4 0 128 KB
LAPORAN PENDAHULUAN OPEN FRAKTUR METATARSAL DIGITI I PEDIS SINISTRA 1.
PENGERTIAN Fraktur adalah patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang rawan yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. ( Price, Sylvia Anderson, 1995 : 1183 ) fraktur dibagi menjadi : 1.1.
Fraktur tertutup ( simple fracture ) Adalah fraktur dimana kulit dtembus oleh fragmen tulang, sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan.
1.2.
Fraktur terbuka ( compound fracture ) Adalah fraktur dimana kulit dari esktremitas yang terlibat telah ditembus.
2.
ETIOLOGI 2.1.
Trauma langsung Menyebabkan fraktur/patang tulang pada titik terjadinya trauma itu
2.2.
Trauma tidak langsung Menyebabkan fraktur/patang tulang pada tempat yang jauh dari tempat terjadinya trauma.
2.3.
Adanya metastase tulang yang dapat melunakkan struktur tulang dan menyebabkan fraktur.
2.4.
Adanya penyakit primer, seperti asteophorasis ( E. Verswari, 1984 : 147 )
3.
PATOFISIOLOGI Kecelakaan/trauma langsung Trauma tidak langsung Metastase tulang Penyakit primer
Fraktur Metarsal
Fraktur terbuka
Tulang
Fraktur tertutup
Otot
Pembuluh darah pecah
Kerusakan struktur ligamen, tandon dan kulit
Pendarahan
Saraf Kerusakan diskontinuitas
Diskontinuitas Luka
Penggumpalan eksudat
Nyeri
Keterbatasan aktifitas Gangguan integritas kulit
Resiko tinggi infeksi
Tindakan Operasi Ketakutan/cemas Pembedahan (operasi)
Efek Anasthesis regional Resiko tinggi infeksi
Diskontinuitas jaringan Rusaknya salah satu fungsi tubuh Nyeri
4.
TANDA DAN GEJALA 4.1. Tanda-tanda klasik fraktur
Nyeri
Deformitas
Gangguan pola aktifitas
Perubahan bentuk
Kropitasi
Pergerakan abnormal
Bengkak
4.2. Gejala-gejala fraktur Gejala yang tampak adanya deformitas argulasi. Daerah yang patah tampak bengkak juga ditentukan nyeri gerak dan nyeri tekan. Gejala pasti adalah :
Kelainan bentuk pada bagian yang patah (deformitas)
Kropitasi terasa atau terdengar bila fraktur digerakkan
Tampak adanya fragmen tulang yang keluar pada fraktur komplikasi
Pemeriksaan radiologi tampak adanya fraktur ( Mansjoer Arif, dkk, 2000 : 357 )
5.
KOMPLIKASI 5.1. MAL UNION adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh
dalam
posisi
yang
tidak
seharusnya,
membentuk sudut atau miring. 5.2. Delayed Union adalah proses penyembuhan yang terus berjalan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal. 5.3. Non Union
adalah tulang yang patah dapat menjadi komplikasi yang membahayakan bagi penderita. ( Sylvia. A. Price, 1995 )
6.
PEMRIKSAAN PENUNJANG 6.1. Foto Rontgen
Untuk mengetahui lokasi fraktur fan garis fraktur secara langsung.
Mengetahui tempat dan type fraktur.
Biasanya foto rontgen diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan secara periodik.
6.2. Skot tulang tomography scor c.l dapat dilakukan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak. 6.3. Antelegram diperlukan bila dicurigai ada kerusakan vaskuler
6.4. Hitung darah lengkap H+ mungkin meningkat (hemakonsentrasi) ataupun menurun. Perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple. 6.5. Perubahan krofil koagulasi dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi, trauma multiple atau cidera hati. ( Marlyn E. Doengoes, 1999 : 762 ) 7.
PENATALAKSANAAN Tindakan pada fraktur terbuka harus dilakukan secepat mungkin. Penundaan mengakibatkan komplikasi infeksi. Waktu yang optimal untuk bertindak sebelum 6-7 jam (golden period). Tindakan yang dapat dilakukan adalah :
Artitetanus serum (ATS) atau tetanus humanglobulin
Berikan antibiotik untuk kuman gram positif dan negatif dengan dosis tinggi
Lakukan pemeriksaan kultur dan resistensi kuman dari dasar luka fraktur terbuka dengan tekhnik denbridement. ( Arif Mansjoer, 2001 : 348 )
INSTEK PINNGING
A. Pengertian suatu tekhnik instrumentasi pada fraktur yang akan dilakukan tindakan pemasangan wire. B. Tujuan
memperlancar jalannya operasi mempertahankan instrument secara steriil dapat mengatur alat yang sistematis di meja mayo
C. Persiapan Pasien 1. Persetujuan Operasi 2. Rekam medik (status dan inform content) 3. Terpasang cairan infus 4. Menjelaskan prosedur tindakan operasi 5. Melepas semua pakaian, perhiasaan dan diganti dengan pakaian operasi. 6. Alat dan obat-obatan D. Persiapan Alat 1.
Alat steril Set dasar yang disiapkan :
1. Desinffeksi klem
1
2. Doek klem
6
3. Pinset chirurgi panjang
1
4. Pinset chirurgi sedang
2
5. Pinset anatomi panjang
1
6. Pinset anatomi sedang
1
7. Hard vet mess besar/kecil
2/1
8. Arteri klem pean bengkok besar
6
9. Arteri klem pean bengkok sedang
6
10. Arteri kelm kocker panjang
6
11. Arteri klem kocker sedang
6
12. Nald voeder 13. Gunting merzembum
2
14. Gunting benang
2
Set tambahan
2
1.
Bor
1
5. Hak gigi tajam 4
2
2.
Tang
1
6. K. wire 1,8
1
3.
Pemotong
4.
Langen Back
1
7. K. wire 2,0 2
Alat Penunjang
2
1. Linen set
Gaun
3
Duk besar
3
Duk kecil
5
Sarung bantal
1
Perlak
2
Waslap
3
Pembungkus
2
2. Senur Diatermi
1
3. Cucing
1
4. Bengkok
1
5. Hard scoon sesuai kebutuhan 6. Jarum set 7. Kassa, depresi 8. Isodine 9. Pz 10. Benang Safil
3/0
Davillon 3/0 2.
Alat On Steril 1)
Gunting verban
2)
Plat diatormi
3)
Mesin diatormi
4)
Hipafik
5)
Lampu operasi
6)
Meja operasi
7)
Meja mayo
8)
Meja instrument
9)
Standart infus
10)
Tempat sampah
umum
Medis E. Anasthesi SAB ( SUB ARAKHBDID BLOCK ) 1.
Persiapan alat dan obat
Anasthesi set 1
Spinoken
1
Spuit 5 cc
1
Lidodex 5 %
Alkohol
2.
Prosedur
Jelaskan pada klien mengenai tindakan
Atur posisi klien miring kiri
Siapkan lidodex 5 % dan adrenalin 0,2 ml
Desinfeksi dengan alkohol di daerah antara lumbal 3-4, block setinggi thorakal
Ambil pertengahan dengan sudut 90o
Menjadi block selama 20-30 menit
Indikator berhasil : terjadi vaso dilatasi, tidak nyeri
F. Proses Jalannya Operasi 1.
Perawat instrument cuci tangan, memakai gaun steril dan hand scoon steril, kemudian menyiapkan alat-alat yang akan digunakan diatas meja mayo.
2.
Operator dan asisten cuci tangan, memakai gaun steril dan hand scoon steril
3.
Operator disiapkan cairan-cairan pz untuk membersihkan dan larutan isodine untuk desinfeksi didaerah pembedahan.
4.
Mempersempit daerah operasi dengan memberikan ke operator dan asisten duk besar dan duk kecil untuk melakukan drapping lalu di jepit dengan doek klem.
5.
Perawat instrument mendekatkan meja mayo ke lapangan operasi.
6.
Perdarahan diatasi dengan senur diatermi.
7.
Dilakukan reposisi, setelah tereposisi dengan baik, siapkan k. wire 1,8 dan k. wire 2,0 potong menjadi 2 bagian dengan pemotong, pasang k. wire di bor.
8.
Cuci luka operasi dengan perhidrol : isodine = 1 : 2.
9.
Jahit lapis demi lapis otot, lemak dengan safil 3/0 dan Davillon 3/0.
10.
Setelah jahitan selesai bersihkan luka dengan kasa yang dibasahi savlon. Kemudian keringkan dengan kasa steril.
11.
Tutup luka operasi dengan sufratul kemudian kasa lalu balut dengan velban 3’ dan elatic bardage 3’.
DAFTAR PUSTAKA Arif Mansjoer, dkk, 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, Medis Aesculapus, FKUI. Buku Panduan Anasthesi Lynda Juall Carpento, 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta, EGC Marlyn. E, Doengoes, 2001. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC Sylvia A. Price, dkk, 1995. Patofisiologi, Jakarta, EGC.