Nabila Chusnannada 061911133245 E 2019 Kelompok 6 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PATOLOGI KLINIK VETERINER MAKALAH IMUNOHEMATOLOGI



Oleh: Kelompok 6 Athaya Jasmine Calista



061911133244



Nabila Chusnannada



061911133245



Sinta Padilla



061911133247



Muh. Amirul Ardhiansyah



061911133248



Sayid Maulana Maghfur



061911133250



Linda Wulandari



061911133251



Ratri Muddaisy Aqrab



061911133255



Mario Navyseal Mirino



061911133256



Kelas E



FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2021



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tak lupa mengucap syukur kepada junjungan besar Nabi Muhammad Saw. Makalah berjudul “Imunohematologi” dapat terselesaikan ini dibuat dengan tujuan edukatif bagi penulis untuk mengasah kemampuan menulis dan menambah wawasan penulis terkait dengan judul dan penulisan. Penulis harap dengan terselesaikannya makalah dengan judul yang telah disebutkan, dapat mengedukasi pembaca seputar sarcoid pada kuda. Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak, yang telah memberikan banyak ilmunya kepada penulis sehingga penyusunan makalah ini berjalan lancar. Penulis sadari bahwa makalah ini mungkin masih belum sempurna. “Tiada gading yang tak retak”, demikian pepatah yang beredar di masyarakat kita. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca. Terima Kasih.



Surabaya, 5 Desember 2021



Penulis



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..................................................................................................... i DAFTAR ISI....................................................................................................................ii BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 2 1.3 Tujuan...............................................................................................................2 1.4 Manfaat.............................................................................................................2 BAB 2 HASIL PEMERIKSAAN................................................................................... 3 2.1 Pemeriksaan Fisik....................................................................................................... 3 2.2 Pemeriksaan Laboratoris............................................................................................. 3 BAB 3 INTERPRETASI DAN PEMBAHASAN......................................................... 4 BAB 4 KESIMPULAN................................................................................................... 9 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 10 Lampiran......................................................................................................................... 11



ii



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Imunohematologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari aspek terkait sistem imun dan pada sel darah. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, imunohematologi mempelajari reaksi antigen (Ag) dan antibodi (Ab) pada sel darah, khususnya sel darah merah. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa imunohematologi merupakan suatu ilmu yang erat kaitannya dengan sistem imun tubuh, sel darah merah maupun sel darah putih, maupun gangguan imunohematologi yang dapat berasal dari luar tubuh maupun dari dalam tubuh. Dalam penerapan ilmunya, imunohematologi dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa dari suatu penyakit infeksi dan menentukan proses dari suatu penyakit. Secara umum, pemeriksaan imunohematologi untuk mendiagnosa suatu penyakit dibagi menjadi dua golongan, yaitu pemeriksaan untuk menilai fungsi imunologi, baik pada hewan yang sehat maupun pada hewan penderita penyakit imunologi. Selain itu, pemeriksaan yang dipakai untuk menunjang diagnosa penyakit-penyakit tanpa latar belakang kelainan reaksi imunohematologi. Terdapat berbagai macam penyakit gangguan imunohematologi. Gejala yang ditimbulkan juga berbeda-beda. Pada gangguan imunohematologi seperti Immune Mediated Hemolytic Anemia (IMHA) dan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), penyebab dari gangguan tersebut berasal dari dalam tubuh penderita. Pada IMHA, gangguan berasal akibat peningkatan penghancuran sel darah merah akibat autoantibodi atau karena komponen yang menyerang membran eritrosit yang menyebabkan terjadinya lisis. Salah satu gejala yang ditimbulkan dari gangguan imunohematologi pada IMHA adalah terjadinya anemia berat terhadap penderita dan hemolisis yang menyebabkan kurang lebih 40% kematian pada anjing. Selain gangguan yang berasal dari dalam tubuh, gangguan imunohematologi dapat pula berasal dari luar tubuh seperti gangguan Neonatal Isoerythrolysis yang dapat terjadi pada hewan newborn yang mengkonsumsi kolostrum dari induk yang mengandung antibodi dan anak tersebut memiliki satu atau lebih antigen pada sel darah merah yang dapat menyebabkan terjadinya reaksi hemolitik. Penerapan ilmu imunohematologi dapat menunjang anamnesis untuk menegakkan diagnosa yang tepat dengan cara melakukan uji untuk menilai fungsi imunologi dari hewan yang normal maupun hewan yang telah sakit dan menunjang penegakkan diagnosa penyakit yang tidak memiliki latar belakang kelainan reaksi imunohematologi.



1



1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana hasil dari pemeriksaan fisik terhadap hewan yang mengalami gangguan imunohematologi? 2. Bagaimana hasil dari pemeriksaan laboratoris yang dilakukan terhadap gangguan imunohematologi? 1.3 Tujuan 1. Dapat mengetahui hasil dari pemeriksaan fisik terhadap hewan yang mengalami gangguan imunohematologi 2. Dapat mengetahui hasil dari pemeriksaan laboratoris yang dilakukan terhadap gangguan imunohematologi 1.4 Manfaat Adapun manfaat dari makalah ini yaitu agar dapat lebih memahami gangguan pada imunohematologi dan dapat mengetahui hasil dari pemeriksaan yang dilakukan terhadap fisik maupun pemeriksaan secara laboratoris agar dapat dijadikan acuan untuk menegakkan diagnos



2



BAB 2 HASIL PEMERIKSAAN 2.1 Pemeriksaan Fisik 1. Immune-mediated Hemolytic Anemia (IMHA) Pemeriksaan fisik pada penderita IMHA biasanya menunjukkan selaput lendir pucat, tachypnea, splenomegali, hepatomegali, ikterus, pigmenturia (hemoglobinuria atau bilirubinuria), demam, dan limfadenopati. Penyakit kuning merupakan kelainan pemeriksaan fisik yang umum dan mudah diamati. Jaundice biasanya pertama kali tercatat pada membran mukosa ketika kadar serum bilirubin melebihi 2 hingga 3 mg / dl dan mempengaruhi kulit di kemudian hari penyakit ketika konsentrasi bilirubin lebih tinggi. Perubahan kardiovaskular, termasuk takikardia, S3 gallop, dan murmur sistolik, sering terjadi pada pasien anemia. Grade II atau III dari murmur hemis sistolik VI sering terdeteksi pada hewan dengan packed cell volume (PCV) kurang dari 15% sampai 20% dan disebabkan oleh turbulensi darah terkait anemia (Balch dan Andrew, 2007). 2. Systemic Lupus Erythematosus (SLE) Pada pemeriksaan fisik SLE biasanya ditemukan : - Ruam di wajah khususnya pada daerah pipi dan hidung - Lesi dan kebiruan di ujung jari akibat buruknya sirkulasi dan hipoksia kronik - Lesi berskuama di kepala, leher dan punggung, pada beberapa penderita ditemukan eritema atau sikatrik. - Luka di selaput lendir mulut atau faring - Pembengkakan dan kemerahan pada sendi - Perdarahan sering terjadi terutama dari mulut - Gerakan dinding thorax mungkin tidak simeteris atau tampak tanda-tanda sesak 3. Neonatal Isoerythrolysis/Immuno Hematolytic Of The Newborn - Perdarahan akut : syok, sianosis, perfusi jelek dan asidosis - Perdarahan kronis : didapatkan tanda-tanda kompensasi dan pucat, dapat juga menunjukkan gejala gagal jantung - Hemolisis : pucat, ikterus dan hepatosplenomegali 2.2 Pemeriksaan Laboratoris 1. Immune-mediated Hemolytic Anemia (IMHA) Tes yang paling sederhana dan bermanfaat dalam mendiagnosis IMHA adalah hitung darah lengkap, termasuk jumlah retikulosit. Pasien klasik dengan IMHA memiliki anemia ringan sampai berat, sangat regeneratif. Satu studi menemukan bahwa 88% anjing yang dirawat karena IMHA mengalami anemia berat dengan PCV kurang dari 20%. Analisis blood smear harus dilakukan untuk mengidentifikasi tandatanda regenerasi, termasuk retikulositosis, polychromasia, anisocytosis, dan sel darah merah berinti. Retikulosit adalah sel darah merah imatur yang telah mengekstrusi nukleusnya tetapi masih mengandung poliribosom, ribosom, dan mitokondria. Jumlah mereka meningkat dalam darah perifer sebagai respons terhadap kehilangan darah, penyakit hemolitik, atau pengampunan jenis anemia lainnya. Retikulosit dapat divisualisasikan menggunakan pewarnaan vital biru metilen baru, yang menginduksi 3



ribosom dan organel lainnya untuk menggumpal menjadi butiran yang terlihat. Hitung retikulosit dapat diperoleh dengan menghitung jumlah retikulosit dalam 1.000 sel dan kemudian mengalikan persentase yang dihasilkan oleh jumlah total RBC untuk menghasilkan jumlah retikulosit per mikroliter darah (Balch dan Andrew, 2007). 2. Systemic Lupus Erythematosus (SLE) A. Pemeriksaan Darah: - Darah tepi lengkap dan sediaan hapus darah tepi. - Kreatinin dan bersihan kreatinin - Urin lengkap - Fungsi hati - Elektrolit - C3, C4, atau CH50 - Anti-ds DNA antibodi - CRP - Antibodi antifosfolipid (ACA dan LA) juga terhadap anti-B 2-glycoprotein antibodies - Proil lipid - Gula darah Anti-dsDNA antibodies - Koagulasi - Antineural antibodies, anti ribosomal P, antilymphocyte, anti glycolipid, antineuro lament, anti glial, anti ganglioside, anti sphingomyelin, anti galactocerebroside. Antiribosomal P, memiliki spesifisitas tinggi untuk kejadian lupus serebral. B. CSF Hitung sel, protein, glukosa, kultur, pewarnaan gram atau lainnya, VDRL, IgG index, oligoclonal bands, antineuronal bodies, anti ribosomal P, myelin basic protein, soluble cytokines. C. Pencitraan CT scans, MRI, Diffusion and perfusion MRI, MRI spectroscopy, SPECT, PET, digital subtraction angiography dan MRA. D. EEG Standar. E. Lain-lain Echocardiography dan carotid artery duplex ultrasound. Transesophageal echocardiography. 3. Neonatal Isoerhytrolisis/Immuno Hematolytic Of The Newborn A. Uji Deteksi Antibodi Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi jenis antibodi yang terkandung dalam plasma. Prinsipnya mendeteksi antibodi dengan cara menguji serum pasien yang belum diketahui dengan reagen eritrosit yang telah diketahui antigennya, atau sebaliknya, jika hasil tes ini masih negatif, sebaiknya diulang pada 20 – 24 minggu kehamilan. B. Antibody Specificity Jika uji deteksi antibodi reaktif, maka dilanjutkan penentuan jenis antibodi tersebut. Cara pengerjaan dapat dilakukan dengan panel antibodi, dimana pada panel antibodi ini kita akan mengetahui jenis antibodi yang terkandung pada plasma. 4



C. Titer Antibodi Uji ini ditujukan untuk mengetahui seberapa banyak antibodi yang terdapat dalam serum penderita. Pada uji ini, serum penderita diencerkan secara serial dan diuji dengan eritrosit yang telah diketahui antigennya. Reaksi pada pengenceran tertinggi dicatat. Uji ini dilakukan pada kehamilan 18-20 minggu. D. Amniocyte Test Pada kehamilan yang sudah dicurigai akan mengalami HDN maka kita dapat mendeteksi kadar bilirubin yang masuk ke cairan amnion dan diukur berdasarkan panjang gelombang yang dihasilkan. Pada densitas optikal lebih dari 0,34 merupakan kegawatan janin. E. Tes Rosette dan Kleihauer-Betkeh Uji ini berguna untuk mendeteksi adanya FMH atau tidak. Tes Rosette menggambarkan sel D positif di dalam suspensi D negatif. Suspensi D negatif diinkubasi dengan reagen anti-D. Kedalam suspensi ditambahkan sel D positif sehingga terjadi aglutinasi. 9 Tes Kleihauer-Betke dilakukan jika bayi memiliki golongan weak D (Du ). Prinsipnya eritrosit janin banyak mengandung HbF yang kurang peka terhadap asam dibandingkan eritrosit ibu (banyak mengandung HbA). Cara kerja: Buat hapusan darah maternal, teteskan citric acid. Eritrosit ibu akan mengalami eluasi dan menjadi pucat, sedangkan eritrosit janin tidak karena tahan terhadap asam dan pada pewarnaan erythrosin berwarna pink. Hitung persentase eritrosit janin. F. Direct Coombs Test Ditujukan untuk menetapkan ada tidaknya suatu antibodi yang telah melapisi eritrosit secara in vivo.



5



BAB 3 INTERPRETASI DAN PEMBAHASAN Gangguan imunohematologi meliputi: 1. Immune-mediated Hemolytic Anemia (IMHA) Immune-Mediated Hemolytic Anemia (IMHA) adalah peningkatan penghancuran sel darah merah karena adanya autoantibodi atau komplemen yang menyerang membran eritrosit itu sendiri. Penyakit ini sering menyebabkan terjadinya anemia berat dan hemolisis jangka panjang pada anjing dengan angka kematian lebih dari 40%.IMHA dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu : a) IMHA primer IMHA primer sering juga disebut dengan AIHA (Autoimmune Hemolytic Anemia). IMHA primer disebabkan karena adanya autoantibodi spesifik yang menyerang sel-antigen pada membran sel darah merah. b) IMHA sekunder IMHA sekunder adalah kejadian hemolisis yang disebabkan karena suatu reaksi imunologis terhadap non-sel antigen. Penyebabnya antara lain infeksi,agen kimia,obat-obatan dan penyakit neoplastik. AIHA lebih sering ditemukan pada anjing dibandingkan dengan kucing, terutama anjing ras Cocker Spaniels, Poodles, Old English Sheepdogs, dan Irish Setters. Umur terserang berkisar antara 1-13 tahun, dengan rata-rata 6,4 tahun. Jenis kelamin yang sering diserang adalah anjing betina. Pasien IMHA menderita anemia berat dengan kadar PCV kurang dari 20 %. Pada umumnya anemia yang terjadi bersifat regeneratif. Di samping itu sering dijumpai retikulositosis, polikromasi, anisositosis, dan eritrosit berinti. Sepertiga kasus IMHA berupa anemia non regeneratif, kemungkinan terjadi karena kejadian penyakit yang akut atau karena antibodi yang menyerang prekursor eritroid. Pada pemeriksaan darah preparat ulas ditemukan bentuk rouleaux dan spherositosis. Pemeriksaan laboratoris untuk mendiagnosa IMHA adalah dengan Direct Antiglobulin Test (DAT) atau Indirect Antiglobulin Test (Coombs Test). DAT digunakan untuk mendeteksi adanya antibodi yang menyerang sel darah merah, dimana pada konsentrasi rendah dapat menyebabkan autoauglutinasi secara spontan. Sedangkan pada Coomb’s Test prinsipnya adalah eritrosit pasien diinkubasikan pada reagen Coomb yang berisikan imunoglobulin monovalen ataupun polivalen. 2. Systemic Lupus Erythematosus (SLE) Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah sebuah penyakit autoimun yang ditandai dengan pembentukan antibodi terhadap beragam self antigen (zat antibodigenerating) dan beredar kompleks imun. Dengan kata lain, ini adalah penyakit dimana sistem kekebalan tubuh menjadi hiper-defensif, menyerang sel, organ, dan jaringan tubuhnya sendiri seolah-olah penyakit yang perlu dihancurkan. SLE biasanya sering menyerang anjing, terutama anjing ras gembala Shetland, koloni, gembala Jerman, anjing gembala Inggris kuno, anjing Afghan, beagles, setter Irlandia, dan pudel. Penyakit Lupus disebabkan karena hilangnya kontrol dari sel B, yang menyebabkan polyclonal gammopathy dan banyaknya produksi autoantibodi 6



(Tizard, 2004). Mekanisme maupun penyebab dari penyakit autoimun ini belum sepenuhnya dimengerti tetapi diduga melibatkan faktor lingkungan dan keturunan. Beberapa faktor lingkungan yang dapat memicu timbulnya lupus adalah infeksi, antibiotik (terutama golongan sulfa dan penisilin), sinar ultraviolet, stress yang berlebihan, obat-obatan tertentu, dan hormon. Gejala SLE dapat ditemui pada jantung yang ditandai adanya perikarditis, miokarditis, gangguan katup jantung (biasanya aorta atau mitral) termasuk gejala endokarditis Libman-Sachs. Gejala lain yang juga sering timbul adalah gejala pada paru yang meliputi pleuritis dan efusi pleura. Pneumonitis lupus menyebabkan demam, sesak napas, dan batuk. Selain itu, nyeri abdomen juga terjadi pada 25% kasus SLE. Gejala saluran pencernaan (gastrointestinal) lain yang sering timbul adalah diare, dan dispepsia. Selain itu dapat pula terjadi vaskulitis, perforasi usus, pankreatitis, dan hepatosplenomegali (Delafuente, 2002). Pemeriksaan SLE dapat dilakukan dengan pemeriksaan Titer antibodi antinuklear (ANA). ANA adalah prosedur yang digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap berbagai antigen nuklear. Selain ANA juga bisa dilakukan uji Direct Imunofluoresensi. Uji Direct Imunofluoresensi adalah prosedur khusus yang membantu dalam mendiagnosis SLE. Direct Imunofluoresensi (DIF) digunakan untuk mendeteksi imunoglobulin dan komplemen yang disimpan di zona membran dasar di daerah dermalepidermal atau pada kapiler glomerular. 3. Neonatal Isoerythrolysis/Immuno Hematolytic Of The Newborn Neonatal isoeryhtolisis (NI) dikenal sebagai penyakit hemolitik pada sapi, babi, anjing, dan kuda yang baru lahir. NI disebabkan oleh penghancuran sel darah merah yang dimediasi oleh kekebalan sebagai perlekatan antibodi spesifik pada antigen permukaan sel. NI merupakan penyakit yang paling serius pada anak kuda yang baru lahir karena Sindrom ini dapat terjadi ketika golongan darah berbeda dari induknya (Kwon et.al, 2011). Meskipun hewan NI sehat saat lahir, anemia hemolitik berkembang beberapa jam atau hari setelah mengkonsumsi susu kolostrum. Dalam kebanyakan kasus, perkembangan pada kuda ini sering disebabkan oleh isoantigen Aa dan Qa, kuda betina yang negatif karena faktor-faktor ini menghasilkan antibodi, yang ditransmisikan ke bayi baru lahir melalui kolostrum. Kehadiran satu atau lebih antigen dalam sel darah merah anak kuda menyebabkan reaksi hemolitik. Anak pertama biasanya tidak terpengaruh, tetapi anak-anak selanjutnya terpengaruh. NI 8-10% pada anak kuda dan keledai, 0,05-1% pada anak kuda, dan kuda poni sporadis. Insiden NI juga dilaporkan pada anak sapi yang induk divaksin anaplasmosis atau vaksin lainnya mengandung membran sel darah merah. NI jarang terjadi pada anjing dan kucing (Bijanti et.al, 2010). Gejalanya bisa terjadi antara 6 sampai 72 jam setelah lahir. Anak kuda bisa berkembang dengan tanda-tanda letargi, peningkatan denyut nadi dan frekuensi pernapasan,anemia, dan penyakit kuning. Penyakit ini dapat berkembang menjadi anemia berat dan kematian (Kwon et.al, 2011).



7



Penanganan yang bisa dilakukan yaitu jika diagnosa usia anak kuda kurang dari 24 jam, maka anak kuda harus diberi nutrisi atau kolostrum alternatif melalui selang nasogastrik. selain itu anak kuda dijaga agar tetap hangat, oksigen intranasal dapat digunakan untuk meningkatkan kadar oksigen dalam darah. Antimikroba kadangkadang juga diberikan untuk mencegah septis yang lebih parah. Transfusi darah diindikasikan jika PCV turun di bawah 12% (Reed et. al, 2010).



8



BAB 4 KESIMPULAN



Macam penyakit gangguan imunohematologi yaitu Immune Mediated Hemolytic Anemia (IMHA) dan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) yang penyebabnya berasal dari dalam tubuh penderita serta gangguan Neonatal Isoerythrolysis yang penyebabnya berasal dari luar tubuh. Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratoris. Pemeriksaan fisik penderita IMHA menunjukkan selaput lendir pucat, tachypnea, splenomegali, hepatomegali, ikterus, pigmenturia (hemoglobinuria atau bilirubinuria), demam, dan limfadenopati. Pada penderita SLE ditemukan ruam di wajah, lesi dan kebiruan di ujung jari, pembengkakan dan kemerahan sendi, perdarahan mulut, dan terdapat tanda sesak. Pemeriksaan fisik penderita Neonatal Isoerythrolysis pada perdarahan akut menunjukkan syok, sianosis, perfusi jelek, dan asidosis. Pada perdarahan kronis didapatkan tanda-tanda kompensasi dan pucat, serta gagal jantung. Sedangkan pada kasus hemolisis menunjukkan pucat, ikterus dan hepatosplenomegali. Pemeriksaan laboratoris untuk mendiagnosa IMHA adalah dengan Direct Antiglobulin Test (DAT) atau Indirect Antiglobulin Test (Coombs Test). DAT digunakan untuk mendeteksi adanya antibodi yang menyerang sel darah merah, dimana pada konsentrasi rendah dapat menyebabkan autoauglutinasi secara spontan. Sedangkan pada Coomb’s Test prinsipnya adalah eritrosit pasien diinkubasikan pada reagen Coomb yang berisikan imunoglobulin monovalen atau polivalen. Pemeriksaan SLE dapat dilakukan dengan pemeriksaan Titer antibodi antinuklear (ANA). ANA adalah prosedur yang digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap berbagai antigen nuklear. Selain ANA juga bisa dilakukan uji Direct Imunofluoresensi. Uji Direct Imunofluoresensi adalah prosedur khusus yang membantu dalam mendiagnosis SLE. Direct Imunofluoresensi (DIF) digunakan untuk mendeteksi imunoglobulin dan komplemen yang disimpan di zona membran dasar di daerah dermal epidermal atau pada kapiler glomerular. Penanganan Neonatal Isoeryhtolisis yang bisa dilakukan yaitu jika diagnosa usia anak kuda kurang dari 24 jam, maka anak kuda harus diberi nutrisi atau kolostrum alternatif melalui selang nasogastrik. selain itu anak kuda dijaga agar tetap hangat, oksigen intranasal dapat digunakan untuk meningkatkan kadar oksigen dalam darah.Antimikroba kadangkadang juga diberikan untuk mencegah septis yang lebih parah.



9



DAFTAR PUSTAKA Bijanti R., Yuliani M.G.A, Wahjuni R. S, Utomo R.B. 2010. Buku Ajar Patologi Klinik Veteriner. Airlangga University Press.Surabaya Dewi, Surya Nirmala. Pemeriksaan Fisik Neonatus. Kwon, D. Y., Choi, S. K., Cho, Y. J., & Cho, G. J. (2011). Neonatal isoerythrolysis in Thoroughbred foals. Korean Journal of Veterinary Research, 51(1), 55-58. Maharani, Eva Ayu; Noviar, Ganjar. 2018. Imunohematologi dan Bank Darah. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Suantika, Kadek Evilia Debora., Gusti Gede Made Yohana Pratama., Gusti Ayu Putu Indira Pradnyani., Aidil Clavianto. Sistemik Lupus Erytrematosus pada Anjing. Yanti, Flora, dkk. 2014. Pemeriksaan Fisik pada Sistem Eritematosus Lupus (SLE). Medan. Reed, Stephen M., Waewick M. Bayly, and Debra C. Sellon. (2010). Equine Internal Medicine (Third ed.). St Louis, MO: Saunders. pp. 1336–1337.



10



lampiran: HASIL PEMERIKSAAN FISIK



Gambar 1. Mukosa mulut pada hewan tampak kuning atau ikterus



Gambar 2. Pembengkakan dan kemerahan pada sendi



Gambar 3. Sela sela jari tampak kemerahan. dan pucat



11



Gambar 4. Anjing tampak lemas



HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM ● Hasil Pemeriksaan IMHA



● Hasil Pemeriksaan SLE



12



● HASIL PEMERIKSAAN NEONATAL ISOERYTHROLYSIS



13