Osteoartritis Regio Genu Bilateral Blok 14 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nyeri pada Lutut Kanan dan Kiri disertai Krepitasi Saat Berjalan Gideon Tomasoa 102011084 PBL 7 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Alamat Korespondensi: Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta – 11510 [email protected] Pendahuluan Osteoartritis atau yang umumnya disebut ”pengapuran sendi‟, merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak dijumpai di masyarakat belakangan ini. Hal ini dapat diakibatkan oleh adanya perubahan pola hidup dan peningkatan usia harapan hidup penduduk Indonesia. Seiring dengan perkembangan jaman, pola hidup masyarakat juga ikut mengalami perubahan. Perubahan gaya hidup yang ingin semua serba cepat, baik dalam hal transportasi maupun pola makan, juga menjadi salah satu faktor pemicu timbulnya osteoartritis. Aktivitas fisik yang kurang disertai kelebihan berat badan berpotensi menimbulkan pembebanan sendi yang semakin besar, terutama pada sendi-sendi penyangga tubuh, khususnya sendi lutut. Keadaan ini akan semakin buruk bila terjadi pada usia lanjut akibat terjadinya perubahan hormonal yang memicu semakin cepatnya proses degenerasi struktur persendian. Osteoartritis merupakan salah satu penyakit degeneratif dan bersifat progresif. Penyakit ini sangat sering dijumpai pada pasien dengan usia di atas 50 tahun. Osteoartritis di Indonesia cukup tinggi, mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita. Gangguan fungsional akan sangat memberatkan penderita osteoartritis, dimana penderita mengalami kesulitan pada saat bangkit dari duduk, jongkok, berdiri, ataupun berjalan, naik-turun tangga, dan berbagai aktivitas yang membebani lutut. Sesuai dengan skenario, seorang seorang perempuan 60 tahun datang berobat dengan keluhan nyeri pada kedua lutut sejak 2 tahun yang lalu. Perempuan tersebut diduga mengalami osteoartritis. Maka dari itu, untuk mengetahui secara lengkap dan jelas, penulis akan membahas tentang osteoartritis mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, diagnosis dan lain sebagainya.



1



Anatomi Sendi Lutut Sendi lutut merupakan sendi sinovial terbesar pada tubuh. Sendi lutut terdiri dari:  



Artikulasi antara femur dan tibia, merupakan sendi penahan beban (weightbearing joint) Artikulasi antara patella dan femur



Gambar 1. Sendi lutut (kapsul sendi tidak ditampilkan). Tulang Pembentuk Sendi Lutut Sendi lutut dibentuk dari empat buah tulang yaitu os femur, os tibia, os fibula dan os patella.



Gambar 2. Tulang pembentuk sendi lutut. Os Femur Merupakan tulang panjang yang bersendi keatas dengan pelvis dan kebawah dengan os tibia. Os femur terdiri dari epiphysis proksimal, diaphysis dan epiphysis distalis. Pada os femur ini yang berfungsi dalam persendian lutut adalah epiphysis distalis. Epiphysis distalis merupakan bulatan sepanjang yang disebut condylous femoralis lateralis dan medialis. Dibagian proksimal tonjolan tersebut terdapat sebuah bulatan kecil yang disebut epicondilus lateralis dan medialis. Bila dilihat dari depan, terdapat dataran sendi yang melebar ke lateral yang



2



disebut facies patelaris yang nantinya bersendi dengan os patella. Dan bila dilihat dari belakang, diantara condylus lateralis dan medialis terdapat cekungan yang disebut fossa intercondyloideal. Os Patella Merupakan os sesamoid terbesar dalam tubuh manusia dengan bentuk segitiga dan gepeng dengan apex menghadap kearah distal. Pada permukaan depan atau anterior tulang patella kasar sedangkan permukaan dalam atau dorsal memiliki permukaan sendi yang lebih besar dan facies medial yang lebih kecil.



Gambar 3. Os Pattela tampak depan dan belakang. Os Tibia Merupakan salah satu tulang tungkai bawah selain os fibula. Os tibia merupakan tulang kuat satu-satunya yang menghubungkan femur dan tumit kaki. Seperti halnya os femur, os tibia dibagi tiga bagian, bagian ujung proksimal, corpus dan ujung distal bagian dari os tibia yang membentuk sendi lutut adalah bagian proksimal, dimana pada bagian ujung proksimal terdapat condillus medialis dan tubercullum inter condiloseum lateral. Didepan dan dibelakang eminentia terdapat fossa intercondilodea anterior dan posterior. Os Fibula Os fibula ini berbentuk kecil panjang, terletak di sebelah lateral dari tibia juga terdiri dari tiga bagian: epiphysis proximal, diaphysis dan epiphysis distalis. Epiphysis proximalis membulat disebut capitulum fibula yang keproximal.



3



Permukaan Artikular Permukaan artikular dari tulang pembentuk sendi lutut dilapisi oleh kartilago hialin. Permukaan utama yang terlibat adalah:  



Kedua kondilus femoralis Aspek superior dari kondilus tibialis



Gambar 4. Permukaan artikular sendi lutut. A. Ekstensi B. Fleksi C. Tampak depan (fleksi). Meniskus Ada dua meniskus, yang merupakan fibrokartilago berbentuk C, pada sendi lutut, satu pada sisi medial (meniskus medialis) dan lainnya pada sisi lateral (meniskus lateralis). Keduanya melekat pada faset regio interkondilar dari plateau tibia.



Gambar 4. Meniskus sendi lutut.



4



Membran Sinovial Membran sinovial dari sendi lutut melekat pada tepi permukaan artikular dan tepi luar superior dan inferior dari meniskus. Pada bagian posterior, membran sinovial memisahkan membran fibrosa kapsul sendi pada tiap sisi ligamen krusiatum posterior dan melingkari kedua ligamentum yang memisahkan mereka dari rongga sendi. Pada bagian anterior, membran sinovial terpisah dari ligament patellar oleh bantalan lemak infrapatellar (infrapatellar fat pad).



Gambar 5. Membran sinovial dan bursa sendi lutut. Membran Fibrosa Membran fibrosa dari sendi lutut sangat luas, sebagian terbentuk dan diperkuat oleh tendon dari otot sekelilingnya. Secara umum, membran fibrosa menutupi rongga sendi dan regio interkondiler: 



Pada sisi medial dari sendi lutut, membran fibrosa bergabung dengan ligamen kolateral tibia







dan berikatan dengan permukaan internal ke meniskus media. Pada sisi lateral, permukaan eksternal dari membran fibrosa dipisahkan oleh celah dari ligamen kolateral fibula dan permukaan internal dari membran fibrosa tidak menempel pada







meniskus lateral. Pada sisi anterior, membran fibrosa menempel pada margin patela dan diperkuat oleh perluasan tendon dari otot vastus lateralis dan vastus medialis, yang akan bergabung dengan tendon quadricep femoris pada bagian atas dan ligamen patela pada bagian bawah. 5



Gambar 6. Membran fibrosa kapsul sendi lutut A. Tampakan anterior B. Tampakan posterior. Ligamentum Ligamen mayor yang berhubungan dengan sendi lutut adalah ligamen patela, ligamen kolateral tibia (medial) dan fibula (lateral), dan ligamen krusiatum anterior dan posterior.



Gambar 7. Ligamen kolateral sendi lutut A. Tampakan lateral B. Tampakan medial. Peredaran Darah dan Inervasi Peredaran darah ke sendi lutut terutama oleh cabang desenden dan genikular dari arteri femoral, popliteal, dan femoral sirkumfleks lateral pada paha (tungkai atas) dan arteri fibularis sirkumfleksa dan cabang recurrent dari arteri tibialis anterior pada tungkai bawah. Pembuluh darah ini membentuk jarinagan anastomosis di sekitar sendi. Sendi lutut dipersarafi oleh cabang dari saraf obturator, femoral, tibia, dan fibularis komunis.



6



Gambar 8. Perdarahan sendi lutut. Anamnesis Menanyakan riwayat penyakit disebut anamnesa. Jadi anamnesa merupakan suatu percakapan antara penderita dan dokter, peminta bantuan dan pemberi bantuan. Tujuan anamnesa pertama-tama mengumpulkan keterangan yang berkaitan dengan penyakitnya dan dapat menjadi dasar penentuan diagnosis. Mencatat (merekam) riwayat penyakit, sejak gejala pertama dan kemudian perkembangan gejala serta keluhan, sangatlah penting. Perjalanan penyakit hampir selalu khas untuk penyakit bersangkutan.1 Selain itu tujuan melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik adalah mengembangkan pemahaman mengenai masalah medis pasien dan membuat diagnosis banding. Selain itu, proses ini juga memungkinkan dokter untuk mengenal pasiennya, juga sebaliknya, serta memahami masalah medis dalam konteks kepribadian dan latar belakang sosial pasien. Anamnesis yang baik akan terdiri dari identitas (mencakup nama, alamat, pekerjaan, keadaan social, ekonomi, budaya, kebiasaan, obat-obatan), keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit dalam keluarga, kondisi lingkungan tempat tinggalnya, apakah bersih atau kotor, dirumahnya terdapat berapa orang yang tinggal bersamanya, yang memungkinkan dokter untuk mengetahui apakah penyakitnya tersebut merupakan penyakit bawaan atau ia tertular penyakit tersebut. Anamnesis yang dapat dilakukan pada pasien di skenario adalah sebagai berikut: 7



1. Anamnesa umum  Nama, umur, alamat, pekerjaan, status perkawinan. Umur dan pekerjaan disini merupakan hal penting yang harus ditanyakan pada pasien. 2. Keluhan utama :  Nyeri pada lutut kanan dan kiri sejak 2 tahun yang lalu  Pelengkap: Nyeri pada lutut terutama bertambah saat berjalan, menekuk kaki, bangun dari duduk yang lama dan saat sholat. Pasien mengatakan saat bangun tidur lututnya sering terasa kaku juga sekitar 30 menit dan pada lututnya sering berbunyi “kretek 3. 4. 5. 6. 7.



-kretek”. Riwayat Penyakit Sekarang  Apakah sedang mengalami suatu penyakit tertentu atau tidak? Riwayat Penyakit Dahulu  Sebaiknya, ditanyakan apakah dulu pernah mengalami hal yang sama seperti ini? Pola makan  Sehari-hari makan apa saja? Riwayat penyakit keluarga  Apakah di keluarga mengalami penyakit yang sama seperti ini? Riwayat pengobatan  Sudah minum obat apa saja?



Pemeriksaan Diagnosis



suatu



penyakit



dapat



ditegakkan



berdasarkan



gejala



klinik



yang



ditemukan pada pemeriksaan fisik, terutama sekali bagi penyakit yang memiliki gejala klinik spesifik. Pemeriksaan yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan fisik namun, bagi penyakit yang tidak memiliki



gejala



klinik



khas,



untuk



menegakkan



diagnosisnya



kadang-kadang



diperlukan pemeriksaan laboratorium (diagnosis laboratorium). Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak yaitu kaki. Pada kasus ini pertama yang harus di lakukan yaitu pemeriksaan kesadaraan, yaitu Glasgow Coma Scale (GCS). Tabel 1. Glasgow Coma Scale 8



Pada skenario ini, pemeriksaan fisik dilakukan dengan pemeriksaan fisik otot dan sendi terutama pada bagian lutut. Pemeriksaan fisik otot dan sendi ini berupa: Inspeksi -



Posisi lutut saat berdiri dan berbaring Warna kulit, vaskularisasi, pembengkakan, massa di bagian anterior /posterior, lateral/medial Ada tidaknya luka, fistel atau ulkus



Palpasi -



Massa/pembengkakan, nyeri ada/tidak Vaskularisasi dan pulsasi pembuluh darah lutut Posisi patella (ada dislokasi atau tidak)



Pergerakan -



Fleksi ekstensi dengan ROM: 0-120˚ Ada krepitasi atau tidak saat bergerak/digerakan. Selain itu, pemeriksaan fisik juga dilakukan dalam bentuk pemeriksaan tanda-tanda vital pasien. Hasil pemeriksaan didapat sebagai berikut:  Suhu : 36,4C  Nadi : 88x/menit  RR : 20x/menit  Tekanan darah : 130/80 mmHg  Kesadaran : compos mentis  BB/TB : 80kg / 165cm  Krepitasi : +



Status lokasi : Genu sinistra



Udem -



Kalor -



Nyeri tekan -



Nyeri gerak +



Deformitas 9



Genu dextra



-



-



-



+



-



Beberapa tanda yang dapat ditemukan pada penderita osteoartritis adalah perubahan gaya berjalan dan postur tubuh, kenaikan suhu sekitar sendi, bengkak sendi, nyeri raba, krepitus, penurunan kekuatan otot, nodul, dan gangguan fungsi. Pada perabaan dengan menggunakan punggung tangan akan dirasakan adanya kenaikan suhu disekitar sendi yang mengalami inflamasi. Bengkak sendi dapat disebabkan oleh cairan, jaringan lunak atau tulang. Cairan sendi yang terbentuk biasanya akan menumpuk di sekitar daerah kapsul sendi yang resistensinya paling lemah dan mengakibatkan bentuk yang khas.2 Krepitus merupakan bunyi berderak yang dapat diraba sepanjang gerakan struktur yang terserang. Krepitus halus merupakan krepitus yang dapat didengar dengan menggunakan stetoskop dan tidak dihantarkan ke tulang di sekitarnya. Keadaan ini ditemukan pada radang sarung tendon, bursa atau sinovial. Pada kriptus kasar, suaranya dapat terdengar dari jauh tanpa stetoskop dan dapat diraba sepanjang tulang. Keadaan ini disebabkan kerusakan rawan sendi atau tulang. Pada waktu palpasi lutut, dapat teraba krepitus pada waktu lutut difleksikan atau diekstensikan. Hal ini menunjukkan rawan sendi misalnya pada osteoartritis.2,3 Pemeriksaan Penunjang Kegunaan dari pemeriksaan penunjang adalah untuk keakuratan diagnosis suatu penyakit. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain; Artrosentesis dan Analisis Cairan Sendi Lutut Artrosentesis (aspirasi cairan sendi) dan analisis cairan sendi merupakan pemeriksaan yang sangat penting di bidang reumatologi, baik untuk diagnosis maupun tatalaksana penyakit reumatik. Analisis cairan sendi terdiri dari pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, dan beberapa pemeriksaan



khusus



sehingga



dapat



dikelompokan



menjadi



tipe



non-inflamasi,



inflamasi, purulen, dan haemoragik. Pemeriksaan makroskopis berupa warna, kejernihan, viskositas, potensi terbentuknya bekuan, dan volume. Cairan sendi pada penyakit sendi inflamasi bisa membeku dan kecepatan terbentuknya bekuan berkorelasi dengan derajat inflamasinya. Cairan sendi normal sangat kental 10



kerena tingginya konsentrasi polimer hyaluronat. Pada penyakit sendi inflamasi, asam hyaluronat rusak dan menurunkan viskositas cairan sendi. Penilaian cairan sendi dapat dilakukan dengan string test atau menggunakan viscometer. Cairan sendi normal tidak berwarna seperti air atau putih telur. Pada sendi inflamasi, jumlah leukosit dan eritrosit meningkat. Semakin tinggi jumlah leukosit, cairan sendi akan berwarna putih atau krem. Pemeriksaan mikroskopis yang dilakukan berupa hitung jumlah leukosit, hitung jenis leukosit, dan pemeriksaan kristal. CT Scan Pemeriksaan CT Scan bertujuan untuk melakukan penilaian pada tumor tulang sebelum dilakukan tindakan pembedahan, evaluasi fraktur, dan pemeriksaan kolumna spinalis. Walaupun tidak dapat memberikan hasil pemeriksaan yang lebih baik dibandingkan MRI, namun CT Scan merupakan alternatif yang baik dan bermanfaat pada situasi jika diperlukan keterangan lebih lanjut tentang osteofit dan dapat memperlihatkan kelainan jaringan lunak lebih baik daripada foto polos. Dosis radiasi CT Scan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan satu foto polos pada daerah sama. Berhubung sejumlah penyakit reumatik berkaitan dengan kelainan paru-paru, cukup beralasan bahwa pemeriksaan CT Scan dengan resolusi tinggi pada paru-paru dapat memperlihatkan detil penyakit yang tidak dapat dilihat dengan CT Scan irisan tebal.2,4 Pemeriksaan Radiologi Gambaran radiografi sendi yang menyokong diagnosis osteoartritis ialah: a. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian sendi yang b. c. d. e.



menanggung beban. Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral Kista tulang Osteofit pada pinggir sendi Perubahan struktur anatomi sendi



Diagnosis Proses diagnosa medis merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk menangani suatu penyakit. Proses diagnosa adalah proses yang dilakukan seorang ahli kesehatan untuk menentukan jenis penyakit yang diderita oleh pasien, kemudian menentukan 11



diagnosis penyakit pasien tersebut sehingga dapat memberi pengobatan yang tepat dengan jenis penyakit (etiologik) maupun gejalanya (simptomatik).5 Diagnosa dilakukan berdasarkan prinsip bahwa suatu penyakit dapat dikenali dengan memperhatikan ciri gejala klinis pada tubuh pasien yang ditimbulkan penyakit tersebut. Keadaan penyakit yang diderita dapat juga di ukur dengan memperhatikan gejala klinis. Semua gejala yang teramati kemudian dibandingkan dengan pengetahuan mengenai penyakit dan ciri-cirinya yang dimiliki ahli tersebut, bila terdapat kecocokan maka ahli tersebut dapat menentukan jenis penyakitnya.5



Diagnosis Banding Diagnosis banding merupakan diagnosis yang dilakukan dengan membandingbandingkan tanda klinis suatu penyakit dengan tanda klinis penyakit lain. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan gejala yang dialami pasien, pasien bisa dicurigai menderita beberapa penyakit seperti: Reumatoid Artritis (RA)2,6 Suatu penyakit autoimun, dimana persendian secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. Reaksi autoimun dalam jaringan sinovial yang melakukan proses fagositosis yang menghasilkan enzim-enzim dalam sendi untuk memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya membentuk pannus. Pannus tersebut akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang sehingga akan berakibat menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Reumatoid artritis kira-kira 2½ kali lebih sering menyerang perempuan dari pada lakilaki. Insidens meningkat dengan bertambahnya usia, terutama pada perempuan, insidens puncak adalah antara usia 40-60 tahun. Gejala yang ditimbulkan : 1. 2. 3. 4.



Kekakuan pagi hari (lamanya paling tidak 1 jam) Artritis pada tiga atau lebih sendi Artritis sendi-sendi jari-jari tangan Artritis yang simetris 12



5. 6. 7. 8.



Nodul reumatoid Faktor reumatoid dalam serum Perubahan-perubahan radiologik (erosi atau dekalsifikasi tulang) Pada RA juga bisa disertai dengan demam, lemah, dan nafsu makan berkurang



Gambar 9. Reumatoid artritis. Artritis Pirai (Gout)2,6 Secara klinis, gout ditandai dengan timbulnya artritis, tofi, dan batu ginjal yang disebabkan karena terbentuk dan mengendapnya kristal monosodium urat. Tofi seringkali terbentuk pada daerah telinga, siku, lutut, dorsum pedis, dekat tendo achilles pada metatarsofalangeal digiti I, dan sebagainya. Serangan seringkali terjadi pada malam hari. Daerah khas yang paling sering mendapat serangan adalah pangkal ibu jari kaki sebelah dalam, disebut podagra. Bagian ini tampak membengkak, kemerahan, dan nyeri sekali bila disentuh. Rasa nyeri berlangsung beberapa hari sampai satu minggu namun kemudian menghilang. Sendi lutut sendiri juga merupakan predileksi kedua untuk serangan ini. Manifestasi klinik selanjutnya adalah tofi, tofi merupakan penimbunan asam urat yang dikelilingi reaksi radang pada sinovial, tulang rawan, bursa, dan jaringan lunak. Tofi itu sendiri tidak sakit tapi dapat merusak tulang. Sering timbul di tulang rawan telinga sebagai benjolan keras. Tofi ini merupakan manifestasi lanjut dari gout yang timbul 5-10 tahun setelah serangan artritis pertama. Tofi sering pecah dan agak sulit disembuhkan dengan obat sehingga dapat menyebabkan infeksi sekunder. Penetapan diagnosis gout berdasarkan Subcomitte The American Rheumatism Association: a. Adanya kristal urat yang khas dalam cairan sendi.



13



b. Tofi terbukti mengandung kristal urat berdasarkan pemeriksaan kimiawi dan mikroskopik dengan sinar terpolarisasi. c. Diagnosis lain, seperti: 1. Lebih dari sekali mengalami serangan artritis akut 2. Terjadi peradangan secara maksimal dalam satu hari 3. Oligoartritis (jumlah sendi meradang kurang dari 4) 4. Kemerahan di sekitar sendi yang meradang 5. Sendi metatarsophalangeal pertama (ibu jari kaki) terasa sakit atau membengkak 6. Serangan unilateral pada sendi tarsal (jari kaki) 7. Tophus (deposit besar dan tidak teratur dari natrium urat) di kartilago artikular (tulang rawan sendi) dan kapsula sendi 8. Hiperurisemia 9. Pembengkakan sendi secara asimetris (satu sisi tubuh saja)



Gambar 10. Gout Bursitis2,6 Bursitis merupakan suatu peradangan pada bursa sendi yang terasa nyeri. Bursa adalah kantong datar yang berisi cairan sebagai bantalan yang memudahkan pergerakan normal dan mengurangi gesekan pada sendi. Struktur-struktur di sendi yang saling bergesekan pada saat bergerak yaitu, kulit, otot, tendon, ligamen dan tulang. Dengan adanya bursa dapat dicegah terjadinya robekan saat sendi bergerak. Normalnya bursa mengandung sangat sedikit cairan. Sebagian bursa terletak di bawah kulit, tetapi ada juga bursa yang terletak di bawah otot dan tendon. Jika bursa mengalami cedera atau terlalu banyak digunakan maka bursa bisa mengalami peradangan dan terisi oleh cairan. Penyebab terjadinya bursitis yaitu iritasi bursa yang terjadi karena pemakaian yang berlebih atau tidak biasa. Bursitis paling sering terjadi akibat gerakan berulang atau posisi tertentu yang mengiritasi bursa disekitar sendi, misalnya:    



Melempar bola atau mengangkat sesuatu secara berulang Bersandar pada siku dalam jangka waktu yang lama Berlutut lama, misalnya saat membersihkan lantai atau memasang karpet Duduk lama, terutama pada permukaan yang keras 14







Cedera. Bursa yang terdapat pada bawah kulit (misalnya bursa pada lutut dan siku) sangat beresiko untuk mengalami cedera akibat tusukan, sehingga dapat menyebabkan infeksi pada







bursa (bursa septic) Penyebab lain seperti, gout, pseudogout, reumatoid artritis, atau infeksi tertentu, terutama infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Seringkali penyebab terjadinya bursitis juga ada yang tidak di ketahui. Bahu merupakan bagian yang paling rentan untuk mengalami bursitis. Bursitis seringkali



terjadi pada siku, panggul, pinggul, lutut, jari kaki dan tumit (bursitis pada tendon achilles). Gejalanya yaitu:    



Rasa nyeri yang dalam pada daerah bursa Nyeri bila digerakkan pada ekteremitas yang terserang Gerakan aktif dan pasif membatasi persendian Untuk beberapa kasus peradangan pada bursa diketahui adanya tendonitis atau tendonsitovisitis yaitu peradangan pada selubung synovial tendon



Gambar 11. Bursitis pada siku. Diagnosis Kerja Diagnosis kerja merupakan suatu kesimpulan berupa hipotesis tentang kemungkinan penyakit yang ada pada pasien. Setiap diagnosis kerja haruslah diiringi dengan diagnosis banding.7 Berdasarkan gejala-gejala yang timbul dapat disimpulkan bahwa pasien perempuan tersebut mengalami osteoartritis. Gangguan ini sedikit lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria dan terutama ditemukan pada orang-orang yang berusia lebih dari 45 tahun. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi-sendi penyokong tubuh, antara lain lutut, punggung, vertebra lumbal dan servikal.



15



Gambar 12. Perbedaan sendi yang normal, osteoarthritis dan rheumatoid astritis. Etiologi Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat kronik, berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai oleh adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada permukaan persendian. Etiologi osteoartritis masih belum dapat diketahui secara jelas. Beberapa faktor yang dianggap sebagai pemicu timbulnya osteoartritis diantaranya faktor umur, jenis kelamin, suku bangsa, genetik, kegemukan, dan penyakit metabolik, cedera sendi, dan jenis pekerjaan. Gangguan penyakit ini lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pria, terutama wanita berusia lebih dari 45 tahun atau pada wanita pasca menopause (osteoartritis primer), osteoartritis sekunder lebih banyak terjadi pada pria. Penyakit ini juga sering terjadi pada orang asia, terutama khususnya orang cina. Orang kulit hitam kurang beresiko. Faktor genetik juga berperan pada timbulnya osteoartritis. Bila ibu menderita osteoartritis sendi interfalang distal, anak perempuannya mempunyai kecenderungan terkena osteoartritis 2-3 kali lebih sering. Penyakit ini pernah dianggap sebagai suatu proses penuaan normal, sebab insidens bertambah dengan meningkatnya usia. Sendi yang paling sering terserang adalah sendi-sendi yang harus memikul beban tubuh, antara lain lutut, panggul, vertebra lumbal dan servikal, dan sendi-sendi pada jari.2,6 Epidemologi Osteoartritis adalah bentuk penyakit sendi tersering di dunia. Mengenai sekitar 7% populasi Amerika Serikat; 60% sampai 70% orang berusia lebih dari 65 tahun. 16



Osteoartritis merupakan salah satu dari penyakit sendi yang paling sering dijumpai di Indonesia, lebih dari 85% pasien osteoartritis tersebut terganggu aktivitasnya terutama untuk kegiatan jongkok, naik tangga dan berjalan. Arti dari gangguan jongkok dan menekuk lutut sangat penting bagi pasien osteoartritis di Indonesia. Oleh karena banyaknya kegiatan sehari-hari yang tergantung kegiatan ini khususnya sholat dan buang air besar. Terdapat peningkatan resiko seiring dengan pertambahan usia; prevalensi meningkat dengan cepat pada populasi lansia. Pola penurunan autosomal dominan telah teridentifikasi pada kelompok osteoartritis tertentu. Faktor resiko osteoartritis primer meliputi peningkatan usia, obesitas, penggunaan sendi yang berlebihan berulang kali, imobilisasi, dan peningkatan densitas tulang. Prevalensi keseluruhan 12-15% pada paling sedikit satu sendi, lebih banyak pada kelompok usia > 65 tahun. Terdapat peningkatan yang seiring dengan bertambahnya usia, contohnya adalah lebih dari 80% pasien berusia > 75 tahun memiliki bukti radiologis adanya osteoartritis. Kecenderungan wanita sedikit lebih tinggi secara keseluruhan.8 Patofisiologi Osteoartritis berdasarkan patogenesisnya dapat dibagi menjadi dua yaitu primer dan sekunder. Osteoartritis primer tidak diketahui dengan jelas penyebabnya, dapat mengenai satu atau beberapa sendi. Osteoartritis jenis ini terutama ditemukan pada pada wanita kulit putih, usia baya, dan umumnya bersifat poli-artikular dengan nyeri akut disertai rasa panas pada bagian distal interfalangs, yang selanjutnya terjadi pembengkakan tulang (nodus heberden). Osteoartritis sekunder adalah osteoartritis yang didasari oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama. Menurut Kellgren dan Lawrence, secara radiologis osteoartritis diklafikasikan menjadi: a. Grade 0, normal. b. Grade 1, meragukan. Dengan gambaran sendi normal, terdapat osteofit minim c. Grade 2, minimal. Osteofit sedikit pada tibia dan patella dan permukaan sendi menyempit d.



asimetris. Grade 3, moderate. Adanya osteofit moderate pada beberapa tempat, permukaan sendi menyepit, dan tampak sklerosis subkondral.



17



e.



Grade 4, berat. Adanya osteofit yang besar, permukaan sendi menyempit secara komplit, sklerosis subkondral berat, dan kerusakan permukaan sendi.8 Gambaran patologisnya adalah kerusakan progresif pada kartilago dengan terbentuknya



fisura-fisura dan kemudian bisa sampai denudasi tulang. Hipertrofi tulang reaktif yang terjadi setelah hilangnya kartilago akan menimbulkan pembentukan osteofit yang khas. Tulang subkondral di bawahnya mengalami remodelisasi dan mungkin menyebabkan pembentukan kista dan sklerosis. Tonjolan-tonjolan tulang pada osteofitosis, sclerosis subkondral, dan kista tampak jelas pada foto rontgen polos dan menjadi temuan radiologis utama osteoartritis.8 Komponen kartilago mengalami disorganisasi dan degradasi pada OA. Faktor mekanis yang



menyebabkan



pelepasan



enzim



(kolagenase



dan



stromelysin)



menyebabkan



pemecahan proteoglikan dan gangguan kolagen tipe II. Terdapat kehilangan matriks kartilago, terutama pada permukaan medial kartilago. Sitokin inflamasi (interleukin-1), prostaglandin E2, faktor nekrosis tumor α, interleukin-6 meningkatkan inflamasi sendi dan degradasi kartilago. Kartilago artikular menjadi overhidrasi dan membengkak. Degradasi matriks dan overhidrasi mengakibatkan kehilangan kekakuan dan elastisitas kompresif pada transmisi yang memberikan tekanan mekanis besar ke tulang subkondral. Nyeri osteoartritis dipercaya diakibatkan oleh tiga penyebab mayor: nyeri akibat gerakan dari faktor mekanis, nyeri saat istirahat akibat inflamasi synovial, dan nyeri malam hari akibat hipertensi intraoseus.9 Mungkin pengaruh yang terpenting adalah efek penuaan dan efek mekanis. Meskipun osteoartritis bukan suatu proses wear and tear, tidak diragukan lagi bahwa stress mekanis pada sendi berperan penting dalam pembentukannya. Bukti yang mendukung antara lain meningkatnya frekuensi osteoartritis seiring dengan pertambahan usia; timbulnya di sendi penahan beban; dan meningkatnya frekuensi penyakit pada kondisi yang menimbulkan stress mekanis abnormal, seperti obesitas dan riwayat deformitas sendi. Manifesitasi Klinis Gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, 18



pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan. Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi tulang. Tempat predileksi osteoartritis adalah sendi karpometakarpal I, metatarsophalangeal I, apofiseal tulang belakang, lutut dan paha. Pada phalangs distal timbul nodus Heberden dan pada sendi interphalangs proksimal timbul nodus Bouchard. Tanda-tanda peradangan pada sendi tersebut tidak menonjol dan timbul belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan. Komplikasi Komplikasi dapat terjadi apabila osteoartritis tidak ditangani dengan serius. Terdapat dua macam komplikasi yaitu: 1. Komplikasi akut Micrystaline arthrophy Osteonekrosis Bursitis 2. Komplikasi kronis Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang signifikan, yang terparah ialah terjadi kelumpuhan. Penatalaksanaan Pengobatan dibagi atas atas, medica mentosa (menggunakan obat – obat yang di minum) dan juga non-medica mentosa (tidak mengonsumsi obat). Medica mentosa10 Semua obat memiliki efek samping yang berbeda, oleh karena itu, penting bagi pasien untuk membicarakan dengan dokter untuk mengetahui obat mana yang paling cocok untuk di konsumsi. Berikut adalah beberapa obat pengontrol rasa sakit untuk penderita osteoartritis. 



Acetaminophen Merupakan obat pertama yang di rekomendasikan oleh dokter karena relatif aman dan efektif







untuk mengurangi rasa sakit. NSAIDs (Nonsteroidal Anti Inflammatory Drugs) Dapat mengatasi rasa sakit dan peradangan pada sendi. Mempunyai efeksamping, yaitu







menyebabkan sakit perut dangan gangguan fungsi ginjal. Topical pain Dalam bentuk cream atau spray yang bisa digunakan langsung pada kulit yang terasa sakit. 19







Tramadol (Ultram) Tidak mempuyai efek samping seperti yang ada pada acetaminophen dan NSAIDs.







 



Milk narcotic pain killers Mengandung analgesik seperti codein atau hydrocodone yang efektif mengurangi rasa sakit pada penderita osteoartritis. Kortikosteroid Efektif mengurangi rasa sakit. Asam hialuronat Merupakan glikosamino glikan yang tersusun oleh disaccharides of glucuronic acid dan Nacetygluosamine. Disebut juga visco supplementation. Digunakan dalam perawatan pasien osteoartritis. Dari hasil penelitian yang dilakukan, 80% pengobatan dengan menggunakan asam hialuronat mempunyai efek yang lebih kecil dibandingkan pengobatan dengan menggunakan placebo. Makin besar molekul asam hialuronat yang diberikan, makin besar







efek positif yang di rasakan karena asam hialuronat efektif mengurangi rasa sakit. Glukosamin dan kondroitin sulfat Mengurangi pengobatan untuk pasien osteoartritis pada lutut.



Non-medica mentosa Terapi non-medica mentosa untuk osteoartritis meliputi; diet dan olahraga, terapi fisik, dan pembedahan. Pengaturan diet dan olahraga diperlukan untuk mencegah kelebihan berat badan yang seringkali menjadi penyebab memburuknya nyeri sendi, terutama pada sendi-sendi yang harus menopang berat badan. Terapi fisik biasa dilakukan dengan berendam pada air hangat, atau alat penghangat lain untuk mengurangi nyeri dan kaku pada sendi. Pembedahan dilakukan apabila sendi sudah benar-benar rusak dan rasa sakit sudah terlalu kuat, akan dilakukan pembedahan. Dengan pembedahan, dapat memperbaiki bagian dari tulang. Prognosis Osteoartritis biasanya berjalan lambat, problem utama yang sering dijumpai adalah nyeri apabila sendi tersebut dipakai dan meningkatnya ketidakstabilan bila harus menanggung beban, terutama pada lutut. Masalah ini berarti bahwa orang tersebut harus membiasakan diri dengan cara hidup yang baru. Cara hidup baru yang baru ini sering kali meliputi perubahan pola makan dan olahraga, memanipulasi obat-obat yang diberikan, dan pemakaian alat-alat pembantu.6



20



Kesimpulan Berdasarkan gejala-gejala yang timbul pada pasien, dan setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, maka dapat disimpulkan bahwa pasien menderita osteoartritis. Penyakit ini bersifat kronik, berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai oleh adanya abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada permukaan persendian. Osteoartritis akan sangat mengganggu aktivitas pasien, terutama bila menyerang sendi lutut. Namun, dengan penanganan yang baik dan teratur, penyakit ini dapat segera diatasi. Daftar Pustaka 1. Jong WD. Kanker, apakah itu? Jakarta: Arcan; 2005. h. 104. 2. Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-4 Jilid 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007. h. 1195-291. 3. Bickley LS. Bates buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. Edisi ke-8.Jakarta: EGC; 2009. h. 365-9. 4. Patel PR. Lecture notes radiologi. Edisi ke-2. Jakarta: Erlangga; 2007. h. 168-70. 5. Juanda HA. Solusi tepat bagi penderita TORCH. Solo: PT Wangsa Jatra Lesatari; 2007. h. 19. 6. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-6 Volume 2. Jakarta: EGC; 2012. h. 1380-9. 7. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2005. h. 33. 8. Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2005. h. 374. 9. Brashers VL. Aplikasi klinis patofisiologi: pemeriksaan dan manajemen. Edisi ke-2.Jakarta: EGC; 2008. h. 351-4. 10. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-5.Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008. h. 535-7.



21