15 0 605 KB
NEURO-OTOLOGI (VERTIGO) Definisi
Sensasi gerak atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya dg gx lain yg timbul, terutama dari otonomik yg disebabkan oleh ggx AKT oleh berbagai macam penyakit Reseptor AKT retina (visual), aparatus vestibular, muskuloskeletal (somatosensori)
Patofisiologi
Teori konflik sensoris o Ok ketidaksesuaian antara masukan sensoris dari kedua sisi (kanan dan kiri) dan/atau masukan dari ketiga reseptor AKT akibat rangsang berlebihan menyebabkan pusat pengolah data di otak kebingungan pemrosesan input sensoris menempuh jalur tidak normal output dari pusat AKT menjadi tdk sesuai dg kebutuhan keadaan yg dihadapi menimbulkan tanda kegawatan muncul refleks antisipatif dari otot ekstremitas (sempoyongan, deviasi jalan), otot penyangga tubuh (deviasi saat posisi tegak), dan otot penggerak mata (nistagmus) o Kelemahan: teori ini blm dpt mengungkap terjadinya vertigo akibat kelainan psikik dan terjadinya habituasi/adaptasi yg bermanfaat utk penanggulangan vertigo Teori neural mismatch o Ok ketidaksesuaian antara pengalaman gerakan yang sudah disimpan di otak dengan gerakan yg sedang berlangsung gerakan yg sedang berlangsung dirasakan aneh stimulasi berlebih aktivitas SSP, termasuk sistem saraf otonom muncul vertigo o Bila gerakan berlangsung terus gerakan baru akan mengoreksi gerakan yg sudah ada di memori (sensory rearrangement) terjadi adaptasi gx menghilang o Kelemahan: tdk bisa menjelaskan latar belakang fisiologi timbulnya sindroma dan khasiat obat Teori neurohumoral/sinaps o Rangsang fisik (gerakan), kelainan organik, psikik (stres) release CRF/CRH dari hipotalamus via influx ion Ca aktivasi: Locus ceruleus dominasi saraf simpatis pucat, kulit dingin, keringat dingin, vertigo, panik melalui mekanisme reciprocal inhibition: berubah ke dominasi parasimpatis mual, hipersalivasi, muntah Hipokampus dan korteks limbik muncul gejala anxietas dan depresi Hipofisis melalui jalur HPA sekresi hormon stres (kortikosteroid) Sel limfosit respon imunologis o Bila sindrom berulang akibat rangsang beruulang/latihan perubahan dominasi saraf simpatis dan parasimpatis juga berulang penurunan sensitivitas (hiposensitif) dan jumlah reseptor (down regulation) penurunan influx ion Ca (progressive closure of Ca channel) pelepasan neurotransmiter menurun gx vertigo hilang/mereda
Klasifikasi
Dizziness o Vertigo vestibuler (true vertigo) ggx vestibular sensasi berputar o Presinkope ggx kardiovaskuler sensasi pingsan o Disekuilibrium ggx neurologik sensasi jatuh o Psikofisiologik vertigo ggx psikiatrik sensasi melayang
Tahap Tatalaksana Vertigo
Pastikan vertigo atau bukan Tentukan jenis vertigo dan letak lesinya Cari penyebabnya Pilih terapi yang tepat
Beda vertigo vestibuler dan non-vestibuler Gejala Sifat vertigo Serangan Mual/muntah Gangguan pendengaran Gerakan pencetus Situasi pencetus
Vestibuler berputar episodik (+) (+)/(-)
Non-vestibuler melayang kontinyu (-) (-)
Gerakan kepala (-)
Gerakan obyek visual Situasi ramai
Beda vertigo sentral dan perifer Karakteristik Bangkitan vertigo Derajat vertigo Pengaruh gerakan kepala Gejala otonom Gangguan pendengaran Tanda fokal otak
Tipe perifer Lebih mendadak berat (+) (++) (+) (-)
Tipe sentral Lebih lambat ringan (-) (±) (-) (+)
Penyebab vertigo
Vestibuler : o Perifer : Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BBPV), Microvascular Compression, Meniere’s disease, perilymphatic fistula, tumor NVIII, sifilis, ototoksisitas, neuritis, oklusi arteri labirin, autoimun, labirintitis. o Sentral : Vaskuler, demielinisasi, degeneratif, tumor, epilepsi, paraneoplastik, tumor, Wernicke’s encephalopathy. Nonvestibuler : Polineuropati, mielopati, trauma servikal, artritis / artosis servikalis, antmi, presinkop, panic attack, ortostatik, hiperventilasi, multisensory deficit.
BPPV
Teori: o
Kupulolitiasis: kristal kalsium karbonat (otokonia) yang terlepas dari makula utrikulus menempel pada permukaan kupula kanalis semisirkularis posterior perubahan posisi daduduk ke berbaring dengan kepala tergantung kanalis posterior berubah posisi dari inferior ke superior kupula bergerak secara sentrifugal vertigo o Kanalolitiasis: kristal kalsium karbonat bergerak dalam kanalis semisirkularis gerakan endolimf stimulasi ampula dalam kanal vertigo Gambaran klinis o Onset mendadak o Muncul dg perubahan posisi o Durasi singkat 24 jam (bisa sampai 2 minggu) o Nistagmus horisontal rotatorikspontan dengan arah ke non lesional, dengan ilusi gerakan sekitarnya o Ggx keseimbangan saat berdiri atau berjalan o Defisit fsi kanalis horisontal unilateral , yg dpt dideteksi dengan tes VOR dan irigasi kalorik (tes kalori negatif) o Pemeriksaan otoskopi dan pendengaran normal o Tdk didapatkan defisit neurologis
Terapi o Simptomatik: 1-3 hari pertama (fase akut) dimenhidrinat 100mg atau antivertigo lainnya untuk menekan muntah segera hentikan setelah keluhan berkurang px segera lakukan kompensasi sentral o Kausatif: metilprednisolon diberikan dalam 3 hari pertama onset gejala dan berlanjut hingga 3 minggu 100mg/hari, diturunkan 20mg tiap 3 hari. Prednison 2x20mg selama 10-14 hari o Latihan vestibuler: stabilisasi statis latihan dinamis stabilisasi gerak mata
Neurinoma Akustik
Sinkop
Tumbuh di tempat dimana selubung saraf pusat (jaringan glia) dan selubung saraf perifer (sel schwann) bertemu didalam kanalis auditori interna zona obersteiner – redich 8-12 mm sebelah distal batang otak Gejala klinis o Trias: tuli sensorineural ipsilateral, tinitus, gangguan keseimbangan o Gejala serebelar ataksia dan gangguan gait ok tumor mendesak serebelum o Kompresi N. V hipestesi wajah & refleks kornea menurun o Tanda peningkatan TIK nyeri kepala, muntah, papiledema o Kelemahan otot wajah parese N. VII tipe LMN jarang terjadi Pemeriksaan Penunjang: o Audiometri Speech audiometri & tone decay utk bedakan tuli koklea atau retrokoklea Audiometri konvensional (nada murni) berguna utk tentukan jenis dan derajat ketulian (konduktif/sensorineural/campuran) Derajat ketulian: normal (0-25 dB), tuli ringan (26-40 dB), tuli sedang (41-60 dB), tuli berat (61-90 dB), tuli sangat berat (>90 dB) o BAER Dilakukan jika pada pemeriksaan audiometri didapatkan defisit sensorineural dan secara klinis menunjukkan perburukan utk tegakkan diagnosis Sensitivitas utk tumor >1,5cm 90% Temuan khas: hanya ditemukan gelombang 1 tanpa diikuti gelombang berikutnya, pemanjangan interval gelombang I-III o ENG o Tes kalorik o MRI Pemeriksaan gold standard T1 iso/hipointens dan menyangat setelah pemberian kontras, T2 intensitas sinyal meningkat Berdasarkan ukuran: Kecil : < 1,5 cm Sedang : 1,5 – 3 cm Besar : > 3 cm Berdasarkan lokasi dan ekspansi ke struktur sekitarnya Intrakanalikuler : tumor terletak didalam kanalis auditorius internal Sisternal : tumor meluas keluar dari kanalis auditorius internal Kompresif : tumor mendesak serebelum atau batang otak Hidrosefalus : tumor menyumbat aliran LCS di daerah ventrikel IV o Diagnosis banding: meningioma, kista epidermoid, kista arakhnoid, metastase
Hilang kesadaran mendadak dlm waktu singkat berhubungan dengan hipoperfusi serebral yg mendadak Kebutuhan minimum oksigen otak: 30-35 ml O2/100g jar otak/menit Etiologi o Neurally-mediated syncope/reflex o Hipotensi ortostatik o Aritmia jantung o Penyakit jantung dan kariopulmonal struktural o Stroke o Gangguan psikiatrik: cemas, depresi, reaksi konversi
Pemeriksaan khusus neuro-otologi
Tes romberg: o Pemeriksa berada di belakang pasien o Px berdiri tegak dengan kedua tangan di dada, kedua mata terbuka o Diamati selama 30 detik o Setelah itu px diminta menutup mata dan diamati selama 30 detik o Jika px sudah jatuh saat mata terbuka kelainan serebelum o Jika px jatuh saat mata tertutup kelainan vestibuler/proprioseptif Tes romberg dipertajam: o Pemeriksa berada dibelakang pasien o Tumit pasien berada di depan ibu jari kaki lainnya o Px diamati dalam keadaan mata terbuka selama 30 detik o Kemudian px menutup mata dan diamati selama 30 detik o Interpretasi = test romberg Tes jalan tandem: o Pasien diminta berjalan mengikuti sebuah garis lurus, dengan menempatkan tumit didepan jari kaki sisi yang lain secara bergantian o Pada kelainan serebelar: px tdk dapat melakukan jalan tandem dan jatuh ke satu sisi o Pada kelainan vestibuler: px akan mengalami deviasi kesisi lesi Tes Fukuda o Pemeriksa berada dibelakang pasien o Px diminta meluruskan tangan ke depan, mata tertutup o Px diminta berjalan ditempat 50 langkah o Tes Fukuda abnormal jika deviasi ke satu sisi > 30 atau maju/mundur > 1 meter o Tes Fukuda menunjukkan lokasi kelainan disisi kanan atau kiri Tes past pointing o Pada posisi duduk, px diminta utk mengangkat satu tangan dengan jari mengarah keatas o Jari pemeriksa diletakkan didepan pasien o Pasien diminta dengan ujung jarinya menyentuh ujung jari pemeriksa beberapa kali dengan mata terbuka o Setelah itu dilakukan dengan cara yang sama dengan mata tertutup o Pada kelainan vestibuler: ketika mata tertutup maka jari pasien akan deviasi kearah lesi o Pada kelainan serebelar: akan terjadi hipermetri atau hipometri Head thrust test: o Pasien diminta memfiksasikan pandangannya pada hidung/dahi pemeriksa o Setelah itu kepala digerakkan secara cepat ke satu sisi o Pada kelainan vestibuler perifer akan dijumpai adanya sakadik Pemeriksaan nistagmus bedside
o
Px diminta untuk mengikuti jari pemeriksa ke kiri dan kanan 30 untuk adanya nistagmus horisontal o Px diminta untuk mengikuti jari pemeriksa kearah atas dan bawah untuk adanya nistagmus vertikal o Nistagmus disebutkan berdasarkan komponen cepat, sedangkan komponen lambat menunjukkan lokasi lesi Pemeriksaan nistagmus Head shaking test o Pasien duduk dengan kepala fleksi 30, digerakkan kekiri dan kekanan 45 dengan cepat sebanyak 20 hitungan o Kemudian diamati adanya nistagmus horisontal dan vertikal Tracking test/pursuit eye movement o Mata mengikuti gerakan bandul 20 kekiri dan kekanan, dengan kecepatan 40/detik Tes kalori – alternate bineural bitermal test o Pasien berbaring dengan fleksi kepala 30 o Periksa telinga px dengan otoskopi untuk memastikan membran timpani intak o Irigasi dengan air 30 dan 44 secara bergantian (2-10cc) selama 1 menit o Urutan irigasi: AD-panas, AS-panas, AS-dingin, AD-dingin Antara 2 irigasi ditunggu 5 menit o Abnormal jika nistagmus muncul > 1 menit