Morfologi Dan Anatomi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH MORFOLOGI DAN ANATOMI



Disusun Oleh : Nama



: Febi Wulandari



NIM



: 165040201111031



Kelompok



: B-2



Asisten



: Puji Lestari



PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018



1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi benih memiliki peran langsung dalam peningkatan pembangunan pertanian yaitu varietas unggul dan benih bermutu yang mempengaruhi produksi dan produktivitas serta efisiensi, mutu, dan daya saing hasil pertanian. Benih memiliki beragam jenis, baik bentuk, ukuran, maupun struktur bagiannya. Benih seharusnya memilki kualitas yang baik agar tanaman baru yang didapat merupakan tanaman yang sehat. Dengan adanya teknologi produksi benih yang merupakan suatu ilmu yang dapat memperbaiki sifat-sifat genetik dan fisik dari benih yang mencakup kegiatan seperti pengembangan varietas, penilaian dan pelepasan varietas, produksi benih, pengolahan, penyimpanan, serta sertifikasi benih. Benih mengandung embrio atau lembaga yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan bagi tumbuhan, yang merupakan awal kehidupan dari suatu budidaya tanaman. Beragamnya bagian-bagian benih baik mengenai jumlah, bentuk maupun strukturnya, mempunyai satu fungsi dan tujuan yang sama yaitu untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Pengetahuan tentang struktur benih akan memberikan pemahaman yang baik tentang perbedaan struktur benih tersebut. Ada perbedaan antara struktur benih tanaman jagung dan kacang tanah yang didasarkan pada golongan monokotil dan dikotil. 1.2 Tujuan Tujuan dilakukannya praktikum



morfologi dan anatomi benih adalah



untuk mengetahui perbedaan morfologi dan anatomi benih dari tumbuhan monokotil (jagung) dan dikotil (kacang tanah). 1.3 Manfaat Dapat mengetahui morfologi dan anatomi benih adalah untuk mengetahui perbedaan morfologi dan anatomi benih dari tumbuhan monokotil (jagung) dan dikotil (kacang tanah).



2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Benih Monokotil Secara struktural, biji jagung yang telah matang terdiri atas empat bagian utama, yaitu perikarp, lembaga, endosperm, dan tip kap. a) Perikarp merupakan lapisan pembungkus biji. Pada taraf tertentu lapisan ini membentuk membran yang dikenal sebagai kulit biji atau testa/aleuron yang secara morfologi adalah bagian endosperm (Inglett, 1987 dalam Suarni 2004). b) Endosperm merupakan bagian terbesar dari biji jagung, yaitu sekitar 85%, hampir seluruhnya terdiri atas karbohidrat. c) Lembaga merupakan bagian yang cukup besar, terdiri atas plumula, radikel, dan skutelum (Mertz, 1972 dalam Suarni 2004).



Gambar 1. Morfologi Tanaman Monokotil



Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, biji jagung utuh berbentuk bulat dengan pangkal lancip dan bagian tengah cekung serta berwarna kuning atau orange dibagian samping dan putih di bagian yang cekung. Ketika dipotong melintang biji berbentuk bulat lonjong. Namun ketika dipotong membujur biji berbentuk oval lonjong, Dari pengamatan bagian benih jagung bagian yang teramati paling jelas yaitu kulit biji (aleuron), endosperm, serta embrio. Dapat diamati bahwa kulit biji jagung menabal dan tidak dapat dipisahkan dari endospermnya. Jagung hanya memiliki satu keeping biji, karena hal itulah jagung digolongkan sebagai tanaman monokotil.



2.2 Morfologi Benih Dikotil Pada  benih kacang tanah terlihat jelas selaput benih berwarna keputihan, plumula yang menjadi bakal daun serta radikula yang menjadi bakal akar, yang paling luas  bentuknya adalah kotiledon karena mengisi sebagian besar dari struktur benih secara keseluruhan. Biji kacang tanah terdapat di dalan polong. Kulit luar (testa) bertekstur keras, berfungsi untuk melindungi biji yang berada di dalamnya. Biji terdiri atas lembaga dan keping biji, diliputi oleh kulit ari tipis (tegmen). Menurut Ance (1989), benih kacang tanah (Arachis hypogea) termasuk kedalam golongan tanaman dikotil (memiliki kotiledon sebanyak dua keping). Biji berbentuk  bulat agak lonjong atau bulat dengan ujung agak datar karena berhimpitan dengan  butir biji yang lain selagi di dalam polong. Secara rinci bagian-bagian dari benih kacang tanah adalah sebagai berikut:



Gambar 2. Morfologi Tanaman Dikotil



a. Spermodermis (Testa; Kulit Benih), Testa (kulit benih) biasanya  berkembang dari integumentum (selaput bakal biji). Testa pada kacang tanah berupa selaput tipis yang menyelubungi benih. Pada tanaman angiospermae kulit benih terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan kulit luar sebagai pelindung bagian dalam biji dengan sifat tipis, kaku, keras seperti kayu atau batu, dan tegmen berupa lapisan kulit dalam yang biasanya tipis berupa selaput. b. Radikula (Akar Lembaga): merupakan calon akar yang akan menjadi radix primaria (akar tunggang). Radikula tumbuh menembus kulit biji melalui mycropyl. c. Hipokotil: merupakan Calon batang utama pada suatu tumbuhan. d. Epikotil: merupakan bagian diantara plumulae (pucuk lembaga) dan hipokotil.



e. Kotiledon (Daun Lembaga) merupakan salah satu jaringan cadangan makanan untuk proses pertumbuhan dan perkembangan benih, dimana kotiledon mengisi sebagian besar bagian benih. Fungsi kotiledon adalah sebagai berikut: -



Tempat cadangan makanan: kotiledon (daun lembaga) menjadi tebal, sehingga serigkali disebut sebagai keping biji yang sebenarnya tidak tepat.



-



Tempat Fotosintesis: kotiledon (daun lembaga)  pada saat berkecambah tumbuh menjadi hijau, dan baru jatuh pada waktu yang agak lama.



-



Sebagai penghisap zat makanan dari pintu lembaga dan tidak langsung tampak dari luar serta tidak memperlihatkan keping biji.



f. Plumulae (Pucuk Lembaga): Plumulae dari embrio terlihat jelas dan ada yang tidak terlihat jelas karena hanya berupa titik tumbuh pada ujung batang lembaga. 2.3



Perbedaan Benih Monokotil dan Dikotil



Menurut Salisbury dan Ross (1995), perbedaan benih tanaman monokotil dan dikotil diantaranya adalah: Monokotil Cadangan makanan berupa endosperm Endosperm merupakan bagian terbesar



Dikotil Cadangan makanan berupa kotiledon Endosperm merupakan bagian



terkecil Cadangan makanan baru dapat dicerna Cadangan



makanan



sudah



mulai



dan diserap embrio setelah biji masak dapat dicerna dan diserap embrio dan



dikecambahkan



serta



setelah sebelum biji masak



menyerap air Pada tumbuhan monokotil, struktur Pada kecambah tumbuhan dikotil kecambah



meliputi



radikula,



akar terdiri atas akar primer, hipokotil,



primer, plumula, koleoptil, dan daun kotiledon, epikotil, dan daun pertama. pertama. Berdasarkan



letak



kotiledonnya, Berdasarkan



letak



kotiledonnya,



perkecambahan benih monokotil yaitu perkecambahan benih dikotil yaitu hipogeal.



epigeal.



3.



BAHAN DAN METODE 3.1 Alat dan Bahan



3.1.1 Alat Alat Pisau/cutter



Fungsi Untuk



membelah



benih



secara



membujur dan melintang Untuk mencatat hasil pengamatan Untuk mendokumentasikan Untuk menempatkan benih Untuk memeram benih



Alat tulis Kamera 2 gelas plastic Tissue secukupnya 3.1.2 Bahan Bahan Benih jagung Benih kacang tanah Air



Fungsi Benih yang diamati (monokotil) Benih yang diamati (dikotil) Untuk merendam benih 3.2 Cara Kerja



3.2.1 Perendaman dan pemeraman Siapkan alat dan bahan



Rendam benih jagung ke dalam gelas aqua bekas selama 1 jam Tiriskan dan peram jagung dengan memasukkannya ke dalam gelas aqua kosong yang ditutupi oleh tissue yang sudah dibasahi selama 16 jam Biji jagung siap diamati morfologinya



3.2.2 Pengamatan morfologi Alat dan bahan disiapkan Biji dipotong melintang dan membujur Potongan biji diamati Gambar tangan Dokumentasikan



4.



HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil



Benih



No.



1.



Jagung (monokotil)



Dokumentasi Dokumentasi Praktikum



Utuh



Melintang



Membujur



2.



Kacangtanah (Dikotil)



Utuh



Melintang



Membujur



4.2 Pembahasan



Literatur



Gambar Tangan



Berdasarkan hasil praktikum, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan benih monokotil dan benih dikotil yaitu pada bagian endosperma dan embrio. Benih monokotil yang digunakan pada praktikum kali ini adalah benih jagung, sedangkan benih dikotil yang digunakan adalah benih kacang tanah. Pada kacang tanah (benih dikotil) endosperma tidak terlihat, sedangkan pada benih jagung (benih monokotil) endosperma terlihat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Salisbury dan Ross (1995), bahwa endosperma adalah cadangan makanan yang dimilki oleh benih. Baik dikotil maupun monokotil awalnya sama-sama memiliki endosperma. Namun, ketika benih dikotil telah masak, maka endosperma tersebut akan hilang. Endosperma pada dikotil hilang karena semua cadangan makanan telah diserap semua sehingga masuk ke kotiledon. Pada tanaman dikotil yang menggunakan benih kacang tanah saat dibelah terlihat selaput benih berwarna keputihan, kotiledon yang luas, serta radikula yang akan menjadi bakal akar. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ance (1989), bahwa pada  benih kacang tanah terlihat jelas selaput benih berwarna keputihan, plumula yang menjadi bakal daun serta radikula yang menjadi bakal akar, yang paling luas  bentuknya adalah kotiledon karena mengisi sebagian besar dari struktur benih secara keseluruhan. Pada benih dikotil apabila dibelah secara melintang bakal plumula pada benih dapat dilihat diantara kotiledon, sedangkan pada



benih



monokotil



tidak



terlihat.



Berdasarkan



letak



kotiledonnya,



perkecambahan benih monokotil yaitu hipogeal, sedangkan pada benih dikotil epigeal.



5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikum morfologi dan anatomi benih, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pada bagian endosperma dan embrio antara tanaman monokotil (jagung) dan dikotil (kacang tanah). Pada benih kacang tanah (dikotil) endosperma tidak terlihat, sedangkan pada benih jagung (monokotil) endosperma terlihat. Berdasarkan letak kotiledonnya, perkecambahan benih monokotil yaitu hipogeal, sedangkan pada benih dikotil epigeal. 5.2 Saran Praktikum kali ini berjalan dengan baik, namun penjelasan yang diberikan terlalu cepat dan praktikan tidak melakukan pemeraman sehingga kurang dapat memahami materi dengan optimal.



DAFTAR PUSTAKA Adriana Natividad Avendaño et al. 2011. Seed Dormancy in Mexican Teosinte. Crop Science, Vol. 51, September–October 2011, p:2056-2066 Ance, G. 1989. Teknologi Benih (Pengelolaan Benih dan Tuntutan Praktikum). Jakarta: PT Bina Aksara. Campbell. 2012. Biologi 2. Jakarta : Erlangga. Kamil, J. 1979. Teknologi Benih I. Padang: Angkasa Raya. Rukmana, R. 1998. Bertanam Buncis. Kanisius Yogyakarta. Soleimanzadeh, Hossein. 2013. Effect Of Seed Priming On Germination and yield Of Corn. International Journal of Agriculture and Crop Sciences, Vol. 5 (4), 2013, 366-369. Suarni dan S. Widowati. 2004. Struktur, Komposisi, dan Nutrisi Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor. Salisbury, F.B dan C.W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid III. Bandung: ITB Press. Wilson, C.M. 1981. Variations in soluble endosperm proteins of corn (Zea mays L.) in breeds as detected by disc gel electrophoresis. Cereal Chem. 58(5): 401-408.