Nyeri Pada Lutut [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REFERAT



NYERI PADA LUTUT Periode : 16 – 23 Agustus 2015



Oleh : Nurul Wahda Aulia



G 99141025



Nova Sari Nur Salamah



G 99141033



Pembimbing dr. Ismail Mariyanto, Sp.OT (K)



KEPANITERAAN KLINIK ORTOPEDI DAN TRAUMATOLOGI SMF BEDAH FK UNS / RS DR. MOEWARDI / RSO PROF. DR. SOEHARSO SURAKARTA 2015



BAB I PENDAHULUAN Sendi merupakan tempat pertemuan dua tulang atau lebih. Sendi merupakan faktor penunjang yang paling utama bagi manusia untuk dapat melakukan aktifitas sehari-hari, sehingga kesehatan persendian tubuh harus dijaga terutama penderita daerah tungkai bawah. Sendi tungkai bawah memiliki peranan penting untuk menopang beban yang sangat besar sehingga sering kali mengalami gangguan terutama persendian daerah lutut. Gangguan sendi lutut yang dimanifestasikan dengan nyeri lutut adalah suatu masalah kesehatan yang umum terjadi di seluruh dunia. Pada tahun 1996-1997, lebih dari 6juta orang Amerika mencari perawatan medis untuk masalahlutut mereka, di antaranya sekitar 5 juta orang mengunjungiahli bedah tulang dan 1,4 juta orang datang ke rumah sakit.DataNational HealthandNutrition Examination Survey (NHANES III) tahun 1988-1994 di Amerika Serikat, menunjukkan prevalensi nyeri lutut pada laki-laki adalah 18,1% danpada perempuan 23,5%.1 Nyeri lutut dibagi menjadi dua, yaitu nyeri akut dan kronis. Nyeri lutut akut adalah nyeri lutut yang timbul tiba-tiba, biasanya terjadi setelah melakukan aktivitas berat atau setelah mendapat trauma. Sumber dari rasa nyeri akut adalah gangguan struktur anatomi lutut, yaitu tulang, tulang rawan, ligamen, otot, tendon, dan lain-lain. Nyeri lutut yang dirasakan lebih dari 2 minggu adalah nyeri lutut kronis. Sifat nyeri dapat berbentuk ngilu dan pegal pada lutut, terutama setelah berjalan agak jauh atau banyak berdiri. Nyeri lutut kronis disebabkan oleh penyakit degeneratif sendi seperti osteoarthritis dan yang jarang terjadi seperti reumathoid arthritis dan gout. Terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam penanganan nyeri lutut, tergantung jenis nyeri lutut dan penyakit yang mendasarinya. Pemahaman tentang



nyeri



lutut



dan



penanganannya



mempengaruhi produktivitas individu.



sangat



penting,



karena



akan



BAB II ANATOMI GENU A. Pengertian Persendian atau artikulasio adalah suatu hubungan antara dua buah tulang atau lebih yang dihubungkan melalui pembungkus jaringan ikat pada bagian luar dan pada bagian dalam terdapat rongga sendi dengan permukaan tulang yang dilapisi oleh tulang rawan. Fungsi dari sendi secara umum adalah untuk melakukan gerakan pada tubuh Sendi



lutut



merupakan



bagian



dari



extremitas



inferior



yang



menghubungkan tungkai atas (paha) dengan tungkai bawah. Fungsi dari sendi lutut ini adalah untuk mengatur pergerakan dari kaki. Untuk menggerakkan kaki ini juga diperlukan antara lain otot- otot yang membantu menggerakkan sendi, capsul sendi yang berfungsi untuk melindungi bagian tulang yang bersendi supaya jangan lepas bila bergerak, adanya permukaan tulang yang dengan bentuk tertentu yang mengatur luasnya gerakan, adanya cairan dalam rongga sendi yang berfungsi untuk mengurangi gesekan antara tulang pada permukaan sendi, ligamentum-ligamentum yang ada di sekitar sendi lutut yang merupakan penghubung kedua buah tulang yang bersendi sehingga tulang menjadi kuat untuk melakukan gerakan-gerakan tubuh. Sendi lutut ini termasuk dalam jenis sendi engsel , yaitu pergerakan dua condylus femoris diatas condylus tibiae. Gerakan yang dapat dilakukan oleh sendi ini yaitu gerakan fleksi , ekstensi dan sedikit rotatio. Jika terjadi gerakan yang melebihi kapasitas sendi maka akan dapat menimbulkan cedera yang antara lain terjadi robekan pada capsul dan ligamentum di sekitar sendi. B. Jenis Sendi pada Lutut Persendian pada sendi lutut termasuk dalam jenis sendi synovial (synovial joint), yaitu sendi yang mempunyai cairan sinovial yang berfungsi untuk membantu pergerakan antara dua buah tulang yang bersendi agar lebih



leluasa. Secara anatomis persendian ini lebih kompleks daripada jenis sendi fibrous dan sendi cartilaginosa. Permukaan tulang yang bersendi pada synovial joint ini ditutupi oleh lapisan hyaline cartilage yang tipis yang disebut articular cartilage , yang merupakan bantalan pada persambungan tulang. Pada daerah ini terdapat rongga yang dikelilingi oleh kapsul sendi. Dalam hal ini kapsul sendi merupakan pengikat kedua tulang yang bersendi agar tulang tetap berada pada tempatnya pada waktu terjadi gerakan. Kapsul sendi ini terdiri dari 2 lapisan : 1. Lapisan luar Disebut juga fibrous capsul, terdiri dari jaringan connective yang kuat yang tidak teratur Dan akan berlanjut menjadi lapisan fibrous dari periosteum yang menutupi bagian tulang. Dan sebagian lagi akan menebal dan membentuk ligamentum. 2. Lapisan dalam Disebut juga synovial membran, bagian dalam membatasi cavum sendi dan bagian luar merupakan bagian dari articular cartilage.. Membran ini tipis dan terdiri dari kumpulan jaringan connective. Membran ini menghasilkan cairan synovial yang terdiri dari serum darah dan cairan sekresi dari sel synovial. Cairan synovial ini merupakan campuran yang kompleks dari polisakarida protein , lemak dan sel sel lainnya. Polisakarida ini mengandung hyaluronic acid yang merupakan penentu kualitas dari cairan synovial dan berfungsi sebagai pelumas dari permukaan sendi sehingga sendi mudah digerakkan Ada 2 condylus yang menutupi bagian ujung bawah sendi pada femur dan 2 tibial condylus yang menutupi meniscus untuk stabilitas artikulasi femorotibial. Patella yang merupakan jenis tulang sesamoid terletak pada segmen inferior dari tendon quadriceps femoris, bersendi dengan femur, dimana patella ini terletak diantara 2 condylus femoralis pada permukaan anteroinferior.



Menurut arah gerakannya sendi lutut termasuk dalam sendi engsel (mono axial joints)yaitu sendi yang mempunyai arah gerakan pada satu sumbu. Sendi lutut ini terdiri dari bentuk conveks silinder pada tulang yang satu yang digunakan untuk berhubungan dengan bentuk yang concave pada tulang lainnya. C. Anatomi Umum Sendi Lutut



Sendi lutut merupakan persendian yang paling besar pada tubuh manusia. Sendi ini terletak pada kaki yaitu antara tungkai atas dan tungkai bawah. Pada dasarnya sendi lutut ini terdiri dari dua articulatio condylaris diantara condylus femoris medialis dan lateralis dan condylus tibiae yang terkait dan sebuah sendi pelana , diantara patella dan fascies patellaris femoris. Secara umum sendi lutut termasuk kedalam golongan sendi engsel, tetapi sebenarnya terdiri dari tiga bagian sendi yang kompleks yaitu : 1. condyloid articulatio diantara dua femoral condylus dan meniscus dan berhubungan dengan condylus tibiae 2. satu articulatio jenis partial arthrodial diantara permukaan dorsal dari patella dan femur. Pada bagian atas sendi lutut terdapat condylus femoris yang berbentuk bulat, pada bagian bawah terdapat condylus tibiae dan cartilago semilunaris. Pada bagian bawah terdapat articulatio antara ujung bawah femur dengan patella. Fascies articularis femoris. tibiae dan patella diliputi oleh cartilago hyaline. Fascies articularis condylus medialis dan lateralis tibiae di klinik sering disebut sebagai plateau tibialis medialis dan lateralis.



D. Ligamentum Pada Sendi Lutut 1. Ligamentum extracapsular a. Ligamentum Patellae



Melekat (diatas) pada tepi bawah patella dan pada bagian bawah melekat



pada



tuberositas



tibiae.



Ligamentum



patellae



ini



sebenarnya merupakan lanjutan dari bagian pusat tendon bersama m. quadriceps femoris. Dipisahkan dari membran synovial sendi oleh bantalan lemak intra patella dan dipisahkan dari tibia oleh sebuah bursa yang kecil. Bursa infra patellaris superficialis memisahkan ligamentum ini dari kulit. b. Ligamentum Collaterale Fibulare Ligamentum ini menyerupai tali dan melekat di bagian atas pada condylus lateralis dan dibagian bawah melekat pada capitulum fibulae. Ligamentum ini dipisahkan dari capsul sendi melalui jaringan lemak dan tendon m. popliteus. Dan juga dipisahkan dari meniscus lateralis melalui bursa m. poplitei. c. Ligamentum Collaterale Tibiae Ligamentum ini berbentuk seperti pita pipih yang melebar dan melekat dibagian atas pada condylus medialis femoris dan pada bagian bawah melekat pada margo infraglenoidalis tibiae. Ligamentum ini menembus dinding capsul sendi dan sebagian melekat pada meniscus medialis. Di bagian bawah pada margo infraglenoidalis,



ligamentum



ini



menutupi



tendon



m.



semimembranosus dan a. inferior medialis genu. d. Ligamentum Popliteum Obliquum Merupakan ligamentum yang kuat, terletak pada bagian posterior dari sendi lutut, letaknya membentang secara oblique ke medial dan bawah. Sebagian dari ligamentum ini berjalan menurun pada dinding capsul dan fascia m. popliteus dan sebagian lagi membelok ke atas menutupi tendon m. semimembranosus. e. Ligamentum Transversum Genu Ligamentum ini terletak membentang paling depan pada dua meniscus, terdiri dari jaringan connective, kadang- kadang ligamentum ini tertinggal dalam perkembangannya , sehingga sering tidak dijumpai pada sebagian orang. 2. Ligamentum intra capsular



Ligamentum cruciata adalah dua ligamentum intra capsular yang sangat kuat, saling menyilang didalam rongga sendi. Ligamentum ini terdiri dari dua bagian yaitu posterior dan anterior sesuai dengan perlekatannya pada tibiae. Ligamentum ini penting karena merupakan pengikat utama antara femur dan tibiae. a. Ligamentum Cruciata Anterior Ligamentum ini melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan berjalan kearah atas, kebelakang dan lateral untuk melekat pada bagian posterior permukaan medial condylus lateralis femoris. Ligamentum ini akan mengendur bila lutut ditekuk dan akan menegang bila lutut diluruskan sempurna. Ligamentum cruciatum anterior berfungsi untuk mencegah femur bergeser ke posterior terhadap tibiae. Bila sendi lutut berada dalam keadaan fleksi ligamentum cruciatum anterior akan mencegah tibiae tertarik ke posterior. b. Ligamentum Cruciatum Posterior Ligamentum cruciatum posterior melekat pada area intercondylaris posterior dan berjalan kearah atas, depan dan medial, untuk dilekatkan pada bagian anterior permukaan lateral condylus medialis femoris. Serat-serat anterior akan mengendur bila lutut sedang ekstensi, namun akan menjadi tegang bila sendi lutut dalam keadaan fleksi. Serat-serat posterior akan menjadi tegang dalam keadaan ekstensi. Ligamentum cruciatum posterior berfungsi untuk mencegah femur ke anterior terhadap tibiae. Bila sendi lutut dalam keadaan fleksi , ligamentum cruciatum posterior akan mencegah tibiae tertarik ke posterior. E. Cartilago semilunaris (meniscus) Cartilago semilunaris adalah lamella fibrocartilago berbentuk C , yang pada potongan melintang berbentuk segitiga. Batas perifernya tebal dan cembung, melekat pada bursa. Batas dalamnya cekung dan membentuk tepian bebas . Permukaan atasnya cekung dan berhubungan langsung dengan condylus femoris.



Fungsi meniscus ini adalah memperdalam fascies articularis condylus tibialis untuk menerima condylus femoris yang cekung. a. Cartilago Semilunaris Medialis Bentuknya hampir semi sirkular dan bagian belakang jauh lebih lebar daripada bagian depannya. Cornu anterior melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan berhubungan dengan cartilago semilunaris



lateralis



melalui



beberapa



serat



yang



disebut



ligamentum transversum. Cornu posterior melekat pada area intercondylaris posterior tibiae. Batas bagian perifernya melekat pada simpai dan ligamentum collaterale sendi. Dan karena perlekatan inilah cartilago semilunaris relatif tetap. b. Cartilago Semilunaris Lateralis Bentuknya hampir sirkular dan melebar secara merata. Cornu anterior melekat pada area intercondylaris anterior, tepat di depan eminentia intercondylaris.Cornu posterior melekat pada area intercondylaris



posterior,



tepat



di



belakang



eminentia



intercondylaris. Seberkas jaringan fibrosa biasanya keluar dari cornu posterior dan mengikuti ligamentum cruciatum posterior ke condylus medialis femoris. Batas perifer cartilago dipisahkan dari ligamentum collaterale laterale oleh tendon m. popliteus, sebagian kecil dari tendon melekat pada cartilago ini. Akibat susunan yang demikian ini cartilago semilunaris lateralis kurang terfiksasi pada tempatnya bila di bandingkan dengan cartilago semilunaris medialis.



F. Capsula articularis Capsula articularis terletak pada permukaan posterior dari tendon m. quadriceps femoris dan didepan menutupi patella menuju permukan anterior dari femur diatas tubrositas sendi. Kemudian capsula ini berlanjut sebagai loose membran yang dipisahkan oleh jaringan lemak yang tebal dari ligamentum patellae dan dari bagian tengah dari retinacula patellae menuju bagian atas tepi dari dua meniscus dan kebawah melekat pada ligamentum



cruciatum anterior. Selanjutnya capsula articularis ini menutupi kedua ligamentun cruciatum pada sendi lutut sebagai suatu lembaran dan melintasi tepi posterior ligamentum cruciatum posterior. Dari tepi medial dan lateral dari fascies articularis membentuk dua tonjolan , lipatan synovial, plica alares yang terkumpul pada bagian bawah. Kesemuanya hal ini membentuk suatu synovial villi. Plica synovialis patellaris, membentang pada bagian belakang yang mengarah pada bidang sagital menuju cavum sendi dan melekat pada bagian paling bawah dari tepi fossa intercondyloidea femoris. Plica ini merupakan lipatan sagital yang lebar pada synovial membran. Lipatan ini membagi cavum sendi menjadi dua bagian , berhubungan dengan dua pasang condylus femoris dan tibiae. Lipatan capsul sendi pada bagian samping berjalan dekat pinggir tulang rawan. Sehingga regio epicondylus tetap bebas. Kapsul sendi kemudian menutupi permukaan cartilago , dan bagian permukaan anterior dari femur tidak ditutupi oleh cartilago. Pada tibia capsul sendi ini melekat mengelilingi margo infraglenoidalis, sedikit bagian bawah dari permukaan cartilago, selanjutnya berjalan kebawah tepi dari masing-masing meniscus. G. Bursa Pada Sendi Lutut Bursa sendi merupakan suatu tube seperti kantong yang terletak di bagian bawah dan belakang pada sisi lateral didepan dan bawah tendon origo m. popliteus. Bursa ini membuka kearah sendi melalui celah yang sempit diatas meniscus lateralis dan tendon m. popliteus. Banyak bursa berhubungan sendi lutut. Empat terdapat di depan, dan enam terdapat di belakang sendi. Bursa ini terdapat pada tempat terjadinya gesekan di antara tulang dengan kulit, otot, atau tendon. 1. Bursa anterior a. Bursa Supra Patellaris



Terletak di bawah m. quadriceps femoris dan berhubungan erat dengan rongga sendi. b. Bursa Prepatellaris Terletak pada jaringan subcutan diantara kulit dan bagian depan belahan bawah patella dan bagian atas ligamentum patellae. c. Bursa Infrapatellaris Superficialis Terletak pada jaringan subcutan diantara kulit dan bagian depan belahan bawah ligamentum patellae d. Bursa Infapatellaris Profunda Terletak di antara permukaan posterior dari ligamentum patellae dan permukaan anterior tibiae. Bursa ini terpisah dari cavum sendi melalui jaringan lemak dan hubungan antara keduanya ini jarang terjadi. 2. Bursa posterior a. Recessus Subpopliteus Ditemukan sehubungan



dengan



tendon



m.



popliteus



dan



berhubungan dengan rongga sendi. b. Bursa M. Semimembranosus Ditemukan sehubungan dengan insertio m. semimembranosus dan sering berhubungan dengan rongga sendi.



Empat bursa lainnya ditemukan sehubungan dengan : 1. tendon insertio m. biceps femoris 2. tendon m. sartorius , m. gracilis dan m. semitendinosus sewaktu berjalan ke insertionya pada tibia. 3. di bawah caput lateral origo m. gastrocnemius 4. di bawah caput medial origo m. gastrocnemius H. Persarafan Sendi Lutut Persarafan pada sendi lutut adalah melalui cabang-cabang dari nervus yang yang mensarafi otot-otot di sekitar sendi dan befungsi untuk mengatur pergerakan pada sendi lutut, sehingga sendi lutut disarafi oleh : 1. N. Femoralis



2. N. Obturatorius 3. N. Peroneus communis 4. N. Tibialis I. Suplai Darah Suplai darah pada sendi lutut berasal dari anastomose pembuluh darah disekitar sendi ini. Dimana sendi lutut menerima darah dari descending genicular arteri femoralis, cabang-cabang genicular arteri popliteal dan cabang descending arteri circumflexia femoralis dan cabang ascending arteri tibialis anterior. Aliran vena pada sendi lutut mengikuti perjalanan arteri untuk kemudian akan memasuki vena femoralis. J. Sistem Lymph System limfe pada sendi lutut terutama terdapat pada perbatasan fascia subcutaneous. Kemudian selanjutnya akan bergabung dengan lymph node sub inguinal superficialis. Sebagian lagi aliran lymph ini akan memasuki lymph node popliteal, dimana aliran lymph berjalan sepanjang vena femoralis menuju deep inguinal lymph node



K. Pergerakan Sendi Lutut Pergerakan pada sendi lutut meliputi gerakan fleksi, ekstensi, dan sedikit rotasi. Gerakan fleksi dilaksanakan oleh m. biceps femoris, semimembranosus, dan semitendinosus, serta dbantu oleh m.gracilis, m.sartorius dan m. popliteus. Fleksi sendi lutut dibatasi oleh bertemunya tungkai bawah bagian belakang dengan paha. Ekstensi dilaksanakan oleh m. quadriceps femoris dan dibatasi mulamula oleh ligamentum cruciatum anterior yang menjadi tegang. Ekstensi sendi lutut lebih lanjut disertai rotasi medial dari femur dan tibia serta ligamentum collaterale mediale dan lateral serta ligamentum popliteum obliquum menjadi tegang, serat-serat posterior ligamentum cruciatum posterior juga di eratkan. Sehingga sewaktu sendi lutut mengalami ekstensi penuh ataupun sedikit hiper-ekstensi, rotasi medial dari femur mengakibatkan pemutaran dan pengetatan semua ligamentum utama dari sendi, dan lutut berubah menjadi struktur yang secara mekanis kaku. Rotasio femur sebenarnya mengembalikan femur pada tibia , dan cartilago semilunaris dipadatkan mirip bantal karet diantara condylus femoris dan condylus tibialis. Lutut berada dalam keadaan hiper-ekstensi dikatakan dalam keadaan terkunci. Selama



tahap



awal



ekstensi,



condylus



femoris



yang



bulat



menggelinding ke depan mirip roda di atas tanah, pada permukaan cartilago semilunaris dan condylus lateralis. Bila sendi lutut di gerakkan ke depan , femur ditahan oleh ligamentum cruciatum posterior, gerak menggelinding condylus femoris diubah menjadi gerak memutar. Sewaktu ekstensi berlanjut, bagian yang lebih rata pada condylus femoris bergerak kebawah dan cartilago semilunaris harus menyesuaikan bentuknya pada garis bentuk condylus femoris yang berubah.



Selama tahap akhir ekstensi, bila femur mengalami rotasi medial, condylus lateralis femoris bergerak ke depan, memaksa cartilago semilunaris lateralis ikut bergerak ke depan. Sebelum fleksi sendi lutut dapat berlangsung, ligamentum-ligamentum utama harus mengurai kembali dan mengendur untuk memungkinkan terjadinya gerakan diantara permukaan sendi. Peristiwa mengurai dan terlepas dari keadaan terkunci ini dilaksanakan oleh m. popliteus, yang memutar femur ke lateral pada tibia. Sewaktu condylus lateralis femoris bergerak mundur, perlekatan m. popliteus pada cartilago semilunaris lateralis akibatnya tertarik kebelakang. Sekali lagi cartilago semilunaris harus menyesuaikan bentuknya pada garis bentuk condylus yang berubah. Bila sendi lutut dalam keadaan fleksi 90 derajat, maka kemungkinan rotasio sangat luas. Rotasi medial dilakukan m. sartorius, m. gracilis dan m. semitendinosus. Rotasi lateral dilakukan oleh m. biceps femoris. Pada posisi fleksi, dalam batas tertentu tibia secara pasif dapat di gerakkan ke depan dan belakang terhadap femur, hal ini dimungkinkan karena ligamentum utama, terutama ligamentum cruciatum sedang dalam keadaan kendur. Jadi disini tampak bahwa stabilitas sendi lutut tergantung pada kekuatan tonus otot yang bekerja terhadap sendi dan juga oleh kekuatan kigamentum. Dari faktor-faktor ini , tonus otot berperan sangat penting, dan menjadi tugas ahli fisioterapi untuk mengembalikan kekuatan otot ini, terutama m. quadriceps femoris, setelah terjadi cedera pada sendi lutut.



BAB III NYERI LUTUT AKUT Nyeri lutut akut adalah nyeri lutut yang timbul tiba-tiba (beberapa saat sampai beberapa hari ) biasanya nyeri ini timbul setelah melakukan aktivitas yang berat seperti berlari, meloncat atau setelah mendapat trauma. Nyeri yang dirasakan pada lutut bisa berasal dari tulang, tulang rawan, ligament, otot tendon, bantalan otot maupun sendi. Salah penyebab tersering dari nyeri lutut akut adalah trauma. Trauma pada lutut bisa berupa memar atau luka, dislokasi dari otot, sendi atau tulang yang disebabkan oleh kecelakaan, benturan (body contact) atau gerakan



yang



berlebihan sehingga otot, tulang, atau sendi tidak dapat menahan beban atau menjalankan tugasnya. Trauma seringkali direspon oleh tubuh dengan tanda radang yang terdiri atas rubor (merah), tumor (bengkak), kalor (panas), dolor (nyeri), dan functiolaesi (penurunan fungsi). Pembuluh darah di lokasi cedera akan melebar (vasodilatasi) dengan maksud untuk mengirim lebih banyak nutrisi dan oksigen dalam rangka mendukung penyembuhan. Pelebaran pembuluh darah ini lah yang mengakibatkan lokasi cedera terlihat lebih merah (rubor). Cairan darah yang banyak dikirim di lokasi cedera akan merembes keluar dari kapiler menuju ruang antar sel, dan menyebabkan bengkak (tumor). Dengan dukungan banyak nutrisi dan oksigen, metabolisme di lokasi cedera akan meningkat dengan sisa metabolisme berupa panas. Kondisi inilah yang menyebabkan lokasi cedera akan lebih panas (kalor) dibanding dengan lokasi lain. Tumpukan sisa metabolisme dan zat kimia lain akan merangsang ujung saraf di lokasi cedera dan menimbulkan nyeri (dolor). Rasa nyeri juga dipicu oleh tertekannya ujung saraf karena pembengkakan yang terjadi di lokasi cedera. Baik rubor, tumor, kalor, maupun dolor akan menurunkan fungsi organ cedera yang dikenal dengan istilah functiolaesa.



atau



sendi



di



lokasi



Mekanisme terjadinya trauma dapat disebabkan oleh beberapa hal : 1) Traksi: jaringan mengalami tarikan yang cukup kuat melebihi batas kelenturan sehingga mengakibatkan kerobekan otot atau ligamentum, misalnya: tarikan tendo Ackhiles, bahkan bisa putus pada saat melompat, lari ataupun loncat. 2) Kompresi: jaringan mengalami tekanan oleh beban yang berlebih, misalnya sering melakukan gerakan loncat, loncat jongkok, akan mengakibatkan tekanan pembebanan terhadap sendi utut ataupun penekanan oleh berat badan yang berlebihan. 3) Torsi: jaringan mengalami putaran mendadak/



tiba-tiba pada saat



jaringan mengalami pembebanan. Misalnya sewaktu melompat, saat menginjakkan kaki ke tanah tubuh berputar arah sehingga menimbulkan kerusakan jaringan di sekitar lutut. Ataupun pada pemain sepak bola ketika mengejar bola mendadak dan disertai perputaran badan. 4) Bending: jaringan mengalami penekukan yang berlebihan oleh adanya gaya yang sangat kuat. Misalnya pada pemain voly ketika melakukan smes dengan meloncat dan turun dengan posisi pergelangan kaki menekuk, sehingga mengakibatkan kerobekan ligament talofibolar atau ketika berlari salah satu kaki terpelosok ke lubang sempit sehingga sendi lutut seperti di luruskan secarpaksa atau tulang betis tertekuk dan mengakibatkan patah tulang. 5) Stress geser: adanya gaya saling menggeser berlawanan arah seperti menggunting pada sendi, sehingga



dapat merusak permukaan sendi.



Misalnya lari cepat mengejar bola berhenti tiba-tiba, badan condong ke depan dan lutut menekuk. Macam- macam cedera antara lain 1) Kontusio: memar, hematom, adanya gumpalan darah pada jaringan. 2) Sprain: robekan sebagian atau total dari ligament



karena



peregangan yang berlebihan, biasanya mempengaruhi kestabilan sendi. 3) Subluxatio: sebagian kedua facies articularis / bergeser.



permukaan sendi



4) Dislokasi: pemisahan total antara facies articularis yang satu dengan yang lainnya. 5) Strain: kerusakan yang terjadi karena peregangan yang berlebihan pada jaringan otot, tendo. 6) Tendinitis: terjadi peradangan tendo akibat penggunaan yang berlebihan. 7) Fraktur : diskontinuitas dari jaringan tulang yang biasanya disebabkan oleh adanya energi melebihi batas elastisitas tulang yang dikenakan pada jaringan tulang



BAB IV NYERI LUTUT KRONIS



A. Osteoarthritis Osteoarthritis merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinik ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendisendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban. Seringkali berhubungan dengan trauma atau mikrotrauma yang berulang- ulang, obesitas, stress oleh beban tubuh, dan penyakit-penyakit sendi lainnya Etiologi penyakit ini tidak diketahui dengan pasti. Hasil penelitian menunjukan 87% adalah kasus OA primer, dan 13% kasus OA sekunder. Menurut klasifikasi rontgentography, 38% adalah jenis awal, 28,5% jenis patellofemoral dan 23,2% jenis medio-patellofemoral. Klasifikasi radiologi itu terkait dengan manifestasi klinis jika varus dan deformitas valgus lebih parah, penilaian X ray juga akan menjadi lebih parah (Yongping et al., 2000) Ada beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, yaitu: a). Usia lebih dari 40 tahun b) Jenis kelamin c) Suku bangsa d) Genetik e) Kegemukan den penyakit metabolik f) Cedera sendi, pekerjaan, olahraga g) Kelainan pertumbuhan h) Kepadatan tulang, dan lain-lain (Mansjoer, 2000). Patofisiologi osteoarthritis adalah akibat peningkatan aktifitas enzim-enzim yang merusak makromolekul matriks tulang rawan sendi (proteoglikan dan kolagen) terjadi kerusakan fokal tulang rawan sendi secara progresif dan pembentukan tulang baru pada dasar lesi tulang rawan sendi serta tepi sendi (osteofit). Osteofit terbentuk sebagai suatu proses perbaikan untuk membentuk kembali persendian, sehingga dipandang sebagai kegagalan sendi yang progresif. Gejala utama OA ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula- mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan



gaya berjalan. Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi tulang (Mansjoer, 2000). Tempat prediksi osteoarthritis adalah sendi karpometakarpal I, metatarsofalangeal I, apofiseal tulang belakang, lutut, paha. Pada falang distal timbul nodus Heberden dan pada sendi interfalangproksimal timbul nodus Bouchard. Tanda-tanda peradangan pada sendi tersebut tidak menonjol dan timbul belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan. Pada penderita OA, dilakukannya pemeriksaan radiografi pada sendi yang terkena sudah cukup untuk memberikan suatu gambaran diagnostik (Soeroso, 2006). Gambaran radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA adalah a) Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian yang menanggung beban seperti lutut),b) Peningkatan densitas tulang subkondral (sklerosis), c. Kista pada tulang, d) Osteofit pada pinggir sendi. Berdasarkan temuan radiografi, maka OA dapat diberikan suatu derajat. Kriteria OA berdasarkan temuan radiografi dikenal sebagai kriteria Kellgren dan Lawrence yang membagi OA dimulai dari tingkat ringan hingga tingkat berat. Perlu diingat bahwa pada awal penyakit, gambaran radiografi sendi masih terlihat normal (Felson, 2006). Bila pada seorang penderita hanya ditemukan nyeri lutut, maka untuk diagnosis osteoarthritis sendi lutut hams ditambah 3 kriteria dan 6 kriteria berikut, yaitu umur lebih dari 50 tahun, kaku sendi kurang dari 30 menit, nyeri tekan pada tulang, pembesaran tulang dan pada perabaan sendi lutut tidak panas. Kriteria ini memiliki sensitifitas 95% dan spesifisitas 69% (Altman, 1991). Bila selain nyeri lutut juga didapatkan gambaran osteofit pada foto sendi lutut, maka untuk diagnosis osteoarthritis sendi lutut dibutuhkan 1 kriteria tambahan dan 3 kriteria berikut, yaitu umur lebih dari 50 tahun, kaku sendi kurang dari 30 menit dan krepitus. Kriteria ini mempunyai sensitifitas 91% dan spesifisitas 86% (Altman, 1991). Penatalaksanaan OA terbagi atas terapi non farmakologis, terapi farmakologis, dan pembedahan. 3 hal yang termasuk terapi nonfarmakologis yaitu



1) Edukasi, 2) Terapi fisik atau rehabilitasi dan 3) Penurunan berat badan. Penanganan terapi farmakologi meliputi NSAIDs (Non-steroidanti-inflammatory drugs),



Inhibitor



Siklooksigenase-2



(COX-2),



dan



Asetaminofen,



serta



chondroprotective agent.



B. Bursitis Bursitis adalah peradangan pada bursae yang disertai rasa nyeri. Pendapat lain mengatakan bahwa bursitis adalah peradangan bursae, sedikit cairan rongga yangberbentuk kantong di antara dua jaringan lunak pada persendian. Bursa adalah kantong datar yang mengandung cairan sinovial, yang memudahkan pergerakan normal dari beberapa sendi pada otot dan mengurangi gesekan. Bursa memungkinkan pergerakan sendi dan berfungsi sebagai bantalan sendi. Persendian yang terserang adalah bahu, siku, pinggul, panggul, lutut, jari kaki dan tumit. Bursa bahu adalah tempat yang paling sering terserang. Pada beberapa keadaan,bursitis didahului oleh tendonotis. Etiologi Penyebab bursitis sering kali tidak diketahui, tetapi dapat disebabkan oleh,penggunaan sebagian anggota tubuh yang berlebihan selama bertahun – tahun, cedera, penyakit gout, peseudgout, atritis reumatoid, dan infeksi. Bursitis dibagi menjadi dua, yaitu bursitis akut dan kronik. Yang biasanya disebabkan trauma, terkilir dan peregangan sendi yang berlebihan. Klasifikasi 1. Bursitis Prepatela. Disebut juga lutut pembantu RT. Bursitis yang tidak terinfeksi bukanlah akibattekanan tetapi akibat friksi tetap antara kulit dan patela. Penyakit ini terjadi pada penenun karpet dan buruh tambang. 2. Bursitis Intrapatela.



Pembengkakan berada pada tempat yang lebih dangkal dari pada ligamentumpatela karena lebih ke distal. 3. Bursitis Trokanter. Nyeri bagian lateral pinggul dan paha terdapat nyeri lokal dan kadang-



kadangkrepitus ketika melakukan flexi dan extensi pinggul.Iritasi dan radang burse trokanter yang terletak di bagian dalam tensor fasialata. Penyebab dari nyeri dan nyeri tekan pada trokanter mayor:  Fraktur tekanan, misalnya; Atlet dan Usila.  Pergeseran epifisis pada remaja  Infeksi tulang pada anak-anak. Penyakit yang biasanya mendasari adalah Gout athritis, rhematoid athritis, infeksi ( termasuk TBC ). 4. Bursitis Iliopsous. Nyeri pada lipat paha dan paha anterior. Nyeri yang paling khas adalahpeningkatan nyeri yang tajam saat abduksi dan rotasi internal pada panggul. Patofisiologi dan Dampak Garis sinovial dari pundi bursa meradang, akibatnya cairan sinovial di produksi lebih banyak, sehingga bursa membengkak. Kadang – kadang ter kumpul sisa kalsium. Pembengkakan disertai nyeri dan terbatasnya gerakan sendi atau ekstremitas.Dampak yang akan terjadi :  Stres cedera (berlebihan) berulang-ulang. Hal ini dapat terjadi ketika berjalan,memanjat tangga, bersepeda, atau berdiri untuk jangka waktu yang panjang.  Hip cedera. Cedera ke titik pinggul dapat terjadi ketika jatuh ke pinggul,pinggul bertemu di tepi meja, atau berbaring pada satu sisi tubuh untuk jangkawaktu yang lama.  Spine penyakit. Ini termasuk skoliosis, arthritis tulang belakang (bawah) lumbal, dan masalah tulang lainnya.  Bedah Sebelumnya operasi. Sekitar panggul atau implan prostetik di pingguldapat mengiritasi bursae dan menyebabkan radang kandung lendir.



 Tulang taji atau deposito kalsium. Ini dapat berkembang dalam tendon yangmelekat pada trokanter mayor itu. Mereka dapat mengiritasi bursa danmenyebabkan peradangan. Menifestasi Klinik Tanda dan gejala bursitis menurut Long (1996) adalah rasa nyeri yang dalam pada daerah bursa, nyeri bila digerakan, nyeri terasa bila sendi yang terserang digerakan, dan keterbatasan gerakan aktif dan pasif. Demikian pula pendapat Smeltzer (2002) menifestasi klinis bursitis berupa nyeri dalam pada bahu, dan nyeri pada gerakan rotasi lengan. Bursitis menyebabkan nyeri dan cenderung membatasi pergerakan tetapi gejalanya yang khusus bergantung pada lokasi bursa yang meradang. Jika bursa di bahu meradang, maka saat penderita mengangkat lenganya untuk memakai baju akan mengalami kesulitan dan merasakan nyeri. Hampir semua kasus bursitis subbakromial didahului oleh tendonitis dan tenisinofitisrotator cuff, tendon biseps, dan pembungkusnya atau suatu proses inflamasi pada tulang atau sendi. Penyebaran inflamasi ke bursa merupakan peristiwa sekunder. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan



Diagnostik



Diagnosis



ditegakkan



berdasarkan



gejala



dan



pemeriksaan fisik. Daerah di sekitar bursa terasa sakit jika diraba dan pergerakan sendi tertentu menimbulkan nyeri. Jika bursa tampak membengkak, bisa diambil contoh cairan daribursa dan dilakukan pemeriksaan terhadap cairan untuk menentukan penyebab dariperadangan. Penatalaksanaan dan Menejemen Medik Penatalaksanaan dan Menejemen penatlaksanaan busditis adalah :  



Bursa yang terinfeksi harus dikeringkan dan diberikan antibiotik. Bursitis akut non-infeksius biasanya diobati dengan istirahat, dimana untuksementara waktu sendi yang terkena tidak digerakkan dan diberikan obatperadangan non-steroid (misalnya indometasin, ibuprofen atau



naproksen) Kadangdiberikan obat pereda nyeri. Selain itu bisa disuntikkan campuran dari obat biuslokal dan kortikosteroid langsung ke dalam bursa. 



Penyuntikan ini mungkin perludilakukan lebih dari 1 kali. Pada bursitis yang berat diberikan kortikosteroid (misalnya prednison) peroral(ditelan) selama beberapa hari. Setelah nyeri mereda, dianjurkan untuk



  



melakukanlatihan khusus guna meningkatkan daya jangkau sendi. Bursitis kronis diobati dengan cara yang sama. Kortikosteroid bisa disuntikkan langsung ke dalam sendi. Terapi fisik dilakukan untuk mengembalikan fungsi sendi. Latihan bisa







membantumengembalikan kekuatan otot dan daya jangkau sendi. Berikan kompres dingin pada fase akut, untuk menekan rasa tidak nyaman







dannyeri Hindarkan dari panas, karena dapat meningkatkan produk cairan pada



   



bursa saat fase peradangan. Berikan obat-obatan anti radang sesuai indikasi. Adrenokortikosteroid dapat disuntikkan ke dalam bursa sesuai indikasi. Pembedahan dapat dilakukan pada indikasi (masa kalsium). Terapi fisik dapat dilakukan untuk mengembalikan fungsi sendi.Latihan sendi bisamembantu mengembalikan kekuatan otot dan daya jangkau sendi. Bursitis dapatkambuh jika penyebabnya tidak diatasi.