Observasi Sampah Di Lingkungan Sekolah SDN [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

OBSERVASI PENGELOLAAN SAMPAH PADAT DI LINGKUNGAN SDN BENCONGAN I



Disusun oleh: Ellene Wiyono / 00000025636 Euginia Quincy Irwantoho / 00000022350 Florence / 00000022895 Grishya Nanda Suryaratna / 00000022845 Kalista Ardelia Iswara / 00000023478 Novita Anggraini /00000024922 Nydia Triana / 00000019814



FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN 2017



DAFTAR ISI DAFTAR ISI 1 BAB I PENDAHULUAN



2



A. Latar Belakang 2 B. Tujuan Penelitian



6



C. Rumusan Masalah



6



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



7



BAB III METODE PENELITIAN 10 A. Waktu dan Tempat



10



B. Alat dan Bahan 10 C. Prosedur Pelaksanaan 10 BAB IV HASIL



11



A. Hasil Observasi 11 B. Hasil Analisis



13



C. Pembahasan



14



D. Proyeksi Pengembangan



14



E. Dampak Lingkungan dan Masyarakat yang Diharapkan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran



16



16



16



REFERENSI 17 LAMPIRAN 18



1



15



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Total jumlah sampah di beberapa provinsi di Indonesia cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun. Provinsi di Indonesia dengan penghasil sampah terbanyak adalah Jawa Barat, diikuti oleh Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara dan DKI Jakarta. Empat dari lima provinsi tersebut berada di Pulau Jawa. Ini menjadikan Pulau Jawa sebagai pulau penghasil sampah terbesar di Indonesia (Kementrian Lingkungan Hidup, 2008b). Cakupan penanganan sampah oleh Pemerintah dirasakan sangat rendah. Sampah yang berhasil dikumpulkan oleh petugas kebersihan di Indonesia hanya sekitar 16,7 juta ton per tahun. Di sisi lain, sampah yang tidak terkumpul oleh petugas dinas terkait terhitung sekitar 116 juta ton pertahun, perbedaannya sangat signifikan (Kementrian Lingkungan Hidup, 2008b). Hal ini terjadi karena masih banyaknya warga Indonesia yang belum terlayani oleh jasa pengelolaan sampah. Tabel 4 menggambarkan cakupan jasa pelayanan sampah di Indonesia. Tabel 4; Gambaran Cakupan Pelayanan Jasa Pengelolaan Sampah di Indonesia



No Grup Area



Total



Jumlah populasi Presentase populasi



populasi



yang terlayani



yang terlayani



(juta)



(juta)



(%)



1



Sumatera



49,3



23,5



48



2



Jawa



137,2



80,8



59



3



Bali dan Nusa Tenggara



12,6



6



48



4



Kalimantan



12,9



6



47



5



Sulawesi, Maluku dan Papua 20,8



14,2



68



6 Total 232,8 130,5 Sumber: Kementrian Lingkungan Hidup (2008)



2



56



Sebagian besar sampah rumah tangga di Indonesia kurang begitu dimanfaatkan dan cenderung diangkut ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan Akhir Tempat Pembuangan (TPA). Faktanya, hanya sebagian kecil dari sampah rumah tangga yang dikonversi menjadi komoditas yang memiliki nilai ekonomi lebih, sebagai contoh hanya 7,15% dari sampah yang terkumpul dikonversi menjadi pupuk. Implikasinya, kebanyakan sampah dikirim ke TPA, sekitar 60% dari TPA di Indonesia akan mencapai batas kapasitas maksimum pada tahun 2015 (Kementrian Lingkungan Hidup, 2008). Untuk menanggulangi masalah tersebut, pemerintah sudah membuat undang undang dalam rangka menyelesaikan masalah tersebut. Undang undang tersebut tertera pada Pasal 11 ayat (2),Pasal 16, Pasal 20 ayat (5), Pasal 22 ayat (2), Pasal 24 ayat (3),Pasal 25 ayat (3) dan ayat (4), dan Pasal 28 ayat (3) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah serta perlu menetapkan Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga. Peraturan Pemerintah ini meliputi pengaturan tentang: •



Kebijakan dan strategi pengelolaan sampah;







Penyelenggaraan pengelolaan sampah;







Kompensasi;







Pengembangan dan penerapan teknologi;







Sistem informasi;







Peran masyarakat; dan pembinaan.



Sekolah merupakan salah satu tempat yang menghasilkan sampah sejenis dengan sampah rumah tangga. Jumlah sampah yang diperoleh di sekolah pun juga cenderung banyak sehingga pengelolaan sampah perlu diperhatikan dengan sangat baik. Pengelolaan sampah yang baik pada tingkat ini, bukan hanya mendukung langkah pemerintah dalam menangani permasalah sampah tetapi juga menjadi sarana edukasi dan percontohan bagi seluruh warga sekolah serta warga sekitar. Pengaturan pengelolaan sampah ini bertujuan untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup



3



dan kesehatan warga sekolah; dan menjadikan sampah sebagai sumber daya yang bermanfaat. Oleh karena itu, pengelolaan sampah pada tingkat sekolah perlu mendapat perhatian.



B. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui keadaan sekolah dari segi kebersihan secara umum 2. Mengetahui tindakan penanganan sampah padat yang telah dilakukan oleh sekolah. 3. Dapat memaksimalkan pengelolaan sampah yang ada.



C. Rumusan Masalah



1.



Bagaimana keadaan sekolah yang dikunjungi dari segi kebersihan lingkungannya?



2.



Fasilitas kebersihan apa saja yang sudah disediakan oleh pihak sekolah?



3.



Tindakan apa saja yang telah dilakukan oleh pihak sekolah dalam mengelola sampah padat?



4.



Apa solusi yang dapat diberikan untuk mengatasi meningkatkan penanganan sekolah terhadap masalah tersebut?



4



BAB II TINJAUAN PUSAKA Sampah yang dihasilkan didominasi oleh sampah rumah tangga dan diantaranya adalah sampah makanan. Sampah rumah tangga memilliki presentase 44,5 % dari total sampah di Indonesia. Sampah yang dihasilkan mencapai 1,12 kg/kapita setiap harinya (Kementrian Lingkungan Hidup, 2008a). Sampah makanan mendominasi 58% total sampah rumah tangga tersebut (Kementrian Lingkungan Hidup, 2008). Tabel 2 memperlihatkan komposisi sampah Indonesia berdasarkan sumber penghasilnya. Tabel 2; Sumber, Jumlah dan Presentase Sampah yang Dihasilkan di Indonesia Produksi sampah No



Sumber



Jumlah



Presentase



(juta ton)



(%)



1



Rumah tangga



16,7



44,5



2



Pasar



7,7



20,5



3



Jalan



3,5



9,3



Fasilitas Umum



3,4



9,1



5



Kantor



3,1



8,3



6



Industri



1,3



3,5



7



Lain-lain



1,8



4,8



8



Total 38,5 100 Sumber: Kementrian Lingkungan Hidup (2008).



5



Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Sementara didalam UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa Zat Organik atau Anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan. Sampah berasal dari beberapa tempat, yakni : 1.



Sampah dari pemukiman penduduk pada suatu pemukiman biasanya sampah dihasilkan oleh suatu keluarga yang tinggal disuatu bangunan atau asrama. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya cendrung organik, seperti sisa makanan atau sampah yang bersifat basah, kering, abu plastik dan lainnya.



2.



Sampah dari tempat-tempat umum dan perdagangan tempat tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya orang berkumpul dan melakukan kegiatan. Tempat-tempat tersebut mempunyai potensi yang cukup besar dalam memproduksi sampah termasuk tempat perdagangan seperti pertokoan dan pasar. Jenis sampah yang dihasilkan umumnya berupa sisa-sisa makanan, sayuran busuk, sampah kering, abu, plastik, kertas, dan kaleng-kaleng serta sampah lainnya.



Jenis sampah yang ada di sekitar kita cukup beraneka ragam, ada yang berupa sampah rumah tangga, sampah industri, sampah pasar, sampah rumah sakit, sampah pertanian, sampah perkebunan, sampah peternakan, sampah institusi, sampah kantor, sampah sekolah, dan sebagainya. Berdasarkan asalnya, Sampah Padat dapat digolongkan menjadi 2 yaitu sebagai berikut : 1.



Sampah Organik, adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat Biodegradable. Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan melalui proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa-sisa makanan, pembungkus (selain kertas, karet dan plastik), tepung, sayuran, kulit buah, daun dan ranting. Selain itu, pasar tradisional juga



6



banyak menyumbangkan sampah organik seperti sampah sayuran, buah-buahan dan lain-lain. 2.



Sampah Anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan bahan tambang. Sampah anorganik dibedakan, menjadi : sampah logam dan produkproduk olahannya, sampah plastik, sampah kertas, sampah kaca dan keramik, sampah detergen. Sebagian besar anorganik tidak dapat diurai oleh alam/ mikroorganisme secara keseluruhan (Unbiodegradable). Sementara, sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik, dan kaleng, (Gelbert, 1996).



Berdasarkan wujud atau bentuknya dikenal tiga macam sampah atau limbah yaitu : 1.



Limbah cair, contohnya : Air cucian, air sabun, minyak goreng sisa.



2.



Limbah padat, contohnya : Kemasan makanan, ban bekas, botol air minum.



3.



Limbah gas, contohnya : CO2 (Karbon Dioksida), CO (Karbon Monoksida), HCl, NO2, SO2.



Menurut Gelbert



(1996) ada tiga dampak sampah terhadap manusia dan



lingkungan yaitu: 1.



Dampak terhadap kesehatan Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah



yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti, lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut : 



Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah (Haemorhagic Fever) dapat juga



7



meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai. 



Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).







Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk kedalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.



2.



Dampak terhadap lingkungan Cairan rembesan sampah yang masuk kedalam drainase atau sungai akan



mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesien akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang di buang kedalam air akan menghasilkan asam organik dan gas cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini pada konsentrasi tinggi dapat meledak. 3.



Dampak Terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut : 



Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan (untuk mengobati kerumah sakit).







Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya dijalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.



8



BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Observasi ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Bencongan I pada Jumat, 24 Februari 2017 pukul 07.30 sampai 08.45.



B. Alat dan Bahan Observasi ini hanya menggunakan kertas dan bolpoin untuk mencatat hasil observasi dan hasil wawancara.



C. Prosedur Pelaksanaan Observasi ini menggunakan metode wawancara langsung baik kepada siswa, guru, dan pedagang yang ada serta pengamatan langsung dan pengambilan gambar.



9



BAB IV HASIL A. Hasil Observasi Wawancara kepada siswa : Keterangan Kegiatan yang



Anak 1 Bawa bekal dan jajan



Anak 2 Jajan



produksi sampah Penggolongan



Anak 1 tahu penggolongan



Anak



sampah



sampah



mengerti



berhubungan dengan



secara



spesifik



berdasarkan



2



tidak



terlalu



maksud



dari



sifatnya, sampah kering dan



penggolongan



basah.



tapi ia tahu jika ada pengelompokkan



sampah, jenis



sampah yaitu kering dan Tindakan



yang



Membuat robot dari botol



pernah



basah. Membuat kupu-kupu dari daun



dilakukan untuk pengelolaan sampah menjadi



bahan



berguna Jenis sampah yang



Stik es krim, garpu, plastik,



Plastik,



dihasilkan



steroform



makanan



10



,



pembungkus



Wawancara kepada pedagang : Jenis Jajanan Mie Pedagan g1



Instan,



Gorengan, Makanan Ringan, dan Minuman



Jenis Sampah



Pengolahan Sampah



Jumlah Sampah



Kemasan Makanan, Minuman



dibuang



ke



dan



pembuangan sampah



dan



dibuang



1



kantong



plastik / hari



Steroform Steroform,



Pedagan g2



Batagor



Plastik Bungkus



ke



pembuangan sampah



1/4 kg / hari



Makanan



Wawancara kepada petugas kebersihan : Jenis sampah yang ada Pengolahan sampah



Plastik, Sterofoam, Kertas Disalurkan ke petugas sampah dan dilanjutkan ke



Pengambilan sampah Sampah yang dihasilkan Jumlah tempat sampah yang



TPA 1x sehari 1 gerobak penuh Lebih dari 20



tersedia



11



Wawancara kepada guru : Salah satu guru yang menjadi narasumber penelitian mengaku bahwa sudah sering diadakan penyuluhan mengenai sampah. Beberapa seminar dan workshop tentang pengolahan sampah juga sudah dilakukan. Namun, hal tersebut tidak membuahkan hasil yang signifikan. Saran yang diberikan oleh guru dan istitusi lain kerap tidak dihiraukan. Hasil observasi langsung Jumlah tempat sampah Tempat sampah yang digolongkan Selokan di dalam sekolah Selokan di luar sekolah TPA



Lebih dari 20 Hanya 1 Tidak berair, banyak sampah Berair Ada di luar sekolah



B. Hasil Analisis Dari observasi yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa membeli jajanan walaupun membawa bekal dari rumah. Sehingga, banyak sampah jajanan seperti plastik dan steroform yang terpakai dan dibuang begitu saja. Hal ini mengakibatkan sampah berserakan di lingkungan sekolah. Siswasiswi sebenarnya sudah paham dengan konsep penggolongan sampah karena sering diadakan penyuluhan. Namun, belum diaplikasikan secara aktif oleh siswa-siswi SDN Bencongan I mungkin disebabkan oleh kurangnya kesadaran siswa-siswi akan pentingnya kebersihan lingkungan. Sampah yang dihasilkan setiap harinya cukup banyak, yaitu 1 gerobak penuh. Pengambilan sampah yang dilakukan setiap hari merupakan keputusan yang tepat jika dilihat dari jumlah sampah yang dihasilkan. Pengolahan sampah juga dilakukan dengan baik karena langsung disalurkan ke petugas sampah dan dilanjutkan ke TPA.



12



Tempat sampah yang banyak tetapi tidak homogen, ada tempat sampah dengan penggolongan, dan ada yang tidak. Secara bentuk tempat sampahnya juga sangat beragam. Hal ini mungkin menyebabkan kebingungan dari siswasiswi yang berujung pada hilangnya motivasi siswa-siswi untuk membuang sampah pada tempatnya. C. Pembahasan Produksi sampah yang dihasilkan oleh siswa-siswi SDN Bencongan I sangat banyak dan beragam. Hal ini diperparah oleh banyaknya jumlah pedagang yang bervariasi satu dengan yang lain sehingga menarik perhatian siswa-siswi. Faktor keluarga yang tidak menyiapkan bekal juga berpengaruh besar terhadap hal ini. Ditinjau dari jumlah tempat sampah, tempat sampah yang tersedia di SDN Bencongan I sudah cukup. Tempat sampah tersedia di berbagai tempat, seperti di dalam kelas, di luar kelas dan di sekitar halaman sekolah. Namun, tempat sampah yang tersedia tidak homogen, baik dalam bentuk maupun penggolongan sehingga siswa-siswi mungkin merasa sedikit kebingungan. Selain itu, kurangnya kesadaran akan kebersihan lingkungan serta faktor kemalasan dari siswa-siswi menjadi salah satu faktor yang menyebabkan sampah yang berserakan di lingkungan sekolah.



D. Proyeksi Pengembangan Pihak sekolah dapat menerapkan sistem piket pada siswa-siswi guna meningkatkan kebersihan sekolah. Hal ini dapat meningkatkan rasa tanggung jawab serta peran siswa-siswi secara aktif terhadap kebersihan lingkungan sekolah. Memperbanyak jumlah alat-alat kebersihan juga menjadi salah satu faktor pendukung dalam terlaksananya kegiatan piket. Edukasi mengenai pentingnya menjaga kebersihan lingkungan yang berdampak pada kesehatan dan lingkungan itu sendiri dapat ditingkatkan dengan cara melaksanakan penyuluhan mengenai kebersihan dan dampaknya.



13



Dalam hal peningkatan kesadaran siswa-siswi mengenai kebersihan lingkungan, sekolah dapat menyelenggarakan sebuah kompetisi kebersihan antarkelas. Penilaian akan dilaksanakan setiap harinya dan akan diakumulasikan setiap 3 bulan sekali. Kompetisi ini dinilai berdasarkan kebersihan kelas dan lingkungan di sekitarnya. Sekolah akan dibagi menjadi beberapa wilayah sesuai dengan jumlah kelas dan setiap kelas tersebut bertanggung jawab terhadap kebersihan lingkungannya masing-masing. Dalam jangka waktu 3 bulan, wilayah yang paling bersih akan memperoleh hadiah berupa piala bergilir dan makanan ringan (contohnya: chocolatos, top, beng-beng, nabati, dll). Selain itu, sekolah juga dapat memberikan materi mengenai seni dari limbah dalam kegiatan pramuka. Masing-masing siswa diminta untuk membuat suatu karya seni dari limbah sehingga mereka dapat menghargai sampah itu sendiri. Materi seni dari limbah ini dapat dilakukan setidaknya 1 semester 1 kali dan setiap akhir semester (kami menyarankan setiap pengambilan raport akhir semester), karya-karya dari siswa-siswi ini dapat diperkenalkan kepada masyarakat dan orang tua murid dalam suatu pameran seni.



E. Dampak Lingkungan dan Masyarakat yang Diharapkan Kami berharap dengan diadakannya kegiatan piket, materi pramuka mengenai seni dari limbah dan pameran seni ini, siswa-siswi SDN Bencongan I mengetahui bahwa sampah dapat di daur ulang atau dipakai kembali menjadi sesuatu yang mempunyai nilai dan seni. Siswa-siswi juga dilatih untuk menjadi kreatif dalam mengolah sampah yang ada di sekitar mereka. Pameran seni tersebut juga dapat menjadi suatu motivasi bagi masyarakat dan orang tua murid yang datang sehingga mereka dapat lebih menghargai kebersihan dan ikut menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Ketika semua pihak ikut berpartisipasi dalam usaha menjaga kebersihan lingkungan maka, sekolah SDN Bencongan I dapat menjadi lebih bersih dan teratur dalam hal kebersihan.



14



15



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan kami, perlunya perbaikan dalam kualitas siswa-siswi SDN Bencongan I akan kebersihan lingkungan dengan cara meningkatkan pola pikir siswa-siswi SDN Bencongan I. Motivasi untuk membuang sampah pada tempatnya juga diperlukan dalam menangani permasalahan ini.



B. Saran Saran kami dalam menanggapi hal ini adalah dengan menyelenggarakan sistem piket pada siswa-siswi. Meningkatkan edukasi siswa-siswi SDN Bencongan I juga dapat meningkatkan kesadaran siswa-siswi akan pentingnya kebersihan lingkungan. Peningkatkan motivasi siswa-siswi SDN Bencongan I dalam membuang sampah pada tempatnya dapat ditingkatkan dengan cara menyelenggarakan kompetisi kebersihan dengan konsep piala bergilir dan memberikan materi mengenai seni dari limbah dalam kegiatan pramuka yang berujung pada pameran seni.



16



REFERENSI 1. Badan Pusat Statistik, 2013. Bandung dalam Angka 2013. Bandung: Badan



Pusat Statistik. 2. Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2010. Indonesia Energy Outlook



2010. Jakarta: Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. 3. Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2012. Handbook of Indonesia’s



Energy Economy Statistics, 9th edition. Jakarta: Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. 4. Mediana, C. dan Gamse, T., 2010. Development of Waste Management



Practices in Indonesia. European Journal of Scientific Research, 40 (2), pp.199210.



17



LAMPIRAN



18