Nadya Wahyu Pratiwi - LP LK DIFTERI [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIFTERI DI RUANG POLI ANAK RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN LAUT (RSPAL) Dr. RAMELAN SURABAYA



OLEH: NADYA WAHYU PRATIWI NIM. 1930057



PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA TAHUN AJARAN 2019/2020



LAPORAN PENDAHULUAN DIFTERI PADA ANAK KONSEP TEORI PENYAKIT A.



PENGERTIAN Difteri merupakan penyakit menular yang serius yang menyerang saluran pernapasan atas yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheria, suatu bakteri Gram positif fakultatif anaerob (Nuryani, 2018). Difteri



adalah



infeksi



akut



yang



disebabkan



oleh



kuman Corynebacterium diptheriae toksigenik dapat menyerang saluran nafas, kulit, mata, dan organ lain (Hartoyo, 2018). Difteri adalah salah satu penyakit yang sangat menular, dapat dicegah dengan



imunisasi,



dan



disebabkan



oleh



bakteri



gram



positif



Corynebacterium diptheriae strain toksin. Penyakit ini ditandai dengan adanya peradangan pada tempat infeksi, terutama pada selaput mukosa faring, laring, tonsil, hidung dan juga pada kulit (Kemenkes RI, 2017). Suspek Difteri adalah orang dengan gejala faringintis, tonsilitis, laringitis, trakeitis, atau kombinasinya disertai demam tidak tinggi dan adanya pseudomembran putih keabu-abuan yang sulit lepas, mudah berdarah apabila dilepas atau dilakukan manipulasi (Kemenkes RI, 2017). Probable Difteri menurut (Kemenkes RI, 2017) adalah orang dengan suspek Difteri ditambah dengan salah satu gejala berikut: a.



Pernah kontak dengan kasus (10 mm. Ini berarti bahwa: pernah terpapar pada basil difteri sebelumnya sehingga terjadi reaksi hipersensitivitas, pemberian toksoid difteri bisa mengakibatkan timbulnya reaksi yang berbahaya (Hartoyo, 2018).



I.



PENULARAN Penularan disebarkan melalui droplet, kontak langsung dengan sekresi saluran napas penderita atau dari penderita karier (Nuryani, 2018).



PENGKAJIAN A.



DATA UMUM (Saputra, 2018) 1.



Umur Biasanya terjadi pada anak-anak umur 2-10 tahun dan jarang ditemukan pada bayi berumur dibawah 6 bulan dari pada orang dewasa diatas 15 tahun



2.



Suku Bangsa Dapat terjadi diseluruh dunia terutama di negara-negara miskin



3.



Tempat Tinggal Biasanya terjadi pada penduduk di tempattempat pemukiman yang rapat-rapat, higien dan sanitasi jelek dan fasilitas kesehatan yang kurang.



B.



KELUHAN UTAMA (Saputra, 2018)



Klien marasakan demam yang tidak terlalau tinggi, lesu, pucat, sakit kepala, anoreksia, lemah. C.



RIWAYAT KESEHATAN 1.



Riwayat Kesehatan Sekarang Klien mengalami demam yang tidak terlalu tinggi, lesu, pucat, sakit kepala, anoreksia



2.



Riwayat Kesehatan Dahulu Klien mengalami peradangan kronis pada tonsil, sinus, faring, laring, dan saluran nafas atas dan mengalami pilek dengan sekret bercampur darah



3.



Riwayat Penyakit Keluarga Adanya keluarga yang mengalami difteri



D.



POLA FUNGSI KESEHATAN 1.



Pola nutrisi dan metabolisme Jumlah asupan nutrisi kurang disebabkan oleh anoreksia.



2.



Pola aktivitas Klien mengalami gangguan aktivitas karena malaise dan demam.



3.



Pola istirahat dan tidur Klien mengalami sesak nafas sehingga mengganggu istirahat dan tidur.



4.



Pola eliminasi Klien mengalami penurunan jumlah urin dan feses karena jumlah asupan nutrisi kurang disebabkan oleh anoreksi.



E.



PEMERIKSAAN FISIK 1.



Tanda-tanda Vital a. Nadi: meningkat b. Tekanan darah: menurun c. Respirasi rate: meningkat d. Suhu: ≤ 38°C



F.



2.



Inspeksi: Lidah kotor, anoreksia, ditemukan pseudomembran.



3.



Auskultasi: Napas cepat dan dangkal.



PEMERIKSAAN PENUNJANG 1.



Pemeriksaan



terhadap



apus



tenggorokan



dan



uji



schick



di



laboratorium. 2. G.



Untuk melihat kelainan jantung, bisa dilakukan pemeriksaan EKG.



PENATALAKSANAAN Penderita diisolasi sampai biakan negatif 3 kali berturut-turut setelah masa akut terlampaui. Kontak penderita diisolasi sampai tindakan-tindakan berikut terlaksana: 1.



Biakan hidung dan tenggorok



2.



Sebaiknya dilakukan tes schick (tes kerentanan terhadap diphtheria)



3.



Diikuti gejala klinis setiap hari sampai masa tunas terlewati.



4.



Anak yang telah mendapat imunisasi dasar diberikan booster dengan toksoid diphtheria.



MASALAH YANG LAZIM MUNCUL (SDKI, 2017) Ada beberapa diagnosa keperawatan yang lazim muncul dalam pasien dengan kasus difteri, antara lain: Pola nafas tidak efektif (D.0005), Penurunan curah jantung (D.0008), Gangguan menelan (D.0063), Hipervolemia (D.0022), Inkontinensia urine berlebih (D.0043), Ansietas (D.0080), Resiko infeksi (D.0142), Gangguan komunikasi verbal (D.0119) Diagnosa 1 Pola nafas tidak efektif (D.0005) 1.



2.



Monitor Tanda-tanda vital: a.



Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan dengan tepat



b.



Catat gaya dan fluktuasi yang luas pada tekanan darah



c.



Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipotermia serta hipertermia



d.



Monitor keberadaan dan kualitas nadi



e.



Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda-tanda vital



Manajemen Jalan Nafas:



a.



Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi



b.



Lakukan fisioterapi dada, sebagaimana mestinya



c.



Motivasi pasien untuk bernapas pelan, dalam, berputar dan batuk



d.



Intruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif



Diagnosa 2 Penurunan curah jantung (D.0008) 1.



Manajemen Elektrolit a.



Monitor menifestasi ketidakseimbangan elektrolit



b.



Pertahankan kepatenan akses IV



c.



Berikan cairan sesuai resep, jika diperlukan



d.



Pertahankan pencatatan asupan dan huluaran yang akurat



e.



Pertahankan pemberian cairan intravenous berisi elektrolit dengan laju yang lambat



2.



Monitor Cairan a.



Tentukan jumlah dan jenis intake/asupan cairan serta kebiasaan eliminasi



b.



Tentukan



faktor-faktor



risiko



yang



mungkin



menyebabkan



ketidakseimbangan cairan c.



Periksa turgor kulit dengan memegang jaringan sekitar tulang seperti tangan atau tulang kering, mencubit kulit dengan lembut, pegang dengan kedua tangan dan lepaskan (jika kulit turun kembali dengan cepat apabila terhidrasi dengan baik)



d.



Monitor membran mukosa, turgor kulit, dan respon haus



e.



Monitor warna, kuantitas, dan berat jenis urin



f.



Cek grafik asupan dan pengeluaran berkala



Diagnosa 3 Gangguan menelan (D.0063) 1.



Pemberian Makan a.



Identifikasi diet yang disarankan



b.



Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama makan



c.



Identifikasi adanya refleks menelan, jika diperlukan



d.



Catat asupan dengan tepat



e.



Dorong orangtua/keluarga untuk menyuapi pasien



2.



Manajemen Obat a.



Monitor efektifitas cara pemberian obat yang sesuai



b.



Monitor pasien mengenai efek terapeutik obat



c.



Monitor tanda dan gejala toksisitas obat



d.



Monitor efek samping obat



e.



Ajarkan pasien dan/atau anggota keluarga mengenai metode pemberian obat yang sesuai



3.



Manaejemen Nutrisi a.



Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien



b.



Monitor kalori dan asupan makanan



c.



Berikan arahan bila diperlukan.



Diagnosa 4 Hipervolemia (D.0022) 1.



Terapi Intravena a.



Verifikasi perintah untuk terapi IV



b.



Intruksikan pasien tentang prosedur



c.



Jaga teknik aseptik dengan ketat



d.



Berikan pengobatan IV, sesuai yang diresepkan, dan monitor untuk hasilnya



e.



Monitor kecepatan aliran intravena dan area intravena selama pemberian infus



2.



f.



Monitor tanda-tanda vital



g.



Monitor tanda dan gejala plebitis dan infeksi lokal



h.



Dokumentasikan terapi yang diberikan, sesuai prosedur di institusi



Manaejemen Berat Badan a.



Hitung berat badan pasien



b.



Hitung persentase lemak ideal pasien



c.



Bantu pasien membuat perencanaan makanan yang seimbang dan konsisten dengan jumlah energi yang dibutuhkan setiap harinya



3.



Monitor Cairan a.



Cek grafik asupan dan pengeluaran berkala



Diagnosa 5 Inkontinensia urine berlebih (D.0043)



1.



Perawatan Inkontinensia Urin a.



Identifikasi faktor apa saja penyebab inkontinensia pada pasien



b.



Jaga privasi pasien saat berkemih



c.



Jelaskan penyebab terjadinya inkontinensia dan rasionalisasi setiap tindakan yang dilakukan



d.



Monitor eliminasi urin, meliputi frekuensi, konsistensi, bau, volume dan warna urin



e.



Diskusikan bersama pasien mengenai prosedur tindakan target yang diharapkan



f.



Bantu untuk meningkatkan atau mempertahankan harapan pasien



g.



Sediakan popok kain yang nyaman dan melindungi



h.



Bersihkan kulit sekitar area genitalia secara teratur



i.



Berikan umpan balik jika inkontinensia membaik



j.



Batasi intake cairan 2-3 jam sebelum tidur



k.



Berikan



obat-obatan



diuretik



sesuai



jadwal



minimal



untuk



mempengaruhi irama sirkandian tubuh l.



Intruksikan pasien dan keluarga untuk mencatat pola dan jumlah urin output



m. Batasi makanan yang mengiritasi kandung kemih Diagnosa 6 Ansietas (D.0080) 1.



Pengurang Kecemasan a.



Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan



b.



Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang akan dirasakan yang mugkin akan dialami klien selama prosedur dilakukan



2.



c.



Pahami situasi krisis yang terjadi dari perspektif klien



d.



Dorong Keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat



e.



Kaji untuk tanda verbal dan nonverbal kecemasan



f.



Berikan objek yang menunjukkan perasaan aman



g.



Dengarkan klien



Peningkatan Keamanan a.



Sediakan lingkungan yang tidak mengancam



b.



Fasilitasi orang tua agar dapat menginap bersama anak yang dirawat di rumah sakit



c.



Dengarkan ketakutan keluarga pasien



d.



Diskusikan situasi khusus atau individu yang mengancam pasien atau keluarga



e.



Bantu pasien/keluarga mengidentifikasi faktor apa yang meningkatkan rasa keamanan



Diagnosa 7 Resiko infeksi (D.0142) 1.



Manajemen Imunisasi/Vaksinisasi a. Ajarkan pada orang tua imunisasi yang direkomendasikan bagi anak, cara imunisasinya, alasan dan kegunaan dari imunisasi, efek samping dari reaksi yang mungkin terjadi b. Ajarkan pada individu/keluarga mengenai vaksinasi yang diperlukan jika ada paparan atau insiden khusus c. Sediakan informasi mengenai vaksin yang disampaikan oleh pusat pencegahan dan kontrol penyakit d. Sediakan dan perbarui catatan terkait tanggal dan tipe imunisasi e. Jadwalkan imunisasi sesuai tenggang waktu yang ada



2.



Pengajaran: Proses Penyakit a.



Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga terkait dengan proses penyakit yang spesifik



b.



Jelaskan patofisiologi penyakit dan bagaimana hubungannya dengan anatomi dan fisiologi, sesuai kebutuhan



c.



Review pengetahuan pasien mengenai kondisinya



d.



Hindari memberikan harapan yang kosong



Diagnosa 8 Gangguan komunikasi verbal (D.0119) 1.



Peningkatan Sistem Dukungan a.



Identifikasi respon psikologis terhadap situasi dan ketersediaan sistem dukungan



b.



Identifikasi tingkat dukungan keluarga, dukungan keuangan, dan sumber daya lainnya



c.



Identifikasi sumberdaya yang tersedia terkait dengan dukungan pemberi perawatan



d. 2.



Jelaskan kepada pihak penting lain bagaimana mereka dapat membantu



Manajemen Energi a.



Kaji status fisiologi pasien yang menyebabkan kelelahan sesuai dengan konteks usia dan perkembangan



b.



Anjurkan pasien mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai keterbatasan yang dialami



c.



Gunakan instrumen yang valid untuk mengukur kelelahan



d.



Perbaiki defisit status fisiologis sebagai prioritas utama



e.



Monitor/catat waktu dan lama istirahat/tidur pasien



f.



Batasi jumlah dan gangguan pengunjung, dengan tepat



KESIMPULAN Difteri merupakan salah satu penyakit toksik yang berbahaya dan menular (Contagious Disease). Penyakit ini diakibatkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium Diphtheriae, yakni kuman yang menginfeksi saluran pernafasan, terutama bagian tonsil, nasofaring (bagian antara hidung dan faring/tenggorokan) dan laring. Difteri dapat menular melaui beberapa hal seperti kontak hubungan dekat, melalui udara yang tercemar oleh penderita yang akan sembuh, serta melalui batuk dan bersin dari si penderita. Kebanyakan penderita difteri adalah anak-anak yang berusia di bawah 15 tahun dengan usia rentan yakni 2-10 tahun, dan dalam beberapa kejadian kasus difteri berakibat fatal hingga menimbulkan kematian. Selain menjaga kebersihan lingkungan pemberian vaksin defteri saat imunisasi merupakan salah satu upaya dari menghindari serangan virus ini.



DAFTAR PUSTAKA Hartoyo, E. (2018). Difteri pada Anak. Sari Pediatri, 19(5). Kemenkes RI. (2017). Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Difteri. Katalog Terbitan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Nuryani, T. (2018). Asuhan Keperawatan pada An. R dengan Difteri Laring dengan Keluhan Utama Ketidakefektifan Pola Nafas. Jurnal Kesehatan Medika, 8, 28–36. Saputra, M. A. S. (2018). Difteri dalam Lingkup Asuhan Keperawatan. Jurnal Kesehatan, 1–17. https://doi.org/10.17605/OSF.IO/3A2NV SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia - Definisi dan Indikator Diagnostik. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, Ed.). DPP PPNI.



PENGKAJIAN KEPERAWATAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK/BAYI STIKES HANG TUAH SURABAYA Ruangan



: Poli Anak



Diagnosa medis



:



Tonsilofaringitis Difteri No. Register



: 333.XXX



Tgl/jam MRS



:-



Tgl/jam pengkajian : 3 Juni 2020 09.00 WIB Anamnesa diperoleh dari: 1. Keluarga pasien 2. Catatan RM



I.



IDENTITAS ANAK Nama



: An. P



Umur/tanggal lahir



: 11 Tahun 2 hari/ 1 Juni 2009



Jenis kelamin



: Perempuan



Agama



: Islam



Golongan darah



:O



Bahasa yang dipakai : Indonesia, Jawa



II.



Anak ke



:1



Jumlah saudara



:2



Alamat



: Benowo, Surabaya



IDENTITAS ORANG TUA Nama ayah



: Tn. W



Nama ibu



: Ny. N



Umur



: 40 tahun



Umur



: 36 tahun



Agama



: Islam



Agama



: Islam



Suku/bangsa : Jawa/ID



Suku/bangsa : Jawa/ID



Pendidikan



: SMK



Pendidikan



: SMP



Pekerjaan



: Karyawan bengkel



Pekerjaan



: IRT



Penghasilan



: 1jt



Penghasilan



:-



Alamat



: Benowo, Surabaya



Alamat



: Benowo, Surabaya



III. KELUHAN UTAMA Nyeri telan IV. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG ± 1 minggu sebelum masuk RS anak mengeluh nyeri telan, terus menerus, nyeri bertambah saat makan dan minum, anak masih mau makan dan minum, demam 38ºC, demam tidak tinggi, hilang timbul, nyeri pada gigi



(+), gigi geraham belakang kanan dan kiri, tidak ada bengkak pada gusi (-) Anak dibawa ke dokter, diberi obat penurun panas dan demam turun. ± 5 hari sebelum masuk RS anak mengeluh nyeri telan bertambah, terus menerus, nyeri bertambah saat makan dan minum, anak masih mau makan dan minum sedikit-sedikit, demam 37,6ºC, demam tidak tinggi, hilang timbul, timbul bercak putih di lidah (+), makin lama semakin membesar, terasa nyeri, tidak berdarah, ketika demam 38ºC dibawa ke dokter umum dikatakan sariawan diberi obat albothyl namun tidak ada perbaikan. ± 3 hari sebelum masuk RS anak masih dengan keluhan yang sama nyeri telan, demam 38ºC, bercak putih di lidah, anak nyeri saat membuka mulut, anak hanya bisa membuka mulut ± 2 jari. Anak kembali dibawa ke dokter, diberi obat namun tidak ada perbaikan. ± 2 hari sebelum masuk RS anak masih dengan keluhan yang sama anak dibawa ke RSIA, dirawat inap selama 2 hari di ruang rawat biasa. Dilakukan pemeriksaan dan ditemukan terdapat bercak putih di mulut dan tenggorokan kemudian dilakukan pengambilan sampel dari bercak dan dilakukan pengecatan didapatkan hasil kuman bentuk batang bergranula. Anak mendapat obat inj. Amoxycillin(iv), inj. Ranitidine(iv), inj. paracetamol syrup (iv), nystatin drop, Akhirnya diberi rujukan ke Poli Anak RSPAL dr. Ramelan Surabaya dengan tonsilitis membranosa dengan suspek difteri. Di Poli Anak RSPAL dr. Ramelan Surabaya, dilakukan swab tenggorok dengan hasil Corynebacterium diphteriae (-), rawat bersama dengan bagian THT dan Mikrobiologi. V.



RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN A. Prenatal Care Lahir dari ibu G3P2A0, 32 tahun, hamil 9 bulan. Saat hamil periksa ke bidan > 4 kali, diberi vitamin dan tablet tambah darah serta suntikan TT 2 kali. Tidak pernah sakit saat hamil, tidak pernah mengalami perdarahan, tidak pernah demam saat hamil atau menjelang persalinan, tidak pernah minum jamu atau obat-obatan di luar yang diberikan bidan. B. Natal Care



Anak lahir ditolong bidan, usia kehamilan 9 bulan, secara spontan, air ketuban pecah sesaat sebelum lahir, warna jernih, langsung menangis, biru-biru (-), berat lahir 3000 gram, panjang lahir lupa. C. Post Natal Care Setelah lahir anak diperiksakan ke bidan, keadaan anak baik, tidak ada riwayat kuning, kejang, biru-biru, ataupun sesak napas. VI. RIWAYAT MASA LAMPAU A. Penyakit-Penyakit Waktu Kecil Riwayat penyakit yang pernah diderita: Morbili



: belum pernah



Pertusis



: belum pernah



Varisela



: belum pernah



Batuk pilek : (+) Diare



: (+)



Disentri basiler



: belum pernah



Disentri amuba



: belum pernah



Demam tifoid



: belum pernah



Difteri



: belum pernah



Kecacingan



: belum pernah



Malaria



: belum pernah



Operasi



: belum pernah



Tetanus



: belum pernah



Faringitis/tonsillitis



: belum pernah



Fraktur



: belum pernah



Tuberkulosis



: belum pernah



Pneumonia : belum pernah Bronkitis



: belum pernah



Kejang



: belum pernah



Alergi obat/makanan : belum pernah Hepatitis



: belum pernah



Demam berdarah



: belum pernah



Riwayat Penyakit Dahulu: Anak tinggal di pesantren. Riwayat teman-teman pesantren nyeri telan (+), batuk (+) Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini B. Pernah Dirawat di Rumah Sakit An. P belum pernah dirawat di rumah sakit C. Penggunaan Obat-Obatan



Ibu pasien mengatakan An. S setiap sakit ibu pasien hanya memberikan obat-obatan sesuai anjuran dokter di rumah sakit. D. Tindakan (Operasi atau Tindakan Lain) Ibu pasien mengatakan An.P selama ini tidak pernah sakit sampai dilakukan tindakan operasi. E. Alergi Ibu pasien mengatakan An.P tidak mempunyai alergi terhadap obatobatan dan makanan. F.



Kecelakaan Ibu pasien mengatakan An. S selama ini tidak pernah mengalami kecelakaan.



G. Imunisasi (ibu tidak menunjukkan KMS) BCG



: (+), scar (+).



DPT



:3 kali, umur lupa.



Polio



: 4 kali, umur lupa.



Hepatitis B : 4 kali, lupa Campak



: 1x, umur 9 bulan



Kesan



: Imunisasi dasar lengkap.



Kelas 1 SD anak mendapatkan imunisasi ulang. Kelas 6 SD tidak mendapat imunisasi ulang.



VII. PENGKAJIAN KELUARGA A. Genogram (sesuai dengan penyakit)



11th2hr



Keterangan : : Laki-laki : Perempuan : Pasien : Hubungan darah : Tinggal satu rumah : Meninggal X



B. Psikososial Keluarga Orang tua pasien mengatakan ayah bekerja sebagai karyawan bengkel, Ibu pasien sudah tidak bekerja dan menjadi ibu rumah tangga. C. Sosial Ekonomi Keluarga Ayah bekerja sebagai karyawan bengkel, dengan penghasilan ± Rp 1.000.000,-/bulan. Ibu tidak bekerja. Menanggung 2 orang anak belum mandiri. Biaya pengobatan ditanggung KIS. VIII. RIWAYAT SOSIAL A. Yang Mengasuh Anak Sehari-hari An.P diasuh oleh kedua orang tuanya secara langsung sejak kecil sampai sekarang tidak pernah diasuh oleh orang lain, kecuali



ketika An.P kembali ke pondok tidak ada yang mengasuh tapi yang memperhatikan adalah teman-teman dan ustadzahnya. B. Hubungan Dengan Anggota Keluarga Hubungan dengan anggota keluarga sangat baik dan ada komunikasi antara anggota keluarga orang terdekat An. P adalah ibunya dan orang terdekat setelahnya adalah adik kandungnya. Ibu pasien mengatakan selalu memberikan dukungan kepada anaknya saat sakit di rumah sakit. C. Hubungan Dengan Teman Sebaya Pasien An.P pada saat sebelum masuk rumah sakit sering berinteraksi dengan teman-teman sebayanya sekitar rumah, namun selama di rumah sakit hanya berinteraksi dengan ibunya. D. Pembawaan Secara Umum An.P terlihat lemas, dan berbaring di tempat tidur. Klien memiliki kepribadian yang malu, diam, kurang aktif. IX. KEBUTUHAN DASAR A. Pola Nutrisi (makanan yang disukai/tidak, selera, alat makan, jam makan,dsb) Nasi biasa 3x nasi, lauk kadang telur/ayam/ikan. Sebelum sakit habis 1 porsi, ketika sakit nafsu makan menurun ½ porsi tidak habis. B. Pola Tidur (kebiasaan sebelum tidur, perlu dibicarakan cerita, benda-benda yang dibawa tidur) Ibu pasien mengatakan An. P selama dirumah tidur siang ± 3 jam dan tidur malam ± 8 jam, sedangkan di rumah sakit tidur siang ± 1-2 jam dan tidur malam ± 5 jam. An.S juga sering terbangun dimalam hari karena nyeri yang dirasakan. C. Pola Aktivitas/Bermain Ibu pasien mengatakan An. P anak yang aktif, sering bermain diluar rumah dan akrab bersama teman sebayanya D. Pola Eliminasi



Ibu pasien mengatakan selama di rumah dan dirumah sakit sebelumnya An. P biasanya BAB 1x/hari, BAK ± 4x/hari. E. Pola Kognitif Perseptual Ibu pasien mengatakan An. P lebih susah makan dan perlu di rayu saat makan, lebih diperhatikan dari biasanya sebelum sakit dan saat dirumah sakit An. P sering mengatakan pada ibunya ingin segera pulang dan ingin kembali ke pondok F.



Pola Koping Toleransi Stress Ibu pasien mengatakan An.P merupakan pertama kalinya sakit dan dirawat dirumah sakit, dan anaknya lebih minta perhatian, dan selalu ditemani oleh orang tuanya karena merasa kesepian. An.P sering mengatakan kepada ibunya ingin dan ingin kembali ke pondok.



G. Pola Kebersihan Diri Ibu pasien mengatakan An. P belum mandi dan keramas. Ibu pasien mengatakan takut memperarah penyakit anaknya X.



KEADAAN UMUM (PENAMPILAN UMUM) A. Cara Masuk B. Keadaan Umum An. P terlihat lemas, kesadaran Composmentis E4M6V5, akral hangat kering kemerahan.



XI. TANDA-TANDA VITAL Observasi vital sign, dilakukan pada tanggal 3 Juni 2020 jam 9.30 WIB di Poli Anak RSPAL dr. Ramelan Surabaya. Keadaan umum cukup, sadar composmentis E4V5M6, kurang aktif. Tensi



: 100/65 mmHg



Suhu



: 36,8 oC



Nadi



: 98x/menit, reguler



RR



: 28x/menit, reguler



SpO2



: 97%



TB



: 148 cm



: SMRS: 40kg  MRS: 37kg



BB



XII. PEMERIKSAAN FISIK A. Pemeriksaan Kepala dan Rambut Kepala Masosefal B. Mata Konjungtiva palpebra anemis (-), sklera ikterik (-) C. Hidung Tidak ada pernafasan cuping hidung, Discharge (-)/(-) D. Telinga Discharge (-)/(-) E. Mulut dan Tenggorokan Mulut tidak sianosis Tenggorokan: Tonsil T2-2, hiperemis (+), pseudomembran di uvula tonsil (+) F. Tengkuk dan Leher Leher: bullneck (-), eritema (-), nyeri tekan (+) G. Pemeriksaan Thorax/Dada Paru Inspeksi



: Simetris statis dinamis, retraksi (-).



Palpasi



: Stem fremitus kanan = kiri.



Perkusi



: Sonor seluruh lapangan paru.



Auskultasi



: Suara dasar vesikuler +N/+N, kanan=kiri : Suara tambahan : hantaran (-), wheezing (-), ronki (-)



Jantung Inspeksi



: Iktus kordis tak tampak, pectus ekskavatum/carinatum (-)



Palpasi



: Iktus kordis teraba di sela iga IV 1 cm lateral garis medioklavicularis kiri, iktus kordis tidak kuat angkat, tidak melebar, tidak ada thrill



Perkusi



:



Batas kiri



: Sela iga IV 1 cm lateral garis medioklavikularis kiri



Batas kanan : Sela iga IV, garis parasternal kanan



Batas atas



: Sela iga II, garis parasternal kiri



Auskultasi



: Bunyi jantung I dan II normal, irama reguler, tidak ada gallop, tidak ada bising.



H. Punggung Tidak terdapat dekubitus, tidak ada benjolan pada punggung, tidak ada ruam, tidak ada lesi, tidak ada kelainan pada tulang belakang. I.



Pemeriksaan Abdomen Inspeksi



: Datar, venektasi (-).



Auskultasi



: Peristaltik usus (+) normal



Perkusi



: Timpani



Palpasi



: Turgor kembali cepat, supel, nyeri tekan (-), defans muskular (-), massa (-).



J.



Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Sekitarnya (Genetalia dan Anus) An. P kebersihan genetalia bersih, tidak mengalami kelainan pada alat kelamin dan kelainan anus



K. Pemeriksaan Neurologi Keadaan umum An. P lemah, kesadaran composmnetis, GCS eye 4 verbal 5 motorik 6, tidak terdapat kejang pada An. P, tidak pusing. An. P tidak mengalami gangguan pandangan, gangguan pendengaran, dan gangguan penciuman L. Pemeriksaan Muskuloskletal dan Integumen An. P Pergerakan sendi bebas, tidak ada kelainan ekstermitas, tidak ada kelainan tulang belakang, kulit normal, turgor kulit baik. Anggota gerak



Pucat Sianosis Edema Akral dingin CRT Kekuatan otot:



: : : : :



Superior



Inferior



Dextra/Sinistra -/-/-/-/