Modul Praktikum Pengenalan Dasar Laboratorium PDF [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Elsa
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODUL PRAKTIKUM PENGENALAN DASAR LABORATORIUM



PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR 2018



MODUL PRAKTIKUM PENGENALAN DASAR LABORATORIUM



PENYUSUN : WIRNAWATI, M.Si., Apt. DEASY NUR CHAIRIN HANIFA, M.Clin.Pharm., Apt. DWI LESTARI, M.Si., Apt.



PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR 2019



2



KATA PENGANTAR



Syukur alhamdulillah kepada Allah SWT, akhirnya modul praktikum Pengenalan Dasar Laboratorium ini dapat tersusun dengan baik. Modul ini merupakan pedoman bagi mahasiswa semester I Fakultas Farmasi dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur dalam melaksanakan praktikum. Praktikum Pengenalan Dasar Laboratoriumr merupakan praktikum dasar yang diselenggarakan agar mahasiswa lebih memahami dan mengenal terkait peralatan yang ada di dalam laopratorium dan keselamatan kerja selama praktikum. Semoga dengan tersusunnya modul praktikum ini dapat berguna bagi perkembangan pengetahuan mahasiswa dalam menekuni ilmu farmasi. Akhirnya guna penyempurnaan modul ini, kami secara terbuka menerima saran dan kritik. Semoga modul ini bermanfaat.



Samarinda, September 2019



Penyusun



3



TATA TERTIB



1. Praktikan harus datang 15 menit sebelum praktikum dimulai. Keterlambatan lebih dari 0 menit dengan alasan apapun tidak diijinkan mengikuti praktikum dan harus mengganti pada hari lain. 2. Sebelum praktikum dimulai, praktikan diwajibkan: a. Mempersiapkan dasar teori dan alat yang akan dipraktikumkan (ditulis dalam laporan sementara). b. Mengikuti pretes sebelum pelaksanaan praktikum. Jika nilai pretest kurang dari standar (65), maka praktikan tidak diperkenankan mengikuti praktikum. c. Mengumpulkan laporan akhir praktikum sebelumnya. d. Menggunakan jas praktikum. 3. Selama praktikum: a. Praktikan dilarang berpakaian yang melanggar batas kesopanan dan kesusilaan. Praktikan tidak diperkenankan berpakaian ketat, mengenakan kaos tanpa kerah, bersandal (termasuk selop). Praktikan putra rambut harus rapi. Sanksi pelanggaran tata tertib ini berupa skorsing dikeluarkan dari ruang praktikum. b. Setiap praktikan wajib membawa lab bersih dan menggunakan alat pelindung diri (APD), seperti jas praktikum, masker, penutup kepala, dan sarung tangan karet. 4. Setelah selesai praktikum: a. Hasil praktikum harus disahkan oleh asisten atau dosen jaga dengan menunjukkan hasil percobaan. b. Meja dan kursi laboratorium harus dirapikan dan dibersihkan. Alat dan bahan yang diambil harus dikembalikan ke tempat semula dalam keadaan rapi. c. Praktikan yang merusak atau memecahkan alat praktikum wajib mengganti dengan alat yang sesuai spesifikasinya. 5. Jika praktikan lebih dari satu kali tidak hadir, maka praktikan tersebut dinyatakan tidak lulus praktikum Pengenalan Dasar Laboratorium dan harus mengulang pada tahun berikutnya (terhitung dengan asistensi). 6. Ijin ketidakhadiran hanya berlaku jika sakit (disertai dengan surat keterangan dokter), keluarga dekat (bapak, ibu, adik, atau kakak) ada yang meninggal, dan sebab keadaan darurat yang berkaitan dengan jiwa dan praktikan harus 4



mengganti praktikan pada hari lain. 7. Penggantian hari karena alasan terlambat atau ijin dilaksanakan dengan mekanisme memo sesuai dengan peraturan yang berlaku di Laboratorium setempat. 8. Praktikan harus aktif dan berinisiatif sendiri mencari pengumuman yang berkaitan dengan



praktikum



Pengenalan



Dasar



Laboratorium



(jadwal,



pembagian



kelompok, korektor, dan lain-lain). Kesalahan menerima informasi menjadi tanggung jawab praktikan.



5



PANDUAN UMUM KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM



1. Memakai jas praktikum selama praktikum berlangsung. Lebih baik dilengkapi dengan sarung tangan, masker, dan alas kaki. 2. Mempersiapkan materi praktikum yang akan dikerjakan, pahami semua prosedur kerja secara keseluruhan sebelum memulai praktikum. 3. Bekerja dengan sungguh-sungguh dan tidak diperbolehkan mengganggu praktikan lain, seperti bermain-main di laboratorium atau bergurau. 4. Tidak diperbolehkan makan, minum atau menghisap permen selama bekerja di laboratorium, serta menggunakan alat laboratorium sebagai wadah makanan atau minuman. Pengguna laboratorium dilarang keras merokok. 5. Membaca dengan cermat dan memahami petunjuk penggunaan semua peralatan sebelum menggunakannya. Jika belum memahami tanyakan kepada asisten, dosen, atau laboran. 6. Sebelum menggunakan bahan, cek label pada wadah minimal dua kali untuk memastikan kebenaran bahan yang diambil. 7. Mengambil bahan yang diperlukan secukupnya dan tidak diperbolehkan mengembalikan bahan kimia sisa kembali ke wadahnya untuk menghindari kontaminasi.



Tidak



diperbolehkan



memindahkan



bahan-bahan



keluar



laboratorium. 8. Letakkan tas dan buku-buku yang tidak dipakai di dalam loker. 9. Jauhkan tangan dari wajah, mata, mulut, dan badan saat menggunakan bahanbahan kimia atau peralatan laboratorium dan segera cuci tangan setelah melakukan percobaan. 10. Semua pekerjaan dan penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya dengan uap beracun atau dapat mengganggu pernafasan, harus dilakukan di dalam almari asam. 11. Jika bahan kimia mengenai mata atau kulit segera cuci dengan air mengalir sekurangnya selama 10 menit. 12. Pastikan peralatan yang digunakan bersih dan tidak rusak atau retak. 13. Bekerja dengan hati-hati ketika memanaskan bahan-bahan. Gunakan kain untuk membantu memindahkan bahan yang masih panas. Hindarkan percikan cairan atau terhirupnya uap selama bekerja.



6



14. Jauhkan semua senyawa organik yang mudah menguap, seperti: alkohol, eter, kloroform, aseton, dan spiritus dari api secara terbuka karena bahan mudah terbakar. Sebaiknya pemanasan dilakukan dengan menggunakan waterbath. 15. Bila pemanasan menggunakan api terbuka, nyalakan pembakar spiritus (bunsen) dengan korek api biasa, jangan menyalakannya dengan pembakar spiritus lain yang sudah menyala, untuk menghindari terjadinya letupan api. Jika ingin mematikan api pada pembakar spiritus, gunakan penutup sumbunya, jangan mematikan api dengan meniup untuk mencegah terjadinya kebakaran atau letupan api. 16. Jangan mencoba mencicipi bahan kimia atau mencium langsung asap atau uap dari mulut tabung reaksi. Namun, kipaslah terlebih dahulu uap ke arah muka. 17. Jangan sekali-sekali menghisap pipet melalui mulut untuk mengambil larutan asam atau basa kuat seperti: HNO3, HCl, H2SO4, Asam asetat glasial, NaOH, NH4OH,



dan



lain-lain.



Gunakan



pipet



dengan



bola



penghisap



untuk



memindahkan bahan-bahan tersebut atau bahan beracun lainnya ke dalam alat yang akan digunakan. 18. Segera tutup kembali bahan kimia yang disediakan dalam botol tertutup untuk mencegah terjadinya inhalasi bahan-bahan. 19. Jangan sampai menumpahkan bahan-bahan kimia, terutama asam atau basa pekat, di meja kerja atau lantai. Bila hal ini terjadi, segera laporkan pada laboran atau petugas laboratorium. 20. Jangan mencelupkan glassware panas di air dingin, karena dapat menyebabkan glassware retak. Biarkan dahulu di suhu ruang hingga glassware tidak lagi panas. 21. Bila terjadi kontak dengan bahan-bahan kimia berbahaya, korosif, atau beracun, segera bilas dengan air sebanyak-banyaknya. Selanjutnya segera laporkan kepada laboran atau petugas laboratorium. 22. Jangan menggosok-gosok mata atau anggota badan lain dengan tangan yang mungkin sudah terkontaminasi bahan kimia. 23. Berhati-hatilah bila bekerja dengan bahan uji yang berasal dari bahan biologis, seperti saliva, karena mungkin dapat terinfeksi kuman atau virus berbahaya, seperti hepatitis. a. Sebaiknya gunakan sarung tangan sekali pakai, terutama bila ada luka.



7



b. Cuci segera tangan atau anggota badan lain yang kontak atau terpercik bahan tersebut. c. Cuci alat-alat praktikum dengan sabun dan sterilisasi dengan merendamnya dalam larutan Natrium hipoklorit 0,5% selama 30 menit. d. Bersihkan meja laboratorium dengan air sabun dan dengan larutan Natrium hipoklorit 0,5%. 24. Tampung cairan atau larutan yang telah selesai digunakan (limbah cair) di dalam jerigen penampungan limbah sesuai dengan karakteristik limbah cairnya. 25. Mengetahui letak dan prosedur penggunaan peralatan keamanan, seperti pemadam api. Jika terjadi kebakaran pada alat, segera cabut kontak peralatan dengan sumber listrik dan segera hubungi asisten, dosen atau laboran. 26. Jika terjadi kecelakaan atau terluka, segera hubungi asisten, dosen, atau laboran. 27. Setelah semua pekerjaan selesai, bersihkan alat yang telah digunakan dan meninggalkan laboratorium dalam kondisi kembali bersih.



8



HAL-HAL MENGENAI LAPORAN 1. Praktikum ini mewajibkan setiap praktikan membuat Laporan Sementara dan Laporean Resmi dengan waktu pengumpulan yang telah disepakati. 2. Praktikan yang tidak membuat dan membawa laporan sementara tidak diperkenanankan mengikuti praktikum. 3. Setiap laporan akan diperiksa oleh dosen pengampu dan diberikan penilaian akhir jika telah memenuhi persyaratan minimal. 4. Keseluruhan laporan yang telah memenuhi persyaratan menjadi bukti dan syarat dapat mengikuti ujian akhir praktikum (responsi). 5. Adapun penilaian laporan sebagai berikut: Penilaian



Poin Maksimal



Tujuan Percobaan



5



Dasar Teori



20



Alat



5



Hasil Pengamatan



25



Pembahasan



30



Penutup



5



Daftar Pustaka



10



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 3 TATA TERTIB ....................................................................................................................................... 4 PANDUAN UMUM KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM ............................................. 6 HAL-HAL MENGENAI LAPORAN ..................................................................................................... 9 DAFTAR ISI......................................................................................................................................... 10 MODUL 1 ............................................................................................................................................. 11 MODUL 2 ............................................................................................................................................. 23 MODUL 3 ............................................................................................................................................. 31 MODUL 4 ............................................................................................................................................. 34 MODUL 5 ............................................................................................................................................. 39 MODUL 6 ............................................................................................................................................. 44 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 51



10



MODUL 1 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA



Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan pengenalan dan dasar dari keselamatan, serta kesehatan kerja, sehingga diharapkan tenaga kerja dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman, serta mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi.



A. Sejarah dan definisi keselamatan dan kesehatan kerja Sejarah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dimulai pada abad ke-14 di Eropa dengan Bernardius Ramazzini (1633-1714) yang dianggap sebagai bapak kesehatan kerja dan usaha K3, sedangkan di Indonesia K3 dimulai tahun 1847. Secara keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Kesehatan dan keselamatan Kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri.



B. Regulasi K3 Adapun peraturan pemerintah mengenai K3, antara lain: 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 mengenai Keselamatan Kerja 2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 mengenai Kesehatan 3. Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pasal 86 ayat 1-3 dan pasal 87 ayat 1-2 4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05 Tahun 1996 mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja 5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 04 Tahun 1967 mengenai Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukkan Ahli Keselamatan Kerja. 6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03/MEN/98 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan. 7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 155 Tahun 1984 yang merupakan penyempurnaan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 125 Tahun1982 11



mengenai Pembentukan Susunan dan Tata Kerja DK3N, DK3W, dan P2K3, pelaksanaan dari Undang-undang Keselamatan Kerja. 8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 mengenai Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 02 Tahun 1992 mengenai Tata cara Penunjukkan, Kewajiban, dan Wewenang Ahli K3. 10. Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Akibat Hubungan Kerja. Tujuan adanya peraturan kesehatan dan keselamatan kerja, yaitu : 1. Menjamin Kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan orang yang bekerja di laboratorium 2. Mencegah orang lain terkena risiko terganggu kesehatannya akibat kegiatan di laboratorium 3. Mengontrol penyimpanan dan penggunaan bahan yang mudah terbakar dan beracun 4. Mengontrol pelepasan bahan berbahaya (gas) dan zat berbau ke udara, sehingga tidak berdampak negatif terhadap lingkungan.



C. Sumber Bahaya Bahaya merupakan sesuatu yang berpotensi menyebabkan cedera atau luka. Bahaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. bahaya getaran, contoh sumbernya peralatan yang dapat menimbulkan kebisingan. 2. bahaya kimia, contoh sumbernya bahan yang digunakan atau dihasilkan selama bekerja di Laboratorium. 3. bahaya radiasi, contoh sumbernya lampu penerangan, alat pemanas makanan, dan lain-lain. 4. bahaya pencahayaan, contoh sumbernya cahaya penerangan yang kurang memadai. 5. kebisingan.



12



Bahaya dapat dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan sumbernya, yaitu : 1. Fisik, contohnya kebisingan, ergonomi, pencahayaan, radiasi, suhu dingin, suhu panas, dan getaran. 2. Mekanik, contohnya part yang bergerak, part yang berotasi (seperti berasal dari mesin; terjepit, terpotong, terpukul, tergulung, tersayat, tertusuk benda tajam). 3. Elektrikal, contohnya adalah voltase dan area magnetic (Seperti sengatan listrik, hubungan arus pendek, kebakaran, petir, listrik statis). 4. Kimia, contohnya substansi yang mudah terbakar, beracun, dan korosif, seperti amoniak, natrium hidroksida, asam sianida, asam chloride, akrilamida, Ethylene Oxide, formaldehyde, glutaraldehyde, gas anestesi, mercury, chlorine. 5. Biologis, contohnya virus, Bakteri, Jamur, dan Parasit.



Penandaan label yang menempel pada kemasan bahan kimia sangatlah penting. Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai identitas bahan kimia di dalamnya termasuk jenis bahaya, prosedur darurat, alat pelindung diri, serta nama, alamat, nomor telepon pembuatnya, serta informasi mengenai bahaya utama dari bahan kimia tersebut. Tanda-tanda bahaya yang dimaksud antara lain: 1. Inflammable substances (bahan mudah terbakar) a. Explosive (mudah meledak) Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “explosive” tidak boleh terkena benturan, gesekan pemanasan, api, dan sumber nyala lain, bahkan tanpa oksigen atmosferik. Ledakan akan dipicu oleh suatu reaksi keras dari bahan. Energi tinggi dilepaskan dengan propagasi gelombang udara yang bergerak sangat cepat. Di laboratorium, campuran senyawa pengoksidasi kuat dengan bahan mudah terbakar atau bahan pereduksi dapat meledak. Sebagai contoh asam nitrat dengan beberapa solven, seperti aseton, dietil eter, etanol, dan lain-lain.



13



Gambar 1.1. Simbol Explosive



b. Oxidizing (pengoksidasi) Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “oxidizing” biasanya tidak mudah terbakar. Jika kontak dengan bahan mudah terbakar atau bahan sangat mudah terbakar, mereka dapat meningkatkan risiko kebakaran



secara



signifikan.



Sebagai



contoh



kalium



klorat,



kalium



permanganate, dan asam nitrat pekat.



Gambar 1.2. Simbol Oxidizing



c. Extremly flammable (amat sangat mudah terbakar) Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “extremely flammable” adalah bahan yang memiliki titik nyala sangat rendah (di bawah 0oC) dan titik didih rendah dengan titik didih awal (di bawah 35oC). Bahan amat sangat mudah terbakar berupa gas dengan udara dapat membentuk suatu campuran bersifat mudah meledak di bawah kondisi normal. Contohnya yaitu dietil eter (cairan) dan propane (gas).



14



Gambar 1.3. Simbol Extremly flammable



d. Highly flammable (sangat mudah terbakar) Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “highly flammable” adalah subyek self-heating dan mereka mempunyai titik nyala rendah (di bawah 21oC) atau di bawah atmosferik biasa. Beberapa bahan sangat mudah terbakar menghasilkan gas yang amat sangat mudah terbakar di bawah pengaruh kelembaban. Bahan-bahan yang dapat menjadi panas di udara pada temperatur kamar tanpa tambahan pasokan energi dan akhirnya terbakar, juga diberi label sebagai “highly flammable”. Sebagai contoh aseton dan logam natrium.



Gambar 1.4. Simbol Highly flammable



e. Flammable (mudah terbakar) Tidak ada simbol bahaya diperlukan untuk melabeli bahan dan formulasi dengan notasi bahaya “flammble”. Bahan dan formulasi likuid yang memiliki titik nyala antara 21oC - 55oC dikategorikan sebagai bahan mudah terbakar.



2. Bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan Pengelompokan bahan dan formulasi menurut sifat toksikologinya, terdiri atas akut dan efek jangka panjang, tidak bergantung apakah efek tersebut disebabkan oleh pengulangan, tunggal atau eksposisi jangka panjang. Suatu 15



parameter yang digunakan untuk menilai toksisitas akut suatu zat adalah harga LD50nya yang ditentukan dalam percobaan pada hewan uji. Harga LD50 merefleksikan dosis yang mematikan dalam mg per kg berat badan yang akan menyebabkan kematian 50% dari hewan uji. a. Very toxic (sangat beracun) Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “very toxic” dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, mulut atau kontak dengan kulit. Sebagai contoh kalium sianida, hydrogensulfide, nitrobenzene, dan atripin.



Gambar 1.5. Simbol Very toxic



b. Toxic (beracun) Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “toxic” dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, mulut atau kontak dengan kulit. Sebagai contoh solven dan benzene.



Gambar 1.6. Simbol toxic



c. Harmful (berbahaya) Bahan dan formula yang ditandai dengan notasi bahaya “harmful” memiliki risiko merusak kesehatan jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, mulut, atau 16



kontak dengan kulit. Sebagai contoh solven 1,2-etane-1,2-diol atau etilenglikol dan diklorometan (karsinogenik).



Gambar 1.7. Simbol Harmful



3. Bahan-bahan yang merusak jaringan a. Corrosive (korosif) Bahan dan formulasi dengan notasi bahaya “corrosive” adalah merusak jaringan hidup. Jika suatu bahan merusak kesehatan dan kulit hewan uji dapat diprediksikan karena karakteristik kimia bahan uji, seperti asam (pH11,5) ditandai sebagai bahan korosif. Sebagai contoh asam mineral seperti HCl dan H2SO4 maupun basa seperti larutan NaOH (>2%).



Gambar 1.8. Simbol Corrosive



b. Irritant (menyebabkan iritasi) Bahan dan formulasi dengan notasi bahaya “irritant” tidak korosif tetapi dapat menyebabkan inflamasi jika kontak dengan kulit atau selaput lendir. Sebagai contoh isopropilamina, kalsium klorida, dan asam/basa encer.



17



Gambar 1.9. Simbol Irritant



c. Bahan berbahaya bagi lingkungan Bahan dan formulasi dengan notasi bahaya “dangerous for environment” dapat menyebabkan efek tiba-tiba atau dalam selang waktu tertentu pada suatu kompartemen lingkungan (air, tanah, udara, tanaman, mikroorganisme) dan menyebabkan gangguan ekologi. Sebagai contoh tributil timah kloroda, tetraklorometan, dan petroleum hidrokarbon seperti pentana dan bensin.



Gambar 1.10. Simbol Dangerous for Environment



D. Pencegahan terjadinya kecelakaan selama bekerja di laboratorium Kontak kulit dan mata, penghirupan, dan pencernaan merupakan bentuk paparan atau resiko penyebab kecelakaan yang terjadi saat bekerja di laboratorium. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari atau mengurangi resiko tersebut, antara lain: 1. Hindari mengganggu atau mengejutkan orang lain yang sedang bekerja di laboratorium, seperti bersenda gurau, membuat keributan atau kegaduhan berlebih atau bermain handphone. 2. Fokus dalam bekerja di laboratorium dan tidak terburu-buru. 3. Tidak makan, minum, merokok, mengunyah permen karet, menggunakan kosmetik, dan meminum obat di laboratorium, serta menjaga kebersihan baik sebelum, selama, dan sesudah bekerja di laboratorium. 18



4. Tidak mengecap bahan kimia laboratorium dan tidak melakukan pemipetan dengan menggunakan mulut. 5. Tidak menggunakan wadah atau peralatan di laboratorium sebagai tempat menaruh makanan. Gunakan peralatan laboratorium hanya untuk tujuan yang dimaksudkan. 6. Tidak menggunakan sumber air laboratorium dan air laboratorium demineral sebagai air minum. 7. Jangan menghirup uap secara langsung ataupun menggunakan tudung kimia laboratorium untuk pembuangan bahan yang



mudah menguap dan



berbahaya melalui evaporasi. 8. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap. 9. Jangan membiarkan percobaan tidak dijaga dan bekerja sendirian di labratorium. 10. Cuci tangan dengan sabun dan air segera setelah bekerja dengan bahan kimia apapun, meskipun sudah menggunakan sarung tangan.



E. Penanganan dan tindakan pertolongan kecelakaan kerja 1. P3K (First Aid) P3K (First Aid) merupakan upaya pertolongan dan perawatan sementara terhadap korban kecelakaan sebelum mendapat pertolongan yang lebih sempurna dari dokter atau paramedik. Alat-alat yang harus tersedia di kotak P3K, yaitu kapas, perban/pembalut, kasa steril plester gulung, plester tunggal (band aid), kain pembalut lebar untuk kecelakaan berat, boor water, wangiwangian (eau de cologne), mercucrhome / obat merah, gelas pencuci mata, gunting kecil dan besar, jepitan / pinset, serta obat-obatan.



Gambar 1.11. Kotak P3K



19



2. Disinfektan Disinfektan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran oleh jasad renik atau obat untuk membasmi kuman penyakit. Disinfektan dapat juga diartikan sebagai senyawa kimia yang bersifat toksik dan memiliki kemampuan membunuh mikroorganisme yang terpapar secara langsung oleh disinfektan. Namun disinfektan tidak dapat membunuh spora bakteri, sehingga pada kasus tertentu



dibutuhkan



metode



seperti



sterilisasi



dengan



otoklaf



untuk



membunuh spora bakteri. Jenis-jenis disinfektan, yaitu klorin, iodin, alkohol, amonium kuartener, formaldehida, kalium permanganat, dan fenol.



Gambar 1.12. Disinfektan



3. Pemadam kebakaran / PMK Pemadaman kebakaran/PMK adalah petugas atau dinas yang dilatih dan bertugas untuk menanggulangi kebakaran. Kebakaran dapat terjadi bila terdapat 3 hal, yaitu terdapat bahan yang mudah terbakar, terdapat suhu yang tinggi yang disebabkan oleh sumber panas, dan terdapat oksigen (O 2) yang cukup kandungannya. Terdapat 3 cara untuk mengatasi/memadamkan kebakaran,



yaitu



cara



penguraian,



cara



pendinginan,



dan



cara



isolasi/lokalisasi. Bahan Pemadam kebakaran yang banyak dijumpai, yaitu bahan pemadam air, busa (foam), gas CO2, powder kering (Dry chemical), dan gas halogen / BCF. Kebakaran diklasifikasikan menjadi 4 kategori yaitu kelas A, B, C, dan D. Untuk beberapa negara ada yang menetapkan sampai kelas E.



20



Gambar 1.13. APAR (Alat Pemadam Apri Ringan)



F. Peralatan perlindungan di laboratorium Peralatan keselamatan berfungsi untuk melindungi mahasiswa (praktikan) atau laboran dari kecelakaan yang dapat terjadi pada saat bekerja dengan alat atau bahan berbahaya dan bahan yang dapat menimbulkan kebakaran. Berikut ini beberapa peralatan perlindungan di laboratorium, yaitu: 1. Pakaian yang digunakan pada saat di laboratorium adalah pakaian yang harus menutupi seluruh tubuh dan kenakan pakaian pelindung seperti jas laboratorium atau wearpack dengan jenis bahan sesuai dengan tingkat bahayanya.



Gambar 1.14. Jas Laboratorium



2. Jangan memakai cincin, gelang, arloji, atau perhiasan lain yang bisa rusak, menjerat bahan kimia sehingga dekat dengan kulit kita, menyentuh sumber listrik, atau terbelit di mesin, serta pakaian atau aksesori yang terbuat dari kulit. 3. Gunakan sepatu keselamatan ketika bekerja. Misalnya adanya lapisan baja di bagian depan sepatu (steel toe) untuk menangani benda yang berat atau sepatu dengan sol konduktif untuk melindungi dari kejutan listrik.



21



Gambar 1.15. Sepatu Keselamatan



4. Gunakan kacamata pengaman dengan pelindung samping untuk bekerja di laboratorium. Perlindungan mata dengan menggunakan safety goggles dan pelindung wajah menggunakan perisai wajah atau masker. Bahan material pelindung disesuaikan dengan tingkat bahaya bahan kimia yang digunakan. Jangan gunakan kontak lensa.



Gambar 1.16. Pelindung Mata dan Wajah



5. Penggunaan sarung tangan dikenakan sepanjang waktu ketika bekerja di dalam laboratorium sesuai dengan derajat bahaya.



22



MODUL 2 MIKROBIOLOGI Mikrobiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari organisme hidup yang kecil yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Organisme yang dipelajari dalam mikrobiologi, yaitu mikroorganisme yang meliputi bakteri, virus, jamur, dan protozoa.



Adapun



alat-alat



dasar



yang



umum



digunakan di



laboratorium



mikrobiologi, antara lain: a. Jarum Inokolum Merupakan



alat



yang



digunakan



untuk



memindahkan



biakan



untuk



ditanam/ditumbuhkan ke media baru. Jarum inokulum biasanya terbuat dari kawat nichrome atau platinum sehingga dapat berpijar jika terkena panas.Bentuk ujung jarum dapat berbentuk lingkaran (loop) dan disebut ose atau inoculating loop/transfer loop, dan yang berbentuk lurus disebut inoculating needle/Transfer needle.Inoculating loop cocok untuk melakukan streak di permukaan agar, sedangkan inoculating needle cocok digunakan untuk inokulasi secara tusukan pada agar tegak.



Gambar 2.1 Jarum inokolum/ose



b. Mikropipet merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan cairan yang bervolume cukup kecil, biasanya kurang dari 1000 μl. Banyak pilihan kapasitas dalam mikropipet, misalnya mikropipet yang dapat diatur volume pengambilannya (adjustable volume pipette) antara 1μl sampai 20 μl, atau mikropipet yang tidak bisa diatur volumenya, hanya tersedia satu pilihan volume (fixed volume pipette) misalnya mikropipet 5 μl. dalam penggunaannya, mikropipet memerlukan tip.



Gambar 2.2 Mikropipet c. Tabung reaksi Merupakan alat yang digunakan untuk uji-uji biokimiawi dan menumbuhkan mikroba.Tabung reaksi dapat diisi media padat maupun cair. Tutup tabung reaksi dapat berupa kapas, tutup metal, tutup plastik atau aluminium foil. Media padat yang dimasukkan ke tabung reaksi dapat diatur menjadi 2 bentuk menurut fungsinya, yaitu media agar tegak (deep tube agar) dan agar miring (slants agar).Padapembuatan agar miring, perlu diperhatikan tentang kemiringan media, yaitu luas permukaan yang kontak dengan udara tidak terlalu sempit atau tidak terlalu lebar dan perludihindari jarak media yang terlalu dekat dengan mulut tabung,karena



memperbesar



resiko



kontaminasi.



Umumnya



media



yang



ditambahkan berkisar 10-12 ml tiap tabung.



Gambar 2.3 Tabung Reaksi d. Labu Erlenmeyer Merupakan alat yang berfungsi untuk menampung larutan, bahan atau cairan. Labu Erlenmeyer dapat digunakan untuk meracik dan menghomogenkan bahanbahan komposisi media, menampung akuades, kultivasi mikroba dalam kultur cair, dan lain-lain. Terdapat beberapa pilihan berdasarkan volume cairan yang dapat ditampungnya, yaitu 25 ml, 50 ml, 100 ml, 250 ml, 300 ml, 500 ml, dan 1000 ml.



24



Gambar 2.4 Labu Erlenmeyer e. Beaker glass Merupakan alat yang memiliki banyak fungsi. Pada praktikum mikrobiologi, beaker glass dapat digunakan untuk preparasi media dan menampung akuades.



Gambar 2.5 Beaker glass



f. Cawan Petri Merupakan alat yang berfungsi untuk membiakkan (kultivasi) mikroorganisme. Medium dapat dituang ke cawan bagian bawah dan cawan bagian atas sebagai penutup. Cawan petri tersedia dalam berbagai macam ukuran, diameter cawan yang biasa berdiameter 15 cm dapat menampung media sebanyak 15-20 ml, sedangkan cawan berdiameter 9 cm dapat menampung media sebanyak 10 ml.



Gambar 2.6 Cawan Petri 25



g. Tabung Durham Merupakan



alat



yang



berfungsi



untuk



menampung



hasil



fermentasi



mikroorganisme berupa gas. Saat digunakan, tabung durham ditempatkan terbalik di dalam tabung reaksi yang lebih besar dan tabung ini kemudian diisi dengan medium cair. Setelah seluruhnya disterilkan dan medium sudah dingin, maka dapat dilakukan inokulasi. Jika bakteri yang ditumbuhkan dalam media tersebut memang menghasilkan gas, maka gas akan tampak sebagai gelembung pada dasar tabung durham.



Gambar 2.7 Tabung Durham h. Termometer Merupakan batang kaca yang panjangnya 300 mm, diameter 6-7 mm berisi air raksa dan gas, serta dilengkapi dengan skala derajat Celcius. Berfungsi untuk mengukur suhu suatu larutan atau ruang inkubator.Prinsip kerjanya, yaitu mengukur suhu sesuai laju air raksa di dalam termometer.



Gambar 2.8 Termometer i. Pengaduk L Alat ini berfungsi untuk meratakan sampel yang dimasukkan ke dalam media yang ada di cawan petri dengan cara di putar.



26



Gambar 2.9 Pengaduk L Sebelum melakukan praktikum, alat-alat yang akan digunakan sebaiknya dilakukan sterilisasi. Sterilisasi adalah proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk kehidupan, seperti mikroorganisme. Sterilisasi dapat dilakukan tergantung dari bahan atau alat yang akan disteril. Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu cara mekanik, cara fisik, dan cara kimiawi.Adapun alat-alat sterilisasi yang umumnya digunakan di dalampraktikum mikrobiologi, antara lain: a. Pembakar Bunsen Salah satu alat yang berfungsi untuk menciptakan kondisi yang steril adalah pembakar bunsen. Api yang menyala dapat membuat aliran udara, karena oksigen dikonsumsi dari bawah dan diharapkan kontaminan ikut terbakar dalam pola aliran udara tersebut. Alat ini umumnya digunakan untuk sterilisasi jarum ose atau yang lain.



Gambar 2.10 Bunsen b. Autoklaf Merupakan alat pemanas tertutup yang digunakan untuk mensterilisasi suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi (121 0C, 15 lbs) selama kurang lebih 15 menit. Penurunan tekanan pada autoklaf tidak dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme, melainkan meningkatkan suhu dalam autoklaf 27



Gambar 2.11 Autoklaf c. Oven Merupakan alat yang berfungsi untuk sterilisasi kering. Alat-alat yang disterilkan menggunakan oven antaralain: peralatan gelas, seperti cawan petri, tabung reaksi, dan lain-lain. Proses sterilisasi kering dengan oven dilakukan dengan cara memanaskan oven dengan suhu 180oC selama 1 jam.



Gambar 2.13 Oven d. Inkubator Merupakan alat untuk menginkubasi atau memeram mikroba pada suhu yang terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur waktu.Inkubator merupakan alat yang digunakan untuk menginkubasi atau mengerami suatu biakan. Selain inkubator, dapat pula digunakan penangas air (water bath).



Gambar 2.12 Inkubator 28



e. Laminar Air Flow (LAF) Merupakan tempat yang digunakan untuk melakukan inokulasi mikrobiologi. Inokulasi penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi merupakan pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi.Saat ingin melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu semua alat yang akan digunakan dipastikan tetap steril, hal ini agar menghindari terjadinya kontaminasi.



Gambar 2.13 Laminar Air Flow Berikut ini, alat-alat yang digunakan pada proses analisis mikrobiologi, yaitu: a. Colony counter Alat ini berguna untuk mempermudah perhitungan koloni yang tumbuh setelah diinkubasi di dalam cawan, karena adanya kaca pembesar.Alat ini dilengkapi dengan skala/kuadran yang sangat berguna untuk pengamatan pertumbuhan koloni dengan jumlah yang sangat banyak. Jumlah koloni pada cawan Petri dapat ditandai dan dihitung otomatis menggunakan alat ini, yang kemudian dapat direset kembali jika ingin digunakan.



Gambar 2.14 Colony Counter



29



b. Mikroskop cahaya Salah satu alat untuk melihat sel mikroorganisme adalah mikroskop cahaya. Melalui mikroskop kita dapat mengamati sel bakteri yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Pada umumnya mata tidak mampu membedakan benda dengan diameter lebih kecil dari 0,1 mm.



Gambar 2.15 Mikroskop Cahaya c. Mikroskop stereo (Zoom Stereo Microscope) Mikroskop ini berfungsi untuk melihat objek yang membutuhkan perbesaran tidak terlalu besar.Mikroskop stereo biasanya digunakan untuk mengamati secara detail bentuk koloni dan jamur.



Gambar 2.16 Mikroskop Stereo Bahan Materi Dasar Teori 1. Metode-metode sterilisasi alat (Prinsip kerja dan alat-alt sterilisasi) 2. Metode analisis mikrobiologi (Difusi dan DIlusi)



30



MODUL 3 FARMAKOLOGI Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang obat khususnya yang berkaitan dengan pengaruh sifaf fisika-kimiawinya terhadap tubuh, respons bagianbagian tubuh terhadap sifat obat, nasib yang dialami obat dalam tubuh, dan kegunaan obat bagi kesembuhan. Beberapa alat-alat yang umumnya digunakan dalam praktikum farmakologi, antara lain: a. Centrifuge Merupakan alat yang berfungsi untuk proses pemisahan antara larutan dan padatan (separasi)menggunakan gaya sentrifugal dengan kecepatan rotasi tertentu.



Gambar 3.1 Centrifuge



b. Kandang Diuretik Merupakan tempat yang digunakan untuk menampung urin sebagai bahan penelitian.



Gambar 3.2 Kandang Diuretik c. Sonde Oral Alat ini digunakan untuk memasukan makanan atau obat kedalam kerongkongan hewan uji.



Gambar 3.3 Sonde Oral



d. Spuit Alat ini digunakan untuk menginjeksikan cairan kepada hewan uji.



Gambar 3.4 Spuit e. Timbangan Hewan Alat ini digunakan untuk menimbang berat badan hewan uji.



Gambar 3.5 Timbangan Hewan



f. Satu set alat operasi, meliputi: 1. Pisau bedah 2. Pinset anatomi, pinset bedah (menjepit jaringan), pinset bengkok 3. Gunting bedah, Nald Vooder (untuk menjepit jarum jahit dan sebagai penyimpul benang), Gunting Deseksi untuk menggunting benang dan merapikan luka 4. Klem, dibagi dalam beberapa jenis, yaitu: a) Klem Arteri Pean,terdapat dua jenis, yaitu lurus dan bengkok. Kegunaanya adalah untuk hemostatis jaringan tipis dan lunak. b) Klem Kocher, terdapat dua jenis, yaitu bengkok dan lurus. Sifatnya mempunyai gigi pada ujungnya, seperti pinset sirugis. Kegunaannya adalah untuk menjepit jaringan. c) Klem Allis berfungsi untuk menjepit jaringan yang halus dan menjepit tumor. d) Klem Babcock berfungsi untuk menjepit dock atau kain operasi.



32



B



A



E



F



I



J



C



G



K



D



H



L



Gambar 3.6 Satu set alat bedah A. Pisau Bedah; B. Pinset Anatomi; C. Pinset Jaringan; D. Pinset Bengkok; E. Gunting Bedah; F. Gunting Nald Vooder; G. Gunting Deseksi; H. Klem Arteri Pean Lurus; I. Klem Arteri Pean Bengkok; J. Klem Kocher; I. Klem Allis; K. Klem Babcock



g. Kandang hewan uji Tempat ini berfungsi untuk pemeliharan dan pengamatan hewan uji selama masa pengujian atau penelitian.



Gambar 3.7 Kandang Hewan Uji



Bahan Materi Dasar Teori 1. Metode analisis farmaskologi (in vivo dan in vitro) 2. Jenis-jenis hewan uji



33



MODUL 4 FARMASETIKA DAN TEKNOLOGI FARMASI



Farmasetika adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat yang meliputi, pengumpulan, pengawetan dan pembakuan bahan-bahan obatan, serta pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai obat. Sedangkan teknologi farmasi adalah ilmu yang membahas tentang teknik dan prosedur pembuatan sediaan farmasi dalam skala industri farmasi termasuk prinsip kerja, serta perawatan atau pemeliharaan alat-alat produksi yang penunjangnya sesuai dengan ketentuan cara pembuatan obat yang baik (CPOB). Beberapa alat-alat yang umumnya digunakan pada praktikum Farmasetika, antara lain: a. Mortar dan alu Alat ini berfungsi untuk menghaluskan atau menggerus suatu benda atau zat. Mortar dan alu ini terbuat dari keramik. Kelebihan menggunakan mortar dan alu dari bahan keramik, yaitu bahan atau zat yang ditumbuk dan dihaluskan tidak akan tertinggal pada mortar, seperti halnya bila menggunakan mortar yang terbuat dari batu.



Gambar 4.1 Mortar dan Alu



b. Penangas air (Water Bath) Alat ini berfungsi untuk menciptakan suhu yang konstan dan digunakan untuk melebur basis, menguapkan ekstrak, serta inkubasi pada analisis mikrobiologi.



Gambar 4.2 penangas Air



c. Timbangan miligram Alat ini berfungsi untuk menimbang bobot suatu benda dengan ukuran yang kecil (mg).



Gambar 4.3 Timbangan Miligram d. Anak timbangan Alat ini berfungsi untuk kalibrasi timbangan.



Gambar 4.4 Anak Timbangan e. Kaca arloji Alat ini berfugsi untuk menyimpan bahan yang akan ditimbang terutama untuk bahan jenis padat atau pasta.



Gambar 4.5 Kaca Arloji



f. Spatula (logam dan plastic) Alat ini digunakanuntuk mengambil bahan-bahan kimia dalam bentuk padatan, misalnya dalam bentuk kristal. Jika zat atau bahan kimia yang akan diambilmemiliki reaksi dengan logam sebaiknya digunakan spatula plastic, sedangkan zat-zat yang tidak bereaksi dengan dengan logam dapat digunakan spatula logam.



35



.



Gambar 4.6 Spatula g. Batang pengaduk Alat ini berfungsi untuk mengaduk suatu larutan hingga homogen.



Gambar 4.7 Batang Pengaduk



h. Alat pengisi kapsul Alat ini berfungsi untuk membantu bahan atau zat obat yang berbentuk serbuk dalampengisian ke kapsul.



Gambar 4.8 Alat Pengisi Kapsul i. Sudip Alat ini berfungsi untuk mengambil bahan yang bersifat serbuk.



Gambar 4.9 Sudip j. Gelas ukur Alat ini berfungsi untuk mengukur volume segala benda, baik benda cair maupun bendapadat pada berbagai ukuran volume. 36



Gambar 4.10 Gelas Ukur k. Beaker glass Merupakan alat yang memiliki banyak fungsi. Pada praktikum farmasetika dan teknologi farmasi, beaker glass dapat digunakan untuk tempat mengaduk, mencampur, dan memanaskan cairan.



Gambar 4.11 Beaker Glass Beberapa alat-alat yang umumnya digunakan pada praktikum Teknologi Farmasi, antara lain: a. Single punch tablet press Alat ini berfungsi untuk membentuk obat atau bahan obat dari sediaan serbuk menjadi sediaan tablet.



Gambar 4.12 Single punch tablet press b. Viskometer Merupakan alat yang digunakan untuk mengukur besar viskositas (kekentalan) suatu cairan. Viskometer memiliki beberapa bentuk, tergantung dari jenis larutan yang digunakan (plastis dan pseudoplastis) 37



Gambar 4.13 Viskometer Brookfield c. Disintegration tester Merupakan alat yang digunakan untuk menguji waktu hancur pada tablet. Suatu tablet dikatakan memenuhi standar, jika tablet mampu hancur dalam suhu tubuh.



Gambar 4.14 Disintergration tester d. Ayakan (sieving analyzer) Alat ini berfungsi untuk mengayak serbuk sesuai dengan ukuran mesh.



Gambar 4.15 Ayakan (Sieving analyzer)



38



Bahan Materi Dasar Teori 1. Macam-macam bentuk sediaan (Padat, Semi Padat, Cair) 2. Metode analisis sediaan farmasi, beserta alatnya (contoh: Alat disintegration tester, untuk analisis waktu hancur tablet) (Minimal 10 metode)



MODUL 5 FARMAKOGNOSI



Farmakognosi merupakan ilmu pengetahuan yang menjelaskan tentang obatobatan dari tumbuh-tumbuhan, hewan dan mineral, yang berhubungan dengan biologis, biokimia,serta ilmu perdagangan obat-obatan dan khasiatnya. Beberapa alat yang umumnya digunakan pada praktikum Farmakognosi, antara lain: a. Soxhlet Merupakan alat yang digunakan untuk ekstraksi (metode untuk mendapatkan senyawa dari sistem campuran) padat-cair atau memisahkan suatu komponen dalam suatu padatan dengan menggunakan suatu pelarut cair.



Gambar 5.1 Soxhlet b. Perlokasi 39



Merupakan alat yang digunakan untuk proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan pelarut yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu percolator. Perkolasi bertujuan untukmenarik zat berkhasiat pada suatu simplisia secarakeseluruhan dan umumnya dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak tahan pemanasan.



c. Destilasi atau penyulingan



Gambar 5.2 Perkolasi



Merupakan suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan



atau



kemudahan



menguap



(volatilitas)



bahan.



Pada



proses



penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu.



Gambar 5.3 Destilasi Uap



d. Labu destilasi Alat yang digunakan untuk menampung zat-zat, utamanya zat yang memiliki titik lebih tinggi ketika proses destilasi.



40



Gambar 5.4 Labu Destilasi



e. Desikator Merupakan alat untuk menyimpan bahan-bahan yang harus bebas air dan mengeringkan zat-zat dalam laboratorium. Terdapat dua jenis desikator, yaitu desikator biasa dan desikator vakum.



Gambar 5.5 Desikator f. Corong pisah Buchner Merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan dua larutan yang tidak bercampur karena adanya perbedaan massa jenis. Corong pisah biasa digunakan pada proses ekstraksi.



Gambar 5.6 Corong Pisah Buchner



g. Kawat Kasa Merupakan alat yang berfungsi untuk menahan beker gelas atau labu ketika proses pemanasan menggunakan bunsen atau pemanas spiritus.



41



Gambar 5.7 Kawat kasa



h. Kaki tiga Alat yang digunakan sebagai penyangga pembakar spritus.



Gambar 5.8 Kaki Tiga



i. Condesor Merupakan alat yang memiliki fungsi untuk mendinginkan cairan panas dan mengembunkan uap.



Gambar 5.9 Condensor j. Rotary vakum evaporator Instrumen yang menggunakan prinsip destilasi (pemisahan), untuk memisahkan ekstrak dan pelarut. Prinsip utama dalam instrumen ini terletak pada penurunan tekanan pada labu alas bulat dan pemutaran labu alas bulat hingga berguna agar pelarut dapat menguap lebih cepat dibawah titik didihnya



Gambar 5.10 Rotary vakum Evaporator 42



Bahan Materi Dasar Teori 1. Definisi Ekstraksi, Metode-metode ekstraksi dan alatnya. 2. Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi



43



MODUL 6 KIMIA ANALIS DAN FISIKA



KimIa analisis adalah cabang ilmu kimia yang berfokus pada analisis cuplikan material untuk mengetahui komposisi, struktur, dan fungsi kimiawinya. Berdasarkan metode analisa, kimia analis dibagi menjadi dua jenis, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Sedangkan Farmasi Fisika merupakan ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip fisika pada sediaan farmasi, seperti rheology (sifat alir), mikromiretik, dan lain-lain. Beberapa alat yang umumnya digunakan pada praktikum kimia dan fisika, antara lain: a. Corong Corong dibagi menjadi dua jenis, yakni corong yang menggunakan karet atau plastik dan corong yang menggunakan gelas. Corong digunakan untuk memasukan atau memindah larutan ke satu tempat ke tempat lain dan digunakan pula untuk proses penyaringan setelah diberi kertas saring pada bagian atas.



Gambar 6.1 Corong b. Labu ukur leher panjang, Alat ini digunakan untuk membuat dan atau mengencerkan larutan dengan ketelitian yang tinggi.



Gambar 6.2 Labu Ukur Leher Panjang



c. Gelas ukur Alat ini digunakan untuk mengukur volume larutan. Pada saat praktikum dengan ketelitian tinggi gelas ukur tidak diperbolehkan untuk mengukur volume larutan.Pengukuran dengan ketelitian tinggi dilakukan menggunakan pipet volume.



Gambar 6.3 Gelas Ukur d. Filler (karet pengisap) Alat ini digunakan untuk menghisap atau menarik larutan yang akan digunakan dari botol larutan. Larutan selain air sebaiknya menggunakan karet pengisap yang telah disambungkan pada pipet ukur.



Gambar 6.4 Karet Penghisap e. Pipet ukur Alat ini digunakan untuk mengukur volume larutan.



Gambar 6.5 Pipet Ukur



45



f. Pipet volume atau pipet gondok atau volumetric Alat ini digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tertentu sesuai dengan label yang tertera pada bagian yang menggembung.



Gambar 6.6. Pipet Gondok g. Pipet tetes Alat ini digunakan untuk meneteskan atau mengambil larutan dengan jumlah kecil.



Gambar 6.7. Pipet Tetes h. Tabung reaksi Alat ini digunakan untuk mereaksikan dua zat atau lebih.



Gambar 6.8 Tabung Reaksi i. Indikator universal Alat ini digunakan untuk identifikasi keasamaan larutan/zat, dengan cara setelah kertas indikator universal dicelupkan ke dalam cairan/larutan, selanjutnya dicocokan warna yang ada pada kotak kertas universal.



46



Gambar 6.9 Indikator Universal j. Rak tabung reaksi Alat ini digunakan untuk tempat tabung reaksi. Biasanya digunakan pada saat melakukan percobaan yang membutuhkan banyak tabung reaksi.



Gambar 6.10 Rak Tabung



k. Penjepit Alat ini digunakan untuk menjepit tabung reaksi. Berbahan dasar kayu.



Gambar 6.11 Penjepit l. Stirer dan batang magnet stirrer Merupakan pengaduk magnetik yang digunakan untuk mengaduk larutan. Batangbatang magnet diletakan di dalam larutan kemudian disambungkan arus listrik maka secara otomatis batang magnetik dari stirer akan berputar.



47



Gambar 6.12 Stirer dan batang Magnetic stirer



m.Klem dan statif Merupakan penjepit yang umumnya digunakan untuk menjepit soklet pada proses ekstraksi,menjepit buret dalam proses titrasi, dan menjepit kondensor pada proses destilasi.



Gambar 6.13 Klem dan statif n. Buret Alat ini digunakan untuk titrasi, tetapi pada keadaan tertentu dapat pula digunakan untuk mengukur volume suatu larutan.



Gambar 6.14 Buret o. Clay triangle Alat ini digunakan untuk menahan wadah, misalnya krus pada saat pemanasan atau corong pada waktu penyaringan. 48



Gambar 6.15 clay triangel



p. Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) Merupakan pengukuran energi cahaya oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu.



Gambar 6.16 Spektrofotometri sinar tampak (Uv-Vis) q. Plat tetes Alat ini digunakansebagai penguji keasaman suatu larutan atau mereaksikan larutan. Plat tetes biasanya terbuat dari porselen.



Gambar 6.17 Plat tetes Gambar 6.17 Plat tetes r. Viskometer Ostwald Viskometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur viskositas (kekentalan) suatu larutan.secara kualitatif. Viskometer memiliki beberapa bentuk tergantung jenis aliran dari cairan tersebut (plastik dan pseudoplastik). Salah satu yang umum digunakan adalah viskometer Ostwald. Prinsip kerja viskometer Ostwald, yaitu dengan cara mengukur waktu yang dibutuhkan bagi cairan dalam melewati 2 tanda ketika mengalir, yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi melalui viskometer Ostwald. 49



Gambar 6.18 Viscometer Ostwald



Bahan Materi Dasar Teori 1. Definisi Kimia Dasar, Kimia Analis, dan Fisika Farmasi 2. Metode-metode analisis kimia beserta alatnya 3. Metode-metode analisis fisika berta alatnya



50



DAFTAR PUSTAKA



Benson, 2001,Microbiological applications lab manual, 8th ed. The McGraw-Hill. New york Drs. Chairlan, M. Biomed Dra. Estu Lestari, MM.2004.Pedoman Teknik dasar untuk laboraturium kesehatan.penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta. Drs. H Syamsuni, Apt.2006.Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, penerbit buku kedokteran .ECG. Harley and Prescott, 2002,Laboratory exercises in microbiology, 5th ed. The McGraw-Hill Companies. Boston Kementrian Kesehatan RI, 2016, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Kementrian Kesehatan RI, Jakarta. Nuryati, 2017, Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Farmakologi. Indo.Kemkes.BPPSDM. jakarta Drs. Chairlan, M. Biomed Dra. Estu Lestari, MM.2004.Pedoman Teknik dasar untuk laboraturium kesehatan.penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.