p2 Alat Ortodontik Lepasan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ALAT ORTODONTIK LEPASAN



(SINGH)



1. Keuntungan Alat Lepasan a. pasien dapat melakukan prosedur OH-nya tanpa halangan. Rongga mulut dan alat dapat terjaga kebersihannya. Prosedur restoratif masih dapat dilakukan saat perawatan dijalankan. b. pergerakan tipping umumnya dapat dilakukan secara sukses. c. estetis lebih baik dibandingkan dengan yang cekat. d. perawatan dapat dikerjakan oleh dokter gigi umum. e. waktu kunjung pasien lebih sebentar karena alat dibuat di lab khusus bukan langsung dikerjakan di pasien. f. karena pergerakan gigi yang dapat dilakukan terbatas, waktu untuk aktivasi lebih singkat sehingga durasi dan frekuensi kontrol pasien yang dibutuhkan lebih sedikit. g. walaupun alat dapat rusak atau patah, tetapi hal itu dapat bukan merupakan sesuatu yang darurat untuk segera menemui dokter gigi. h. membutuhkan pemeliharaan yang lebih simpel dibandingkan alat cekat. i. harganya lebih murah dibandingkan alat cekat. 2. Kerugian alat Lepasan a. kunci utama adalah kekooperatifan pasien. Suksesnya perawatan tergantung apakah pasien memakai alat tersebut dengan durasi yang sesuai atau tidak. Perawatan dapat terhambat jika pasien malas memakai alat tersebut. b. pergerakan gigi yang dapat dilakukan terbatas. Alat ini tidak dapat memberikan kontrol tiga dimensi terhadap pergerakan gigi. c. pergerakan multipel sulit dilakukan karena koreksi keseluruhan tidak dapat dilakukan bersamaan sehingga membutuhkan waktu lagi. d. pasien harus mampu untuk dapat memasang dan melepas alat. e. kemungkinan alat hilang dan rusak lebih besar. 3. Prinsip Umum Alat Lepasan Alat orthodontik lepas bekerja dengan menggerakan gigi secara tipping di sekitar center of retentionnya. Yang berada sekitar 30-40 % dari apeks akar gigi. Gaya yang digunakan tergantung oleh: a. alat yang digunakan b. penggunaan gaya dari jaringan lunak dan keras sekitarnya atau dengan pegas dan elastis. c. Tipe dari kontak gigi yang akan digerakkan dengan komponen aktifnya.  Desain Alat Konstruksi dan desain dari seluruh alat ini harus dimulai dengan rencana yang detil dari gigi yang akan digerakkan dan harus mempertimbangkan karakteristik morfologisnya, umur, dan status erupsi dari pasien, temuan psikologis, dan objektif dari perawatan. Alat orthodotik lepas dibuat dari tiga komponen yaitu: a. komponen aktif atau gaya. Terdiri dari pegas-pegas, sekrup, atau elastis. b. komponen retentif atau fixed. Dapat berupa clasp-clasp. c. basis atau framework. Dapat dibuat dari cold cure atau hot cure acrylic. 4. Komponen Aktif Komponen ini mengaplikasikan gaya ke gigi untuk menghasilkan pergerakan yang diinginkan. Komponen-komponen tersebut adalah: a. Pegas. Terbuat dari kawat stainless steel dengan diameter 0,5-0,7 mm. b. Busur (bows). Terbuat dari kawat stainless steel dengan diameter 0,5-0,7 mm c. Sekrup d. Elastis a. Pegas Terdapat banyak ragam dari pegas untuk aat orthodontik lepasan. Ia dapat diklasifikasikan menjadi: 1) Simple springs - tanpa koil. 2) Compound springs – dengan koil 3) Helical springs – terdapat koil



4) Looped springs – tanpa koil, tetapi terdapat loop 5) Self-supported springs – terbuat dari kawat yang lebih tebal untuk mencegah distorsi oleh si pasien. 6) Supported springs – terbuat dari kawt yang lebih kecil sehingga dapat dibutuhkan guidewire atau akrilik untuk support stabilitas.  Mendesain sebuah Pegas Material yang palik cocok untuk pegas orthodontic adalah kawat stainless steel 18/8 karena mengkombinasikan elastisitas dan melleabilitas dalam proporsi yang sempurna juga sifatnya yang tidak berasa dan anti-korosi terhadap sekresi oral. Terdapat hubungan antara diameter, panjang, dan besarnya defleksi dari sebuah pegas yang diekspresikan dalam : D = PL3 T4 Diameter pegas (T). Berdasarkan formula diatas, jika diameter digandakan, defleksi/fleksibilitas dari pegas berkurang 16 kali lipat.. sehingga kawat yang tipis menghasilkan gaya yang sedikit tetapi fleksibilitas tinggi yang akan menjadi tetap aktif dalam periode waktu yang lama. Panjang (L). Menggandakan diameter, akan meningkatkan fleksibilitas 8 kali lipat dan juga mengurangi gaya. Selain itu juga akan memperluas range kemampuan si pegas sehingga sebaiknya kita menggunakan pegas atau loop dalam pegas kita. Gaya (P). Defleksi dari gaya menjadi dua kali lipat saat gaya digandakan. Gaya yang akan diaplikasikan rata-rata adalah 20gm/cm2 tergantung oleh banyaknya gigi, area permukaan akar dan kenyamanan pasien. Hal lain yang perlu diperhatikan saat mendesain pegas adalah untuk memastikan bahwa pegas akan bertindak sesuai jarak dan arah yag dibutuhkan untuk adanya pergerakan, misalnya untuk menggerakan gigi ke labial, pegas berada di palatal dan sebaliknya. Selain itu, pegas harus cukup kuat secara mekanis untuk meghadapi gangguan yang terjadi saat makan, bicara, atau cleaning. b. Tipe-tipe Pegas Pegas Sederhana (Simple Spring)  Disebut juga finger spring / free and spring / cantilever spring  Biasanya digunakan untuk gigi insisif  Diameter kawat yang digunakan 0,5 – 0,6 mm  Lengan pegas terletak di atas titik kontak dan tidak mengganggu oklusi dan tidak menempel pada gusi  Bagian labial sejajar dengan permukaan insisal gigi, sepanjang 1/3 mesial-distal  Apabila menggunakan koil, koil berada berlawanan dengan arah pergerakan gigi yag direncanakan. Koil juga berada segaris pada long axis  Aktivasi dilakukan dengan menggerakan lengan pegas ± 3mm kea rah pergerakan atau dengan memperbesar koil (jika menggunakan koil)  Diindikasikan untun pergerakan mesiodistal misalnya penutupan diastema tetapi gigi harus berada normal di garis lengkung gigi. Pegas Z  Disebut juga double cantilever  Lengan aktif berbentuk Z dengan koil disudutnya  Dapat digunakan untuk menggerakan 2 atau lebih gigi dengan arah dan besar yang sama seperti proklinasi 2 gigi insisivus  Terbuat dari kawat SS 0,5 mm. Terdiri dari 2 koil dengan diameter kecil  Pegas terletak tegak lurus terhadap permukaan palatal gigi dengan lengan retentif yang panjang (12 mm)



 



Aktivasi dengan membuka kedua koil 2-3 mm. Membuka hanya 1 koil dapat memperbaiki rotasi ringan Ideal untuk koreksi crossbite dimana overlap lebih kecil dibandingkan freeway space.



Pegas Bumper Terbuka  Disebut juga mattress Spring  Digunakan untuk mendorong gigi I dan C ke labial  Diameter kawat yang digunakan 0,6 mm  Pegas terletak di palatal atau lingual  Terdiri dari 2 loop atau lebih yang sejajar dan selebar bidang mesio-distal  Loop tegak lurus sumbu gigi  Aktifasi dilakukan dengan memperbesar loop  Bila ke-2 loop diaktifasi, maka gigi akan bergerak ke labial, sedangkan jika hanya 1 loop yang diaktifasi, maka gigi akan rotasi.  Digunakan untuk pergerakan ke labial pada kasus crossbite apabila terdapat space yang cukup. Pegas Bumper Tertutup  Biasa disebut sebagai T Spring  Gunanya untuk mendorong 2 gigi kaninus dan premolar ke bukal  Digunakan kawat dengan diameter 0,5 mm  Aktivasi dilakukan dengan membuka loop agar tetap berkontak ke gigi yang bergerak ke bukal. Helical Coils Spring o Free-ended spring dengan dua koil yang diletakkan pada lengan yang berbeda. o Digunakan untuk regain lost extracion space. o Terbuat dari kawat SS 0,6 mm dengan lengan penyambung diantara kedua pegas berfungsi sebagai lengan retentif. o Aktivasi dilakukan dengan membuka koil. Kedua koil dapat diaktivasi dengan berbeda tergantung kebutuhan. o Pegas di support oleh sebuah envelop of acrylic Pegas Coffin  Ada 2 jenis, yaitu untuk RA dan RB, tetapi, kasus yang sering adalah RA  Merupakan pegas berbentuk omega yang berfungsi untuk mengekspansi lengkung rahang  Aktivasi dengan cara memegang kedua sisi alat di sekitar cengkram lalu secara perlahan mendorong kedua sisi alat menjauh untuk melebarkan pegas sekitar 2 mm.  Syarat-syarat Coffin RA: 1. Diameter 1,25 mm 2. Dibentuk dengan loop yang cukup besar pada bagian tengah palatal 3. Berjarak 1 mm dari mukosa palatal 4. Ujung anterior terletak di mesial gigi P1 dan ujung distal di pertengahan gigi M1 c. Canine Retractors Merupakan pegas yang menggerakan kaninus ke distal dapat diklasifikasikan sebagai: Berdasarkan lokasinya: i. bukal – berada di bukal ii. palatal – berada di palatal Berdasarkan desain: i. helical canine retractor – dengan koil ii. looped canine retractor – dengan loop Berdasarkan aksi yang dilakukan: i. tipe mendorong ii. tipe menarik



Retraksi kaninus RA biasanya dilakukan dengan menempatkan canine retractor di palatal, apabila di bukal menggunakan self-supporting spring dengan diameter 0,77 mm. 1. Palatally canine retractor. Terbuat dari kawat SS 0,6 mm. Terdiri dari lengan aktif yang berada di mesial kaninus, sebuah koil diameter 3 mm, dan guide arm. Koil ditempatkan di long axis kaninus. Penting untuk pegas ini mempunyai titik perlekatan yang cukup jauh (far forwards) untuk memastikan pegas bekerja sepanjang garis dari lengkung rahang. Palatal canine retractor diindikasikan untuk retraksi palatally positioned caninus. Mengaktivasi pegas ini adalah dengan membuka koil selebar 2 mm. 2. Buccal self-supported canine retractor. Terbuat dari kawat tebal 0,7 mm untuk mencegah deformasi. Diindikasi untuk retraksi kaninus yang berada lebih ke bukal dan umumnya berguna saat kaninus overlap dengan insisiv lateral sehingga tidak dapat dijangkau dari lingual. Terdiri dari lengan aktif, koil 3 mm, dan retentive arm. Lengan aktif berada menjauh dari jaringan dan koil berada di distal long axis kaninus. 3. ”U” loop canine retractor. Saat retraksi minimal kaninus dibutuhkan (1-2 mm), dapat digunakan retractor simpel seperti ini. Tetapi secara mekanis, retractor ini kurang efektif dibandingkan lainnya. Ia terbuat dari kawat SS 0,6-0,7 mm dan terdiri dari lengan aktif, u-loop, dan retentive arm. Dasar dari u-loop ditempatkan 2-3mm dibawah margin servikal. Lengab aktif dibengkokkan dengan sudut yang tepat dari lenga mesial dan mengadaptasi di permukaan kaninus. Lengan distal memanjang sebagai retentive arm. Retractor ini diaktifkan dengan mengecilkan loop atau memotong ujung bebas lengan aktif 2 mm dan readaptasi kembali. 4. Helical canine retractor. Terbuat dari kawat SS 0,6 mm dan terdiri dari lengan aktif (ke arah jaringan), koil 3 mm, dan retentive arm. Desainnya adalah loop dengan koil sebagai basisnya. Lengan distal dibengkokkan untuk membentuk lengan aktif. Lengan mesial diadaptasikan diantara premolar dan berakhir di retentive tag. Koil ditempatkan di 3-4 mm dibawah margin gingiva. d. Labial Bow Digunakan untuk mengurangi overjet dan menyediakan fiksasi anterior. Terdapat banyak variasi dari labial bow dalam bidang orthodontik. Busur labial tipe pendek (Short Labial Bow) Pundak busur labial tipe ini setelah keluar dari plat lewat di daerah interdental antara gigi C dan P1 atau c dan m1 decidui, kemudian membentuk U loop arah vertikal setinggi pertengahan antara vornic – cervical gigi, dilanjutkan dengan belokan 90° melengkung horisontal mengikuti permukaan labial gigi-gigi anterior dari satu sisi ke sisi sebelahnya kemudian dengan cara yang sama membentuk belokan 90° arah vertikal membentuk U loop dan pundak pada sisi sebelahnya. Berguna untuk meretraksi ke dua atau ke empat gigi insisivus yang inklinasinya terlalu ke labial/protrusive dan penutupan space anterior. Selain itu dapat digunakan sebagai komponen retensi dalam Hawley’s retainer. Diameter kawat yang dipakai bervariasi tergantung kegunaannya : 0,7 mm untuk tujuan aktif (retraksi) dan 0,8 mm - 0,9 mm untuk tujuan retentif (retainer) untuk mempertahankan hasil perawatan. Untuk penutupan space, aktivasi dilakukan dengan cara menekan loop 1-2 mm. Busur labial tipe panjang (Long Labial Bow) Bentuknya sama dengan busur labial tipe pendek terdiri dari basis, pundak, loop U dan lengkung labial tetapi letak pundak di daerah interdental gigi P1 dan P2 atau antara gigi m1 dan m2 desidui. Lengkung labial menempel pada permukaan labial gigi anterior dari gigi kaninus kanan sampai kaninus kiri sehingga dapat dipakai untuk meretraksi ke enam gigi anterior. Diameter kawat yang biasa dipakai adalah 0,7mm/0,8 mm untuk pemakaian aktif dan 0,9 mm untuk pemakaian retentif (sebagai retainer). Busur ini diindikasikan untuk reduksi overjet minor, penutupan space anterior kecil, penutupan space distal kaninus dan untuk guidance bagi kaninus saat retraksi kaninus. Dapat dimodifikasi dengan disolderkan pada cengkram Adams. Split Labial Bow Merupakan modifikasi dari short labial bow dengan memisahkan kawat di tengah. Hal ini dilakuka untuk meningkatkan fleksibilitas dari short labial bow yang kaku. Busur ini dibuat dari kawat SS 0,7 mm dan mempunyai 2 lengan bukal, U loop, distal akhir di kaninus, yang terpisah. Labial bow ini efektif untuk retraksi anterior, penutupan diastema di midline yang dimodifikasi



dengan lengan bukal yang memanjang melewati insisiv yang berlawanan. Aktivasi dilakukan dengan menekan/ mengecilkan loop 1-2 mm. Robert’s Retractor Labial bow ini dibuat dari kawat SS 0,5 mm. Ia memanjang ddi permukaan labial dari C ke C. Ia menambahkan koil 3mm pada dasar loop. Kombinasi dari kawat yang tipis dengan koil menjadikan labial bow ini sangat fleksibel dan rentan distorsi karena kurangnya stabilitas vertikal. Untuk mengatasinya, lengan distal dari loop disokong dengan softened stainless steel tubes dengan diameter internal 0,5 mm. Bersama dengan cengkram adam’s untuk retensi, retractor ini dapat digunakan pada pasien dengan proklinasi anterior berat karena alat ini menghasilkan gaya yang lebih ringan tetapi dengan jangka waktu aktivasi yang lebih lama. Ia juga dapat digunakan pada pasien dewasa dengan alasan yang sama. Reverse Labial Bow Labial bow ini disebut reverse karena aktivasi dilakukan dengan membuka loop lebih lebar, bukan menekannya sehingga lebih kecil. Loop berada di distal kaninus dan lengan kanan dibengkokkan ke arah anterior lengkung rahang. Lengan mesial loop diadaptasikan diantara kaninus dan premolar 1. aktivasi dilakukan dengan membuka loop yang menyebabkan menurunkan posisi labial bow di regio insisivus. Untuk menjaga level yang sesuai, tekukan penyeimbang diberikan dia dasar U loop. Mill’s Retractor Merupakan labial bow denga desain kompleks. Menggunakan kawat SS 0,7 mm yang mempunyai loop yang ekstensif untuk meningkatkan fleksibilitas dan range dari aksi yang dapat dilakukan retractor. Bagian anterior memanjang sampai mesial kaninus dan selanjutnya membentuk loop kompleks yang mengarah ke gingival sebelum berakhir di lengan retentiv di distal kaninus. Konstruksi yang sulit dan pemenuhan pasien yang kurang mejadikannya jarang digunakan. High Labial Bow with Apron Springs Labial bow memanjang sampai ke vestibulum labial. Menggunakan kawat SS 0,9-1 mm. labial bow bertindak sebagai support terhadap apron springs (menggunakan kawat 0,4 mm). apron springs membantu retraksi satu atau lebih gigi anterior atas. Karena menggunakan pegas yang sangat fleksibel, dapat dilakukan untuk kasus overjet yang besar. Pegas diaktivasikan dengan membengkokkannya mendekati gigi. Konstruksi yang sulit, kemungkinan mencederai jaringan lunak, dan pemenuhan pasien yang kurang mejadikannya jarang digunakan. Fitted Labial Bow Labial ini mengadaptasikan kontur dari permukaan labial anterior. Ia digunakan untuk retensi setelah perawatan orthodontik cekat. U loop lebih kecil dibandingkan labial bow konvensional. e. Screws Sekrup merupakan komponen aktif yang digunakan untuk menyediakan gaya intermiten di dalam alat lepasan, yang dapat membuat beberapa macam pergerakan gigi. Sekrup terdiri dari batang logam dengan lengan di sisi kanan dan kirinya serta sebuah mur di tengahnya, yang digunakan untuk aktivasi. Lengan sekrup terdapat di blok metal yang tertanam di dalam baseplate, yang terpisah dengan sudut yang tepat terhadap sekrup. Alat lepasan akan ditahan oleh cengekeram Adam pada gigi posterior. Ketika sekrup diaktivasi, dua bagian baseplate akan terpisah dan memberikan tekanan pada gigi, yang menyebabkan pergeseran gigi yang ringan dan semakin lama gigi akan berpindah ke posisi baru akibat remodelling tulang. Oleh karena itu, variasi pergerakan gigi yang mungkin terjadi bergantung pada lokasi sekrup, jumlah sekrup dan lokasi pemisahan pada plate.  Keuntungan sekrup dibandingkan dengan pegas 1) Alat dengan sekrup lebih mudah diatur dibandingkan dengan pegas. 2) Sekrup diaktivasi oleh pasien dengan menggunakan kunci, sehingga akan lebih menguntungkan bagi pasien yang tidak dapat mengunjungi dokter gigi secara berkala. 3) Alat dengan sekrup memiliki kemungkinan untuk terhalang dibandingkan dengan pegas, sehingga lebih stabil untuk menggerakkan gigi yang berdekatan dalam arah yang sama.



Aktivasi oleh pasien atau orangtua dapat dilakukan 1 atau 2 kali seminggu atau lebih sering, bergantung pada tipe dan jumlah pergerakan yang diinginkan. Pergerakan gigi ideal didapat dengan mengaktivasi sekrup ¼ putaran setiap 3-7 hari yang menghasilkan gerakan 0,2-0,25 mm. Pergerakan tersebut merupakan fungsi langsung dari ketinggian lengan, semakin tinggi maka semakin besar ekspansinya dan semakin besar pula gaya yang dihasilkan. Jumlah gaya yang diaplikasikan bergantung pada jumlah gigi yang akan digerakkan. Sekrup hendaknya tidak terlalu bergeser dari akrilik. Tiga tipe pergerakan gigi yang akan didapat berdasarkan lokasi sekrup dan pemisahan akrilik yaitu sebagai berikut: 1) Ekspansi lengkung, sekrup diletakkan di tengah 2) Pergerakan bukal/labial 1 gigi atau lebih 3) Pergerakan mesial/distal 1 gigi atau lebih f. Elastics Pita elastik umumnya digunakan pada alat cekat namun juga dapat digunakan pada alat lepasan dalam situasi yang tepat. Elastik dapat digunakan pada alat lepasan untuk retraksi gigi anterior, yang diletakkan pada hook labial bow yang dibuat di distal kaninus. Elastik direntangkan dari C-C. Namun, kerugian dari elastik adalah: 1) Lengkung menjadi rata bila tidak terkontrol, 2) Tergoresnya gingival akibat bergesernya elastik, sedangkan keuntungannya adalah less visible. 5. Komponen Retentif (Fiksasi) Komponen ini membantu untuk menahan alat pada tempatnya dan menahan pergerakan akibat komponen aktif. Keefektifan komponen aktif bergantung dari retensi alat. Fiksasi yang baik akan membantu keinginan pasien, penjangkaran dan pergerakan gigi. Tammoscheit (1969) mengemukakan 3 tipe sistem penjangkaran untuk plate lepasan aktif yang didasarkan pada desain geometrik, yang akan menentukan peletakan unit retentif. Komponen retentif diberikan pada alat lepasan karena: a. Gaya aktif dari busur, pegas, sekrup dan elstik dapat menggeser alat dan meyebabkan rasa sakit. b. Alat yang longgar merupakan hal yang tidak nyaman dan jika terus bergerak dalam mulut, metal akan aus. c. Dari 2 alasan di atas, maka pergerakan gigi yang dibuthkan tidak akan tercapai. a. Cengkeram  Cara aksi cengkeram Cengkeram akan mempergunakan daerah undercut gigi untuk menambah retensi alat lepasan, yaitu: 1) Undercut proksimal Undercut mesial dan distal meluas dari titik kontak ke leher gigi. Undercut ini jelas terlihat dan muncul segera setelah gigi bererupsi, sehingga lebih efisien menyediakan retensi dibandingkan undercut servikal. Cengkeram Adam dan Crozat menggunakan undercut ini. 2) Undercut servikal Undercut ini terdapatt pada permukaan bukal dan lingual gigi di bawah daerah diameter terbesar, terlihat dari aspek mesial. Undecut ini kurang ekstensif dibandingkan undercut proksimal sehingga kurang retentif. Bagaimanapun, undercut ini tidak dapat digunakan sampai gigi erupsi penuh. Cengkeram sirkumferensial dan Jackson menggunakan undercut ini. 1) 2) 3) 4) 5) 6)



Syarat cengkeram ideal: Mudah untuk dibuat Menyediakan retensi yang cukup Tidak mengganggu oklusi Tidak mengaplikasikan gaya aktif Dapat digunakan baik pada gigi bereupsi penuh maupun sebagian Tidak mengganggu jaringan lunak.



b. Tipe Cengkeram 1) Cengkeram C/Sirkumferensial Juga dikenal sebagai cengkeram ¾ dan merupakan salah satu cengkeram paling sederhana dalam desain dan pembuatan. Terbuat dari kawat SS 0,7 mm yang menggunakan undercut servikal bukal. Cengkeram ini berekstensi dalam bentuk C dari 1 undercut proksimal sepanjang margin servikal ke sisi proksimal lain dan kemudian mengarah ke oklusal dan berakhir di embrasur sebagai lengan retentif. Biasanya berawal dari sisi mesial berakhir pada sisi distal. Namun, cengkeram ini tidak dapat digunakan pada gigi yang erupsi sebagian, karena undercut servikal tidak dapat terlihat. 2) Cengkeram Jacksons/Penuh Cengkeram ini juga terbuat dari kawat SS 0,7 mm, beradaptasi sepanjang margin servikal bukal dan berkestensi sepanjang undercut mesial dan bukal, di atas embrasur oklusal yang berakhir dalam sebagai 2 lengan retentif di kedua sisi gigi. Tidak dapat digunakan pada gigi erupsi sebagian, namun pada gigi erupsi penuh dapat menyediakan retensi yang cukup. 3) Cengkeram Schwarz Cengkeram ini terbuat dari sejumlah bentuk mata panah (arrowheads) yang menggunakan undercut proksimal antara molar dan premolar. Oleh karena itu, sering disebut arrowhead clasp. Jarang digunakan karena memiliki kekurangan: a) Memerlukan banyak ruang pada vestibulum bukal b) Dapat mengiritasi jaringan lunak c) Memerlukan tang khusus dalam pembuatannya d) Kecenderungan kerusakan yang tinggi karena desain dan elastisitasnya e) Sulit untuk dibuat dan memakan banyak waktu 4) Cengkeram Adams Dibuat oleh Profesor C Philip Adams pada 1948, yang menggunakan undercut proksimal mesial dan distal M1. Juga dikenal sebagai cengkeram modified arrowhead, universal dan Liverpool. Terbuat dari kawat SS 0,7 mm. Cengkeram ini menyediakan retensi maksimum karena menggunakan undercut pada embrasur mesial dan distal M1. Cengkeram Adams dapat digunakan pada P, M dan bahkan gigi m namun menggunakan kawat 0,6 mm. a) b) c) d) e) f) g) h)



Keuntungan cengkeram Adams: Konstruksi yang sederhana, kuat dan mudah Menyediakan retensi yang baik Dapat digunakan pada I, P, atau M Mudah dilepas pasang dengan menggunakan jembatan pada cengkeram tersebut Nyaman digunakan dan resisten kerusakan Dapat digunakan pada gigi permanen dan sulung Penggunaan pada alat bervariasi karena adanya sejumlah modifikasi Tidak dibutuhkan alat khusus untuk membuatnya.



a) Cara membuat Cengkeram Adams terdiri dari: i. Dua mata panah ii. Jembatan konektor iii. Dua lengan retentif Tiga tahap pembentukan cengkeram Adams dengan menggunakan kawat sepanjang 7-8 cm: i. Bengkokan pertama yaitu pembuatan bridge sepanjang 2/3 lebar mesiodistal gigi atau jarak antara 2 ujung cusp bukal. ii. Bengkokkan kedua yaitu pembuatan sudut 900, cengkeram dimiringkan ke bawah berlawanan dari tang dan mata panah dibentuk dengan membengkokkan ujung yang runcing. Bengkokan tersebut akan menghasilkan bentuk U. Slope dari mata panah teresbut diarahkan untuk mengikuti margin gingival.



iii. Bengkokan ketiga adalah pembentukan lengan cengkeram di atas embrasur antara gigi dan mengarah ke sisi lingual untuk ditanam pada base plate, kemudian dibuat retensi pada ujungnya. b) Modifikasi i. Cengkeram Adams dengan mata panah tunggal. Tipe ini diindikasikan pada gigi erupsi sebagian biasanya pada M yang erupsi terakhir. Mata panah tunggal terletak pada undercut mesial. Untuk mengganti mata panah distal, jembatan dimodifikasi mengelilingi gigi secara distal dan berakhir pada lengan retentif. ii. Cengkeram Adams dengan mata panah tambahan. Dipakai jika cengkeram Adams tunggal tidak cukup dan mata panah tambahan dapat dibuat pada gigi yang berdekatan dan disolder pada jembatan cengkeram Adams utama. Misalnya cengkeram Adams pada M1 dengan mata panah tambahan pada P2. iii. Cengkeram Adams dengan ekstensi distal. Ekstensi distal dapat dibuat pada mata panah distal dari cengkeram Adams yang berfungsi sebagai tempat untuk mengaitkan elastik. iv. Cengkeram Adams dengan J-hook. Aksesoris lain untuk mengaitkan elastik yaitu Jhook yang disolder pada kembatan cengkeram. v. Cengkeram Adams dengan helix. Juga untuk mengaitkan elastik vi. Cengkeram Adams dengan soldered buccal tube. Tube tersebut untuk perlekatan ekstraoral. vii. Cengkeram Adams pada I dan P. Cengkeram Adams dapat dibuat pada semau gigi dan bahkan pada jarak 2 gigi. 5) Cengkeram Southend Cengkeram ini digunakan untuk retensi regio anterior, dibuat sepanjang margin gingival dari kedua I1 dan ujung distalnya berakhir sebagai retensi di sisi palatal. Cengkeram ini dapat digunakan jika I RA tidak proklinasi dan terdapat undercut terbatas. Penggunaan cengkeram ini pada gigi I proklinasi mengakibatkan fraktur. 6) Cengkeram Triangular Dibuat untuk menyediakan retensi tambahan dan tidak dapat digunakan sebagai cengkeram tunggal. Cengkeram ini menggunakan undercut proksimal antara 2 gigi posterior dan dibawa ke arah embrasur oklusal untuk berakhir sebagai lengan retentif di aspek palatal 7) Cengkeram Ball-End Terbuat dari kawat SS 0,7 mm dengan struktur seperti bola pada satu ujungnya, yang menyediakan retensi tambahan. Bentuk bola tersebut menggunakan undercut mesial dan distal antara 2 gigi posterior yang berdekatan. Cengkeram ball end dapat dibuat dengan solder perak dan juga tersedia dalam bentuk yang sudah jadi. 8) Cengkeram Crozat Terlohat seperti cengkeram Jackson, namun memiliki satu buah kawat yang disolder pada dasarnya. Kawat ini menggunakan undercut mesial dan distal. Keuntungannya adalah retensi yang lebih baik dibandingkan cengkeram penuh. 6. Framework/Base Plate Biasa terbuat dari akrilik cold atau heat cure, yang berfungsi sebagai penyokong untuk sumber gaya dan mendistribusikan aksi gaya tersebut ke gigi penjangkaran. a. Kegunaan Base Plate



1) 2) 3) 4) 5) 6)



Menyatukan komponen aktif dan retentif menjadi 1 unit fungsional Membantu penjangkaran dan retensi alat dalam mulut Membantu menahan pergeseran yang tidak diinginkan selama pergerakan gigi Mendistribusikan gaya dari komponen aktif ke daerah yang luas Melindungi pegas palatal dari distorsi dalam mulut Biting plane dapat disatukan pada base plate untuk merawat masalah spesifik.



b. Ketebalan Base Plate Base plate sebaiknya tidak dibuat dengan ketebalan yang tidak wajar, tapi dibuat dengan ketebalan minimum agar pasien merasa nyaman. Ketebalan wax tunggal (1,5-2 mm) merupakan ukuran yang cukup untuk base plate RA. Base plate tidak boleh ditebalkan pada semua daerah untuk menanam ujung retensi cengkeram, karena akan mengganggu kemampuan berbicara pasien, sebaiknya hanya ditebalkan pada ekstensi kawat retensi. c. Ekstensi Base Plate Pada RA, jika palatum terlalu banyak tertutup akrilik akan menyebabkan nausea. Kondisi ini dapat dikurangi dengan melebarkan base plate sampai distal M1 dan sedikit dipotong ke depan pada midline. Hal ini juga dapat menyediakan kekuatan yang cukup dan penjangkaran maksimum Pada RB, base plate tidak diekstensi terlalu dalam untuk menghindari irtasi ke dalam sulkus dan pergeseran oleh lidah. Jika terdapat undercut lingual, harus diatasi sebelum akrilisasi agar mudah dilepas. Ujung border dibulatkan untuk menghindari kerusakan jaringan. d. Modifikasi Base Plate 1) Anterior bite plane Digunakan untuk reduksi overbite dan dibuat di belakang I dan C. Biteplane tersebut hendaknya flat dan tidak berinklinasi untuk menghiindari gaya proklinasi pada I RB. Ketebalan diusahakan cukup untuk membuka gigitan pada area premolar sebanyak 4-5 mm. Selama reduksi overbite, akrilik tambahan dapat ditambahan untuk menaikkan bidang dan melanjutkan reduksi overbite. Groove dapat dibuat pada anterior bite plane untuk menyokong ujung insisal I RB. I RA juga dapat dilapisi untuk mencegah supraerupsi. Hal tersebut juga membantu retensi dan meningkatkan potensi penjangkaran alat. Inclined guide plane juga dapat dibuat sebagai modifikasi anterior bite plane, yang dapat membuat RB tumbuh ke depan dan proklinasi I RB. 2) Posterior bite plane Digunakan untuk menambah overbite gigi. Ketinggian bidang hendaknya cukup untuk membebaskan gigi yang akan digerakkan dari gangguan oklusal gigi lawannya. Pilihan material dari kerangka kerja biasanya akrilik cold cure (karena lebih mudah dan cepat dibuat), walaupun akrilik heat cure dapat juga digunakan. Namun, harus diperhatikan untuk mengurangi monomer residual, yang akan mereduksi porositas alat. e. Penyerahan Alat Lepasan Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum penyerahan alat pada pasien: 1) Dokter gigi harus memeriksa benjolan-benjolan yang dapat mengiritasi mukosa serta membulatkan dan menghaluskan sudut. 2) Base plate mungkin memerlukan trimming saat alat dicoba pada mulut. 3) Ketika alat sudah dimasukkan, periksa posisi komponen aktif dan retentif. Komponen kawat hendaknya tidak mengiritasi jaringan lunak dan cengkeram harus terletak secara akurat. 4) Tunjukkan pasien dengan kaca bagaimana cara melepas pasang alat 5) Pasien hendaknya melakukan kunjungan ulang setiap 3 minggu. 7. Instruksi pada Pasien a. Pasien sebaiknya ditunjukkan dengan kaca cara melepas pasang alat b. Pasien diinstruksikan untuk memakai alat selama 24 jam sehari dan melepas alat hanya pada saat sikat gigi ataupun olahraga/berenang. c. Disarankan untuk menjaga OH untuk menghindarkan kemungkinan dekalsifikasi enamel.



d. Pasien diinstruksikan untuk membersihkan alat dengan menyikatnya dengan sabun dan air. Selama pembersihan diperhatikan untuk tidak membengkokkan komponen alat. e. Ketika terjadi rasa nyeri atau kerusakan alat, pasien harus melaporkan hal tersebut. f. Pasien yang diberikan alat dengan sekrup harus diberikan instruksi untuk mengaktivasi sekrup. g. Pasien diinstruksikan untuk melepas alat dalam waktu yang lama karena akan meningkatkan kesempatan untuk menjadi rusak atau terdistorsi. h. Harus diperhatikan ketika alat dilepas agar dijauhkan dari binatang peliharaan. 8. Kesalahan Umum pada Kondisi Tidak Ada Pergerakan Gigi a. Pergerakan Anteroposterior 1) Reduksi Overjet i. Kadangkala, I RA tidak dapat diretraksi secara efisien. Alasannya mungkin karena akrilik di belakang I RA belum dihilangkan. ii. Alasan lain mungkin karena adanya overbite, yang mencegah retraksi I. 2) Vertikal Anterior/posterior bite plane harus diperhatikan ketinggiannya agar tidak mengganggu freeway space. Jika bite plane terlalu tebal, alat tidak akan dipakai pasienn. Ketinggian bite plane yang tidak cukup tidak akan mereduksi overbite. 3) Pergerakan Transversal Kegagalan aktivasi sekrup menyebabkan kurangnya ekspansi. Instruksi yang tepat harus diberikan pada pasien atau orangtua b. Masalah yang Dihadapi dalam Terapi Alat Lepasan 1) OH yang buruk akan menyebabkan inflamasi gingival dan hipoplasia enamel. Pasien harus diinstruksikan untuk menjaga kebersihan alat dan OH. Kurangnya penjagaan OH juga dapat menyebabkan karies. Desain alat harus diperhatikan agar makanan tidak terjebak yang akan meningkatkan insidens karies. 2) Iritasi jaringan lunak akan terjadi bila sudut alat yang tajam dan tidak dibulatkan. Seharusnya tidak adal nodul dan sudut yang tajam pada alat untuk menghindari iritasi dan ulserasi jaringan lunak. Komponen kawat juga dapat mengiritasi, misalnya loop labial bow dapat mengiritasi vestibulum. 3) Gaya berlebih dari komponen aktif kadangkala dapat menyebabkan nyeri pada gigi. 4) Gaya berlebih juga dapat menyebabkan kegoyangan gigi yang dapat menghasilkan oklusi traumatik. c. Waktu Perawatan  Berhubungan dengan pertanyaan apakah memulai perawatan pada anak dengan maloklusi nyata secara dini, selama masa gigi sulung atau mixed dentition, ataukah menunggu hingga growth spurt saat remaja dan erupsi gigi tetap.  Pada awal perawatan ortodonti komprehensif, sebagian besar pasien dirawat selama single stage masa remaja dini, dimulai pada tahap akhir mixed dentition atau tahap awal permanent dentition dan berlangsung selama 24 bulan. Pada kondisi ini anak telah memiliki motivasi sehingga dapat bekerjasama selama perawatan (terutama kepedulian terhadap alat dan kebersihan). Biasanya pertumbuhan masih berlangsung sehingga memungkinkan perubahan anteroposterior rahang, serta menyediakan ruang vertikal yang membuat reposisi gigi semakin mudah.  Perawatan one-stage pada masa remaja dini  “standar emas” untuk contemporary care. Perawatan two-stage (lebih lama dan memakan biaya)  membawa keuntungan estetis, pertumbuhan, fungsional, atau pencegahan trauma.  Pemilihan waktu perawatan didasari oleh data ilmiah dan logical rationale.  Perawatan selama masa gigi sulung membawa keuntungan: perubahan cepat skeletal dan sruktur dental  tekanan biomekanis sedang menjadi efektif. Sayangnya, pertumbuhan cepat yang terus berlanjut dapat dengan mudah menghapus efek perawatan.  Perilaku anak juga dapat menjadi masalah.



 Perawatan pada periode ini harus membawa efek dramatis dan jangka panjang.  Beberapa masalah perkembangan dengan succedaneous teeth lebih mudah dikontrol dengan intervensi dini daripada koreksi di kemudian hari  ada keuntungan fungsional dalam koreksi kelainan dengan pergerakan rahang normal.  Jenis kelamin menjadi faktor penting penentuan waktu perawatan  anak perempuan dewasa lebih dulu daripada anak laki-laki  menjelang erupsi premolar, sedikit pertumbuhan tersisa untuk perawatan optimal.  Jika modifikasi pertumbuhan selesai dini  pertumbuhan remaja pola normal menyebabkan masalah skeletal berulang  banyak perubahan inisial hilang  sedikit atau tidak ada keuntungan psikososial pada koreksi dini.  Perawatan dini dilakukan pada pasien dengan masalah skeletal parah atau yang akan menjadi semakin parah.  Prosedur ekspansi rahang selama mixed dentition masih diperbebatkan dan belum ada data yang tersedia.  Pertanyaan kuncinya: apakah prosedur tersebut dapat memberi keuntungan jangka panjang.  Waktu perawatan pada orang dewasa juga membutuhkan pemikiran matang karena perawatan ortodonti seringkali harus digabungkan dengan perawatan lain untuk mengontrol penyakit dental dan mengganti gigi yang hilang.