20 0 797 KB
TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN GERONTIK “PERUBAHAN BIOLOGIS YANG TERJADI PADA PROSES PENUAAN PADA PANCA INDERA”
Dosen Pembimbing : Elida Ulfiana, S.Kep. Ns., M.Kep.
Disusun Oleh: Kelompok 1 Richa Rozaliana Putri
(131711133003)
Novita Setyawati
(131711133004)
Gt. Ihda Wardatul Ilmiah
(131711133028)
Enis Tanfidiah
(131711133043)
Kadek Aprilia Savitri
(131711133066)
Nadya Faizatuz Zahro
(131711133067)
Rahmi Yunita
(131711133086)
Yumna Muhamad Apta
(131711133102)
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2020
PANCA
ANATOMI FISIOLOGI
PERUBAHAN PROSES PADA
INDERA
PENUAAN A. Penampilan mata dan kelenjar air mata
Penglihatan
Perubahan
terkait
usia
dalam
penampilan mata dan kelopak mata biasanya tidak mempengaruhi penglihatan, tetapi hal tersebut dapat minimbulkan kecemasan dan ketidaknyamanan. Perubahan pada kelopak mata dan kulit disekitarnya yaitu terjadi
Bentuk mata manusia hampir bulat,
karena kehilangan lemak orbital, munculnya
berdiameter ± 2,5 cm. Bola mata terletak
keriput,
dalam batalan lemak, pada sebelah depan dilindungi oleh kelopak mata dan ditempat lain dengan tulang orbita. Bola mata terdiri
penurunan
elastisitas
otot-otot
kelopak mata dan perubahan pigmen gelap disekitar mata (Arenson, et al, 2009). Hal tersebut tentunya akan membuat mata
atas:
terlihat
a. Dinding mata, terdiri dari:
cekung,
yang
disebut
dengan
enophthalmos. Hilangnya elastisitas otot dan Kornea dan sclera
lemak
Selaput khoroid, korpus siliaris, iris
peningkatan lipatan pada kelompak mata
orbital
dapat
menyebabkan
dan menggangu fungsi penglihatan. Kondisi
dan pupil. Medium tempat cahaya lewat, terdiri dari:
tersebut disebut blepharochalasis dan untuk penyembuhannya
dapat
dilakukan
Kornea
pembedahan.
Acqueous humour
kelopak mata bawah berkaitan dengan
Relaksasi
dari
otot-otot
ektropion atau entropion. Pada ektropion,
Lensa
kelopak mata bawah terlihat jatuh menjauhi Vitreous humour
konjungtiva dan menghalangi air mata untuk mengalir ke titik yang lebih rendah sehingga
b. Jaringan nervosa, terdiri dari: Sel-sel saraf pada retina Serat saraf
yang
menjalar
melalui sel-sel
(Gibson, 1995).
ini
terjadi
penurunan
kelembapan
pada
konjungtiva. Pada entropion, kelopak mata bawah menjadi terbalik sehingga bulu mata dapat
mengiritasi
kornea
yang
akan
Sklera merupakan lapisan
menyebabkan infeksi. Arkus senilis atau
pembungkus bagian luar mata yang
arkus kornea dapat terlihat nyata pada mata
mempunyai ketebalan ± 1 mm.
Seperenam luas sclera di bagian depan
lansia yang telah berusia 80 atau 90 tahun.
merupakan lapisan bening yang disebut
Arkus senilis adalah pelebaran dari cincin
kornea. Kornea merupakan selaput yang
kuning atau abu-abu putih antara iris dan
tembus cahaya, melalui kornea kita
sklera yang terjadi karena penimbunan lipid
dapat melihat membran pupil dan iris.
dibagian
Di sebelah dalam kornea ada iris dan
menunjukkan
pupil. Iris berfungsi mengatur bukaan
antara
pupil secara otomatis menurut jumlah
penyakit tertentu seperti diabetes, hipertensi,
cahaya yang masuk ke mata. Iris
hiperkolesterolemia, merokok dan penyakit
berwarna karena mengandung pigmen,
jantung koroner (Fernandez, Sorokin &
wama dari iris bervariasi sesuai dengan
Thompshon, 2007 dalam Miller, 2012).
jumlah pigmen yang terdapat di
Perubahan lainnya dalam penampilan mata
dalamnya, makin banyak kandungan
yaitu berkurangnya daya tangkap kornea,
pigmen makin gelap warna iris. Pupil
sklera menguning dan memudarnya pigmen
berfungsi untuk mengatur cahaya yang
pada bagian iris. Perubahan terkait usia pada
masuk ke mata. Dalam keadaan terang
kelenjar air mata adalah berkurangnya
bukaan pupil akan kecil, sedangkan
produksi air mata yang dapat menyebabkan
dalam keadaan gelap bukaan pupil akan
sindrom mata kering dan timbulnya berbagai
membesar. Diameter bukaan pupil
keluhan
berkisar antara 2 sampai 8 mm.
fotosensitifitas. Sindrom mata kering yang
luar
arkus
kornea. bahwa senilis
seperti
Sebuah
adanya
hubungan
dengan
terasa
studi
berbagai
terbakar
atau
Selaput khoroid adalah lapisan
parah dapat membuat robeknya kornea mata
berpigmen diantara sklera dan iris,
karena kurangnya pelumas yang dapat
fungsinya
merangsang
memberikan
nutrisi.
produksi
Korpus siliaris merupakan lapisan
refleks.
yang tebal, berbentuk seperti cincin
B. Struktur Mata
air
mata
secara
yang terbentang dari ora serata
Perubahan yang terjadi pada struktur
sampai ke iris. Fungsinya adalah
mata terkait dengan usia adalah kornea,
untuk terjadinya akomodasi, proses
lensa, iris dan pupil, badan siliar, vitreus,
muskulus siliaris harus berkontraksi.
dan retina. Kornea adalah lapisan bening
Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada retina. Fungsi lensa mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga
yang terletak pada bagian luar mata dan mampu membiaskan sinar cahaya. Pada lansia, kornea menjadi buram dan kuning sehingga mengganggu transmisi cahayake retina. Perubahan kornea lainnya adalah
cahaya
jatuh
tepat
pada
bintik
kuning retina. Bagian penting mata
penumpukan lipid yang dapat membuat penglihatan menjadi kabur (Miller, 2012).
lainnya adalah retina. Retina adalah
Lensa terdiri dari lapisan konsentris
bagian saraf mata, tersusun atas sel-
dan avaskular yang jelas terbentuk oleh
sel saraf dan serat-seratnya. Sel-sel
protein Kristal. Lensa tidak memiliki suplai
saraf terdiri atas sel saraf bentuk
darah sehingga tergantung pada aqueous
batang dan kerucut. Sel saraf bentuk
humor
batang sangat peka cahaya tetapi
meningkatkan fungsinya. Serat lensa yang
tidak dapat membedakan warna,
transparan akan terus membentuk lapisan
sedangkan sel saraf kerucut kurang
baru tanpa melakukan pelepasan pada
peka
lapisan yang telah tua. Lapisan baru akan
cahaya
tetapi
dapat
membedakan warna.
untuk
metabolisme
dan
membentuk perifer, sedangkan lapisan tua akan tertekan kedalam menuju pusat dan
Fisiologi
diserap kedalam inti. Proses tersebut secara Penglihatan
terjadi
saat
sinar
cahaya ditangkap oleh sel-sel yang sensitif terhadap cahaya yaitu sel fotoreseptor retina, dengan syarat media refraksi seperti kornea, aqueous humor, lensa, badan vitreus jernih. Proses melihat tidak hanya peran fotoreseptor
dari
retina,
tetapi
merupakan suatu kerjasama neural yang melibatkan otak (Skalicky, 2015; American
Academy
of
Ophthalmology Staff, 2016b; Dowling dan Dowling, 2016). Kornea bersama dengan tear film nenjadi lapisan pertama yang dilalui oleh cahaya dan merupakan komponen refraktif utama dari mata. Total kekuatan refraktif kornea/tear film adalah 43.1 dioptri (Skalicky, 2015). Selanjutnya cahaya akan melalui aqueous humor yakni
bertahap akan meningkatkan ukuran dan kepadatan lensa sehingga massa lensa menjadi tiga kali lipat pada lansia yang berusia 70 tahun. Dengan demikian, lensa secara bertahap menjadi kaku, padat dan lebih
buram.
Karena
perubahan
yang
berkaitan dengan usia, maka lensa akan semakin kedepan dan kurang responsive terhadap otot siliaris. Perubahan tersebut tentu akan mengganggu transmisi sinar cahaya dan mengurangi jumlah cahaya yang mencapai retina. Iris adalah otot sfingter berpigmen yang berfungsi dalam mengontrol ukuran pupil dan mengatur jumlah cahaya yang mencapai retina. Dengan bertambahnya usia, iris menjadi sklerotik, kaku dan pupil menjadi
lebih
kecil.
Perubahan
ini
menggangu kemampuan untuk menangkap cahaya dengan tingkat yang rendah dan
cairan yang berada di bilik mata
mengurangi jumlah cahaya yang mencapai
depan, media transparan antara kornea
retina (Stanley & Beare, 2006).
dan lensa, dengan indeks refraksi
Badan siliar adalah massa otot,
rendah. Media refraksi berikutnya
jaringan ikat dan pembuluh darah disekitar
yang terpenting adalah lensa. Lensa
lensa. Otot-otot ini mengatur lewatnya sinar
berbentuk bikonveks, suatu struktur
cahaya melalui lensa dengan mengubah
yang transparan terletak di belakang
bentuk lensa. Badan siliar bertanggung
iris.
jawab
Lensa
memberikan
kekuatan
dalam
proses
akomodasi
yaitu
refraktif sebesar 15 dioptri dari total
mengontrol kemampuan seseorang untuk
kekuatan optik mata, memungkinkan
fokus pada objek yang dekat. Selain itu,
gambaran retina yang jelas untuk
badan siliar menghasilkan suatu cairan.
objek
dekat.
Karena perubahan yang berkaitan dengan
melewati
usia, sel-sel otot akan diganti dengan
badan vitreus, yaitu jel transparan
jaringan ikat yang membuat badan siliar
yang membentuk 80% dari volume
secara bertahap menjadi lebih kecil, kaku
bola mata. Vitreus mempertahankan
dan kurang fungsional.
jarak
Kemudian
jauh
cahaya
maupun akan
kejernihan gambar objek yang dilihat
Vitreus adalah sesuatu yang bening
dikarenakan struktur fibriler kolagen
dan memiliki subtansi massa yang berfungsi
teratur di dalam matriks hyaluronic
dalam mempertahankan bentuk bulat pada
acid yang meminimalisasi hamburan
mata. Perubahan terkait usia menyebabkan
cahaya, sebelum akhirnya jatuh tepat
terjadinya
di retina (Skalicky, 2015). Retina yang
sehingga terjadi gejala seperti penglihatan
memiliki
kabur, cahaya menyebar dan jumlah cahaya
lima
kelompok
neuron
utama, berperan melakukan tahap
penyusutan
substansi
massa,
yang mencapai retina menjadi berkurang.
awal dari proses analisis bentuk,
Proses
transformasi
rangsangan
warna dan pergerakan suatu objek.
visual menjadi impuls saraf dimulai pada
Retina merupakan jaringan neural
bagian
khusus yang akan mengubah cahaya
memproduksi pigmen sel fotoreseptor di
menjadi sinyal neural. Cahaya akan
retina. Bagian batang tidak menangkap
difokuskan oleh media refraksi yang
warna, tetapi bertanggung jawab untuk
jernih menuju sel-sel sensitif terhadap
menangkap gambar pada tingkat cahaya
cahaya yaitu sel fotoreseptor retina
yang rendah. Bagian kerucut membutuhkan
(batang dan kerucut). Cahaya akan
tingkat cahaya yang tinggi agar dapat
menimbulkan perubahan kimia pada
berfungsi secara efektif dan bertanggung
batang
dan
kerucut
yang
sel
fotoreseptor
fotopigmen
jawab atas persepsi warna dan ketajaman
mengakibatkan perubahan potensial
yang
membran. Proses ini menghasilkan
mendeteksi dengan detail mengenai benda-
sinyal neural yang akan disampaikan
benda
oleh
untuk
bertambahnya usia, pinggiran retina akan
mencapai otak melalui nervus optikus
kehilangan bagian kerucut dan jumlah
(Skalicky,
bagian batang juga akan menurun di retina.
interneuron
2015;
retina
Dowling
dan
merupakan
yang
kemampuan
dilihat.
untuk
Dampak
dari
Dowling, 2016). Pengecap
Usia
A. Anatomi Lidah
Lidah dapat dibagi menjadi tiga reseptor bagian, yaitu radiks, korpus, dan indera
mempengaruhi
perasa. pengecap
Penurunan merupakan
sensitivitas sensitivitas masalah
apeks. Radiks lidah melekat pada fisiologis yang terjadi pada manula. Hal ini tulang hioid dan mandibula, di bagian disebabkan karena terjadinya kemunduran bawah kedua tulang terdapat otot dalam hal fisik maupun biologis dimana geniohioid dan otot milohioid. Korpus pada proses menua terjadi penurunan jumlah lidah
bentuknya
cembung
dan papila sirkumvalata seiring bertambahnya
bersama apeks membentuk duapertiga usia dan penurunan fungsi transmisi pada anterior lidah. Radiks dan korpus taste buds. dipisahkan oleh alur yang berbentuk Ketika lahir, kita memiliki sekitar 10.000 ”V” yang disebut sulkus terminalis.
taste bud, akan tetapi setelah usia 50 tahun jumlahnya mulai berkurang. Oral mukosa akan menjadi lebih tipis, halus, dan kering, sehingga lebih rentan terhadap trauma. Pada lidah terlihat penurunan ketebalan epitel, penyederhanaan struktur epitel dan rete peg yang kurang menonjol, sehingga lidah terlihat lebih halus.Penipisan pada mukosa mungkin berhubungan dengan
Lidah terdiri atas dua kelompok otot yaitu otot intrinsik dan otot ekstrinsik. Otot
intrinsik
berfungsi
untuk
melakukan semua gerakan lidah. Otot ekstrinsik berfungsi mengaitkan lidah
defisiensi diet. Perubahan indera perasa dianggap kurang berpengaruh dibandingkan indera lain. Indera perasa bersama indera penciuman berperan pada asupan makanan. Penurunan fungsi kelenjar ludah merupakan
pada bagian-bagian sekitarnya serta keadaan normal pada proses penuaan. Pada membantu
melakukan
gerakan lansia yang sehat penurunan aliran saliva
menekan makanan pada langit-langit yang terjadi seiring bertambahnya usia, tidak dan gigi, kemudian mendorongnya bermakna secara klinis. Penurunan aliran masuk ke faring.
saliva yang menuju pada kekeringan mulut (xerostomia) seringkali berkaitan dengan
B. Taste Buds
Organ pengecapan bagian perifer penyakit kronis atau pemakaian obat-obatan disebut
taste
buds
(caliculus tertentu.
gustatorious) yang meliputi seluruh permukaan lidah yang mempunyai Dua dari lima kelainan terbanyak yang garis tengah sekitar 1/30 milimeter didapatkan pada pasien lanjut usia penelitian dan panjang sekitar 1/16 milimeter. tersebut terdapat pada lidah, yaitu coated Taste bud merupakan sel epitel yang tongue dan fissured telah
dimodifikasi,
diantaranya
disebut
tongue.
Lapisan
beberapa berwarna putih atau kuning kecoklatan sebagai
sel pada coated tongue merupakan tumpukan
sustentakular dan lainnya disebut dari sisa-sisa makanan, debris dan kumansebagai sel reseptor. Sel-sel reseptor kuman
yang
dapat
menjadi
media
ini terus-menerus digantikan melalui pertumbuhan mikroorganisme penyebab gigi pembelahan mitosis dari sel-sel epitel berlubang,
penyakit
periodontal
dan
di sekitarnya dengan waktu paruh penyakit lainnya. Begitu juga pada fissured sekitar
sepuluh
hari.
Taste
bud tongue yang didapatkan banyak celah pada
memiliki beberapa tipe reseptor rasa lidah, apabila celah tidak dibersihkan maka yang memiliki silia. Setiap tipe ini kuman-kuman
dapat
tumbuh
dan
akan mendeteksi satu jenis rasa dari 5 berkembang pada celah tersebut. rasa dasar yaitu, asam, asin, manis, Coated tongue adalah suatu keadaan pada pahit dan umami. Seluruh rasa ini permukaan lidah dapat
dirasakan
oleh
seluruh berwarna
yang terlihat lapisan
putih
atau
kuning
permukaan lidah, tetapi satu jenis rasa kecoklatan. Linea alba buccalis adalah garis akan
lebih
tertentu.
sensitif
pada
daerah bewarna putih pada pipi bagian dalam, umumnya bilateral kanan dan kiri pipi yang timbul akibat tekanan gigi geligi dan otot pengunyahan. Lingual
varicosities adalah
suatu keadaan pada bawah lidah terlihat
penonjolan pembuluh darah yang bewarna keunguan. Torus adalah penonjolan tulang pada rahang, baik rahang atas maupun rahang bawah yang berhubungan dengan faktor
keturunan
pengunyahan. Fissured
dan
tekanan
tongue atau
lidah
beralur adalah celah atau cekungan pada permukaan lidah yang tampak seperti alur dan membuat lidah tampak pecah atau tidak rata. C. Persyarafan Lidah Persarafan pada lidah dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: a. Saraf sensoris, utuk mempersarafi : Duapertiga anterior oleh nervus lingualis, Sepertiga posterior oleh nervus lingualis, glosofaring dan vagus. b. Saraf
pengecap,
mempersarafi
:
anterior
oleh
nervus
fasialis,
untuk Duapertiga
serabut-serabut Satupertiga
posterior oleh nervus glosofaring. c. Saraf motorik Mempersarafi otototot lidah yaitu otot stiloglosus, hioglosus dan genioglosus.
D. Papila Lidah
1. Papila Fungiform 2. Papila Circumvalata 3. Papila Foliate 4. Papila Filiform
E. Fisiologi Lidah
Proses pengecapan Ujung saraf pengecap berada di taste buds pada seluruh permukaan lidah. Dengan demikian zat-zat kimia yang terlarut dalam saliva
akan
merangsang
mengadakan ujung-ujung
kontak serabut
dan saraf
pengecap kemudian timbul impuls yang akan menjalar ke nervus facial (VII) dan nervus glossopharyngeal (IX). Impuls dari daerah
lain selain lidah berjalan melalui nervus vagus (X). Impuls di ketiga saraf tersebut menyatu di medula oblongata untuk masuk ke nukleus traktus solitarius. Dari sana, axon berjalan
membawa
sinyal
dan
bertemu
dengan leminiskus medialis kemudian akan disalurkan
ke
daerah
insula.
Impuls
diproyeksikan ke daerah cortex serebrum di postcentral gyrus kemudian dihantar ke thalamus dan sebagai hasilnya kita dapat mengecap makanan yang masuk ke dalam mulut kita. 21 Tiap rasa utama tersebut tidak mutlak sebagai proses spesifik, artinya rasa oleh masing-masing ion atau molekul zat tersebut dapat bereaksi pada saat yang berlainan dengan setiap epitel neuron ujung serabut syaraf pengecapan. Jadi setiap taste buds dapat bereaksi untuk semua rasa walau dengan intensitas berbeda. Penciuman
Bau yang masuk ke rongga hidung akan merangsang saraf (nervus olfaktorius) dari bulbus olfakrtorius. Indera bau bergerak melalui traktus olfaktorius dengan perantara stasiun penghubung hingga mencapai daerah penerimaan akhir dalam pusat olfaktorius pada lobus temporalis di otak besar tempat perasaan itu ditafsirkan. Rasa pencium di rangsang oleh gas yang diisap dan kepekaan akan rasa tersebut mudah hilang bila dihadapkan pada suatu bau yang sama untuk waktu yang cukup lama.
Perubahan
penciuman
pada
lansia
merupakan indikator awal pada penyakit neuro
degeneratife.
Penciuman
akan
melemah apabila selaput lendir hidung sangat kering, basah atau membengkak seperti keadaan influenza. Rasa penciuman akan hilang total akibat komplikasi dari suatu cedera pada kepala. Umur di atas 80 Bagian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari nares anterior hingga koana di posterior yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring. Septum nasi membagi tengah bagian hidung dalam menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Setiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding yaitu dinding medial, lateral, inferior dan superior. Bagian
inferior
kavum
nasi
durum. Ke arah posterior berhubungan dengan nasofaring melalui koana. Di sebelah dan
externus.
depan
Di
dibatasi
sebelah
oleh
lateral
nasus
belakang
berbatasan dengan orbita : sinus maksilaris, sinus etmoidalis, fossa pterygopalatina, fossa pterigoides. 1. Dasar Hidung Dibentuk oleh prosesus palatina os maksila dan prosesus horizontal os palatum. Atap hidung terdiri dari kartilago
lateralis
superior
dan
inferior, dan tulang-tulang os nasale, os
frontale
lamina
mengidentifikasi
bau
(Syaifuddin,2008).
akan
terganggu
Beberapa
gangguan
penciuman meliputi: 1. anasomia, tidak dapat mendeteksi bau 2. hiposomia, penurunan kemampuan dalam mendeteksi bau
berbatasan
dengan kavum oris dipisahkan oleh palatum
lateral
tahun, 75% kemampuan penciuman untuk
cribrosa,
os
etmoidale, dan corpus os sphenoidale. Dinding medial rongga hidung adalah septum nasi. Septum nasi terdiri atas
3. disosmia, distorsi identifikasi bau 4. parosmia,
perubahan
persepsi
pembauan 5. phantosmia,
persepsi
bau
tanpa
adanya bau 6. agnosia, tidak dapat menyebutkan atau tidak dapat membedakan bau
kartilago
septi
nasi,
lamina
perpendikularis os etmoidale, dan os vomer. Sedangkan di daerah apex nasi, septum nasi disempurnakan oleh kulit, jaringan subkutis, dan kartilago alaris major. 2. Dinding Lateral Dinding lateral dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu di anterior terdapat prosesus frontalis os maksila, di medial
terdapat
os
etmoidal,
os
maksila serta konka, dan di posterior terdapat lamina perpendikularis os palatum,
dan
lamina
medial.
Bagian
pterigoides
terpending
pada
dinding lateral adalah empat buah konka. Konka terbesar dan letaknya paling bawah ialah konka inferior kemudian konka yang lebih kecil adalah konka media, konka superior dan yang paling kecil adalah konka suprema. Konka suprema biasanya akan mengalami rudimenter. Diantara konkakonka
dan
dinding
lateral
hidung terdapat rongga sempit yang dinamakan dengan meatus. Terdapat tiga meatus yaitu meatus inferior, media dan superior. Meatus
superior
atau
fisura
etmoid
merupakan suatu celah yang sempit antara septum dan massa lateral os etmoid di atas konka media. Resesus sfenoetmoidal terletak di posterosuperior konka superior dan di depan
konka
os
spenoid.
Resesus
sfenoetmoidal
merupakan
tempat
bermuaranya sinus sfenoid. Meatus media merupakan salah satu celah yang di dalamnya terdapat muara sinus maksila, sinus frontal dan bagian anterior sinus etmoid. Di balik bagian anterior konka media yang letaknya menggantung, pada dinding lateralnya terdapat celah berbentuk bulan
sabit
yang
disebut
sebagai
infundibulum. Muara atau fisura berbentuk bulan sabit yang menghubungkan meatus medius dengan infundibulum dinamakan hiatus semilunaris. Dinding inferior dan medial infundibulum membentuk tonjolan yang berbentuk seperti laci dan dikenal sebagai prosesus unsinatus. Ostium sinus frontal, antrum maksila, dan sel-sel etmoid anterior bermuara di infundibulum. Sinus frontal dan sel-sel etmoid anterior biasanya bermuara di bagian anterior atas, dan sinus maksila bermuara di posterior muara sinus frontal. Meatus nasi inferior adalah yang terbesar di antara ketiga meatus, mempunyai muara duktus nasolakrimalis yang terdapat kira-kira antara 3 sampai 3,5 cm di belakang batas posterior nostril. Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan dengan arteri. Vena di vestibulum dan struktur luar hidung
bermuara
ke
v.oftalmika
yang
berhubungan dengan sinus kavernosus. Venavena di hidung tidak memiliki katup sehingga merupakan
faktor
predisposisi
untuk
mudahnya penyebaran infeksi hingga ke
intrakranial. Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat
persarafan
sensoris
dari
n.etmoidalis anterior, yang merupakan cabang dari
n.nasosiliaris,
yang
berasal
dari
n.oftalmikus (N.V1). Rongga hidung lainnya, sebagian besar mendapat persarafan sensoris dari
n.maksila
sfenopalatinum.
melalui
Ganglion
ganglion
sfenopalatinum
selain memberikan persarafan sensoris juga memberikan
persarafan
vasomotor
atau
otonom untuk mukosa hidung. Ganglion ini menerima
serabut-serabut
sensoris
dari
n.maksila (N.V2), serabut parasimpatis dari n.petrosus superfisialis mayor dan serabutserabut simpatis dari n.petrosus profundus. Ganglion sfenopalatinum terletak di belakang dan sedikit di atas ujung posterior konka media. Nervus olfaktorius turun dari lamina kribrosa dari permukaan bawah bulbus olfaktorius dan berakhir pada sel-sel reseptor penghidu pada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung. Berdasarkan
teori
struktural,
teori
revolusioner dan teori fungsional, maka fungsi fisiologis hidung dan sinus paranasal adalah: 1) fungsi
respirasi
kondisi
udara
penyaring penyeimbang
untuk (air
udara, dalam
mengatur
conditioning), humidifikasi, pertukaran
tekanan dan mekanisme imunologik local.
2) fungsi penghidu, karena terdapanya mukosa olfaktorius (penciuman) dan reservoir udara untuk menampung stimulus penghidu 3) fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu proses berbicara dan mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang 4) fungsi statistik dan mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi terhadap trauma dan pelindung panas 5) refleks nasal. Telinga sebagai organ pendengaran dan
Pendengaran
ekuilibrum terbagi dalam tiga bagian yaitu telinga luar, tengah, dan dalam. Telinga berisi reseptor-reseptor yang menghantarkan gelombang suara ke dalam impuls-impuls saraf dan reseptor yang berespon pada gerakan kepala. Perubahan pada telinga luar Telinga dibagi menjadi tiga wilayah utama:
sehubungan dengan proses penuaan adalah
1.
kulit
Telinga Luar (Luar) Telinga
luar
(luar)
telinga
berkurang
elastisitasnya.
mengumpulkan Daerah lobus yang tidak disokong oleh
gelombang suara dan meneruskannya ke kartilago mengalami pengeriputan, saluran dalam. Terdiri dari daun telinga, saluran auditorius menjadi dangkal akibat lipatan ke pendengaran eksternal, dan gendang dalam. Perubahan atrofi telinga tengah, telinga. Daun telinga, bagian telinga yang khususnya membran timpani karena proses bisa dilihat, adalah lipatan kulit rawan penuaan tidak mempunyai pengaruh jelas elastis berbentuk kulit seperti ujung pada pendengaran. Perubahan yang tampak sangkakala yang melebar. Ini memainkan pada telinga dalam adalah koklea yang berisi peran
kecil
gelombang
dalam suara
dan
mengumpulkan organ
corti
mengarahkan pendengaran
sebagai
unit
mengalami
fungsional penurunan
mereka menuju saluran pendengaran sehingga mengakibatkan presbikusis. eksternal,
tabung
melengkung
yang
memanjang
dari
daun
telinga
dan Presbikusis adalah tuli saraf pada usia lanjut
mengarahkan gelombang suara ke arah akibat proses degenerasi (penuaan) organ gendang telinga. Saluran eksternal berisi pendengaran. Proses ini terjadi secara beberapa
rambut
seruminous. membantu
dan
Rambut
dan
mencegah
kelenjar lambat, berangsur-angsur memberat
dan
serumen terjadi pada kedua sisi telinga.
benda
asing
memasuki telinga. Gendang telinga, juga Penyebab
gangguan
pendengaran
pada
disebut membran timpani yang ada presbikusis umumnya merupakan kombinasi diantara saluran pendengaran eksternal dari beberapa hal sebagai berikut: dan telinga tengah. Gelombang suara 1. Degenerasi elastisitas gendang telinga menyebabkan gendang telinga bergetar. 2. Degenerasi sel rambut koklea Robeknya membran timpani, karena 3. Degenerasi fleksibilitas dari membran trauma atau infeksi, disebut gendang telinga berlubang.
basilar 4. Berkurangnya
neuron
pada
jalur
pendengaran 2.
Telinga Tengah
5. Perubahan
Telinga tengah adalah rongga kecil berisi
pada
sistem
pusat
pendengaran dan batang otak
udara antara gendang telinga dan telinga 6. Degenerasi jangka pendek dan auditory bagian dalam. Dinding anterior telinga
memory
tengah mengarah langsung ke tabung 7. Menurunnya
kecepatan
proses
pada
pendengaran, umumnya dikenal sebagai
pusat pendengaran di otak (central
tabung eustachius, yang menghubungkan
auditory cortex)
telinga
tengah
dengan
bagian
atas
tenggorokan. Ketika tabung pendengaran Gejala dan tanda presbikusis secara umum terbuka,
tekanan
udara
dapat adalah :
menyamakan di kedua sisi gendang 1. Berkurangnya kemampuan mendengar telinga. Jika tidak, perubahan tekanan 2. Berkurangnya udara yang tiba-tiba di satu sisi gendang
mengerti
percakapan
telinga dapat menyebabkannya pecah. 3. Telinga Selama menelan dan menguap, tabung
kemampuan
menjadi
sakit
bila
lawan
bicaranya memperkeras suara
terbuka, yang menjelaskan mengapa 4. Terganggunya fisik dan emosional menguap dapat membantu menyamakan 5. Hasil
pemeriksaan
pendengaran
perubahan tekanan yang terjadi saat
didapatkan penurunan tajam (slooping)
terbang di pesawat terbang. Meluas
setelah frekuensi 2000 Hz
melewati telinga tengah dan melekat padanya melalui ligamen adalah tiga Faktor risiko kejadian presbikusis antara lain tulang
kecil
yang
disebut
osikula adalah jenis kelamin laki laki lebih berisiko
(malleus, inkus, dan stapes). Otot-otot dibanding perempuan karena laki laki lebih kerangka yang sama kecilnya mengontrol banyak bekerja ditempat bising. Faktor jumlah
pergerakan
tulang-tulang
ini risiko
lain
untuk mencegah kerusakan dengan suara Diabetes
3.
adalah melitus,
kondisi
Hipertensi,
Kolesterol
tinggi,
yang terlalu keras.
hiperlipidemia, hipertrigliserida, Merokok
Telinga Internal (Dalam)
dan Riwayat terpapar bising.
Telinga internal (bagian dalam) dibagi menjadi labirin tulang luar dan labirin Upaya membran
bagian
dalam.
rehabilitasi
dilakukan
dengan
Labirin pemasangan alat bantu dengar (ABD) yang
bertulang adalah serangkaian rongga di sesuai dengan kebutuhan. Pemasangan alat tulang temporal, termasuk koklea, ruang bantu dengar bertujuan untuk memperkeras depan, dan saluran setengah lingkaran. (amplifikasi) bunyi yang ada disekitar Koklea
adalah
organ
indera
untuk pengguna.
pendengaran, dan ruang depan dan saluran setengah lingkaran adalah organ indera
untuk
keseimbangan. mengandung perilymph. labirin
keseimbangan Labirin cairan
Cairan
membran
dan
bertulang
yang ini
disebut
mengelilingi
bagian
dalam,
serangkaian kantung dan tabung dengan bentuk umum yang sama dengan labirin bertulang. Selaput labirin mengandung cairan yang disebut endolymph. Vestibula
adalah
bagian
tengah
berbentuk oval dari labirin bertulang. Labirin selaput di ruang depan terdiri dari dua kantung yang disebut utricle dan sakula. Bagian melintang melalui koklea, sebuah
kanal
menyerupai
spiral
tulang
cangkang
yang keong,
menunjukkan bahwa ia dibagi menjadi tiga
saluran:
saluran
koklea,
scala
vestibuli, dan scala tympani. Duktus koklea merupakan kelanjutan labirin membran menuju koklea; yang diisi oleh endolymph. Saluran di atas saluran koklea adalah scala vestibuli, yang berakhir di jendela oval. Saluran di bawah saluran koklea adalah scala tympani, yang berakhir di jendela bundar (lubang yang tertutup membran langsung di bawah jendela oval). Baik scala vestibuli dan scala tympani adalah bagian dari labirin bertulang pada koklea dan dipenuhi
dengan
perilymph.
Antara
saluran koklea dan scala vestibuli adalah membran vestibular. Di antara saluran koklea
dan
skala
tympani
adalah
membran basilar. Organ spiral terdiri dari sel-sel pendukung dan sel-sel sel. Sel-sel rambut,
reseptor
untuk
sensasi
pendengaran, meluas ke endolymph dari saluran koklea. sel-sel
rambut
dari
sinapsis dengan sensorik dan neuron motorik di cabang koklea dari saraf vestibulocochlear
(VIII).
Membran
tectorial, membran gelatin yang fleksibel, menutupi sel-sel rambut.
Fisiologi Pendengaran Peristiwa yang terlibat dalam stimulasi sel-sel rambut oleh gelombang suara adalah sebagai berikut: 1.
Daun telinga mengarahkan gelombang
suara ke kanal pendengaran eksternal. 2.
Gelombang gendang
suara telinga
yang
memukul
menyebabkannya
bergetar. Jarak dan kecepatan gerakannya tergantung pada intensitas dan frekuensi gelombang suara. Suara yang lebih intens (lebih keras) menghasilkan getaran yang lebih besar. Gendang telinga bergetar perlahan sebagai respons terhadap suara frekuensi rendah (nada rendah) dan dengan cepat merespons suara frekuensi tinggi (nada tinggi). 3.
Area pusat gendang telinga terhubung ke maleus,
yang
juga
mulai
bergetar.
Getaran ditransmisikan dari malleus ke incus dan kemudian ke stapes. 4.
Saat stapes bergerak bolak-balik, itu mendorong jendela oval masuk dan keluar.
5.
Pergerakan
jendela
oval
mengatur
gelombang tekanan fluida di perilimfa koklea. Ketika jendela oval menonjol ke dalam, itu mendorong perilymph dari scala vestibuli. 6.
Gelombang tekanan fluida ditransmisikan dari scala vestibuli ke scala tympani dan akhirnya ke membran yang menutupi jendela bundar, lalu disalurkan ke luar ke telinga tengah.
7.
Ketika
gelombang
tekanan
merusak
dinding scala vestibuli dan scala tympani, mereka vestibular
juga
mendorong
bolak-balik,
membran
menciptakan
gelombang tekanan di endolymph di
dalam saluran koklea. 8.
Gelombang
tekanan
di
endolymph
menyebabkan membran basilar bergetar, yang menggerakkan sel-sel rambut organ spiral
terhadap
membran
tectorial.
Membengkokkan
rambut
mereka
menstimulasi
sel-sel
rambut
untuk
melepaskan molekul neurotransmitter di sinapsis dengan neuron sensorik yang merupakan
bagian
vestibulocochlear
dari
(VIII).
saraf
Kemudian,
neuron sensorik menghasilkan impuls saraf yang melakukan sepanjang saraf vestibulocochlear (VIII). Peraba
1) Lapisan Epidermis a. Lapisan Keratinosit Tebalnya kurang,
1) Lapisan Epidermis
merupakan
sel
terbanyak (85-95%), berasal dari ectoderm
terjadi
daya
adhesi
perubahan
secara
morfologis dan kandungan air pada
a. Lapisan Keratinosit Keratonosit
berkurang,
permukaan.
stratum korneum berkurang sehingga kulit menjadi kering dan kasar. b. Sel Melanosit
Menghasilkan lapisan kedap air
Sel melanosit jumlahya berkurang, hal
dan perisai pelindung tubuh.
ini mengakibatkan pigmentasi kulit
b. Sel Melanosit
tidak teratur, sebagian dampak lainnya
Melanosit meliputi 7-10% sel
insiden neoplasma kulit meningkat
epidermis, merupakan sel kecil
yang disebabkan oleh sel melanosit
dengan cabang dendritic panjang
menyerap ultraviolet.
tipis dan berakhir pada keratinosit
c. Sel Langerhans
di stratum basal dan spinosum.
Respon
Pembentukan
sehingga
melanin
terjadi
kekebalan
kulit
terganggu
pembentukan
antigen
dalam melanosome, salah satu
terganggu,
organel
karsinoma kulit.
sel
melanosit
yang
dampak
lain
terjadinya
mengandung asam amino, tirosin dan
enzin
tirosinase.
Melalui
2) Lapisan Dermis
serentatan reaksi, tirosin akan
a. Dermis atrofi, relative aseluler dan
diubah menjadi melanin yang
avaskuler, sel mati berkurang, sehingga
berfungsi sebagai penahan radiasi
reaksi hipersensitif menurun. Hal ini
ultraviolet yang berbahaya
disebabkan kurangnya volume dermis.
c. Sel Langerhans
b. Jumlah sel fibroblast akan berkurang,
Sel Langerhans merupakan sel
hal ini akan mempengaruhi produksi
dendritic yang bentuknya ireguler,
kolagen dan kemampuan memperbaiki
ditemukan
terutama
diantara
jaringan yang rusak ketika terjadinya
keratinosit
dalam
stratum
luka.
spinosum. Tidak berwarna baik
c. Serat kolagen jumlahnya berkurang
dengan HE. Sel ini berfungsi
disertai penebalan dan susunannya
dalam
tidak teratur sehingga menjadi kendur.
respon
imun
kulit,
merupakan sel pembawa-antigen yang
merangsang
reaksi
hipersensitivitas tipe lambat pada kulit.
sehingga viscoelastisitas berubah. e. Serat-serat degradasi,
a. Jumlah sel-sel dermis merupakan jaringan
fibroblast,
sel
elastin hilangnya
mengalami serat
ini
berdampak buruk terhadap kelembaban
2) Lapisan Dermis
sel-sel
d. Jumlah glikosaminoglikan berkurang
ikat
seperti
lemak,
sedikit
makfrofag dan sel mast.
dan
ketegangan
kulit
sehingga
menimbulkan keriput
3) Jaringan Subkutan
b. Sel fibroblast adalah sel yang
a. Adanya atrofi pada muka, dorsum
membentuk jaringan ikat tubuh.
tangan dan tungkai bawah, hal ini
Jaringan ikat padat membentuk
mengakibatkan hipotermi, telapak kaki
ligamentum, tendon dan matriks ekstraseluler
di
dermis
kulit.
Matriks ekstraseluler ini terbentuk hamper seluruhnya oleh kolagen yang diproduksi oleh fibroblast. Fibroblast
juga
dapat
memproduksi glikosaminoglikan. Selain itu fibroblas mempunyai kemampuan untuk memperbaiki jaringan yang rusak dan akan bertambah
jumlahnya
apabila
terjadi luka. c. Serat elastin adalah protein pada kulit dan jaringan tubuh yang membantu menjaga kulit agar fleksible dan kencang.
3) Jaringan Subkutan Jaringan subkutan atau hypodermis adalah jaringan ikat lebih longgar dengan
serat
kolagen
halus
terorientasi terutama sejajar terhadap permukaan kulit dengan beberapa diantaranya menyatu dengan yang dari dermis. Sel-sel lemak lebih banyak daripada dalam dermis. Jumlahnya tergantung jenis kelamin dan keadaan gizinya.
mudah luka atau ulserasi. b. Jaringan hipertrofi.
subkutan
mengalami
DAFTAR PUSTAKA
AL, M. 2013. Junqueira’s Basic Histology. Text & Atlas 13th ed. Destriana, Tia. 2013. Kualitas Hidup Lansia di Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara. Diakses pada Tanggal 30 Januari 2020 pukul 18.30 WIB. Dapat diakses di http://repository.usu.ac.id/ Dewi Shofia R. 2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 1. Yogyakarta : Deepublish. http://news.unair.ac.id/2019/11/12/coated-tongue-dan-fissured-tongue-kelainan-lidahterbanyak-pada-pasien-lanjut-usia/ Kalangi, S. J. 2013. HISTOFISIOLOGI KULIT. Jurnal Biomedik (JBM). Kholidah Siti N. 2016. Keperawatan Gerontik. Ed. 1. Jakarta : Pusdik SDM Mayarakat. Miller, C.A. 2012. Nursing for wellness in older adults. 6th Edition. Philadelphia: Wolters Kluwer, Lipincott William & Wilkins. Muyassaroh. 2019. Penurunan Pendengaran Pada Lansia (Presbikusis). Diakes pada tanggal 31
Januari
2020
pukul
10.00
WIB.
Dapat
diakses
di
http://www.yankes.kemkes.go.id/read-penurunan-pendengaran-pada-lansiapresbikusis-6975.html Stanley, M. & Beare, P. G. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Ed 2. (Terj. Nety Juniarti). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Tortora, Gerard J. Bryan Derrickson. 2013. Essentials of Anatomy and Physiology International Student Version Ninth Edition. Singapore: John Wiley & Sons Singapore Pre. Ltd. W Wijayanti, F Hanum. 2014. Perbedaan Kualitas Hidup Pasien Geriatri Di RSUP Dr. Kariadi Semarang Yang Mendapat Perawatan Gigi Dan Tidak Mendapat Perawatan Gigi. Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Zahra, Syaffa Sadida, Anna Mailasari, Dwi Marliyawati. 2016. Pengaruh Irigasi Hidung Terhadap Derajat Sumbatan Hidung Pada Perokok. JKD, Vol. 5, No. 4. Zahruddin Ahmad, D. 2018. Penuaan Kulit: Patofisiologi dan Manifestasi Klinis. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.