Nutrisi Prakonsepsi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Preconception nutrition Oleh Firda Kalzum K.dan A.A. Santi Dewi, Mahasiswa Magister Kebidanan FKUB 2018/2019



Selama tahun 1980-an dan tahun 1990-an, kebidanan telah menekankan upaya mencegah hasil akhir yang buruk dengan memberikan tindakan perawatan prenatal yang berkualitas. Pengetahuan yang luas tentang pewarisan pada manusia telah memberi peluang lebih besar untuk penyelenggarakan konseling genetic, identifikasi faktor resiko sebelum konsepsi terjadi, dan diagnose genetic prenatal. Namun, seiring perawtan prenatal banyak dievaluasi secara kritis, semakin lebih jelas terlihat bahwa waktu untuk mencegah komplikasi kehamilan yang tepat sebenarnya adalah sebelum seorang wanita mengandung (Varney,2003). Pada tahun 1989 diselenggarakan U.S. Public Health Service Expert Panel On the Content of Prenatal Care mendeklarasikan bahwa perawatan prakonsepsi ‘’ harus menjadi perawatan standar’’ (Public Health Service,1989), dan diantara sasaran yang ditetapkan dalam publikasi Public Health Service tahun 1991 berjudul Healthy People 2000, dua diantaranya ialah penyediaan perawatan prakonsepsi sesuai usia dan pemberian konseling oleh sebagian besar tenaga perawatan primer(Public Health Service,1991). Sebagai bagian dari sasaran yang sedang dituju untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) telah menggalang kemitraan dengan organisasi lain untuk mengupayakan perlindungan terhadap kesehatan ibu. Mereka telah berhasil membuat berbagai program untuk mengurangi komplikasi kehamilan, untuk meneliti dan mengumpulkan serta menyebarluaskan informasi uang dapat meningkatkan kesehatan secara menyeluruh dan kualitas perawatan kesehatan ibu. Mereka berpendapat bahwa ‘’ Safe motherhood sudah dimulai sebelum kehamilan dimulai, yakni berupa program nutrisi tepat dan gaya hidup sehat’’ (Centers for disease control,2002). Mengenali masalah nutrisi akan mengarahkan kepada peran bidan, dimana bidan dapat memberikan Pendidikan kesehatan mengenai perubahan diet minor.



Perujukan ke ahli gizi diperlukan bagi wanita yang menhadapi



devisitnutrisi utama atau obesitas. Bagi wanita yang menghadapi gangguan makan , akan diperlukan evaluasi psikologi, dan wanita tersebut disarankan untuk menunda kehamilan sampai mendapatkan perawatan dan mengonsumsi diet sehat (Varney,2002).



1. Konsep Prakonsepsi Kesehatan prakonsepsi adalah kesehatan baik pada perempuan maupun lakilaki selama usia produktif yakni usia yang masih dapat memiliki keturunan. Tujuan kesehatan prakonskespsi adalah untuk mencapai ibu dan anak dalam kondisi sehat. Bhutta dan Lassi (2015) menyebutkan proporsi mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi secara signifikan dapat dicegah dengan cara pemberian intervasi gizi sederhana sebelum kehamilan. Alasan pemberian intervasi gizi tersebut adalah status zat gizi mikro adekuat pada masa prakonsepsi bagi perempuan sangatlah penting, disamping menjaga berat badan (status gizi) dalam rentang normal. Apabila mengkaji kesehatan prakonsepsi tidak terlepas dari istilah fertilitas dan infertilitas. Fertilitas merupakan proses yang kompleks dan dapat dipengaruhi oleh banyak factor terutama yang berkaitan dengan komposisi tubuh dan asupan makanan harian. Infertilitasmerupakan kondisi atau keadaan yang menunjukkan bahwa seorang pasangan tidak dapat memiliki keturunan atau tidak dapat hamil. Definisi infertilitas menurut World Health Organization (WHO) adalah ketidakmampuan untuk memiliki anak atau kegagalan untuk hamil setelah 12 bulan melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi (WHO, 2004). Kasus infertilitas banyak ditemukan di dunia. Laporan hasil penelitian menyebutkan bahwa dari 70 juta pasangan di dunia mengalami infertilitas, termasuk juga di negara-negara berkembang (Boivin et al., 2007; Ombelet et al., 2008).



2. Faktor Risiko Infertilitas Infertilitas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain usia, menunda kehamilan, berat badan, pola makan, dan latihan fisik (olah raga). Selain itu, ada faktor lain seperti stress psikologis, merokok, polutan lingkungan, dan fertilitas



terkait onkologi (Petraglia et al., 2013). Menurut Brown (2011), ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi fertilitas pada laki-laki antara lain status zat gizi seng yang tidak adekuat, paparan logam berat seperti merkuri, kadmium, timah, paparan halogen seperti di beberapa pestisida serta kerusakan sperma. Beberapa hal yang dapat mengganggu fertilitas pada perempuan diantaranya anoreksia nervosa, bulimia nervoxa, usia di atas 35 tahun, sindrom metabolik, pemakaian alat kontrasepsi oral, endometriosis, polycystic ovary syndrome serta simpanan zat besi yang tidak adekuat. Obesitas, gizi kurang, status antioksidan yang tidak adekuat, lemak tubuh yang berlebih, konsumsi alcohol dalam jumlah banyak, konsumsi kafein dalam jumlah berlebih, struktur saluran reproduksi yang tidak normal, stress oksidatif, dan gangguan metabolic juga berpengaruh terhadap fertilitas baik pada laki-laki maupun perempuan (Brown, 2011). Berat badan merupakan faktor risiko yang dapat diubah dan terbukti bahwa perubahan berat badan berdampak kepada kesehatan ibu hamil, bayi, dan anak (Chen et al., 2009). Perencanaan kehamilan dapat memberikan kesempatan kepada perempuan untuk mengubah kebiasaan yang tidak sehat. Salah satu faktor yang penting diperhatikan pada masa sebelum dan selama kehamilan adalah status gizi. Banyak perempuan yang masih kurang menyadari bahawa status gizi mereka berdampak pada kehamilannya kelak. Oleh karena itu, memperbaiki kebiasaan terkait berat badan dan gizi pada perempuan harus dimulai sejak awal usia reproduksi (Dean et al., 2014). Terdapat hubungan antara obesitas sebelum kehamilan dengan gangguan selama kehamilan Status gizi orang Asing-Pasifik dikelompokkan ke dalam beberapa kategori, seperti yang disajikan dalam Tabel dibawah ini : KATEGORI STATUS GIZI Klasifikasi



IMT (kg/m2)



Gizi Kurang



< 18,5



Normal



18,5-22,9



Gizi Lebih



23-24,9



Obesitas I



25-29,9



Obesitas II



≥ 30



Sumber : WHO Western Pasific Region I. The Asia-Pasific perspective: Redefining Obesity and its treatment. Health communication Australia Pty Ltd; 2000. Masalah status gizi ganda yang dialami perempuan usia reproduktif adalah obesitas dan gizi kurang. Komplikasi selama kehamilan dapat dipengaruhi oleh status gizi berlebih atau kurang pada masa prakonsepsi, tinggi badan serta definisi zat gizi mikro (Dean et al., 2014). Perempuan dengan status gizi berlebih dan obesitas disuga memiliki kebiasaan makan yang kurang baik seperti tinggi energi namun rendah zat gizi. Perempuan yang obesitas sebelum kehamilan akan berdampak merugikan saat kehamilan maupun pada janinnya (Hanson et al., 2015). Keadaan status gizi berlebih dan obesitas sebelum kehamilan dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi selama kehamilan dan gestasional diabetes, kelahiran mati, dan cacat jantung bawaan (Bhutta dan Lassi, 2015). Berat badan berlebih sebelum kehamilan juga dapat meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia (Chen et al., 2010). Perempuan dengan status gizi berlebih sangat dianjurkan untuk menurunkan berat badan dengan baik sebelum konsepsi karena penurunan berat badan tidak direkomendasikan dilakukan selama masa kehamilan (Hanson et al., 2015). Perempuan dengan IMT kurang 18,5 kg/m2 akan mengurangi kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan saat hamil. Status gizi kurang (jika dikaitkan dengan kehamilan) menyebabkan cadangan energi dalam tubuh kurang, kemungkinan mengalami defisiensi beberapa zat gizi seperti zat besi, asam folat, vitamin, yodium, kalsium, dan seng, lemahnya system imun tubuh, dan meningkatnya risiko infeksi maupun penyakit lainnya (Black et al., 2008). Status gizi kurang pada perempuan sebelum kehamilan dapat meningkatkan risiko kelahiran mati, premature, kecil masa kehamilan, dan bayi dengan berat badan lahir rendah (Bhutta dan Lassi, 2015). Status gizi kurang berkontribusi pada terjadinya kematian pada ibu hamil. Status gizi kurang sebelum kehamilan secara signifikan meningkatkan sebesar 32% risiko kelahiran prematur (Chen et al., 2010) serta meningkatkan risiko kecil masa kehamilan atau KMK. Salah satu target WHO 2025 adalah menurunkan 30% kejadian bayi dengan berat badan lahir rendah.



Berat badan dan indeks massa tubuh (IMT) merupakan faktor yang dapat diubah. Menerapkan pola makan (diet) dan kebiasaan hidup yang baik sebelum kehamilan merupakan anjuran FIGO (The International Federation of Gynecology) bagi remaja putri dan wanita untuk mengoptimalkan status gizinya. Perempuan dengan status gizi kurang kemungkinan akan mengalami kekurangan beberapa zat gizi penting. Oleh karena itu, pengkajian gizi harus dilakukan secara cermat dan jika perlu diberikan suplementasi (Hanson et al., 2015). Asupan makanan yang padat energi tapi rendah kandungan zat gizi dan rendahnya aktivitas fisik (olah raga) dapat berdampak pada kesehatan ibu dan anak. Olahraga diketahui dapat menurunkan risiko Gestasional DM, preeclampsia, dan mengontrol pertambahan berat badan ibu hamil. Penelitian case control menunjukkan hasil bahwa aktivitas fisik tinggi yang dilakukan sebelum kehamilan dapat menurunkan risiko preeklampsia sebesar 78%. Pengkajian status gizi menjadi faktor kunci pemberian intervensi yang tepat seperti saran diet yang sesuai serta rekomendasi pemberian suplemen sebelum dan selama kehamilan. FIGO merekomendasikan intervensi yang tepat seperti diversifikasi makanan, konsumsi makanan yang telah difortifikasi, dan suplementasi zat gizi untuk mengatasi defisiensi zat gizi mikro (Hanson et al., 2015).



3. Asuhan Gizi Prakonsepsi Asuhan kesehatan prakonsepsi merupakan asuhan kesehatan bagi laki-laki dan perempuan yang diberikan oleh dokter atau tenaga kesehatan professional lainnya yang fokusnya pada upaya untuk memiliki anak yang sehat. Asuhan prakonsepsi diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian pada ibu dan bayi (WHO, 2014). Program pelayanan kesehatan untuk ibu selama proses kehamilan (antenatal care) yang dilakukan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan Standar Pelayanan (SPK) telah dilakukan oleh Kementrian Kesehatan RI (Kemenkes, 2012), meskipun secara ekspilisit belum disebutkan bentuk pelayanan kesehatan pada masa prakonsepsi. Satu dari dua perempuan di Indonesia diketahui mengalami anemia defisiensi zat besi selama kehamilan. Kementrian Kesehatan RI mengeluarkan kebijakan



yaitu calon pasangan suami istri yang akan mendaftar untuk menikah disyaratkan telah mendapatkan edukasi terkait pentingnya staturs zat besi yang adekuat. Pemberian saran untuk mengonsumsi 30-60 mg zat besi di samping asam folat dalam bentuk suplemen, dilaporkan dapat menusurnkan insiden defisiensi zat besi pada kelompok perempuan (Brown, 2011). Beberapa rekomendasi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan prakonsepsinya yaitu : a. Kunjungan ke tempat pelayanan kesehatan secara teratur (terjadwal), b. Pemberian edukasi terkait kesehatan prakonsepsi dan kehamilan seperti skrining berat badan, vaksinasi, status zat besi dan asam folat, pengkajian konsumsi alcohol, riwayat penyakit, c. Pemberian konseling terkait modifikasi kebiasaan individu. Skrining kesehatan prakonsepsi dapat dilakukan dengan menggunakan formulir untuk mempermudah medapatkan data. Poin-poin yang dapat dicantumkan dalam formulir tersebut antara lain riwayat diet, aktivitas fisik, pola hidup, riwayat kesehatan individu dan keluarga, obat-obatan yang dikonsumsi, riwayat kesehatan seperti pola menstruasi, factor genetik, dan lingkungan. Dimulai saat remaja, berbagai faktor harus dikaji melalui pemeriksaan fisik secara rutin. Pengkajian meliputi komposisi makanan (diet) seimbang, aktivitas fisik, antropometri (berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh), anemia, dan risiko defisiensi zat gizi (asam folat, zat besi, seng, kalsium, yodium, vitamin). Petugas kesehatan yang ikut berperan dalam perencanaan kehamilan diantaranya dokter, ahli gizi, bidan, dan dokter spesialis kandungan (Hanson et al., 2015). Asuhan gizi pada masa prakonsepsi dapat dilakukan menggunakan Nutritional Care Process (NCP) yaitu pedoman standar yang diterapkan oleh American Dietitian Association (ADA) yang sekarang dikenal dengan Academy Nutrition and Dietetic (AND). Ada empat tahapan yang dilakukan dalam NCP antara lain penilaian status gizi, penegakan diagnose gizi, perencanaan intervensi gizi serta perencanaan monitoring dan evaluasi gizi (Hanson et al., 2015) Penilaian status gizi (nutritional assessment) merupakan hasil analisis dan interpretasi data yang didapatkan dari pengukuran antropometri, data biokomia, data fisik-klinik, data riwayat makanan dan gizi, data riwayat penyakit, obatobatan, dan social ekonomi. Pernyataan diagnose gizi tersusun atas masalah



(problem), etiologi (etiology), dan tanda-gejala (sign-symptom) yang ditegakkan berdasarkan hasil identifikasi pada tahap nutritional assessment. Domain dalam diagnose gizi yaitu domain intake, klinik, dan perilaku-lingkungan (Hanson et al., 2015). Intervensi gizi meliputi intervensi diet dan edukasi melalui tahap perencanaan dan implementasi. Tujuan intervensi gizi disesuaikan dengan diagnose gizi yang telah ditegakkan. Intervensi gizi meliputi empat kategori yaitu penyediaan makanan dan atau zat gizi, edukasi gizi, konseling gizi, dan koordinasi pelayanan. Terdapat dua bentuk konseling prakonsepsi yaitu dokter umum yang mengundang perempuan atau pasangan untuk melakukan kunjungan sebelum masa kehamilan dan kelompok komunitas yang memberikan Pendidikan kepada perempuan tentang kesiapan kehamilan dan melahirkan. Konseling prakonsepsi dapat menurunkan mortalitas neonates yang diduga karena meningkatnya antenatal care dan suplementasi zat besi maupun asam folat (Bhutta dan Lassi, 2015). Tahapan terakhir dalam asuhan gizi adalah monitoring dan evaluasi gizi. Kegiatan yang dilakukan adalah mengukur dan memantau perubahan status kesehatan dan gizi klien serta mengevaluasi atau keberhasilan intervensi yang telah dilakukan. Efektivitas intervensi perlu dimonitor secara berkelanjutan sehingga dapat dijadikan landasan untuk perbaikan dan menentukan intervensi gizi baru (Dean et al., 2014).



4. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Masa Prakonsepsi The International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) pada tahun 2015 mengeluarkan beberapa rekomendasi antara lain: 1. Mengoptimalkan status gizi melalui kebiasaan pola makan dan pola hidup yang baik sebelum kehamilan, 2. Menghindari merokok, konsumsi alcohol atau penggunaan obat penenang sebelum konsepsi. Optimalisasi status gizi dapat dilakukan dengan pendekatan menggunakan indikator berat badan dan indeks massa tubuh. Selain itu dapat menggunakan status gizi dan ada tidaknya defisiensi zat gizi. Masalah defisiensi zat gizi dapat di atasi dengan penganekaragaman bahan



makanan yang dikonsumsi, konsumsi makanan yang difortifikasi, dan penggunaan suplementasi (Hanson et al., 2015). The Reference Daily Intake (RDI) menyarankan untuk asupan harian bagi perempuan masa prakonsepsi mengandung zat gizi asam folat sebesar 400 mcg yang dapat diperoleh dari aneka ragam produk sayuran, buah-buahan, biji-bijian maupun suplementasi. Selain asam folat, ada suplementasi vitamin A maksimal 5000 IU serta pembatasan minuman yang mengandung alcohol selama masa prakonsepsi (Brown, 2011). Kebutuhan energi, zat gizi makro, dan zat gizi mikro pada masa prakonsepsi akan dibahas satu per satu berikut ini. Makanan dikatakan sehat jika tersusun atas zat gizi makro dan mikro dalam proporsi yang seimbang. Makanan yang baik tidak hanya dilihat dari segi kuantitas makanan, tetapi juga kualitas makanan. Energi pada masa prakonsepsi diberikan sesuai dengan kebutuhan dengan mempertimbangkan tingkat aktivitas fisik (Brown, 2011). Asupan total energi harus seimbang dengan energi yang dikeluarkan, baik untuk kebutuhan basal tubuh maupun tingkat aktivitas fisik yang dilakukan. Zat gizi makro meliputi protein, lemak, dan karbohidrat berkontribusi dalam menyediakan total energi yang berasal dari makanan (Hanson et al., 2014).



5. Zat Gizi Makro a. Protein Protein merupakan senyawa kimia dalam bahan makanan yang tersusun atas rantai asam amino. Protein sebagai sumber energi menghasilkan 4 kkal dalam setiap gramnya (Brown, 2011). Remaja putri dan perempuan direkomendasikan untuk mengonsumsi protein sekitar 12% dari total energi 2.000 kkal atau setara dengan 46 g protein per hari (Institute of Medicine, 2005). Asupan protein melebihi 25% dalam sehari tidak direkomendasikan. FIGO menyebutkan rekomendasi kecukupan protein dalam sehari pada masa sebelum kehamilan sebesar 60g. asupan protein yang adekuat sangat penting sebelum kehamilan karena mempengaruhi komposisi tubuh ibu dan anak serta kesehatan metabolic (Blumfield et al., 2012). Protein juga berfungsi menyusun struktur dan komponen fungsional sel tubuh. Ketidakcukupan protein dalam waktu lama dapat mengakibatkan terjadinya malnutrisi atau kurang energi protein (KEP). Bahan



makanan sumber protein antara lain iakn, ungags, daging, telur, produk susu, kacang-kacangan serta hasil olahannya seperti tahu dan tempe (Hanson et al., 2015).



b. Lemak Lemak merupakan komponen dalam makanan yang terdiri dari satu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak. Lemak mengandung energi sebesar 9 kkal dalam setiap gramnya (Brown, 2011). FIGO menyebutkan kebutuhan lemak bagi perempuan pada masa prakonsepsi direkomendasikan sebesar 15-30% dari total energi. Jenis lemak yang dikonsumsi juga harus diperhatikan. Lemak jenuh dan lemak trans perlu dibatasi, lebih diutamakan asam lemak tidak jenuh (Polyunsaturated Fatty Acid/PUFA). PUFA penting untuk kesehatan fisik dan mental serta perkembangan otak janin. Ada dua jenis PUFA yaitu asam linoleat (omega-6)



dan



asam



linolenat



(omega-3).



Omega-3



berfungsi



dalam



perkembangan syaraf, pertumbuhan, dan precursor eicosanoid. Omega-6 merupakan komponen struktur membrane lipid dan juga precursor eicosanoid. Rekomendasi omega-6 sebesar 11-12 g, sedangkan omega-3 sebesar 1,1 g per hari (Institute of Medicine, 2005). Bahan makanan sumber omega-6 adalah kacangkacangan, biji-bijian, minyak nabati (bunga matahari, jagung, kedelai), sedangkan sumber omega-3 adalah minyak ikan, minyak flaxseed, dan kacang-kacangan (Hanson et al., 2015).



c. Karbohidrat Karbohidrat merupakan senyawa kimia di dalam bahan makanan yang tersusun atas satu molekul gula sederhana atau lebih. Setiap gram karbohidrat mengandung energi 4 kkal (Brown, 2011). Karbohidrat, selain sebagai sumber tenaga untuk tubuh, juga diperlukan oleh organ dan otot untuk melakukan fungsi fisiologis tubuh. Karbohidrat pada masa prakonsepsi direkomendasikan sebesar 120 g dalam sehari (Institute of Medicine, 2005). Jenis karbohidrat kompleks lebih diutamakan untuk perempuan dengan berat badan berlebih. Bahan makanan sumber karbohidrat misalnya serealia, beras merah, ubi, ketela, kentang, pisang, dan kacang-kacangan (Hanson et al., 2015).



d. Serat Serat pangan memiliki banyak manfaat untuk kesehatan tubuh. Banyak penelitian yang menunjukkan hubungan konsumsi serat terhadap kesehatan saluran cerna. Serat juga berpengaruh terhadap control respon insulin postprandial. Data observasional menunjukkan bahwa konsumsi serat dalam jumlah cukup sangat baik untuk mecegah terjadinya penyakit degenerative seperti diabetes melitus (Weickert and Pfeiffer, 2008), stroke (Threapleton et al., 2013a), penyakit kardiovaskuler (Threapleton et al., 2013b) maupun kanker (Liu et al., 2015). Sumber serat yang baik bagi kesehatan misalnya buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian dalam bentuk utuh, bukan olahan (Hanson et al., 2014). Sumber lainnya adalah bekatul gandum, beta-glukanoat dan barley serta prebiotic (anggraeny,2017)



6. Zat Gizi Mikro a. Asam Folat Asam folat dibutuhkan sebelum konsepsi dan di awal kehamilan. Asam folat berfungsi dalam perkembangan dan pembentukan tabung syaraf, eritropoiesis, dan perkembangan otak. Konsumsi bahan makanan sumber asam folat dalam jumlah cukup diperlukan terutama bagi perempuan karena asam folat diketahui dapat mencegah terjadinya anemia makrositik, baik untuk kesehatan jantung dan fungsi kognitif. Asam folat sangat diperlukan untuk perkembangan janin karena mempengaruhi proses embrionik pada awal kehamilan. Asam folat yang tidak adekuat dapat menyebabkan terjadinya cacat tabung saraf otak (Hanson et al., 2015). Bhutta dan Lassi (2015) juga menyebutkan pemberian suplementasi asam folat selama prakonsepsi berpotensi menurunkan risiko terjadinya cacat tabung syaraf otak. Pemberian asam folat bagi perempuan usia reproduktif disarankan dalam bentuk suplementasi karena asupan melalui makanan (diet) kurang adekuat untuk proses pencegahan cacat tabung syaraf otak (Bhutta dan Lassi, 2015). Asam folat merupakan vitamin B yang jika terjadi defisiensi dapat menyebabkan ketidaknormalan kongenital terutama cacat tabung syaraf otak. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa suplemtasi asam folat efektif dalam pencegahan



kecacatan, morbiditas, dan mortalitas pada bayi. Oleh karena itu, intervensi utama pada masa prakonsepsi adalah pemberian suplementasi asam folat. Perempuan pada usia reproduktif disarankan untuk mengonsumsi asam folat sebesar 400 mcg per hari dalam bentuk suplementasi maupun makanan yang telah difortidikasi dengan asam folat. Sumber asam folat antara lain sayuran hijau, kacang polong, buah jeruk serta roti dan sereal dengan bahan dasar tepung yang telah difortifikasi asam folat (Hanson et al., 2015).



b. Vitamin A Perempuan usia reproduktif yang mengonsumsi multivitamin secara rutin untuk menjaga kesehatan akan lebih potensial menjadi seorang ibu. Penelitian kohort menunjukkan bahwa suplementasi multivitamin masa perikonsepsi menurunkan 27% risiko preeklampsia dan 43% ketidaknormalan bawaan. Vitamin A diketahui berperan dalam fungsi penglihatan, daya tahan tubuh, perkembangan ortgan, dan pembentukan sel darah merah (Hanson et al., 2015). Uji coba yang menunjukkan bahwa pemberian suplementasi vitamin A pada perempuan usia reproduktif sebanyak 1 kali per minggu tidak memiliki pengaruh terhadap kelangsungan hidup bayi mereka. Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pemberian vitamin A atau betakaroten dosis kecil setiap minggu dengan perbaikan kelangusngan hidup janin (anggraeny,2017). Rekomendasi vitamin A per hari untuk perempuan sebelum kehamilan sebesar 700 mcg yang dapat diperoleh dari sumber makanan seperti sayuran berwarna kuning dan oranye, minyak ikan, telur, dan produk susu (Hanson et al., 2015). Masih belum banyak kajian yang membahas kaitan vitamin A dan penurunan morbiditas serta mortalitas pada kehamilan.



c. Vitamin B Asupan vitamin B12 melalui makanan sangat rendah terutama pada seseorang yang menjalankan diet vegetarian sehingga kemungkinan terjadi defisiensi. Vitamin B12 berfungsi dalam perkembangan syaraf dan pembentukan sel darah merah sehingga defisiensi dapat memicu anemia makrositik pada perempuan. Vitamin B12 yang adekuat dapat mencegah terjadinya cacat tabung syaraf



sebelum konsepsi. Rekomendasi vitamin B12 untuk perempuan pada masa prakonsepi sebesar 2,4 mcg per hari. Vitamin B12 diperlukan oleh pria untuk meningkatkan kualitas sperma. Bahan makanan sumber vitamin B12 misalnya daging, hati sapi, susu dan produk susu, ungags, dan telur (Hanson et al., 2015). Vitamin B6 diperlukan tubuh untuk perkembangan fungsi syaraf, pembentukan janin, dan perkembangan otak. Kecukupan vitamin B6 disarankan sebesar 1,3 mg per hari. Manfaat vitamin B6 adalah dapat meningkatkan kesuburan pada wanita. Vitamin B6 dapat diperoleh dari ikan (terutama tuna), daging, ungags, telur, kentang, kacang-kacangan, wortel, brokoli, pisang, dan beras merah (Hanson et al., 2015).



d. Vitamin D Vitamin D memiliki peran penting untuk kesehatan ibu hamil dan perkembangan janin. Vitamin D berfungsi dalam system imun tubuh, pembentukan tulang, menjaga keseimbangan kalsium dan fosfor, dan pengaturan tekanan darah. FIGO merekomendasikan vitamin D untuk perempuan sebelum konsepsi sebesar 400 UI dalam sehari, dengan catatan akan lebih efektif jika diimbangi dengan paparan sinar matahari yang cukup (Hanson et al., 2015). Sumber vitamin D diantaranya ikan berlemak, telur, dan produk susu. Definisi vitamin D dapat terjadi apabila asupan dari makanan sangat rendah disertai dengan paparan sinar matahari yang kurang (terbatas).



e. Kolin Kolin bermanfaat dalam fungsi membram sel, pembentukan tabung syaraf, transmisi impuls syaraf, dan membantu perkembangan otak. Disfungsi organ tubuh dapat terjadi pada seseorang yang menjalankan diet vegetarian secara ketat (Hanson et al., 2015). Vitamin B12 dan asam folat dapat berinteraksi dengan kolin dalam reaksi biokimia. Sama seperti vitamin B12 dan asam folat, defisiensi kolin pada awal kehamilan juga dapat menyebabkan terjadinya cacat tabung syaraf otak (Anggraeny,2017). Rekomendasi kolin dalam sehari sebelum kehamilan sebesar 400-425 mg yang dapat diperoleh dari bahan makanan seperti telur, daging, ikan, seafood, susu, dan hati sapi.



f. Zat Besi Zat besi merupakan zat gizi penting untuk fungsi organ dan sintesis hemmoglobin. Masalah gizi yang ditemukan pada perempuan usia reproduktif adalah anemia, terutama pada negara dengan pendapatan rendah dan menengah. Hal ini disebabkan oleh asupan makanan sumber zat besi yang rendah serta adanya penyakit infeksi endemis yang meningkat pada masa prakonsepsi. Salah satu target WHO 2025 adalah penurunan 50% kejadian anemia pada perempuan usia reproduksi. Risiko pertumbuhan janin yang buruk serta berat badan lahir rendah akan meningkat apabila kadar hemoglobin dan ferritin yang rendah pada masa prakonsepsi. Prevalensi anemia diketahui lebih tinggi pada perempuan hamil dibandingkan dengan perempuan yang tidak hamil (Hien et al., 2009). Banyak penelitian melaporkan pemberian suplementasi selama awal kehamilan secara signifikan dapat menurunkan frekuensi bayi lahir dengan berat badan rendah. Maryam (2016) menyarankan pemberian suplementasi gabungan antara zat besi, dan asam folat untuk mengatasi anemia, meningkatkan simpanan zat besi, dan mencegah cacat tabung syaraf otak. Pemberian suplementasi dapat menurunkan frekuensi anemia dan meningkatkan simpanan zat besi pada perempuan yang tidak hamil. Pemberian intervensi yang mengombinasikan suplemen zat besi dan asam folat setiap minggu pada masa prakonsepsi secara signifikan dapat memperbaiki status zat besi dan menurunkan anemia (Berger et al., 2005). Kecukupan zat besi dapat mencegah terjadinya anemia defisiensi zat besi. Risiko terjadinya gangguan perkembangan janin dan bayi berat badan laahir rendah secara signifikan lebih meningkat pada keadaan anemia difisensi zat besi (Bhutta dan Lassi, 2015). Defisiensi zat besi dapat terjadi pada semua perempuan maupun remaja putri setalah mengalami menstruasi dan saat kehamilan sehingga membutuhkan suplemetasi. Program pemerintah di beberapa negara dalam perbaikan status zat besi pada perempuan usia reproduktif dilakukan dengan fortifikasi zat besi ke dalam bahan makanan seperti tepung terigu, beras, gula, jus, dan saus ikan atau kedelai. Kebutuhan zat beis dalam sehari disarankan sebesar 8 mg pada pria dan 18 mg pada wanita. Sumber zat besi dapat didapatkan dari daging, ungags, ikan, kacang-kacangan, dan sayuran hijau seperti bayam (Hanson et al., 2015).



g. Yodium Kondisi awal kehamilan dan rendahnya asupan melalui makanan (terutam jika tidak menggunakan garam beryodium) dapat menyebabkan terjadinya defisiensi



yodium



sehingga



kemungkinan



membutuhkan



suplementasi.



Rekomendasi yodium sebelum kehamilan sebesar 150 mcg per hari (Hanson et al., 2015). Defisiensi yodium tingkat berat selama kehamilan menyebabkan kerusakan otak yang bersifat irreversible dengan abnormalitas syaraf atau retardasi mental. Kecukupan yodium sebelum atau pada awal kehamilan akan lebih



bermanfaat



untuk



meningkatkan



perkembangan



kognitif



bayi



(Maryam,2016). Pemberian suplementasi yodium pada masa prakonsepsi dapat mencapai simpanan uodium sebelum merencanakan kehamilan sehingga mencegah terjadinya defisiensi (Bhutta dan Lassi, 2015). Bahan makanan sumber yodium misalnya seafood, rumput laut, dan garam beryodium.



h. Mineral Mineral esensial diklasifikasikan dalam mineral makro dan mineral mikro. Termasuk mineral makro adalah kalsium, fosfor, kalium, sulfur, natrium, klor, dan magnesium. Sementara yang termasuk mineral mikro adalah besi, seng, selenium, mangan, tembaga, yodium, molybdenum, kobalt, kromium, silicon, vanadium, nikel, arsen, dan flour. Mineral merupakan unsur esensial yang mempunyai fungsi normal sebagai enzim dan sangat penting dalam pengendalian komposisi cairan tubuh 65% adalah air dalam bobot tubuh (Mariam, 2016).



i. Kalsium Kandungan kalsium di dalam tubuh manusia sekitar 22 gram per berat badan tanpa lemak. Sekitar 99% kalsium terdapat pada tulang dan gigi. Komposisi belum diketahui secara jelas, namun diperkirakan menyerupai suatu hidroksiapatit Ca10(PO4)6(OH)2. Peranan kalsium tidak hanya dalam hal pembentukan tulang dan gigi saja, namun juga memegang peran penting pada berbagai proses fisiologis dan biokimia di dalam tubuh, seperti dalam pembekuan darah, eksitablitias saraf otot, kerekatan selular, memelihara dan meningkatkan fungsi membrane sel, mengaktifkan reaksi enzim dan sekresi hormon. Bahan makanan



yang kaya akan kalsium adalah susu, keju, es krim, brokoli, kacang-kacangan, dan buah-buahan (Mariam, 2016). Menurut Institute Medicine (2011) Rekomendasi kalsium sebelum kehamilan sebesar 1000-1300 mg dalam sehari.



j. Fosfor Fosfor adalah bagian dari senyawa tinggi energiATP yang diperlukan dalam suplai energi untuk aktivitas seluler. Fosfor mempunyai berbagai fungsi dalam tubuh, diantaranya kalsifikasi tulang dan gigi, mengatur pengalihan energi, absorpsi dan transprtasi zat gizi, bagian dari ikatan tubuh esensial, pengaturan asam dan basa. Sumber dari fosfor terdapat di semua sel makhluk hidup sehingga dapat ditemukan di dalam semua makanan, terutama makanan kaya protein seperti daging, ayam, telur, susu, kelapa tua, tahu ,jagung, kacang hijau, ketela pohon, dan pisang ambon (Maryam,2016)



k. Magnesium Kebutuhan magnesium untuk orang dewasa adalah 350 mg/ hari dan untuk orang dewasa, wanita membutuhkan magnesium sebanyak 300 mg/ hari. Suber makanan yang mengandung banyak magnesium antara lain sayuran hijau, kedelai, daging, susu, dan coklat. Fungsi magnesium diantaranya, sebagai activator enzim peptidase dan enzim yang lain yang memecah gugus fosfat, sebagai zat pencuci perut, meningkatkan tekanan osmotic, dan membantu mengurangi getaran otot (Maryam,2016)



l. Natrium Natrium merupakan kation utama dari cairan ekstraseluler, pengontrolan osmolaritas dan volume cairan tubuh sangat tergantung pada ion lainnya. Natrium sering dijumpai pada manusia karena mineral ini hamper terdapat disemua bahan makanan. Pangan nabati lebih sedikit mengandung natrium dari pangan hewani (Maryam,2016)



m. Selenium Selenium adalah zat gizi mikro yang penting untuk pertumbuhan janin, dan berfungsi untuk fertilitas dan mencegah stress oksidatif, selain itu selenium brfungsi untuk melindungi DNA sperma dari kerusakan oksidatif dan diperlukan dalam proses spermatogenesis, motilitas, morfologi dan fungsi spermatozoa. Sumber selenium adalah makanan yang berasal dari tanaman yang tumbuh ditanah yang kaya dengan selenium misalnya gandum. Rekomendasi asupan selenium per hari adalah sebesar 55 – 65 mcg (Hanson, et al., 2015)



7. Persiapan 3 bulan sebelum prakonsepsi a. Hentikan merokok b. Kurangi berat badan bila gemuk c. Kecukupan vitamin, asam folat, anti oksidan dan suplemen bila diperlukan d. Konsumsi kerang dan lain-lain e. Perbanyak konsumsi ikan f. Kurangi kafein g. Hindari makanan yang mengandung zat kimia



DAFTAR PUSTAKA



Anggraeny, Ariestiningsih. 2007. Gizi Prakonsepsi Kehamilan dan Menyusui. Malang: UB Press Boivin Brochu., Marceau P. 2007. Regional differences in adipose tissue metabolism in obese men. Metabolism. 56:533-540. Brown CC, Selevan SG, Clegg ED (2011). Semen quality and human fertility: a prospective study with healthy couples. Journal of Andrology, 21 (1): 145-53. Centers for Disease Control and Prevention, Natinal Vital Statistics Reports Deaths : Leading Causes for 1999, Vol. 49 No 11,2002 Chen P.J. 2009. Labor and vagina delivery. Dalam Bader T.J.: Ob/gyn Secrets. Edisi 3. hal. 363-73. USA : Elsevier Mosby Dean JA ,McDonald RE, and Avery DR. Dentistry for The Child and Adolescent. 8th ed. St.Louis: Mosby; 2014. p. 239, 444-7. Dean SV, Lassi ZS, Imam AM, Bhutta ZA. Preconception care: nutritional risks and interventions. Reprod Health. 2015;11(Suppl 3):S3. Hanson HI, Neumark-Sztainer D, Eisenberg ME, Story M, Wall M. 2012 Association Between Parental Report of The Home Food Environment and Adolescent Intakes of Fruits, Vegetables and Dairy Foods. Public Health Nutrition, 8: 77-85. Hanson MA, Bardsley A, De-Regil. 2015. The international Federation Of Ginecology and Obstetric (FIGO) Think Nutrision First . International Journal Gynecology and Obstetrics. 131 S4: S213-S253 Kementerian Kesehatan RI. Menuju Persalinan yang Aman dan Selamat agar Ibu Sehat Bayi Sehat: Promkes Jakarta.; 2012. Ntional Institutes of Health and Nasional Heart ,Lung and Blood Institude. Praticical Guide to Identification, Evaluation and Treatment of Overweight and Obesity in Adults. NIH Publication Number 004084, Bethesda, MD: 1989 Maryam,siti. 2016. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakrata : Salemba Medika Varney, Hellen, Jan M. Kriebs, Caroline L 2003. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC WHO. Maternal Mortality: World Health Organization; 2014.



MATA KULIAH NUTRISI “Preconception nutrition” Dosen Pengampu Cleonara Y. Dini, S.Gz, Dietisian, M. Biomed



Oleh Firda Kalzum K.



(186070400111002)



A.A. Santi Dewi



(186070400111016)



PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018