidikan jasmani pada pemanduan bakat-bakat dipakai untuk mengetahui entry behavior, sedangkan pada olahraga bertujuan memilih atlet berbakat. Sifat peraturan dalam pendidikan jasmani tidak ada pembakuan peraturan, peraturan dapat diubah sesuai dengan kondisi pembelajaran, sedangkan pada olahraga, latihanlatihan harus disesuaikan dengan situasi pertandingan yang akan dihadapi.
1.33
PDGK4208/MODUL 1
Pendidikan Jasmani
Olahraga
Child centered Pribadi anak seutuhnya Entry behavior Aturan disesuaikan Gerak kehidupan sehari-hari Perhatian ekstra bagi anak lamban Tidak mesti bertanding Wajib
Subject centered Kinerja motorik Talent scouting Aturan baku Gerak fungsional cabang olahraga Anak lamban ditinggalkan Selalu bertanding Bebas
Selain adanya perbedaan, terdapat pula persamaannya, yaitu bahwa pendidikan jasmani dan olahraga berupa aktivitas fisik sekelompok otot besar yang keduanya berbentuk permainan. Pendidikan jasmani dirancang secara sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan, sedangkan olahraga mempunyai nilai-nilai pendidikan, apabila dilakukan dengan semangat sportivitas bahkan bisa hilang nilai pendidikannya apabila tidak dilandasi oleh semuanya itu. Rijsdrop (1975) berpendapat bahwa pendidikan jasmani dan olahraga banyak persamaannya, metode dan keaktivitasannya menyerupai satu sama lainnya, tugas pelatih dan guru pendidikan jasmani adalah juga mendidik. Namun demikian, pendidikan jasmani tetap memegang intensitasnya untuk membantu ke arah kedewasaan melalui aktivitas jasmani. Beberapa nilai pendidikan dalam kegiatan olahraga dikatakan Siregar (1978) bahwa penggunaan olahraga untuk tujuan pendidikan, merupakan suatu alat dengan kemungkinan-kemungkinan yang tidak terbatas dalam membentuk kepribadian, yaitu: 1. olahraga memberikan kesempatan belajar bagaimana bertingkah laku, kalah atau menang; 2. olahraga memberikan kesempatan bagi perorangan untuk mengorganisasi sendiri pertandingan-pertandingan olahraga dan membentuk regunya, dengan demikian kepada perorangan diajarkan mendidik dan mengorganisasi diri sendiri,; 3. dalam olahraga memungkinkan guru atau pelatih mengamati perilaku anak didik yang tidak mungkin dilakukan dalam kondisi kehidupan normal; 4. sebagian besar cabang olahraga memungkinkan seorang mengambil bagian dalam kelompok yang menganut kepentingan bersama;
1.34
5.
6.
Pendidikan Jasmani dan Olahraga
olahraga seperti lintas alam, mendaki gunung dan sebagainya, memberikan pengalaman untuk mengenali lingkungan hutan, lembah, sungai dan sebagainya; prestasi dihasilkan melalui proses yang panjang, ini akan membentuk kepribadian dan ketangguhan dalam mewujudkan cita-cita. Olahraga dapat memandang sekolah yang melakukan aktivitas pendidikan, jasmani sebagai bibit atlet, karena keberhasilan pendidikan jasmani akan meningkatkan salah satu tujuan olahraga yaitu peningkatan kondisi fisik, kemampuan teknik olahraga, pengembangan mental yang akan menjadi olahragawan tangguh. Sedangkan pendidikan jasmani dapat menggunakan olahragawan berprestasi untuk memberikan motivasi dalam menggiatkan dan meningkatkan keterampilan motoriknya. LAT IH A N Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut!
1) 2) 3) 4) 5)
Jelaskan tentang pengertian olahraga! Bagaimanakah ciri-ciri sebuah permainan! Apakah yang dimaksud dengan games! Apakah yang dimaksud dengan sport? Apa yang menandai prinsip prestasi dalam olahraga?
Petunjuk Jawaban Latihan Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, gunakan rambu-rambu di bawah ini. 1) Olahraga adalah aktivitas jasmani yang berbentuk perlombaan atau pertandingan untuk memperoleh prestasi yang tinggi, kemenangan dan rekreasi. 2) Ciri yang paling khas di dalam bermain adalah sukarela, sehingga tidak bertumpu kepada satu tujuan yang ingin dicapai, dan biasanya kegiatan bermain ini adalah kegiatan rutinitas sehari-hari. 3) Games memiliki karakteristik yang ada pada bermain (play), akan tetapi semua diatur dalam peraturan yang sengaja dibuat (disusun) yang harus
PDGK4208/MODUL 1
1.35
ditaati bersama. Ciri utama dari games adalah kompetisi, sehingga hanya individu atau kelompok yang mempunyai standar keterampilan yang tinggi yang akan berhasil. 4) Olahraga (sport) merupakan bagian dari permainan pertandingan, perbedaan terletak pada prasyarat tingkat kecakapan, dan olahraga merupakan permainan pertandingan yang sudah dikembangkan. 5) a. Peragaan kemampuan jasmani, sehingga jelas prestasi olahraga diarahkan pada penguasaan, pemeliharaan, dan peningkatan hingga tingkat mentok keterampilan motorik (Wiss, 1980). b. Kegiatan berolahraga dilaksanakan secara suka rela. Kegiatan olahraga bertujuan bukan untuk menghancurkan lawan. R A NG KU M AN Olahraga adalah aktivitas jasmani yang berbentuk perlombaan atau pertandingan untuk memperoleh prestasi yang tinggi, kemenangan dan rekreasi. Peraturan di dalam olahraga adalah baku, yang telah ditetapkan dan disepakati oleh para pelakunya. Untuk dapat membedakan secara nyata tentang olahraga perlu diketahui tentang apa yang dinamakan bermain, games dan sport. Ciri yang paling khas di dalam bermain adalah sukarela sehingga tidak tertumpu kepada satu tujuan yang ingin dicapai dan biasanya kegiatan bermain ini adalah kegiatan rutinitas sehari-hari. Games merupakan bagian dari bermain (play). Games ini memiliki karakteristik yang ada pada bermain (play), akan tetapi semua diatur dalam peraturan yang sengaja dibuat (disusun) yang harus ditaati bersama. Ciri utama dari games adalah kompetisi, sehingga hanya individu atau kelompok yang mempunyai standar keterampilan yang tinggi yang akan berhasil. Olahraga (sport) merupakan bagian dari permainan pertandingan, perbedaan terletak pada prasyarat tingkat kecakapan dan olahraga merupakan permainan pertandingan yang sudah dikembangkan dalam masyarakat seperti halnya pendidikan, agama dan pemerintahan.
1.36
Pendidikan Jasmani dan Olahraga
TES F OR M AT IF 2 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1) Aktivitas fisik yang dilakukan, dengan memberi peraturan tertentu yang harus ditaati, disebut .... A. play B. games C. sport D. rekreasi 2) Aktivitas fisik yang dilakukan dengan bebas, sukarela dan sesuai dengan kondisi tertentu, disebut .... A. play B. games C. sport D. rekreasi 3) Kompetisi merupakan nilai esensi dari olahraga. Hal ini disebabkan .... A. tanpa kompetisi, olahraga tidak memiliki nilai-nilai olahraga B. dengan kompetisi, peraturan permainan dapat dikembangkan dan diorganisasikan C. melalui kompetisi, bermain akan memiliki nilai-nilai pertandingan D. olahraga tanpa kompetisi hanya merupakan aktivitas bermain 4) Jangan memaksa anak berlatih dari keinginannya sendiri, meskipun ia sangat berbakat. Kalimat tersebut menunjukkan bahwa .... A. latihan dan aktivitas olahraga hendaknya memperbaiki keinginan dan kemampuan anak B. latihan dan aktivitas olahraga hendaknya diberikan sesuai dengan usia pertumbuhan anak C. latihan dan aktivitas olahraga hendaknya diberikan dengan dikonversikan pada keadaan anak D. jangan memaksa anak untuk melakukan latihan setiap hari 1 dari seluruh jam pelajaran sekolah 3 untuk pendidikan jasmani, hal ini menunjukkan pemikirannya yang dilandasi oleh .... A. bahwa anak membutuhkan waktu untuk aktivitas fisiknya paling sedikit enam jam sehari
5) Anjuran ICSPE agar menggunakan
PDGK4208/MODUL 1
1.37
B. bahwa anak di sekolah memerlukan aktivitas fisik seperti aktivitas belajar lainnya untuk memenuhi hasrat geraknya C. di rumah mereka masih melakukan aktivitas fisik lain D. diupayakan agar anak dapat melakukan kegiatan lainnya 6) Freeman menegaskan bahwa bermain adalah bentuk yang tidak bermanfaat atau tidak produktif. Hal ini disebabkan oleh .... A. bermain hanya bersifat aktivitas saja dan tidak menghasilkan nilai yang permanen B. bermain hanya merupakan aktivitas pengisi waktu luang C. bermain tidak memuat nilai-nilai sosial D. bermain erat kaitannya dengan aktivitas anak-anak 7) Untuk mencapai keberhasilan dalam games, maka dibutuhkan .... A. teman-teman B. standar keterampilan C. peraturan permainan D. sarana/prasarana bermain 8) Pengaruh dari perkembangan bisnis terhadap nilai-nilai olahraga menyebabkan .... A. olahraga dipandang sebagai kegiatan yang memiliki nilai ekonomi B. olahraga dapat dijadikan sebagai sarana mencari nafkah C. olahraga dapat berkembang dengan pesat D. A dan B benar 9) Akibat dari gencarnya promosi nilai-nilai kesehatan yang ada dalam aktivitas olahraga, menyebabkan semakin .... A. berkembangnya klub-klub olahraga kebugaran jasmani B. berkurangnya waktu luang yang tersisa C. luasnya wawasan manusia tentang olahraga D. sempurnanya nilai-nilai olahraga 10) Akibat dari makin diperlukannya keterampilan, teknik dan fisik yang tinggi pada berbagai pertandingan olahraga adalah .... A. latihan dilakukan dengan penuh konsentrasi B. latihan fisik, teknik dan keterampilan dilakukan makin teratur dan sistematika C. olahraga makin membutuhkan pendekatan yang kompleks D. olahraga makin banyak digemari oleh kalangan ilmuwan
1.38
Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
Tingkat penguasaan =
Jumlah Jawaban yang Benar
100%
Jumlah Soal Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum dikuasai.
PDGK4208/MODUL 1
1.39
Kunci Jawaban Tes Formatif Tes Formatif 1 1) A Olahraga 2) A Pengembangan jasmani bukan merupakan tujuan tetapi hanya alat untuk mencapai tujuan pendidikan 3) B Bagian aktivitas yang memiliki orientasi pada pendidikan 4) A Usia dan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan subjek didik 5) B Pembentukan gerak 6) B Pembentukan prestasi 7) C Pembentukan sosial 8) C Pembentukan sosial 9) A Olahraga 10) B Ekstrakurikuler Tes Formatif 2 1) A Games 2) B Play 3) C Olahraga tanpa kompetisi merupakan aktivitas fisik biasa 4) D Latihan dan aktivitas olahraga hendaknya memperhatikan keinginan dan kemampuan anak 1 5) B Bahwa anak memerlukan aktivitas fisik dari jumlah jam belajar 3 lainnya untuk memenuhi hasrat bergeraknya 6) A Bermain hanya berisi aktivitas saja dan tidak menghasilkan nilai yang permanen 7) B Standar keterampilan yang tinggi 8) D A dan B benar 9) A Makin berkembangnya klub-klub olahraga kebugaran jasmani 10) B Latihan fisik, teknik dan keterampilan dilakukan makin teratur dan sistematik
1.40
Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Daftar Pustaka Ateng, A. (1992). Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Ateng, A. (1993). Pendidikan Jasmani di Indonesia. Buletin P31K No.1. Diterbitkan oleh Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ilmu Keolahragaan, Yayasan Ilmu Keolahragaan: GUNA KRIDA PRAKASA JATI, FPOK IKIP Jakarta Ateng, A. (1993). Keefektifan Model Pemasaran dan Kontribusinya terhadap usaha Pencapaian Prestasi Olahraga 4 Besar Asia Tahun 2002. Makalah, Seminar Ilmiah Olahraga PON XIII, Jakarta. Baley; J.A. dan Field D.A. (1976). Physical Education and Physical Educator. (Ed.2) Boston: Allyn and Bacon, Inc. Bucher, Charles A. (1964). Fundations of Physical Education Saint Lois. The CV. Mosby Company. Bucher, Charles A. (1983). Foundation of Physical Education and Sport. Missouri: CV Mosby Company. Clarkke, D.H. dan Clarke, H.H. (1984). Research Process in Physical Education. (2"d) Ed. New Jersey: Prentice Hall Inc. Ensiklopedia Indonesia. (1984). Jakarta Ikhtisar baru - Van Hoeve. Freeman, W.H. (1987). Physical Education and Sport in Changing Socienty. New York: Macmillan Publishing Company. Haag, H. (1975). Principle and Pedagogical Aspect, dalam Swanpo, S dan Mary, SM (Eds). Concepts of SPORT Science. Jakarta: Pusat Ilmu Olahraga KONI.
PDGK4208/MODUL 1
1.41
Ketetapan-ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tahun 1978-1983. Semarang: Suara Merdeka. Ketetapan-ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tahun 1983-1988. Semarang: Suara Merdeka. Ketetapan-ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tahun 1993-1998. Surabaya: Bina Pustaka Tama. Menpora. (1984). Pola Dasar Pembangunan Olahraga. Jakarta: Kantor Menpora. Rijsdrop, K. (1975). Gymnology. Jakarta: Direktorat Jenderal Olahraga dan Pemuda Depdikbud. Rusli Lutan. (1991). Ilmu Keolahragaan dan Beberapa Isu Filosofis, dalam Manusia Dan Olahraga, Seri Bahan Kuliah Olahraga ITB, Bandung: ITB, IKIP Bandung. Siregar M.F. (1978). Peranan Olahraga dalam Pembangunan Bangsa. Majalah Prisma, 4:46-70. Soemosasmito, S. (1990). Pendidikan Jasmani Suatu Analisis. Makalah, Seminar Keolahragaan Menyongsong Abad XXI, IKIP Malang. UNESCO. (1974). International Charter of Physical Education. Paris, Place du Fotenio.
MDDUL
2
Atletik Drs. Ade Mardiana
\ 1
PEND AH UL U AN
_
lr JL
si materi dalam Modul 2 merupakan Materi yang berdiri sendiri, artinya khusus memiliki sedikit kaitannya dengan modul-modul yang lainnya. Artinya dari masing-masing modul memiliki ciri yang berbeda sesuai dengan cabang olahraganya. Untuk mernbantu Anda menguasai rnateri Modul 2, maka dalam pembahasannya, secara sisternatis akan dibagi ke dalam dua Kegiatan Belajar. Kegiatan Belajar I membahas tentang teknik dasar dan cara pembelajaran nomor-nomor lari yang mencakup: (I) teknik dasar dan cara pembelajaran nomor lari sprin atau jarak pendek, dan (2) teknik dasar dan pembelajaran nomor lari jarak menengah atau jauh. Kegiatan belajar 2 akan dibahas mengenai teknik dasar nornor-nornor lompat dan lernpar serta cara pembelajarannya, yang mencakup: (I) teknik dasar dan cara pembelajaran lompat jauh dan lompat jangkit, dan (2) teknik dasar dan cara pembelajaran lernpar cakram, lempar lembing, tolak peluru dan lontar martil, Setelah selesai membaca Modul ini diharapkan Anda dapat: I. Menjelaskan konsep teknik dasar lari. 2. Menjelaskan konsep teknik dasar nomor-nomor lompat dan lempar. 3. Mempraktekan nornor-nornor lari. 4. Mempraktekan nornor-nornor lompat dan lempar. 5. Mempraktekan cara pembelajaran atletik di sekolah dasar.
PETUNJUK BELAJAR Untuk dapat memahami materi dalam Modul 2 ini dengan baik, serta dapat mencapai tujuan yang diharapkan, gunakan strategi belajar sebagai berikut,
2.2
I.
2. 3.
4.
PENOIOIKAN JASMANI DAN CLAHRAGA
e
Baca rnateri modul ini dengan seksama, tambahkan catatan pinggir berupa tanda tanya, atau pertanyaan, dan keterangan Jainnya, sesuai dengan pemikiran yang muncul dalam benak Anda. Diskusikan tugas-tugas belajar dengan ternan atau kelornpok belajar Anda. Bertanyalah kepada tutor Anda saat tatap rnuka. Bual catatan khusus hasil diskusi dalarn tutorial tatap rnuka untuk digunakan dalarn pernbuatan tugas rnata kuliah dan ujian akhir mata kuliah. Kerjakan tes fonnatif seoptimal mungkin.
•
2.3
PDGK420B/MODUL 2
KEGIATAN
BELA.JAR
1
Nomor-nomor Lari A. PEMBELAJARAN LARI JARAK PENDEK Sebelum Anda mempraktikkan pembelajaran lari sprint sebaiknya mengetahui terlebih dahulu beberapa hal sebagai berikut: Pertama, lari jarak pendek atau sprint adalah nomor-nomor lari dari rnulai lari 100 m sampai dengan jarak 400 m. Namun di ruang tertutup lari jarak pendek dapat dimulai dari jarak 50 m atau 60 m, tergantung kapasitas ruang perlombaan itu sendiri. Para ahli olahraga mengklasifikasikan nomor lari jarak pendek/sprinl sampai dengan jarak 400 m, bahkan beberapa ahli mengatakan sampai dengan jarak 800 n1. Sprint, tidak hanya dilakukan dalam nomor lari jarak pendek saja, tetapi juga dalam nomor jarak menengah atau jarak jauh seperti marathon. Dapat kita lihat ketika para pelari bersaing ketat menjelang garis finish. Kedua, dalam lari jarak pendek, energi yang digunakan adalah dari kapasitas anaerobik. Sedangkan pada perlombaan lari jarak jauh diperlukan kapasitas aerobik untuk menyuplai energi yang digunakan. Keseimbangan antara penggunaan kapasitas anaerobik dengan aerobik akan berubah sesuai dengan jarak lari. Ketiga, Sprint yang baik memerlukan reaksi yang cepat, akselerasi yang baik, dan efisiensi gerak lari. Terutama ketika membangun kecepatan start dan memelihara kecepatan maksirnum. Dilihat dari kesederhanaannya, perlombaan sprint sedikit aman dibandingkan dengan nornor-nomor lempar dan lompat. Meskipun dernikian nomor sprint memiliki gerakan-gerakan eksplosif yang dapat menyebabkan sobek atau tertariknya otot. Maka untuk menghindari terjadinya cedera, sangat penting untuk melakukan warming-up sebelum lari sprint dimulai. Warming-up harus dimulai dengan latihan yang ringan, lari-lari kecil dan latihan fleksibilitas. Intensitas ditingkatkan dengan striding cepat, sprint pendek dan latihan start. Harus berhati-hati mernilih latihan khusus yang digunakan dalam mengembangkan teknik sprint. Jika tidak didahului oleh warming-up yang baik, gerakan seperti lari dengan lutut diangkat tinggi, lompat-lompat dengan lutut diangkat tinggi, akan mengakibatkan otot paha (hamstring) tertarik dan otot lainnya cedera.
2.4
PENOIDIKAN JASMANI DAN CLAHRAGA
e
Pemanasan yang tidak cukup memadai, akan menimbulkan masalah dan dapat ,nempengaruhi kondisi. Keempat, yakinkan punya ruang yang cukup Juas untuk berbelok dan mengurangi kecepatan. Tetaplah tinggal di lintasan yang telah ditentukan dan tidak banyak berpindah posisi lari, dengan kata lain tetaplah berlari di lintasan sampai betul-betul aman, ha] ini untuk mencegah benturan. Gunakan spike (sepatu berduri) yang baik dalam masa latihan maupun masa perlombaan. Berikut ini adalah beberapa contoh pernbelajaran lari sprint dengan pola gerak dasar dorninan terutama dengan permainan yang dibuat untuk memperbaiki teknik sprint, koordinasi, teknik sprint, kekuatan tungkai, akselerasi, dan memperbaiki daya tahan sprint sesuai dengan hasil yang diharapkan. Pilihlah beberapa contoh dari setiap kelompok latihan permaman kemudian cobalah melakukannya dengan sungguh-sungguh.
1.
Pembelajaran Permainan untuk Melatih Kecepatan Lari Latihan kecepatan dalam Jari sprint ditekankan pada kecepatan reaksi, perbaikan koordinasi dan akselerasi. Kita harus berlatih reaksi secara visual, pendengaran dan isyarat yang dapat dirasakan dan diraba. Beberapa bentuk permainan yang dapat digunakan untuk melatih kecepatan adalah permainan kejar-kejaran, berlari ulang-alik, dan lari sambung. Permainan kecepatan ini dapat diarahkan pada aspek kompetisi . Berikut adalah beberapa contoh permainan yang diarahkan untuk membentuk kecepatan lari sprint. Anda dapat melalukannya secara acak yang menurut Anda mudah untuk dilakukan.
a.
Lari shadow
�& �
�
13
13.
Gerakan
badan
14.
14
kaki
rnenghadap
Gerakan
kaki
,nenyarnping
15.
dua
Gerakan
kaki
langkah
penuh
dua
ke
ke
sampmg
belakang
kiri
dari
sikap
siap
rneja.
langkah
ke
sarnping
kanan
dari
sikap
srap
forehand.
dua
langkah
menyampingforehand.
ke
sarnping
kanan
belakang
dari
sikap
siap
6.32
PENDIDIKAN
JASMANI
DAN
OLAHRAGA
•
� . o--11-1
�
2
17
16
I 6.
Gerakan
kaki
dua
langkah
I 8
ke samping kiri
dari
sikap siap menyamping
backhand. 17.
Gerakan
kaki
dua
langkah
ke
samping
belakang
kiri
dari
sikap
siap
menyamping backhand. 18.
Gerakan kaki
tiga langkah ke samping
forehand ke sikap
kiri dari sikap siap
rnenyamping
g backhand.
menyampin
20
19
21
Gambar 6.26 Rangkaian gerakan footwork
19.
Gerakan
kaki
tiga
lan gka h
ke
samping
kanan
dari
sikap
siap
menyamping backhand ke sikap menyampingforeha11d. 20.
Gerakan
kaki
tiga
langkah
ke
samping
belakang
kiri
dari
sikap
siap
badan menghadap penuh ke meja ke sikap rnenyamping backhand. 21.
Gerakan
kaki
tiga
langkah
ke
samping
belakang
kanan
dari
menghadap penuh ke meja ke sikap menyampingforehand.
sikap
siap
e
2.
PDGK420B/MODUL
Footwork Untuk
Ganda
Untuk dapat bermain dilatih.
Pada
sampin g kedua
permainan
kiri-k anan
macam
ganda dengan
ganda
atau
pola
6.33
6
gerak
kedua
baik
pemain
depan-b elakang, tersebut.
maka Jootworknya pun dapat
dapat
konbinasi
mengikuti
pola
menggunakan
mana
yang
haru s gerak
kombinasi
akan
digunakan
tergantung daripada tipe kedua pernain itu sendiri. Ada
beberapa
pola
gerakan
yang
dapat
kita
gunakan
pada
suatu
permainan ganda, antara lain:
a.
Gerakan ke samping kiri dan ke samping kanan Pola
ini
cocok
bagi
dua
pernain
(pasangan
pernain)
yang
kedu anya
bermain di dekat meja. Pasangan pemain yang kedua-duanya berdiri di dekat meja
harus
rnernpergunakan
pola
gerakan
seperti
yang
diperlihatkan
pada
gambar berikut. Tanda panah menunjukkan arah gerakan dari kedua pemain tersebut.
a
b
Gambar 6.27 pola gerakan footwork samping kiri-kanan untuk ganda
b.
Gerakan dengan pola huruf T.
Pada pola pasangannya
ini
satu
sebagai
defender dan flicker.
samping
kanan
seorang
sedang
sedang
hitter/serang dekat
pemain
looper
dan
meja,
blocker
bergerak
ke
depan
dan
atau
hitter bergerak ke samping
pasangannya
dan
pemain
long
kiri ke
chop
atau
ke
belakang
meja. Hitter berusaha mempertahankan posisi dekat
pasangannya
situasi permainan.
sebagai
Pada pola ini
mendekati dan menja uhi meja
orang
bergerak
ke
depan
dan
belakang
sesuai
dengan
6.34
c.
PENDIDIKAN
JASMANI
DAN
OLAHRAGA
•
Pola gerakan dengan bentuk huru] N atau N terbalik. Pada
hampir
pola
sama,
ini yaitu
meja.
menjauhi
kedua
pemain
bergerak
Mula-mula
ke
yang
biasa
mereka
adalah
backspin
pemain mungkin
pula
bermain
pada
keduanya
dan
bermain
ke
yang
belakang,
rnendekati
A
Pola
gerakan
zone
loop
pemain
stroke.
tipe
meja
sama
Mungkin pernain
tengah
stroke
ini
untuk
cocok
atau
atau
keduanya
stroke
backspin
jauh
mungkin
mendekati
atau
orang
dari
pula
loop
dan
memainkan
untuk dua
zone
pemain
atau
mendekati
meja sementara pemain B ganti
memainkan strokenya.
meja untuk
Biasanya
depan
pemain
strokenya, kemudian ia rnenjauhi
pemain
memiliki
meja.
keduanya
stroke
atau
kombinasi
dari
keduanya.
d.
Pola gerakan dengan bentuk huruf O Pada pola
bergerak
ini kedua pemain bergerak dengan arah melingkar. Pemain A
masuk
untuk
memainkan
strokenya,
kemudian
melingkar
ke
luar
sementara pemain B bergerak melingkar masuk ganti memainkan strokenya.
Pada pola ini setiap pemain mernberikan peluang yang bebas bagi partnernya. Pola
ini
sangat
cocok
untuk
pasangan
yang
pemain
kedua-duanya
mengutarnakan pukulanforehand.
e.
Pola gerakan dengan hentuk huruf
Pola
ini
cocok untuk
kombinasi
V terbalik
pemain
tangan
kiri
dan
pemain
tangan
kanan. Pemain yang satu berdiri di sebelah kiri meja sedangkan pasangannya berdiri meja
di
dan
semula.
tengah
sebelah
kanan
memainkan
Sementara
meja
untuk
meja.
Pemain
strokenya, itu
ganti
kemudian
pemain
mernainkan
pertama ia
bergerak segera
pasangannya
strokenya,
kemudian
ke
bagian
kembali
mengambil
langsung
posisi semula. Demikian seterusnya sampai suatu saat bola mati.
c
d
Gambar 6.28 Pola gerak dengan huruf V terbalik
e
pada
tengah posisi
tempat
di
kembali
ke
e
PDGK420B/MODUL
6.35
6
Suatu pola gerakan footwork tak perlu selalu dipertahankan selama suatu pertandingan
berlangsung.
Suatu
waktu
pola
itu
mungkin
harus
diubah
dan
menggunakan salah satu dari kelima pola gerakan tadi atau pola yang lain. Ini tergantung dari jenis perkembangan permainan lawan. Yang penting rnasing masing
partner
tahu
apa
yang
akan
dilakukan
teman-temannya,
sehingga
masing-rnasing dapat mengantisipasi setiap gerakan yang dilakukan. Diharapkan ganda
dapat
dengan
dasar
kelima
mengembangkan
pola
gerakan
permainan
tersebut,
semaksimal
para
rnungkin,
pemain Pemain
pernain ganda yang berpengalaman rnampu mengubah pola yang satu ke pola yang lain sesuai dengan situasi permainan.
- --
� �
-
L A T I H A N
-::
�
-- --
Untuk
memperdalam
pemahaman
Anda
mengenai
materi
di
atas,
kerjakanlah latihan berikut!
I)
J e l a s k a nbanyaknya langkah Footwork untuk tunggal dalarn
perrnainan
Tenis Meja? 2)
Da lam
permainan Tenis Meja sikap dasar gerakan kaki dapat dibedakan
menjadi beberapa bagian? 3)
Bagaimana
(Jelaskan !)
hubungan [ootwork
dengan
stance
dalam
permainan
tenis
meja?
Petunjuk Jawaban Latihan
l)
2)
Gerakan Footwork tunggal di bagi menjadi tiga, yaitu: a.
Footwork
b.
Footwork 2 langkah
c.
Footwork 3 langkah
I langkah
Sikap dasar gerakan
kaki
dalam
pennainan
Tenis
Meja dibagi
menjadi
tiga bagian , yaitu: a.
gerakan ke samping kiri dan ke samping kanan.
b.
gerakan
ke
depan,
gerakan
ke
depan
serong
kiri
dan
gerakan
ke
depan serong kanan. 3)
Untuk menjawab soal ini silakan Anda mengkaji ulang tentang deskripsi atau pengertian stance dan deskripsi joorworx.
6.36
PENDIDIKAN
�D
JASMANI
DAN
OLAHRAGA
R A N G K u MAN�------------------
Pegangan atau grip merupakan setiap pemain
yang memiliki
teknik individual yang dimiliki oleh
karakteristik tersendiri sehingga mewarnai
variasi pukulan sebagai dampak dari teknik pegangan tersebut.
Pegangan
yang
atau grip juga
menopang
memerlukan
terhadap kemampuan
suatu
sikap awal
kaitannya
pemain
dengan
karena
keberhasilan
teknik
sikap
pegangan
kaki
jenis-jenis
atau
stance
atau
pukulan
atau
stance
bergerak secara cepat baik pada sikap stance
saat melakukan pukulan serangan maupun bertahan. Jadi
erat
•
dari
grip
dari
akan
ini
masing-masing
menopang
,nasing-masing
terhadap
grip
yang
pukulan
dibagi
digunakan. Dalam
olah
raga
menjadi
dua
macarn,
Pukulan
forehand
tenis
meja
secara
garis
besarnya
pukulan forehand dan
yaitu:
digunakan
untuk
bola
mernukul
backhand.
pukulan yang
berada
di
sebelah kanan, sedangkan pukulan backhand digunakan untuk memukul bola
yang
tangan
berada
kanan,
sebaliknya.
di
sedangkan
Pada
memegang
bet
sedangkan
pada
memegang
sebelah
kiri jika
bagi
pemain
yang
forehand
pukulan
menghadap
ke
menghadap
depan
ke
menggunakan
menggunakan
posisi
telapak
pada
backhand
pukulan
bet
pemain
belakang
bola
tangan
punggung
kiri
yang
memukul
telapak
atau
tangan
tangan
waktu
posisi
pegangan
yang
tangan
menghadap ke depan pada saat memukul bola. Spin bermacam-macam seperti top spin (berputar ke atas), back spin (berputar ke
bawah)
dan
left sidespin
ada dua rnacam yaitu left sidespin
(berputar ke
samping).
Sidespin
(berputar ke samping kiri) dan right
sidespin (berputar ke samping kanan). Di juga
samping
pukulan
pukulan-pukulan
yang
lain
yaitu
baik
di
perlukan
footwork. tunggal
langkah, untuk suatu
bahas
smash.
rnenukik
dua,
kaki
ganda.
yang
Footwork
langkah dapat dibedakan
ada
permainan
kanan,
dua
langkah
beberapa ganda
dan
pola
antara
gerakan
terdapat
smash
adalah
ke bawah.
Footwork secara garis besarnya dibagi
footwork
atas
alas untuk memperoleh hasil pukulan yang
penempalan
footwork
di
Pukulan
atau
ganda
samping
di
baik
dan
banyaknya
telah
pukulan
pukulan yang keras dan arahnya Semua jenis pukulan di
yang
dengan
menjadi
:
yang
gerakan
pola
hurup
yaitu
jika
tiga, yaitu:
footwork
gerakan
lain
tunggal
disebut
tiga
ke
T,
footwork
dari satu
Sedangkan
digunakan
samping
pola
: footwork
dilihat
langkah.
dapat
dengan
kiri
gerakan
dalam dan
ke
dengan
bentuk huruf N atau N terbalik, kemudian pola gerakan dengan bentuk huruf 0, pola gerakan dengan bentuk huruf Y terbalik.
e
PDGK420B/MODUL
6.37
6
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1)
Suatu
keputusan
kontroversial
dari
orang-orang
barat
yang
melihat
keberhasilan orang-orang Cina dan Jepang dalam meraih prestasi adalah dengan
2)
mempertahankan cara memegang bet dengan . . . .
A.
Shakehand penho/d grip.
B.
Penhold shakehand grip.
C.
Shakehand grip.
D.
Penhold grip.
Sikap siap sedia dilakukan pada waktu melakukan
hal-hal di
bawah
ini,
kecuali . . . .
3)
A.
Sebelum melakukan service.
B.
Waktu menunggu service lawan.
C.
Menunggu pengembalian bola lawan.
D.
Sebelum bertanding dengan lawan.
Untuk memukul bola yang diarahkan kesebelah kiri
lawan dan jatuhnya
dekat net, maka pemain depan menggunakan gerakan kaki . . . .
4)
5)
A.
ke depan serong kanan.
B.
ke depan serong kiri.
C.
ke samping kiri.
D.
ke belakang serong kiri.
Pukulan forehand waktu memukul bola telapak tangan menghadap . . . . A.
ke samping
B.
ke samping kanan
C.
ke depan
D.
ke belakang
Pada
dorongan
kiri
forehand
dengan
tangan
kanan
mengambil
tubuh condong ke arah meja dengan pengertian bahwa . . . . A.
kaki kiri berada di depan
B.
kaki kanan berada di depan
C.
kaki kiri berada di belakang
D.
kedua kaki berdiri sejajar dengan meja
sikap
dasar
6.38
6)
7)
8)
9)
PENDIDIKAN
Yang
JASMANI
DAN
OLAHRAGA
•
dihasilkan pukulan bola topspin adalah . . . .
A.
bola berputar ke depan
B.
bola berputar ke belakang
C.
bola berputar ke samping
D.
bola berputar ke samping kanan
kiri
Yang dihasilkan pukulan bola backspin adalah . . . . A.
bola berputar ke depan
B.
bola berputar ke belakang
C.
bola berputar ke samping
kiri
D.
bola berputar ke samping
kanan
Pukulan smash akan lebih
sulit dilakukan pada waktu:
A.
bola mencapai titik tertinggi
B.
bola sebelum ,nencapai titik tertinggi
C.
bola sesudah ,nencapai titik tertinggi
D.
bola jalannya mendatar
Gerakan sikap awal
lengan
forehand
smash
kalau dibandingkan dengan
tinggi
dan
kontra serangan forehand, maka: A.
Letak
lengan
atas
sedikit
lebih
sedikit
lebih
jauh
dari
tub uh
10)
B.
Letak lengan atas lebih tinggi dan sedikit lebih jauh dari tubuh
C.
Letak lengan
D.
Letak lengan atas lebih tinggi dan lebih jauh dari tubuh
Pada
pola
ini
atas sedikit lebih tinggi dan jauh dari tubuh
kedua
hampir sarna, yaitu
pemain
memiliki
tipe
bergerak ke depan dan
bermain
yang
ke belakang,
sama
mendekati
atau dan
,nenjauhi meja. Pola ini disebut? A.
Pola T.
B.
Pola V.
C.
Pola 0.
D.
Pola N8.
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif I yang terdapat
di
Kemudian,
bagian gunakan
akhir
modul
rurnus
berikut
ini.
Hitunglah
untuk
Anda terhadap ,nateri Kegiatan Belajar I .
jawaban
mengetahui
tingkat
yang
benar.
penguasaan
e
PDGK420B/MODUL
6.39
6
Jumlah Jawaban yang Benar Tingkat penguasaan = ----------- x I OOo/o Jumlah
Arti tingkat penguasaan: 90 -
I
00% = baik
mencapai
rneneruskan
dengan
Anda
mengulangi
hams
belum dikuasai.
tingkat
Kegiatan
89 %
= baik
70 -
79%
= cukup
penguasaan
Belajar 2.
materi
sekali
80 -
< 70%
Apabila
Soal
80%
Bagus!
Kegiatan
= kurang
atau
Jika
Belajar
I,
lebih,
Anda
dapat
di
bawah
80%,
terutama
bagian
yang
masih
6.40
PENDIDIKAN
JASMANI
DAN
K E G I A T A N
Permainan
(f,
T
't::)
ntuk bisa
OLAHRAGA
B E L A .J A R
Bulu
•
2
Tangkis
bermain bulu tangkis yang benar, ada beberapa teknik yang
harus dikua sai
oleh
setiap
yang
memainkannya.
Teknik tersebut yaitu
cara memegang raket, cara mernukul shuttle cock, posisi kaki dan sikap dasar
siap, cara ,nengatur kerja kaki,
teknik pukulan, serta taktik dan strategi.
Tetapi dalam pernbahasan tentang unsur teknik dalam keterampilan bulu tangkis dapat diklasifikasikan menjadi empat macam, yaitu: I.
Teknik memegang raket (gri11s),
2.
Teknik mengatur kerja kaki tfootworkt,
3.
Teknik menguasai pukul an (strokes), dan
4.
Teknik menguasai pola-pola pukulan.
Keempat macam teknik di atas merupakan pokok bahasan dalam teknik bermain bulu tangkis yang dalam pembahasannya dapat dipisah-pisahkan,
A.
CARA MEMEGANG RAKET
Bagi
pemula yang sedang belajar bulu tangkis pertarna kali yang perlu
,nendapat
perhatian
pegangan
(handle)
adalah raket
cara
perlu
rnernegang
diberikan
raket.
seawal
Pengenalan
mungkin
fungsi
sebelum
siswa
menentukan pilihan jenis pegangan yang cocok baginya.
Kesalahan tipe
di
dalarn cara
perrnainannya dan
itulah
maka
sejak
akan
awal
rnernegang raket akan cenderung sulit pula diperbaiki
belajar,
pengenalan
untuk
fungsi
rnernbentuk
selanjutnya.
pegangan
Untuk
dan
cara
memegang raket hendaknya mendapat perhatian,
Ada Oleh
beberapa
PBS!
( 1985)
macam cara
cara
atau
mernegang
teknik raket
memegang
dibedakan
raket
menjadi
bulu
tangkis.
ernpat,
yaitu
American Grip, Forehand Grip, Backhand Grip dan Combination Grip.
1.
American Grip Untuk
letakkan
memperoleh
raker
di
keterampilan
lantai,
kemudian
tangkainya (handle) dengan tangan
antaribujari
dan
jari
cara
arnbil
cara seperti telunjuk
memegang
dan
American
peganglah
rnernegang pernukul
menempel
pada
pada
Grip,
ujung
kasur, bagian
bagian
permukaan
e
PDGK420B/MODUL
6.41
6
tangkai yang luas. Pennukaan raket sejajar dengan lantai.
Garn bar 6. 29. American grip
Pegangan raket dengan cara American gerakan yang sedikit kaku, namun
Grip ini tampaknya menghasilkan
dengan cara semacam ini ternyata sangat
efektif untuk pukulan smash di depan net atau untuk mengambil shuttlecock di atas net dengan cara yang
,nentipkan
menghadap ke muka
ke bawah secara tajam. Dengan daun raket
membuat si pemukul dengan mudah mengarahkan
shuttlecock ke kiri atau kanan
sehingga hasil pukulan selain keras juga sulit
untuk diduga arahnya. Di
samping
American
kurang
adanya
beberapa
untuk
seperti
disebutkan
di
alas
mengandung kelernahan, antara lain grip ini
Grip ini juga banyak
efektif
keuntungan,
melakukan
pukulan
backhand
dan
untuk
pennainan
netting di sebelah samping atau di bawah net. Mengingat adanya kelemahan kelemahan tersebut maka American Grip kurang diminati oleh para pemula.
2,
Forehand Grip Berbeda dengan cara American Grip maka untuk ,nemperoleh Forehand
Grip,
raket
dengan
diletakkan
cara,
bagian
lantai
tangan
pada bagian permukaan ubah (statis).
di
dalam
antara
posisi
ibu jari
kemudian
dengan jari
tangkai yang sempit.
Yang perlu diperhatikan di
miring
sini
telunjuk
peganglah menempel
Raket dipegang tanpa diubah adalah
letak
ujung
ibu jari, di
,nana ujung ibu jari tidak ,nelebihi dan tidak juga kurang dari jari telunjuk.
Gambar 6. 30. Forehand Grip
6.42
PENDIDIKAN
Dilihat
dari
posisi
tangan
cara
JASMANI
Forehand
DAN
ini
Grip
OLAHRAGA
•
rnernberikan
keuntungan dalam beberapa segi, yaitu: a.
terjaminnya
rasa
aman
karena
raket
dipegang
dengan
seluruh
telapak
tangan, pegangan terasa lebih kuat dan tidak mudah lepas; b.
dengan cara ini rnernudahkan pernain untuk melakukan gerakan pukulan terhadap shuttlecock yang datangnya dengan
cara
forehand
grip
ini
ke sebelah
pukulan
forehand
kanan badan sehin gga akan
dapat
dilakukan
dengan cerrnat, baik kecepatan shuttlecock maupun sasarannya;
c.
pemain
yang berrnain
rnemutar-rnutar
dengan
pegangan.
pegangan
Oleh
ini
Forehand Grip
karena
itu,
kesalahan
tidak perlu
rnenernpatkan
posisi daun raket terhadap shuttlecock lebih kecil.
Selain segi keuntungannya perlu pula diketahui kerugian dari pegangan Forehand Grip ini adalah sebagai berikut
a.
Karena
posisi
tangan
yang
tidak berubah -ubah
rnaka
untuk
rnelakukan
pukulan backhand jenis pegangan ini memerlukan kekuatan pergelangan
tangan atau
kekuatan sendi
bahu yang
luar biasa, dengan dernikian
ha!
ini memerlukan latihan secara khusus. b.
Selain
lernah dalam pukulan backhand pegangan seperti
dalam
menerkam
shuttlecock
di
muka
net.
Netting
ini juga lernah
dari
lawan
dengan
pegangan ini selalu diambil dengan net play lagi atau malah dengan lob,
tetapi
tanggung
datangnya forehand
3.
sehingga
shuttlecock.
lawan
Dengan
mudah
demikian
di
dalarn
maka
mengantisipasi
kelernahan
pegangan
rnenjadi tampak.
Backhand Grip Backhand
grip
rnerupakan
jenis
pegangan
lanjutan
dari
pegangan
forehand, yaitu dari Forehand Grip dapat beralih ke Backhand Grip dengan memutar
tangan
raket
kanan),
melainkan dengan
agak
jalan
seperempat
narnun dekat
putaran
posisi dengan
rnenernpelkan
ibu
ke
kiri
jari
daun
tidak
raket,
penampang
(bagi
seperti
atau
ibu
yang
cara
jari
memegang
pada
Forehand
rnernegangnya
pada
raket yang terlebar.
Garnbar 6. 3 1 . Backhand G'ip
dengan
perrnukaan
Grip
adalah tangkai
e
PDGK420B/MODUL
Keuntungan
diterka
dengan
karena
kelemahannya
selain
6.43
6
pegangan
shuttlecock
adalah
untuk
ini
bisa
adalah
keras
bahwa
juga
mengembalikan
hasil
pukulan
terkontrol,
sedangkan
service
shuttlecock
sulit
yang
datangnya ke arah kanan badan, terlebih lagi shuttlecock smash yang menuju badan antara bahu dan pinggang sebelah kanan.
4.
Co111bi11atio11 Grip
Combination GriJJ atau pegangan carnpuran adalah suatu cara rnemegang raket
dengan
mengubah
cara
pegangan
raket
sesuai
dengan
datangnya
shuttlecock dan jenis pukulan. Pegangan campuran ini merupakan kombinasi
antara
Forehand
ini
Grip
pemain
kelemahannya.
Grip
dengan
akan
memiliki
Perubahan
Backhand
cara
Dengan
Grip.
pukulan
yang
pegangan
komplit
ini
tidak
cara dan
sulit
sulit
sarna,
Atau
lebih jelasnya cara
dianalisis
dilakukan,
pegangan backhand dengan menggeser sedikit ibu jari ke kiri dapat ditemukan.
Combination
hat
memegang campuran
dan
ini sudah
ini
hampir
seperti cara Forehand Grip, tetapi setelah raket dimiringkan, tangkai
(handle) dipegang, seperti pada saat berjabat tangan.
Garn bar 6. 32. Combination G'ip
B.
SIKAP DASAR SIAP DAN CARA MENGATUR KERJA KAKI
I.
Sikap Dasar Siap Sikap
datangnya dalam
dasar
siap
shuttle
cock dari
keseimbangan
dengan
sikap
adalah
labil
tersebut
posisi
lawan.
atau
Sikap
dilakukan
akan
di
sikap dasar
permulaan siap
tengah
memudahkan
ini
yaitu
lapangan
kita
untuk
menyongsong sikap
(centre),
bereaksi
berdiri karena
bergerak
secepat mungkin menuju arah shuttle cock. Penempatan
posisi
kaki
senter
(di
tengah-tengah
lapangan)
merupakan
posisi dasar yang harus dirniliki oleh setiap pemain. Penguasaan posisi senter berarti penguasaan seluruh lapangan, sebab dengan menempatkan posisi kaki pada senter ini pemain berada pada posisi menengah sehingga seluruh daerah lapangan dasar
berada
pada
keberhasilan
posisi
terjangkau.
gerakan-gerakan
Sikap
berikutnya,
siap
yang
sedangkan
betul sikap
merupakan siap
yang
6.44
PENDIDIKAN
betul itu sendiri mudah dan lain
adalah suatu sikap yang memungkinkan
cepat
melakukan
gerakan-gerakan
penempatan posisi kaki dan sikap
untuk bergerak ke depan , ke samping
panjang.
Adapun
yang
DAN
OLAHRAGA
•
pemain untuk secara
diperlukan.
Dalam kata
tubuh berada pada posisi jangkau baik atau ke belakang. Dalam kaitan ini hal
hal berikut perlu dilakukan oleh pemain service
JASMANI
gambaran
pemula terutama setelah melakukan
posisi
sikap
dasar
siap
tersebut
dapat
dijelaskan sebagai berikut.
a.
Segera garis
setelah
melakukan
service
panjang
senter dengan jarak yang tidak
rapat,
cukup
tubuh
secara
mekanika mana
apabila kokoh
gerak
seluruh
kedua
dan
bahwa
telapak
kak:i
mampu
gerak
kaki
terlalu
sudah
di
mengangkangi
lebar dan juga tidak
ke
paling
menapak
kaki
dirasakan
bergerak
yang
kedua
segala
cepat
atas
marnpu arah.
didapat
lantai
terlalu
menopang
Berdasarkan
dari
dengan
posisi
lutut
di
agak
dibengkokkan. b.
Badan sedikit agak dibungkukkan, juga pada pinggang dan kedua
rupa
mata
terarah
sehingga
pada
shuttlecock.
menimbulkan
Sikap
sikap
ini
siap
lutut sambil
diusahakan
rnenerkam
sedemikian
ke
mana
pun
shuttlecock bergerak. c.
Posisi
raker
sedikit
hendaknya
miring
ke
kiri.
tepat
di
muka
Menjulurkan
dada
raker
dalam
ke
keadaan
bawah
dalam
luru s
atau
posisi
ini
hanya akan memperlambat reaksi gerakan dan tempo permainan saja,
d.
Pandangan
kedua
mata
selalu
tertuju
ke
arah
shuttlecock
yang
berada
dalam permainan. e.
Gambar berikut akan memperjelas posisi dan sikap dasar siap yang telah
diuraikan di atas.
.... •,•
I \
Dari samping
Dari belakang
Garn bar 6. 33. Posisi
Skap Dasar Sap
Dari depan
e
PDGK420B/MODUL
2.
6.45
6
Cara Mengatur Kerja Kaki Dalam permainan bulu tangkis fungsi kaki adalah membawa
suatu
titik
pemain
tertentu
sesuai
dengan
shuttlecock
datangnya
harus membuat suatu gerakan
tubuh pada
dan
kemudian
mernukul shuttlecock secara tepat dan
cermat ke suatu arah tertentu di lapangan lawan. Seperseratus detik saja kaki terlambat
sampai
di
tempat,
shuttlecock yang dipukul kualitasnya. terhadap
dalam
Penempatan
kualitas
posisi
badan
keadaan
posisi
yang
pukulan juga akan
akan
tidak
menjadi
tidak
mantap
sempurna baik arah
kurang
baik
selain
dan
maupun
berpengaruh
mempersulit pengembalian
posisi
pada
pukulan berikutnya. Kesalahan pukulan pertama akan berakibat pada pukulan yang
kedua
dan
seterusnya
kesalahan
itu
makin
parah
sehingga
akhirnya
shuttlecock tidak dapat dikembalikan lagi. Secara garis besar cara mengatur kerja kaki oleh PBS! ( 1985) dibedakan rnenjadi dua macam, yakni tipe jinjit dan tipe nlapak, sedangkan faktor-faktor penopang keberhasilan dalam mengatur kerja kaki adalah penempatan posisi kaki dan sikap siap, rnelangkah menuju shuttlecock serta posisi kaki pada saat rnemukul.
Oleh karena itu, dua di antara faktor penopang yakni penempatan posisi kaki dan sikap dasar serta posisi kaki pada saat memukul telah dikemukakan, maka
pembahasan
berikutnya
akan
lebih
mengarah
ke
pembahasan
tentang
melangkah menuju shuttlecock.
a.
Tipe Jinjit dan Tipe Menlapak Tipe jinjit
kaki,
di
posisi dan
mana
kaki
cepat.
kanan,
dilakukan tumit
yang
semacam
langsung
mengangkat tumit
lantai
bagian
Untuk bergerak
kaki
Berbeda
oleh
dengan
maka
untuk
belakang
ini ke
yang
bergerak
di
atas
sedikit
terangkat
ke
atas.
menyebabkan muka,
dapat
karena
tipe
pemain
tumit sudah dalam
melangkahkan
tubuh
ke samping atau
digerakkan
menlapak,
gerakan
kaki
atau
tanpa masih
keadaan ke
mana
ke belakang
dalam
pun
lincah
kiri
dahulu
keadaan
kaki
ujung
Penempatan
menjadi
terlebih
posisi
kedua
harus
terangkat.
menl apak
arahnya,
atau
gerakan
pada yang
pertama harus dilakukan adalah ,nengangkat tumit dari lantai, baru kemudian ujung kaki dapat meninggalkan
lantai. Jika diukur secara cermat tempo atau
waktu yang digunakan untuk mengangkat tumit dari lantai
kurang lebih satu
per
satu
sepuluh
detik
atau
lebih.
Namun,
detik itu sangat berharga di dalam posisi menyerang atau bertahan.
waktu
mengambil
yang
hanya
per
sepuluh
inisiatif pada saat atau dalam
6.46
PENDIDIKAN
Masing-masing yang
menlapak
kaki
jinjit
sebaliknya
penempatan
memiliki
lebih
mengutamakan
tipe
akan
kelebihan dan
menguntungkan
faktor
posisi
terasa
rugi
jenis
baik
tipe
ini
posisi
menyerang
pukulan
digunakan
•
ataupun
Penempatan
kekerasan
jinjit
OLAHRAGA
yang jinjit
permainan
dan
(speed)
jika
kaki,
DAN
kekurangannya.
pada
kecepatan
JASMANI
yang
(po,ver),
untuk
jenis
permainan bertahan yang mengandalkan pada stroke yang cermat dan faktor antisipasi yang tinggi. Tipe
penempatan
posisi
kaki
menlapak
lebih
sering
pemain-pemain yang mengandalkan pada stroke, yakni
dilakukan
oleh
melakukan pukulan
pukulan yang berpola tertentu secara cermat dengan disertai modal antisipasi yang
tinggi.
Antisipasi
akan
dimiliki
oleh
seorang
pemain
apabila
pemain
lebih banyak berlatih atau bertanding. Sebagaimana
telah
diketahui
bahwa
untuk menduga atau ,nenganalisis lawan
sebelum
Kemampuan
dipukul.
menduga
adalah
daya
manusia
ke arah mana shuttlecock akan diarahkan
Jadi,
ini
antisipasi
sifatnya
lebih
menyebabkan
tidak
awal sulit
dari
pada
bagi
pemain
reaksi. untuk
mengendalikan shuttlecock. Pemain tidak perlu terburu-buru dengan langkah langkah
yang mubajir, ke mana shuttlecock terarah kesitulah ia menuju, dan
perrnainannya begitu santai tetapi cermat.
Tipe menlapak ini adalah tipe permainan penambahan
untuk
jenis
nilai
atau
pain
permainan
pada
yang
kesalahan
bertahan yang mengandalkan lawan.
mengutamakan
Tipe
ini
kecepatan
kurang
dan
cocok
kekerasan
pukulan.
b.
Melangkah Menuju Shuttlecock
Dalam
melangkah
memegang
peranan
berantakan
pada
menuju
penting.
waktu
unsur
shuttlecock,
Pengaturan
antisipasi
dan
langkah reaksi
antisipasi
menuju
terlambat.
dan
reaksi
shuttlecock dapat
Jika
menghadapi
lawan yang memiliki pukulan tipuan maka berhati-hati dalam mengantisipasi sebab bergerak sebelum shuttlecock dipukul akan menyebabkan adanya gerak star
yang
cepat false
salah false/fault
terhadap start
pukulan
adalah
yang
dengan
False
start
adalah
disangka
akan
tiba.
start.
berdiam
di
ternpat
reaksi
Untuk
sebelum
yang
lerlampau
mencegah lawan
adanya
memukul
shuttlecock.
Bergeraklah ke arah shuttlecock dengan langkah yang sesedikit mungkin dan mengaturnya sesuai dengan jarak antara badan dan shuttlecock sehingga
e
PDGK420B/MODUL
6.47
6
pada langkah terakhir berada pada posisi yang paling menguntungkan untuk melakukan pukulan ke segala arah yang diinginkan.
Beberapa
kesulitan
yang
sering
dihadapi
oleh
pemain
pemula
adalah
pertama adanya kesulitan start yan g tepat pada waktu mengejar shuttlecock. Kedua,
kesulitan
shuttlecock,
berhenti
dan
kesulitan
dalam yang
posisi
ketiga
yang
sesuai
adalah
mernukul
untuk
kurang
bisa
mernelihara
keseimbangan badan pada waktu memukul shuttlecock. Dalam mengejar shuttlecock apabila jarak badan dan shuttlecock antara 1,5
sampai
posisi
8 meter,
berlari.
pergunakanlah
Hasil
langkah
penelitian
menyilang untuk mendapatkan
menunjukkan
bahwa
gerakan
akan
berlangsung lebih cepat bila digunakan langkah-langkah berlari biasa dengan didahului
oleh
langkah
menyilang
sebagai
persiapan.
Gerakan
pilihan
yang
lebih larnbat adalah memajukan kaki yang terdekat pada shuttlecock dengan cepat
dilangkahkan
ke
depan,
kernudian
merapatkan
kaki
yang
sebelah
sehingga tercapai tempat yang dituju. Gerakan
menuju
ke
mengejar
suatu
shuttlecock
tempat
di
mana
pada
prinsipnya
shuttlecock
merupakan
tertuju,
dan
gerakan
usaha
untuk
rnenernpatkan diri sehingga shuttlecock yang datang dapat dimainkan dengan
rnudah dan berhasil baik. Menurut M.L Johnson (1984) ada delapan shuttlecock
yang
pemula bukan seefisien
merupakan
kidal,
mungkin.
prasyarat
agar dapat bermain Delapan
macam
yang
A.
Gerakan ke arah depan kanan.
B.
Gerakan ke arah depan kiri.
C.
Gerakan ke arah samping kanan.
D.
Gerakan ke arah samping kiri.
E.
Gerakan ke arah belakang kanan.
F.
Gerakan ke arah belakang kiri.
G.
Gerakan di tengah ke arah depan.
H.
Gerakan di tengah ke arah belakang.
harus
dengan
gerakan
sebagai berikut.
daerah dasar gerakan menuju dimiliki
oleh
menggunakan
menuju
pemain
gerak
shuttlecock
yang
tersebut
6.48
PENDIDIKAN
Gambar-gambar
berikut
akan
,nemberikan
JASMANI
DAN
gambaran
OLAHRAGA
tentang
•
berbagai
proses gerakan melangkah menuju shuttlecock.
Net
Net
KRK
KN
o
K$)
-
3
�J·
�
� -D
(l {Y1