17 0 131 KB
RENCANA PERAWATAN ODONTEKTOMI GIGI MOLAR KETIGA BAWAH KIRI DENGAN ANGULASI MESIOANGULER, KEDALAMAN LEVEL A
Operator: Putu PG. Ari Merdana Putra 091611101028
Instruktur : drg. Zainul Cholid., Sp BM
LABORATORIUM BEDAH MULUT RSGM FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2013
1. Identitas Penderita Nama
: Vievien Widyaningtyas
Umur
: 20 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Mahasiswa FKG UNEJ
Alamat
: Jalan Mastrip II/75 Jember-Jawa Timur
2. Anamnesa Pasien Mengeluh sakit pada gusi belakang bawah kiri sejak 3 hari yang lalu, sakit muncul saat digunakan untuk makan. Tidak terdapat riwayat bengkak. Keadaan sekarang tidak sakit 3. Kajian Rontgenologis Gambar:
Klasifikasi A. Impaksi total pada 38 B. Kedalaman relatif di dalam tulang rahang Posisi A: bagian yang paling tinggi dari mahkota gigi impaksi berada pada ketinggian yang sama atau diatas garis oklusal C. Posisi sumbu panjang gigi impaksi terhadap sumbu panjang gigi M2 adalah mesioanguler D. Jumlah dan bentuk akar gigi impaksi Akar ganda dengan bentuk akar divergen kearah apikal.
E. Indeks kesulitan I. Hubungan dengan ramus Klas II
Nilai 2
II. Kedalaman Level A
1
III.Posisi terhadap sumbu gigi Mesioangular
3
Skor tingkat kesulitan adalah 6 yang termasuk tingkat kesulitan sedang. 4. Diagnosa Impaksi total pada 38 dengan posisi mesioangler, kedalaman level A. 5. Metode Metode
yang
digunakan
adalah
odontektomi,
yaitu
metode
pengambilan gigi yang tidak erupsi atau erupsi sebagian dengan terlebih dahulu menghilangkan jaringan penghambat dan gigi dikeluarkan secara utuh. Jika tidak memungkinkan, maka dilakukan odontotomi, yaitu pengambilan gigi impaksi dengan terlebih dahulu memotong atau membelah gigi tersebut. 6. Alat dan Bahan 6.1 Alat yang digunakan: - Alat dasar kedokteran gigi : kaca mulut, sonde, eskavator, pinset kedokteran gigi. - Alat anastesi : disposible syringe 2,5 ml - Alat pembuatan flap : handle dan scalpel, rasparatorium (Periosteal elevator), pinset anatomis.
- Alat untuk membuang jaringan penghambat : contra high speed, diamond bur gigi bentuk long shank bur, diamond bur tulang bentuk ulir, chisel dan hammer. - Alat pengungkit : bein lurus (besar dan kecil), bein bengkok dan cryer - Alat pencabutan : tang mahkota gigi molar rahang bawah, tang sisa akar rahang bawah dan tang trismus. - Alat penjahitan : needle holder, needle cutting edge, gunting dan pinset cirrurgis - Alat lain : Neirbeken, cheek retraktor, knable tang, water syringe, tempat alkohol, kain penutup wajah, lap dada, bone file, kuret, duck clamp, petridish, suction, cotton roll, deppen glass dan arteri clamp. 6.2 Bahan yang digunakan : Betadine antiseptik, pehacain, vaselin, alkohol 70%,
larutan PZ,
aquadest steril, adrenalin, benang non absorbable (silk), cotton pellet dan tampon. 7. Tahap Pelaksanaan I. Persiapan penderita meliputi : Persiapan fisik (tidur yang cukup dan telah makan), persiapan psikis (cemas) dan mental, memotivasi pasien.
Informed Consent merupakan persetujuan pasien terhadap tindakan operasi setelah diberi penjelasan tentang kemungkinan komplikasi operasi, yaitu : a. Terjadinya trismus sementara (sulit membuka mulut) b. Terjadinya bengkak ektraoral sementara c. Terjadinya parestesi d. Terjadinya fraktur mandibula
Pemeriksaan tanda-tanda vital pre-operasi, meliputi : pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi, dan trismus pre-operasi
II. Persiapan alat dan bahan operasi III. Persiapan operator dan bahan operasi a. Assisten Operator 1 : -
Membantu operator saat operasi berlangsung
-
Memegang suction dan cheek retractor
b. Assisten Operator 2 : -
Mempersiapkan alat-alat operasi
-
Mengulaskan betadine dan vaselin disekitar mulut pasien
-
Membantu mengambilkan alat pada saat operasi berlangsung
c. Assisten Operator 3 : -
Melaporkan semua tahapan dan kegiatan operasi kepada instruktur
-
Persiapan penderita sebelum dan sesudah operasi
-
Mencatat waktu tahapan-tahapan operasi
-
Memasang foto rontgent
-
Memegang dan mengatur posisi lampu
IV. Tahap pelaksanaan oprasi. a. Asisten operasi 3 mendudukkan pasien dengan posisi tegak b. Operator melakukan asepsis daerah kerja area anestesi dengan betadine antiseptic c. Operator melakukan anestesi local dengan menggunakan pehacaine -
Blok N. Alveolaris Inferior
0,75
cc
-
Blok N. Lingualis
0,5
cc
-
Infiltrasi N. Buccalis
0,75
cc
d. Asisten operasi 2 melakukan asepsis ekstraoral
dengan betadine
searah jarum jam dan mengulas sudut mulut pendertia dengan vaselin (agar bibir tidak kering dan terluka), kemudian menutup muka penderita dengan kain penutup steril dan dijepit duck clamp. e. Pembuatan flap
-
Tipe
: Mukoperiosteal flap
-
Bentuk
: Trapezoid
-
Syarat insisi : a. Harus di jaringan yang sehat b. Harus berlandaskan tulang agar gerakan insisi terkontrol dan saat penjahitan flap tidak mudah putus c. Gerakan satu arah sampai menembus periapikal hingga menggores tulang d. Dasar flap harus harus cukup lebar untuk supply pembuluh darah
-
Teknik pembuatan flap
:
insisi mukoperiosteum menggunakan scalpel no 12 dimulai dari insisi vertikal sebelah lingual dari linea oblique externa dari ramus ascenden sepanjang 1-2 cm sebelah distal gigi impaksi, diarahkan pada pertengahan sisi distal gigi M2. Insisi diteruskan pada sebelah bukal gigi M2 sampai sepertiga mesiodistal gigi m2. Dilanjutkan kearah mucobukal fold dengan sudut 45 derajat, kemudian dipisahkan dengan rasparatorium hingga tulang alveolar tampak. Gambar:
f. Menghilangkan jaringan penghambat dilakukan dengan memotong tulang alveolar pada sisi distal dan bukal gigi impaksi sehingga kelengkungan terbesar gigi terbebaskan Tujuan : Menghilangkan jaringan penghambat
Memberikan lapang pandang Sebagai tempat tumpuan Gambar :
g. Setelah
kelengkungan
terbesar
gigi
terbebaskan
dilakukan
pemotongan mahkota bagian mesial dengan menggunakan bur long shank kemudian mahkota mesial dikeluarkan dengan tang, dilanjutkan dengan mengungkit gigi impaksi bagian distal dengan tang. Gambar
h. Menghaluskan tulang yang tajam dengan bone file. i. Debridement, dapat dilakukan dengan : - Curettage pada soket dengan menggunakan alat kuret untuk mengangkat serpihan tulang. - Irigasi dengan larutan PZ atau aquadest steril untuk menghilangkan serbuk gigi dan tulang sisa pengeburan. j. Kontrol perdarahan: -
perdarahan normal, druk dengan tampon, langsung dilakukan penjahitan
-
perdarahan
abnormal,
druk
dengan
tampon+adrenalin,
pemberian vitamin . k. Menutup luka operasi: ` Melakukan penjahitan 3 simpul yaitu: -
2 simpul di daerah oklusal gigi impaksi
-
1 simpul didaerah bukal
Gambar:
V. Tahap pelaksanaan post oprasi a. Instruksi post odontektomi -
Penderita diinstruksikan menggigit tampon selama 30-60 menit.
-
Penderita diberitahu kadang-kadang setelah tampon dilepas darah masih merembes, maka sebaiknya dikompres dengan air es.
-
Daerah luka tidak boleh dimainkan dengan lidah dan dihisap-hisap
-
Tidak boleh kumur keras-keras setelah operasi
-
Selama 24 jam setelah operasi tidak boleh makan dan minum yang panas
-
Jika ada pembengkakan setelah 24 jam disarankan kumur-kumur air garam hangat
-
Disarankan untuk banyak istirahat
-
Disarankan untuk meningkatkan kebersihan mulut
-
Apabila masih terjadi perdarahan disarankan kontrol setelah operasi
-
Disarankan untuk minum obat secara teratur sesuai resep yang diberikan
b. Pemberian Resep R/ Cefadroksil tab 500 mg No.XII ∫ 2 dd 1
R/ Asam mefenamat tab 500 mg No. XII ∫ p. r. n. 1
c. Kontrol post oprasi I.
24 jam post odontektomi bertujuan untuk kontrol perdarahan, keradangann, kebersihan daerah operasi dan kontrol jahitan.
II.
3 hari post odontektomi bertujuan untuk mengetahui proses radang reda atau belum, kontrol kebersihan daerah operasi
III.
7 hari post odontektomi bertujuan untuk mengetahui penyembuhan tulang dan membuka jahitan.