Morfologi Kapang Dan Pewarnaan Bakteri Yuli [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MORFOLOGI KAPANG DAN PEWARNAAN BAKTERI



Disusun oleh : Yuli Nurul Maulida (1141520063) Kelompok 1



Asisten Praktikum : Shinta Leonita, ST, MT



LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FAKULTAS TEKNIK KIMIA INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA SERPONG 2017



1



A. Tujuan Praktikum 1. Mampu mengidentifikasi jenis kapang dan bagian-bagian pada kapang 2. Mampu melakukan identifikasi bakteri gram positif maupun gram negative dari teknik pewarnaan bakteri. B. Dasar Teori Pewarnaan pada bakteri dibagi menjadi tiga, yaitu : 1. Pewarnaan sederhana Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan. Disebut sederhana karena hanya menggunakan satu jenis zat warna untuk mewarnai organisme tersebut. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan-pewarnaan sederhana karena sitoplasamanya bersifat basofilik (suka dengan basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkolin. Dengan pewarnaan sederhana dapat mengetahui bentuk dan rangkaian sel-sel bakteri. Pewarna basa yang biasa digunakan untuk pewarnaan sederhana ialah metilen biru, kristal violet, dan karbol fuehsin yang mana pewarnaan sederhana ini dibagi lagi menjadi dua jenis pewarnaan. a. pewarnaan asam Merupakan pewarnaan yang menggunakan satu macam zat warna dengan tujuan hanya untuk melihat bentuk sel. Adapun zat warna yang dipakai dalam pewarnaan positif adalah metilen biru dan air furksin. b.



Pewarnaan Basa Pewarnaan basa atau negatif merupakan metode pewarnaan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Metode ini menggunakan cat nigrosin atau tinta cina.



2. Pewarnaan Diferensial (Gram) Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak 2



mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka. a. Bakteri Gram Negatif Bakteri gram negative adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci dengan alcohol, sementara bakteri gram negative tidak. b. Bakteri Gram Positif Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil ungu sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram negative akan berwarna merah muda. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri (Aditya,2010) Bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu lipoposakarida (lipid) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai dengan safranin akan berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding sel berupa peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori-pori dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding sel tetap menahan warna biru (Fitria, 2009). Sel bakteri gram positif mungkin akan tampak merah jika waktu dekolorisasi terlalu lama. Sedangkan bakteri gram negatif akan tampak ungu bila waktu dekolorisasi terlalu pendek (Fitria, 2009).



3



Perbedaan relatif sifat bakteri gram positif dan gram negatif.



Sifat



Bakteri garam (+)



Bakteri gram negatif(-)



Komposisi dinding sel Ketahanan terhadap penisilin Penghambatan oleh pewarna basa (VK) Kebutuhan nutrisi



Kandungan lipid rendah (1-4%) Lebih sensitif



Kandungan lipid tinggi



Lebih dihambat



Kurang dihambat



Kebanyakan spesies relatif kompleks Lebih tahan



Relatif sederhana



Ketahanaa terhadap perlakuan fisik (Manurung, 2010).



Lebih tahan



Kurang tahan



Pewarnaan tahan asam yang umum digunakan adalah pewarnaan Zieh – Neelson dengan pewarna utama karbol fuksin dengan pemanasan dan pewarna tandingan metilen blue Loeffler. Perlakuan panas tersebut diganti dengan penggunaan pembasah yaitu suatu deterjen untuk mengurangi tegangan permukaan lemak, untuk menjamin penetrasi. Pewarna yang mengandung pembasah ini disebut pewarna Kinyoun (Purwoko, 2010). Sekali sitoplasma terwarnai, maka sel-sel organisme seperti mikobakteri menahan zat warna tersebut dengan erat, artinya tidak terpucatkan sekalipun oleh zat yang bersifat keras seperti asam alkohol (yaitu 3% HCL dalam etanol 95%). Alkohol asam ini merupakan pemucat yang sangat intensif dan jangan dikelirukan dengan alkohol-aseton yang banyak digunakan dalam prosedur pewarnaan Gram. Kondisi pewarnaan ini, organisme yang dapat menahan zat warna itu dikatakan tahan asam dan tampak merah. Bakteri biasa yang dindingnya tidak bersifat terlampau lipoidal, pewarna karbol fuksin yang mewarnai sel dapat dengan mudah dipucatkan oleh alkohol-asam dan karenanya dikatakan tak tahan asam. Tercucinya karbol fuksin dapat diperagakan oleh terserapnya pewarna tandingan biru metilen oleh sel, sehingga bakteri tersebut tampak biru (Hadioetomo, 1993). Pewarnaan Ziehl Neelsen. Larutan carbol fuchsin 0,3% dituang pada seluruh permukaan sediaan, kemudian dipanaskan diatas nyala api sampai keluar asap tetapi tidak sampai mendidih atau kering selama 5 menit. Sediaan kemudian dibiarkan dingin selama 5-7 menit lalu kelebihan zat warna dibuang dan dicuci dengan air yang mengalir perlahan. Setelah itu larutan asam alkohol 3% (hydrochloric acid-ethanol) dituang pada 4



sediaan dan dibiarkan 2-4 menit kemudian dicuci dengan air mengalir selama 1-3 menit, kelebihan larutan dibuang. Larutan methylene blue 0,1% dituang sampai menutup seluruh permukaan, dibiarkan 1 menit lalu larutan dibuang dan dicuci dengan air mengalir (Karuniawati, 2005). 4. Pewarnaan Khusus Pewarnaan khusus merupakan metode pewarnaan untuk mewarnai struktur khusus atau tertentu dari bakteri seperti bagian spora, kapsul, flagel dsb. Contoh pewarnaan khusus :Pewarnaan Endospora Anggota dari genus Clostridium, Desulfomaculatum, dan Bacillus adalah bakteri yang memproduksi endospora dalam siklus hidupnya. Endospora merupakan bentuk dorman dari sel vegetatif, sehingga metabolismenya bersifat inaktif dan mampu bertahan dalam tekanan fisik dan kimia seperti panas, kering, dingin, radiasi, dan bahan kimia. Tujuan dilakukannya pewarnaan endospora adalah membedakan endospora dengan sel vegetatif, sehingga pembedaannya tampak jelas. Endospora tetap dapat dilihat di bawah mikroskop meskipun tanpa pewarnaan dan tampak sebagai bulatan transparan dan sangat refraktil. Namun jika dengan pewarnaan sederhana, endospora sulit dibedakan dengan badan inklusi (Aditya, 2010). a. Pewarnaan kapsul Pewarnaan ini menggunakan larutan kristal violet panas, lalu larutan tembaga sulfat sebagai pembilasan menghasilkan warna biru pucat pada kapsul, karena jika pembilasan dengan air dapat melarutkan kapsul. Garam tembaga juga memberi warna pada latar belakang yang berwana biru gelap. b. Pewarnaan spora Dinding spora relatif tidak permeable, namun zat warna bias menembusnya dengan cara memanaskan preparat. c. Pewarnaan flagel Pewarnaan flagel dengan memberi suspensi koloid garam asam tanat yang tidak stabil, sehingga terbentuk presipitat tebal pada dinding sel dan flagel. d. Pewarnaan nucleoid Pewarnaan nucleoid menggunakan pewarna fuelgen yang khusus untuk DNA (Rudi, 2010). Jamur benang atau kapang adalah golongan fungi yang membentuk lapisan jaringan miselium dan spora yang tampak, tetapi tidak dapat membentuk badan buah yang makroskopis. Misselium terdiri dari filament tubular yang tumbuh yaitu hifa. Antara satu hifa dengan hifa yang lain biasanya dipisahkan oleh septa. Septa memiliki pori-pori yang memungkinkan organel, bahkan terkadang nucleus, untuk lewat. Beberapa hifa bersifat coenositik (memiliki banyak inti), dan tidak memiliki septa. Hifa dapat memiliki 5



beberapa modifikasi, seperti hifa reproduktif (untuk berkembang biak), hifa nutritif (untuk menyerap nutrisi), rhizoid (untuk menempel ke inang atau substrat), bahkan pada sepesies tertentu, hifa predasi (berbentuk perangkap yang bisa menjebak nematoda kecil sebagai sumber nutrisi) (Singleton dan Sainsbury, 2006). Fungi dapat berkembang biak baik secara



seksual



maupun



aseksual.



Perkembangbiakan secara seksual terjadi ketika hifa dengan tipe perkawinan (mating type) yang berbeda bersentuhan, kemudian melebur mebentuk zigot. Hifa fungi tidak dapat dibedakan secara visual maupun morfologis menjadi jantan ataupun betina, hanya dapat



dibedakan



menjadi



tipe



perkawinan



berdasarkan



struktur



genetiknya.



Perkembangbiakan secara aseksual terjadi dengan cara membelah diri atau terbelahnya hifa, atau dengan menyebarkan spora haploid (Schooley, 1997). 1. Rhizopus sp. Rhizopus sp. adalah genus jamur benang yang termasuk filum Zygomycota ordo Mucorales.Rhizopus sp. mempunyai ciri khas yaitu memiliki hifa yang membentuk rhizoid untuk menempel ke substrat. Ciri lainnya adalah memiliki hifa coenositik, sehingga tidak bersepta atau bersekat. Miselium dari Rhizopus sp. yang juga disebut stolon menyebar diatas substratnya karena aktivitas dari hifa vegetatif. Rhizopus sp. bereproduksi secara aseksual dengan memproduksi banyak sporangiofor yang bertangkai. Sporangiofor ini tumbuh kearah atas dan mengandung ratusan spora. Sporagiofor ini biasanya dipisahkan dari hifa lainnya oleh sebuah dinding seperti septa. Salah satu contohnya spesiesnya adalah Rhizopus stonolifer yang biasanya tumbuh pada roti basi. (Postlethwait dan Hopson, 2006).



2.



Mucor sp.



6



Mucor adalah genus fungi yang berasal dari ordo Mucorales yang merupakan fungi tipikal saprotrop pada tanah dan serasah tumbuhan. Hifa vegetatifnya bercabang-cabang, bersifat coenositik dan tidak bersepta. Mucor berkembangbiak secara aseksual dengan membentuk sporangium yang ditunjang oleh batang yang disebur sporangiofor. Ciri khas pada Mucor adalah memiliki sporangium yang berkolom-kolom atau kolumela (Singleton dan Sainsbury, 2006).



3. Penicillium sp. Penicillium sp. adalah genus fungi dari ordo Hypomycetes, filum Askomycota. Penicillium sp.memiliki ciri hifa bersepta dan membentuk badan spora yang disebut konidium. Konidium berbeda dengan sporangim, karena tidak memiliki selubung pelindung seperti sporangium. Tangkai konidium disebut konidiofor, dan spora yang dihasilkannya disebut konidia. Konidium ini memiliki cabang-cabang yang disebut phialides sehingga tampak membentuk gerumbul. Lapisan dari phialides yang merupakan tempat pembentukan dan pematangan spora disebut sterigma. Beberapa jenis Penicillium sp. yang terkenal antara lain P. notatum yang digunakan sebagai produsen antibiotik dan P. camembertii yang digunakan untuk membuat keju biru (Purves dan Sadava, 2003). 4. Aspergillus sp. Aspergillus sp., seperti Penicillium sp., berasal dari ordo yang sama yaitu Hypomycetes.Aspergillus sp. membentuk badan spora yang disebut konidium dengan tangkainya konidiofor.Aspergillus sp. memiliki ciri khas yaitu memiliki sterigma primer dan sterigma sekunder karena phialidesnya bercabang 2 kali. Salah satu contoh jamur ini 7



adalah Aspergillus orizae yang digunakan untuk pembuatan tempe dan Aspergillus flavus yang memproduksi aflatoxin, zat karsinogenik terkuat yang pernah ditemukan (Robinson, 2001).



5. Monilia sp. Monilia sp. adalah genus fungi dari ordo Hypomycetes, filum Askomycota. Sekarang nama genus Monilia tidak dipakai lagi dan diganti dengan Candida. Candida sp. tergolong jamur tidak sempurna, karena tidak memiliki siklus seksual yang jelas, walaupun analisis genom pada spesiesCandida albicans memiliki pengulangan yang mengindikasikan kemungkinan siklus seksual. Bentuk Candida sp. menyerupai khamir walau tergolong jenis jamur benang. Antara hifa satu dengan yang lainnya tiak berikatan erat sehingga sel gampang terlepas dan membentuk tunas.Candida sp. jarang membentuk misellium maupun konidium, dan bila ada, biasanya bersifat rudimenter. Metode perkembangbiakan Candida sp. lebih didominasi cara pertunasan. Candida sp. dapat ditemukan hidup saprotrof di tanah, makanan, tanaman dan beberapa jenis hidup secara parasit di tubuh hewan atau manusia, contohnya Candida albicans yang hidup di saluran kelamin manusia. (Singleton dan Sainsbury, 2006).



C. Alat dan Bahan 1. Alat  Gelas Objek  Jarum Ose 8



2.



   Bahan      



Kertas serap Mikroskop Bunsen Burner Aquadest Biakan Bacillus subtilis dan biakan Eschericia Colli Larutan Kristal violet, larutan lugol, larutan aseton-alkohol, dan larutan sfranin. Tempe Oncom Biakan Aspergillus niger



D. DIAGRAM ALIR PROSES a. Pewarnaan Bakteri Buat preparat ulas, dengan membuat ulasan bakteri diatas gelas objek. (ulasan harus banyak, agar dapat terlihat bentuk dan penataannya sewaktu diamati) Fiksasi diatas api Beri/rendam dalam larutan Kristal violet selama 60 detik Cuci dengan air Beri/rendam dalam larutan lugol selama 60 detik Beri/rendam dalam larutan pemucat selama 30 detik Cuci dengan air Beri larutan safranin selama 30 detik Cuci dengan air, kemudian keringkan dengan kertas saring Periksa dengan mikroskop 100x Laporkan hasil pengamatan 9



b. Morfologi Kapang Ambil kapang yang tumbuh pada tempe maupun oncom. Dan biakan aspergillus niger dengan jarum ose atau tusuk gigi (ambil sangat kecil) Letakkan sample diatas preparat Tetes aquadest sedikit Tutup dengan kaca penutup Amati dengan mikroskop dengan perbesaran yang paling kecil terlebih dahulu Amati dan gambar bentuk kapang yang terlihat



E. TABEL PENGAMATAN DAN HASIL PERCOBAAN 1. Morfologi Kapang a. Jenis sampel : Aspergillus niger Nama sampel : Biakan Murni Pembesaran objektif : 12.5 x 40/0.65



10



b. Jenis sampel : Kapang Nama sampel : Oncom merah (Monilia sithophila) Pembesaran objek : 12.5 x 40/0.65



c. Jenis sampel : Kapang Nama sampel : Tempe (Rhizopus sp) + (Mucor sp) Pembesaran :12.5 x 40/0.65



11



2. Pewarnaan Gram a. Gram Positif Jenis sampel : Bakteri Nama sampel : biakan murni Bacillus Subtilis Keterangan gambar : Berbentuk tabung dan termasuk golongan gram positif ditandai warna ungu. Pewarnaan tidak terlalu terlihat karena cahaya yang masuk pada mikroskop kurang. Perbesaran maksimal hanya sejauh ini karena keterbatasan alat mikroskop



b. Gram Negatif



12



Jenis sampel : Bakteri Nama sampel : biakan murni E.colli Keterangan gambar : Berbentuk bulat menandakan tipe coccus, tidak terlihat warna karena kemungkinan praktikan salah mengambil objek untuk diamati dan faktor kurangnya cahaya yg masuk pada mikroskop. Jika Pewarnaan berhasil seharusnya menunjukkan warna merah.



F. PEMBAHASAN Tujuan Praktikum Mikrobiologi kali ini adalah mampu mengidentifikasi jenis kapang dan bagian-bagian pada kapang dan mampu melakukan identifikasi bakteri gram positif maupun gram negative dari teknik pewarnaan bakteri. Pewarnaan Gram adalah pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan paling banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi, karena merupakan tahapan penting dalam langkah awal identifikasi. Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya lapisan lemak pada membran sel bakteri. Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan gram dibagi menjadi dua yaitu gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal dan membran sel selapis. Sedangkan baktri gram negatif mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara dua lapis membran sel (Manurung, 2010).



13



Penambahan violet pada bakteri. Kristal violet merupakan reagen yang berwarna ungu. Kristal violet ini merupakan pewarna primer (utama) yang akan memberi warna pada mikroorganisme target. Kristal violet bersifat basa sehingga mampu berikatan dengan sel mikroorganisme yang bersifat asam. Dengan perlakuan seperti itu, sel mikroorganisme yang transparan akan terlihat berwarna (ungu). Pemberian kristal violet pada bakteri gram positif akan meninggalkan warna ungu muda. Perbedaan respon terhadap mekanisme pewarnaan gram pada bakteri adalah didasarkan pada struktur dan komposisi dinding sel bakteri. Bakteri gram positif mengandung protein dan gram negatif mengandung lemak dalam persentasi lebih tinggi dan dinding selnya tipis. Kristal violet yang diteteskan didiamkan selama 1 menit bertujuan agar cat atau pewarna ini dapat melekat sempurna pada dinding sel bakteri. Penambahan lugol pada bakteri. Lugol merupakan pewarna Mordan, yaitu pewarna yang berfungsi memfiksasi pewarna primer yang diserap mikroorganisme target atau mengintensifkan warna utama. Pemberian lugol pada pengecatan Gram dimaksudkan untuk memperkuat pengikatan warna oleh bakteri. Kompleks zat lugol terperangkap antara dinding sel dan membran sitoplasma organisme gram positif, sedangkan penyingkiran zat lipida dari dinding sel organisme gram negatif dengan pencucian alkohol memungkinkan hilang dari sel. Lugol yang diteteskan didiamkan selama 1 menit bertujuan agar pengikatan warna oleh bakteri menjadi semakin lebih kuat. Selanjutnya, 1 tetes alkohol 96% diteteskan di atas objek glass tersebut kemudian didiamkan selama 45 detik. Setelah itu, kaca objek dibilas dengan air hingga warnanya hilang. Etanol 95% merupakan solven organik yang berfungsi untuk membilas (mencuci) atau melunturkan kelebihan zat warna pada sel bakteri (mikroorganisme). Tercuci tidaknya warna dasar tergantung pada komposisi dinding sel, bila komponen dinding sel kuat mengikat warna, maka warna tidak akan tercuci sedangkan bila komponen dinding sel tidak kuat menelan warna dasar, maka warna akan tercuci. Pemberian alkohol pada pengecatan ini dapat mengakibatkan terjadinya dua kemungkinan yaitu mikroorganisme (bakteri) akan tetap berwarna ungu atau bakteri menjadi tidak berwarna. Pemberian alkohol 96% juga menyebabkan terekstraksi lipid sehingga memperbesar permeabilitas dinding sel.



14



Selanjutnya diteteskan 1 tetes safranin di atas kaca objek tersebut kemudian didiamkan selama 1 menit. Setelah itu, kaca objek dibilas dengan air hingga warnanya hilang. Safranin merupakan pewarna tandingan atau pewarna sekunder. Zat ini berfungsi untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan pewarna utama setelah perlakuan dengan alkohol. Dengan kata lain, safranin memberikan warna pada mikroorganisme non target serta menghabiskan sisa-sisa cat atau pewarna. Pewarnaan safranin masuk ke dalam sel dan menyebabkan sel menjadi berwarna merah pada bakteri gram negatif sedangkan pada bakteri gram positif dinding selnya terdehidrasi dengan perlakuan alkohol, pori – pori mengkerut, daya rembes dinding sel dan membran menurun sehingga pewarna safranin tidak dapat masuk sehingga sel berwarna ungu. Pemberian reagen atau pewarna yang berganti dari satu pewarna ke pewarna lain dengan waktu yang telah ditentukan disebabkan karena zat-zat warna tersebut dapat berikatan dengan komponen dinding sel bakteri dalam waktu singkat. Karena itulah rentang waktu pemberian zat warna yang satu ke yang lainnya tidak lama sehingga proses identifikasi bakteri berlangsung cepat. Setiap akhir pemberian reagen atau pewarna, selalu dilakukan pembilasan terhadap kaca objekdengan menggunakan air. pembilasan ini bertujuan untuk mengurangi kelebihan setiap zat warna yang sedang diberikan. Setiap akhir pembilasan pada masingmasing reagen, perlu dilakukan penyerapan air bilasan dari air dengan menggunakan kertas tissu agar aquades tidak tercampur dengan reagen atau pewarna baru yang akan diberikan. Setelah pembilasan terakhir, gelas benda dikeringkan dan diamati di bawah mikroskop. Jika terbentuk warna ungu maka termasuk golongan bakteri gram positif , dan jika terbentuk warna merah atau merah muda maka termasuk golongan bakteri gram negative. Pada percobaan kelompok ini, pewarnaan bakteri pada Bacillus Subtilis menghasilkan sedikit warna ungu pada bakteri, dimana bakteri merupakan suatu bakteri gram positif. Pada pewarnaan E.Coli sedikit sulit untuk diamati karena warnanya tidak terlihat jelas. Untuk jenis bakteri coccus ini hasil yang didapatkan seharusnya berwarna merah karena menunjukkan bakteri gram negatif.



15



Kesalahan-kesalahan pada pengamatan bisa terjadi dikarenakan berbagai hal, yaitu human error dimana bisa terjadi karena praktikan salah mengambil preparat biakan, atau tidak sempurnanya proses langkah kerja pada saat pewarnaan dan menyebabkan bakteri tidak terwarnai secara sempurna. Untuk selanjutnya bisa terjadi karena karena mikroskop yang digunakan memiliki keterbatasan pada perbesaran pengamatan dan kurangnya cahaya yang masuk pada mikroskop sehingga bakteri tidak bisa terlihat jelas pada saat pengamatan. Pada Praktikum Morfologi Kapang, ntuk mengetahui nama genus dan spesies suatu biakan mikroorganisme, perlu dilakukan identifikasi. Tahap pertama untuk melakukan identifikasi adalah pengenalan cirri-ciri morfologi mikoorganisme tersebut. Pengamatan morfologi biasanya dilakukan baik secara makroskopik ( mata telanjang), maupun mikroskopis. Kapang membentuk miselium dan berbagai bentuk spora. Kelompok kapang dibedakan brdasarkan spora seksualnya, sebagai contoh ascomycetes membentuk spora seksual dalam struktur yang disebut askus, sedangkan basidomycetes membentuk spora seksual dalam basidium. Selain bentuk spora seksual, morfologi dan penataan spora aseksual juga membantu dalam identifikasi kapang. Morfologi dan penataan spora aseksual berperan dalam identifikasi Deuteromycetes atau fungi Imperfecti, karena kelompok ini tidak memiliki spora seksual. Beberapa contoh Deuteromycetes adalah Alternaria, Aspergilus, Geotrichum, Penicillium, dan Trichoderma. Pada praktikum yang dilakukan, kapang yang kami identifikasi adalah kapang yang tumbuh pada tempe dan oncom. Yaitu mucor sp dan monilia sytophila. Kapang Aspergillus niger juga kami amati dengan metode mikroskopis. Sehingga kami dapat melihat dan mengetahui bagian-bagian pada kapang dengan jelas. Untuk kapang Monilia sythopila mengamati dengan pebesaran 12.5 x 40 . Kemudian mucor sp dengan perbesaran 12.5 x 40. Dan Aspergillus Niger pada perbesaran 12.5 x 40. Setelah diamati dan dipelajari, morfologi spesies tersebut sesuai dengan literatur.



16



G. Kesimpulan 1. Pewarnaan bakteri pada Bacillus Subtilis menghasilkan sedikit warna ungu pada bakteri, dimana bakteri merupakan suatu bakteri gram positif. Pada pewarnaan E.Coli sedikit sulit untuk diamati karena warnanya tidak terlihat jelas. Untuk jenis bakteri coccus ini hasil yang didapatkan seharusnya berwarna merah karena menunjukkan bakteri gram negatif. 2. Jenis kapang yang dianalisa adalah kapang pada tempe (Rhizopus Sp / Mucor Sp), kapang pada oncom (Monilia Sythopila), dan kapang Aspergillus niger. Bagianbagian kapang tersebut sesuai apa yang di perlihatkan oleh literatur. H. Daftar Pustaka Aditya,Mushoffa.2010.Teknik Pewarnaan Bakteri. http://mushoffaditya.blogspot.com/2010/01/teknik-pewarnaan-bakteri.html. September 2016 Fitria,



11



Bayu. 2009. Pewarnaan Gram (Gram positif dan Gram Negatif).http://biobakteri.wordpress.com/2009/06/07/7-pewarnaan-gram-grampositif-dan-gram-negatif. 11 September 2016.



Hadioetomo, R. S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : Gramedia. Karuniawati, Risdiyani, S. Nilawati, Prawoto, Y. Rosana, B. Alisyahbana, I. Parwati, Wia Melia, dan T.M. Sudiro. 2005. Perbandingan Tan Thiam Hok, Ziehl Neelsen dan Fluorokrom sebagai Metode Pewarna Basil Tahan Asam untuk Pemeriksaan Mikroskopik Sputum. Makara Kesehatan Vol. 9 No. 1. Manurung, Pebrin.2010.Pengamatan Bentuk Bakteri. http://pebrinmanurung.blogspot.com/2010/10/pengamatan-bentuk-bakteri.html. September 2016. Purwoko, Tjahjadi. dkk. Mikrobiologi UNS.



2010. Petunjuk



Praktikum



11



Mikrobiologi. Laboratorium



Thayib Soeminarti, Abu Amar, dkk. 1997. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Teknik. Institut Teknologi Indonesia: Serpong



17