Morbus Hensen - Kusta Skenario 1 Blok 20 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Thesa Yurika SKENARIO 1 BLOK 20 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM Bercak merah ku tidak hilang-hilang Seorang laki-laki berusia 45 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan sandal sering terlepas sendiri saat sedang berjalan disertai muncul bercak bercak merah yang baal sejak 1 tahun yang lalu. Bercak merah tersebut awalnya muncul di dada semakin lama meluas ke wajah, lengan dan tungkai. Pasien tidak ada demam, namun kadang terasa nyeri pada siku lengan kanan saat ditekan. Pada pemeriksaan fisik kulit regio thorakalis, fasialis, ekstremitas superior dan inferior dekstra et sinistra dijumpai plak eritem dengan skuama diatasnya ukuran nummular-plakat, jumlah multipel, susunan diskret, distribusi generalisata. Cuping telinga kanan dan kiri tampak menebal, kulit kering dan dijumpai penipisan rambut pada kedua alis. Pemeriksaan sensibilitas ditemukan hipoaestesi pada lesi dan pada telapak tangan dan kaki didapatkan adanya glove and stocking anaesthesia. Hasil pemeriksaan saraf tepi didapatkan penebalan N. Auricularis magnus sinistra, N. Ulnaris dextra Saat dilakukan Pemeriksaan dengan pewarnaan Ziehl Neelsen didapatkan indeks bakteri 3+ dan indeks morfologi 20%. KONSEP : INFEKSI MICROBACTERIUM LEPRA (MORBUS HENSEN/KUSTA)



A. DEFINISI Kusta didefinisikan sebagai penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae dan terutama menyerang kulit dan saraf perifer. Kusta berasal dari bahasa India kustha yang telah dikenal sejak 1400 tahun sebelum masehi. Penyakit kusta disebut juga Morbus Hansen, sesuai dengan nama dr. Gerhard Armauwer Hansen yang menemukan bakteri penyebabnya pada tahun 1874 di Norwegia. Penyakit kusta ini mempunyai afinitas utama pada saraf tepi/perifer, kemudian kulit, dan dapat mengenai organ tubuh lain seperti mata, mukosa saluran napas atas, otot, tulang dan testis. Lepra merupakan infeksi bakteri granulomatosa kronis, terutama mempengaruhi



kulit dan saraf perifer yang disebabkan oleh M. leprae. M. lepra dapat menginfeksi manusia mulai dari 2-5 tahun, setelah lebih 5 tahun maka manifestasi akan muncul dan dapat menular melalui droplet atau saluran pernapasan. Merupakan suatu infeksi kronis, jenis penyakit granulomatosa dengan tanda lesi pada kulit, jika menyerang sistem saraf tepi akan menyebabkan mati rasa dan dapat erlanut secara progresif. Tahan asam dan bersifat obligat intraseluler. Dapat ditemukan di folikel rambut, air susu ibu. M, lepra merupakan kuman aerob dan hidup nya dalam sel yang merupakan bakteri gram positif dan adapat menular melalui kontak langsung dengan penderita dan sistem pernapasan. Mycobacterium leprae merupakan kuman aerob berbentuk batang hidup dalam sel dan bersifat asam (BTA) sehingga tidak mudah diwarnai. Merupakan bakteri gram positif kuman ini dapat menular ke manusia melalui kontak langsung dengan penderita, kontak lama dan berulangulang, dan juga bisa melalui pernafasan. Bakteri ini mengalami perberkembangbiakan dalam waktu 2-3 minggu, kuman dapat membelah dalam 14-21 hari dengan masa inkubasi rata-rata dua sampai lima tahun bahkan juga bisa memakan waktu lebih dari lima tahun. Setelah lima tahun tanda-tanda seseorang mengalami penyakit kusta mulai muncul antara lain kulit mengalami bercak putih, merah, rasa kesemutan bagian anggota tubuh hingga tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Ada 3 kriteria: 1) Lesi kulit kemerahan, kurang sensasi dan berbatas tegas 2) Ada keterlibatan dari saraf perifer 3) Terdapat M, lepra pada pewarnaan Ziehl Neelsen. Semakin buruk sosial ekonomi maka akan semakin mudah ditemukan.



Thesa Yurika



B. EPIDEMIOLOGI Berdasarkan data WHO tahun 2016, angka kejadian kasus kusta baru adalah sebesar 216.108 (0,21 per 10.000 penduduk) yang berasal dari 145 negara di dunia. Di Indonesia, angka prevalensi kusta mencapai 0,71 per 10.000 penduduk dengan angka penemuan kasus baru sebesar 16.826 kasus (6,50 per 100.000 penduduk) pada tahun 2016. Dari jumlah kasus baru tersebut, 4,19% diantaranya adalah tipe multibasiler. Sedangkan menurut jenis kelamin, 62,47% diantaranya berjenis kelamin laki-laki dan 37,53% lainnya berjenis kelamin perempuan. Secara nasional, Indonesia telah mencapai status eliminasi kusta pada tahun 2000, dimana prevalensi kusta mencapai 0,01% dan