6 0 5 MB
Kelon Essensial Koas NEUROLOGI 1 Mediko made the med-easy!
Lesi UMN vs LMN BATAS Pada nervus cranialis : batas pada nucleusnya, sebelum (UMN), sesudah (UMN) Pada saraf perifer : Kornu anterior medulla spinalis Refleks Fisiologis
Pusat
Refleks Biceps
C5, C6
Refleks Triceps
C6-C8
Refleks Patella
L2-L4
Refleks Achilles
S1-S2 Grade
0 : negative 1 : hipoaktif 2 : Normal 3 : meningkat tanpa klonus 4 : meningkat dengan klonus
SPASTIK VS. FLAKSID Pemeriksaan
Spastik
Flaksid
Kekuatan otot
Menurun + gg. Motorik halus
Menurun
Tonus
Hipertonus
Hipotonus/ Atonia
Klonus
+
-
Reflex Fisiologis
Hiperrefleks ± klonus
Hiporefleks/ Arefleks
Refleks Eksteroseptif
Hipoaktivitas / absen dari refleks abdominal, refleks plantar, refleks kremaster
dbn
Refleks Patologis
(+) → Babinski, Openheim, Gordon, MendelBechtrew
(-)
Atrofi otot
Preserved Muscle Bulk
Atrofi (+)
SPASTISITAS VS. RIGIDITAS Spastisitas
Rigiditas
Resistensi yang diikuti kelenturan pada ekstremitas yang digerakan cepat & pasif
Peningkatan resistenti otot yang dirasakan pada seluruh rentang gerak Ketika digerakan perlahan
Contoh: clasp knife phenomenon
Contoh: lead pipe, cog-wheel phenomenon
Kerusakan tractus piramidalis
Kerusakan tractus ekstrapiramidalis
PEMERIKSAAN MOTORIK Pemeriksaan
Interpretasi
Penulisan
1.
Gerak
+ / ↓ /-
kanan/ kiri
2.
Kekuatan
0 – 1 - 2 – 3 – 4 - 4+ - 5
Contoh : 5-5-5 / 5-5-5 (Tangan-lengan bawah-lengan atas kanan / Tangan-lengan bawah-lengan atas kiri)
3.
Tonus
Normal / Menurun / Meningkat
N/↓/↑
4.
Trofi
Eutrofi/ Atrofi / Disuse atrofi/ sulit dinilai
E / A / DA / sdn
5.
Refleks fisiologis
+ ++ : Normal +++ ++++
Kanan / kiri
6.
Refleks Patologis
(+) atau (-)
Contoh: (B,G) +/-
7.
Klonus
(+) atau (-)
(+) atau (-)
PENILAIAN KEKUATAN OTOT
LENGAN ATAS
JARI TANGAN
LENGAN BAWAH
PENILAIAN KEKUATAN OTOT
TUNGKAI ATAS
PLANTARFLEKSI
TUNGKAI BAWAH
DORSOFLEKSI
Interpretasi Pemeriksaan Kekuatan Otot Nilai Kekuatan Otot
Clue
Keterangan
0
Tonus (-)
Paralisis, tidak ada kontraksi otot sama sekali
1
Tonus (+)
Terlihat atau teraba getaran kontraksi otot tetapi tidak ada gerak sama sekali
2
Geser
Dapat menggerakan anggota erak tanpa gravitasi
3
Lawan Gravitasi (+)
Dapat menggerakan anggota gerak untuk melawan gravitasi
4
Tahanan Ringan (+)
Dapat menggerakan sendi aktif dan melawan tahanan
5
Tahanan Kuat (+), terampil
Kekuatan normal
PRONATOR DRIFT/ BARRE’S SIGN Pada kasus kelemahan ringan, paresis tidak selalu dapat terdeteksi dengan pemeriksaan standar. Interpretasi hasil:
REFLEKS PATOLOGIS 1.
Hoffman-Tromner
Outcome positif: Dorsofleksi ibu jari kaki & abduksi keempat jari kaki 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Babinsky Chaddock Schaeffer Oppenheim Gonda Bing Gordon
Outcome positif: Plantarfleksi
9. 10.
Rossolimo Mandel-Becthrew
PEMERIKSAAN SENSORIK
EKSTEROSEPTIF/ PROTOPATIK
• Raba halus • Nyeri • Suhu PROPRIOSEPTIF
• Vibrasi : 128Hz • Rasa posisi dan sikap
ALGORITMA PENDEKATAN KLINIS GANGGUAN SENSORIK
Glasgow Comma Scale Eye (4)
Verbal (5)
Motor (6)
4
Membuka spontan tanpa stimulus
5
Orientasi baik (Menyebutkan nama, tempat dan tanggal)
6
Menuruti perintah
3
Membuka setelah rangsangan suara atau perintah (verbal)
4
Orientasi tidak baik
5
Mampu melokalisir nyeri
2
Membuka setelah rangsangan nyeri
3
Kata-kata jelas
4
Gerakan lengan menjauhi arah sumber nyeri
1
Tidak membuka mata sama sekali, tanpa faktor penghalang
2
Mengerang
3
Fleksi tidak normal (dekortikasi)
1
Tidak ada respon suara, tanpa faktor pengganggu
2
Ekstensi tidak normal (deserebrasi)
1
Tidak ada respon
Epilepsi Epilepsi didefinisikan sebagai serangan kejang paroksismal berulang tanpa provokasi dengan interval lebih dari 24 jam tanpa penyebab yang jelas.
UMUM Melibatkan kedua hemisfer PARSIAL Melibatkan satu hemisfer saja
Jenis Kejang Parsial
Karakteristik
Kejang parsial sederhana
Merupakan kejang fokal tanpa disertai gangguan kesadaran.
Kejang parsial kompleks.
Merupakan kejang fokal disertai hilang atau perubahan kesadaran
Kejang parsial menjadi umum
Ditandai dengan kejang fokal yang diikuti kejang umum.
Jenis Epilepsi
Umum Menunjukan keterlibatan 2 specimen Fokal/parsial Hanya terbatas pada satu hemisfer saja
Absence vs Complex Partial Absence
Complex Partial
Frequency
Could be many times per day
Rarely more than several times per day or week
Warning sign
Usually begin abruptly
Some complex partial seizures begin slowly with warning
Duration
Rarely more than 15-20 seconds
Up to several minutes
Automatism
Less common
Common
Condition after the episode
Alert
Confused
Istilah yang sudah tidak digunakan:
• Complex partial • Simple partial • Partial • Psychic • Dyscognitive Note When a seizure type begins with ”focal, generalized or absence” then the word “onset” can be presumed
• Secondarily generalized tonic-clonic
Elektroensefalografi (EEG) Walaupun EEG secara rutin dilakukan pada kejang tanpa provokasi pertama dan pada (dugaan) epilepsi, pemeriksaan ini bukanlah baku emas untuk menegakkan diagnosis epilepsi.
Magnetic resonance imaging (MRI) merupakan pencitraan pilihan untuk mendeteksi kelainan yang mendasari epilepsi.
Tatalaksana Epilepsi (ILAE)
Efek samping OAE
Obat antiepilepsi
Jenis OAE
Efek samping
Asam valproat
Penambahan berat badan, kegagalan hepar, teratogenik
Fenitoin
Hipertrofi ginggiva
Fenobarbital
Gangguan Kognitif
Karbamazepin
Leukopenia dan agranulositosis
Syarat Pemberhentian OAE
Status Epileptikus Status epileptikus (SE) adalah bangkitan yang berlangsung lebih dari 30 menit, atau adanya dua bangkitan atau lebih dan diantara bangkitan-bangkitan tadi tidak terdapat pemulihan kesadaran. Klasifikasi Status Epileptikus • Klinis: ✓ SE fokal ✓ SE general • Durasi: ✓ SE Dini( 5-30 menit) ✓ SE menetap/ Established (>30 menit) ✓ SE Refrakter ( bangkitan tetap ada setelah mendapat dua atau tiga jenis antikonvulsan awal dengan dosis adekuat)
STATUS EPILEPTIKUS
Tatalaksana Status Epileptikus Anak
Cerebrovascular Accident (Stroke) Merupakan sindrom klinis yang terdiri dari defisit neurologis, baik fokal maupun global, yang terjadi secara tiba- tiba, dengan progresivitas yang cepat, yang berlangsung 24 jam atau lebih.
Stroke berdasarkan perjalanan klinis
Tipe
Transient Ischemic Attack (TIA)
Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND)
Prolonged RIND
Complete
Stroke in evolution
Durasi
2 4 jam
>24 jam
Menetap, deficit neurologis tidak progresif
Menetap, deficit neurologis progresif
Sembuh
Sempurna
Sempurna < 3 hari
Sempurna < 7 hari
-
-
Berdasarkan PPK Neurologi 2016 dan AHA 2018 Terminologi yang dipakai adalah TIA dan Stroke Iskemik Akan tetapi, terminologi lama masih bisa keluar di soal tryout !
Ciri khas masing-masing Stroke
Jenis
Etiologi
Ciri Khas
Thrombosis
Usia tua, DM, hipertensi, rokok, ATHEROSCLEROSIS
Saat bangun tidur dan istirahat
Emboli
Riwayat penyakit jantung seperti Atrial Fibrilasi, IHD, dan penyakit katup jantung
Disertai EKG yang abnormal
ICH
Hipertensi maligna
Aktifitas fisik, pikiran/emosi yang berat.
SAH
Aneurisma, AVM dan gangguan koagulasi
Bisa muncul kapan saja, aktivitas berat dapat menjadi pemicu
SH vs SNH
a. Lenticulostriata merupakan arteri yang paling sering terkena pada SH
Arteri yang terkena
Manifestasi
a. Cerebri anterior
Monoplegi/paresis kaki kontralateral, perubahan perilaku.
a. Cerebri media
Kelemahan pada wajah dan extremitas atas kontralateral, afasia, disartria, hemianopsia
a. Cerebri posterior
Defisit penglihatan (hemianopsia)
a. Vertebrobasiler
Buta kortikal, diplopia, vertigo, nistagmus
Stroke Non Hemorrhagic CT scan merupakan gold standard, tetapi merupakan pemeriksaan penunjang awal untuk menyingkirkan adanya perdarahan Hipodensity and Loss of grey and white matter differentiation
Hiperakut Akut Subakut Kronis
: 0-6 jam : 6-24 jam : 1 hari-2 minggu : >2 minggu
MCA dense sign Insular ribbon sign
Stroke Hemorrhagic Intracerebral Hemorrhage dan IVH • Berhubungan dengan hipertensi • Mendadak terutama saat beraktivitas • Gejala peningkatan TIK serta nyeri kepala dan muntah proyektil
Subarachnoid Hemorrhage (SAH) • Gejala berupa thunderclap headache, penurunan kesadaran, muntah, takikardi, diplopia. • Pemeriksaan fisik didapatkan meningeal sign. • Pada lumbal pungsi didapatkan darah Hiperdensitas pada sulcus dan cysterna basalis
Communicating Hydrocephalus
Skor Siriraj Untuk stroke 24 jam
Prinsip Tatalaksana Stroke Iskemik • Anti thrombus • Perbaiki perfusi
• Neuroprotektor • Perbaikan faktor sistemik Trombolitik RtPA (tissue plasminogen activator) • Fase akut : 220 dan diastole >120 dengan diturunkan 15% dalam 24 jam pertama. GDS : 100-200 gr% Kontrol hiperlipidemia
Tatalaksana Stroke Perdarahan Prinsip : • Turunkan tensi • Kontrol TIK • Waspada kejang • Neurprotektor • Cegah infeksi, decubitus, stress ulcer, obstipasi • Operasi
Turunkan Tekanan Darah Apabila • Sistole >200 atau MAP >150 mmHg • Sistole >180 dengan gejala TIK meningkat • Sistole >180 atau MAP >130 mmHg dengan target 160/90 atau MAP 110 mmHg • Maksimal diturunkan 25% MAP
• Osmoterapi atas indikasi: • Manitol 20% loading dose 1 gr/kgBB dilanjutkan 0.25 - 0.50 gr/kgBB, selama >20 menit, diulangi setiap 4 - 6 jam dengan target ≤ 310 mOsm/L kalau perlu, berikan furosemide dengan dosis inisial 1mg/kgBB i.v.
Trias Cushing pada peningkatan TIK
Gangguan Fungsi Luhur Aphasia
A loss of impairment of verbal communication, which occurs as a consequence of brain dysfunction
Agraphia
Defined as disruption of previously intact writing skills by brain damage
Alexia
An acquired type of sensory aphasia where damage to the brain causes the patient to lose the ability to read (word blindness/text blindness/visual aphasia)
Acalculia
A clinical syndrome of acquired deficits in mathematical calculation, either mentally pr with paper and pencil
Apraxia
A loss of ability to perform skilled movements
Agnosia
A loss of ability to recognize objects, persons, sounds, shapes, or smells while the specific sense is not defective nor is there any significant memory loss
Aphasia Anomik : gangguan pada fungsi naming(penamaan benda) Aphasia transkortikal : Repetisi selalu baik, yang rusak sesuai dengan namanya, motor (fluensi), sensoris (komprehensi) dan mixed (fluensi dan komprehensi)
Nervus Craniales
Lesi Nervus II Tersering pada kasus adenoma hipofisis
Hemianopsia homonim sinistra/dextra selalu berlawanan dengan tractus yang rusak
Lesi pada visual cortex akan memberikan gambaran macular sparing
Lesi Reflex Pupil
Normal
Cara mudah Apabila pupil direk dan indirek yang rusak berlawanan maka itu lesi pada NII sesuai direk.
Lesi NII Dextra
Apabila pupil direk dan indirek yang rusak searah maka lesinya pada NIII
Lesi NIII Dextra
Lesi Pada NVII
Bells Palsy • Akut, unilateral, paralisis n. fascial tipe LMN (perifer) • Etiologi: idiopatik • Onset: < 48 jam Pemeriksaan Fisik Gejala dan Tanda 1. 2. 3. 4. 5.
Merot atau kelumpuhan muskulus facialis. Tidak mampu menutup mata Nyeri tajam di telinga dan mastoid Hiperakusis Gangguan pengecapan
1. Saat pemeriksaan terdapat distorsi pada wajah berupa merot. 2. Hilangnya lipatan/kerutan pada dahi. 3. Peningkatan salivasi 4. Gangguan pengecapan 5. Lagoftalmus
Penatalaksanaan
Pyramidal Tract Lession
Plegi : Kekuatan otot 0 Paresis : Kekuatan otot 1-4 Monoplegia : lumpuh salah satu extremitas Hemiplegia : Lumpuh setengah extremitas Paraplegia : Lumpuh kedua kaki Quadriplegia : Lumpuh keempat extremitas
Trauma medulla spinalis Klasifikasi ditegakkan dalam waktu 72 jam – 7 hari post trauma, berdasarkan American Spinal Injury Association (ASIA):
Grade
Gangguan Medula Spinalis
A
Motorik 0, sensorik terganggu hingga S4-S5
B
Motorik 0, fungsi sensoris baik
C
Motorik 1-2, fungsi sensoris baik
D
Motorik 3-4, fungsi sensoris baik
E
Motorik 5, fungsi sensoris baik
A = Absent E = Excellent
Trauma Medula Spinalis Jenis Lesi
Deskripsi Lesi
Medicologic
Lesi transversal medulla spinalis
Lesi motorik, sensorik, dan propioseptif pada kanan dan kiri.
-
Central Cord Lesion
Kelainan sensoris dan motorik extremitas atas lebih buruk dari yang bawah.
ATAS lebih BURUK
Brown-Sequard Syndrome
Lesi motorik dan propioseptif IPSILATERAL, nyeri dan suhu KONTRALATERAL
Motorik dan Sensorik lesinya BERLAWANAN
Anterior Cord Syndrome
Lesi ipsilateral dan kontralateral pada motorik, sensorik dan suhu
Satu-satunya yang SELAMAT adalah PROPIOSEPTIF
Posterior Cord Syndrome
Kerusakan pada propioseptif, vibrasi dan diskriminasi 2 titik ipsi dan kontralateral
Satu-satunya yang RUSAK adalah PROPIOSEPTIF
Manajemen Trauma Medulla Spinalis • Tatalaksana di IGD • Stabilisasi ABCDE • Analgetik kuat bila perlu (e.g tramadol, morfin sulfat)
• Pemberian kortikosteroid Diagnosis ditegakkan < 8 jam paska trauma -> metilprednisolon 30 mg/kgBB bolus IV selama 15 menit. Tunggu 45 menit. Dilanjutkan infus MP 5,4 mg/kgBB/jam selama 23 jam
Diagnosis ditegakkan > 8 jam paska trauma -> tidak dianjurkan pemberian kortikosteroid
Dermatome
Gangguan Gerak
Parkinson Disease (3A) PARKINSONISM
PARKINSON DISEASE
Gejala utama berupa TRAP • Tremor (resting tremor) • Rigiditas (cogwheel rigidity) • Akinesia / bradikinesia • Postural Instability Disebabkan oleh penyebab lain seperti obat antipsikotik, anti muntah (metoclorpramide), riwayat stroke
Gejala parkinsonism (TRAP) dibuktikan dengan degenerasi ganglia basalis dan hasil PA ditemukan Lewy Body
Lewy Body Pada Parkinson Disease
Petit March Gait
Meyerson Sign
Dilakukan dengan mengetuk glabella pasien Hasil positif berupa : persistent blinking Meyerson Sign
Pill rolling tremor
Retropulsion Test
KRITERIA HUGHES POSSIBLE Salah satu dari TRAP (1/4)
PROBABLE Kombinasi dua dari TRAP (2/4)
DEFINITE Kombinasi 3/4 dari TRAP (3-4/4)
BRAIN Ganglia basalis
Dopamin
Acetylcholin MAO
Normal
MAO I ( selegiline )
Anticholinergic Receptor
D2
Perokside
Dopamin
Radical H
Tissue damage
Decarboxylase
Acetylcholin
Levodopa
(Trihexylphenidyl)
PD
BLOOD BRAIN BARIER Levodopa
3 OMD COMT Inhibitor COMT
Dopamin Agonist
Decarboxylase
Ergot (bromocryptin)
Non Ergot (pramipexole)
Dopamin
Decarboxylase Inhibitor
PHERIFER
(Benzeraside) (carbidopa)
(entacapone)
Gangguan Ganglia Basalis Lesi Striatum
Chorea
Ncl Subthalamicus
Putamen
Simulasi Kasus
Keluhan Utama : Separuh badan lemas • Seorang pria usia 57 tahun, datang diantar keluarga dengan keluhan kelemahan pada anggota gerak sisi kanan. Keluhan dirasakan 3 jam sebelum masuk RS. Keluhan muncul setelah pasien bangun tidur. Keluhan disertai wajah merot ke kanan dan bicara pelo Keluhan tidak disertai mual, muntah, dan nyeri kepala • Riwayat kolesterol sejak 10 tahun dan tidak mengkonsumsi obat. • Keadaan umum : Tampak sakit sedang • Tanda vital : - 160/90 mmHg - HR : 100 x/menit : isi dan tegangan cukup - RR : 24 x/menit - T : 39,1o C aksiler • Status generalis dbn • PF Neurologis : Apa yang bisa didapatkan dari amannesis? • Rangsang meningeal (-)
Diskusi Kasus a.
Pemeriksaan penunjang
b.
Diagnosis dan Diagnosis banding
c.
Tatalaksana
d.
Edukasi
Keluhan Utama : kedua tungkai lemah • Seorang pria usia 40 tahun dibawa ke IGD post kecelakaan lalu lintas 2 jam yang lalu. Pasien mengatakan kelemahan di ekstremitasnya, namun ekstremitas atas lebih berat. • Pemeriksaan tanda vital TD 130/80 mmHg, HR 90x/m, RR 20x/m, suhu 36.70C. • Pemeriksaan neurologis, kekuatan motoric ekstremitas atas 2222/2222, ekstremitas bawah 4444/4444 • pemeriksaan sensorik didapatkan penurunan sensasi nyeri dan suhu pada pada ekstremitas atas • Tes propiosepsi masih baik
Diskusi Kasus a. b. c. d. e.
Pemeriksaan penunjang Diagnosis dan Diagnosis banding Apa perbedaan lesi UMN dan LMN Tatalaksana Edukasi