Panduan Blended Learning Dokter Umum Sesi Bayi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TIM PENYUSUN Kementerian Kesehatan RI Direktorat Kesehatan Keluarga dr. Ni Made Diah PLD, MKM dr. Ario Baskoro, MSc (IHM) dr. Widyawati Henny Fatmawati,SKM dr. Dina Milana Anwar Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Prof. DR. Dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K) Dr. Ade D. Pasaribu, Sp.A Dr. Lies Dewi Nurmalia, Sp.A(K) Dr. Nina Dwi Putri, Sp.A(K), MSc(TropPaed) Dr. Catharine Mayung Sambo, Sp.A(K) UKK Respirologi IDAI Dr. Diah Asri Wulandari, Sp.A(K) DR. Dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A(K) Dr. Rina Triasih, M.Med (Paed), PhD, Sp.A(K) Dr. Retno Asih Setyoningrum, Sp.A(K)



UKK Gastrohepatologi IDAI DR. Dr. IGM. Reza Gunadi Ranuh, Sp.A(K) DR.Dr. Alpha Fardah Athyyah, Sp.A(K) DR. Dr. Supriatmo, Sp.A(K), M.Kes (Ped) DR. Dr. Muzal Kadim, Sp.A(K) DR. Dr. Jeanette I. Cristie Manoppo, Sp.A(K) DR. Dr. Titis Widowati, Sp.A(K) Dr. Ninung Rose Diana K., Sp.A(K), M.Si.Med Dr. Evi, Sp.A(K) Dr. Yudith Setiadi Ermaya, Sp.A(K) Dr. Satrio Wibowo, Sp.A(K) UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik IDAI Dr. Titis Prawitasari, Sp.A(K) DR.Dr. M.F. Conny Tanjung, Sp.A(K)



PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



1



UKK Emergensi dan Rawat Intensif Anak IDAI Dr.dr. Ririe Fachrina M, SpA(K) dr.Abdul Latief, Sp.A(K) Dr.dr.Antonius H. Pudjiadi, Sp.A(K) Dr.dr. Irene Yuniar, SpA(K) dr. Saptadi Yuliarto, SpA(K) dr. Intan F. Kumara, SpA(K) dr. Neurinda Permata Kusumastuti, SpA(K) dr. Aridamuriany Lubis, M.Ked(Ped), SpA(K) dr. Kurniawan T. Kadafi, SpA(K) dr. Indra Saputra, SpA(K) dr. Fina Meilyana Andriyani, SpA(K) dr. Esther Iriani Hutapea, SpA(K) dr. Ronald Chandra, SpA(K)



PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



2



DAFTAR ISI TIM PENYUSUN



1



DAFTAR ISI



3



BAB I PENDAHULUAN



4



BAB II TUJUAN PELATIHAN



6



BAB III PERAN FUNGSI DAN KOMPETENSI



7



BAB IV GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN



8



BAB V MEKANISME PEMBELAJARAN



9



BAB VI PESERTA DAN PELATIH



17



BAB VII PENYELENGGARA DAN TEMPAT PENYELENGGARAAN



18



BAB VIII EVALUASI HASIL PEMBELAJARAN



19



MODUL BAHAN AJAR MATERI 1 INTRODUKSI PENYEBAB KEMATIAN BAYI DAN INTERVENSI PENCEGAHAN KEMATIAN 20 MATERI 2 PNEUMONIA



42



MATERI 3 TUBERKULOSIS PADA ANAK



50



MATERI 4 DIARE AKUT



65



MATERI 5 PEMANTAUAN PERTUMBUHAN DAN PENENTUAN STATUS GIZI



76



MATERI 6 AIR SUSU IBU DAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MPASI)



90



MATERI 7 PENGENALAN DIRI KEGAWATDARURATAN BAYI DAN ANAK



99



MATERI 8 BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) PADA BAYI DAN ANAK



106



MATERI 9 TRANSPORTASI PASIEN ANAK SAKIT KRITIS



118



MATERI 10 TATALAKSANA GAWAT NAPAS PADA BAYI DAN ANAK



130



MATERI 11 SYOK DAN AKSES VASKULER



138



LOGBOOK OJT



150



PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



3



BAB 1 PENDAHULUAN Angka Kematian Bayi (AKB) berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017 adalah 24 per 1000 kelahiran hidup, artinya 1 dari 42 bayi meninggal sebelum ulang tahun pertamanya (151.200). Meskipun terjadi trend penurunan, namun angka tersebut masih tinggi. Sekitar tiga per empat (75%) dari semua kematian pada 5 tahun pertama terjadi sebelum usia satu tahun. Dalam menyusun strategi pelaksanaan RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2020 – 2024, Kementerian Kesehatan menetapkan 5 fokus masalah kesehatan yaitu: 1. 2. 3. 4. 5.



Masalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) Pengendalian stunting Pencegahan dan pengendalian penyakit Germas Tata kelola sistem kesehatan



Berdasarkan Sample Registration System Balitbangkes tahun 2018, penyebab kematian bayi adalah 55% bermula dari kondisi perinatal, 13,8% kelainan bawaan, 8,1% pneumonia, 5,6% diare, 1,6% meningitis, dan 1,5% sepsis. Tempat meninggalnya balita 62,8% di rumah sakit, 24,4% di rumah, 6,5% di faskes lain, dan 3,9% perjalanan ke RS/faskes. Sebagai salah satu upaya menurunkan Angka Kematian Bayi, Kementerian Kesehatan mengadakan pelatihan Peningkatan Kapasitas Bagi Dokter Umum dalam Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi di Kabupaten/Kota Lokus Percepatan Penurunan AKI dan AKB melalui metode blended learning ini, terutama pada penyebab terbanyak kematian pada bayi yaitu; pneumonia, diare, masalah gizi, serta upaya mengenali dan mengatasi secara dini kegawatdaruratan pada bayi. Kegiatan pembelajaran pada kegiatan ini untuk memberikan penguatan kapasitas dokter umum, dikarenakan capaian kompetensi bagi peserta sejalan dengan tingkat kemampuan dokter umum yang terdapat dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia KKI 2012.



TABEL 1. KETERAMPILAN OJT DAN SKDI KKI 2012 No 1 2 3 4 5 6 7 8



Keterampilan Yang Dicapai Saat OJT Mampu menjelaskan intervensi pencegahan kematian bayi menggunakan Buku KIA Mampu mengidentifikasi rujukan Pneumonia tepat/terlambat/berlebihan Mampu mengidentifikasi rujukan Diare tepat/terlambat/berlebihan Mampu mengidentifikasi Masalah Gizi menggunakan Buku KIA, Permenkes Standar Antropometri Anak Mampu melakukan pemberian injeksi antibiotika Mampu melakukan pemberian terapi oksigen Mampu melakukan rehidrasi intravena Mampu memberikan Resomal, Re-So-Mal pada balita masalah gizi



Level Kompetensi Sesuai SKDI 4A 4A 4A 4A 4A 3B 4A 4A



PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



4



No



Keterampilan Yang Dicapai Saat OJT



Level Kompetensi Sesuai SKDI 3B



Mampu mengenali dan memberikan penatalaksanaan awal 9 kegawatdaruratan bayi (penurunan kesadaran, acute respiratory distress syndrome, syok, cardiorespiratory arrest) serta merujuk 10 Mampu melakukan resusitasi jantung paru 4A 11 Mampu melakukan resusitasi cairan 4A 12 Menjelaskan pemantauan pasca rujukan balita dengan pneumonia 4A 13 Menjelaskan pemantauan pasca rujukan balita dengan TB 4A Menjelaskan pemantauan pasca rujukan balita dengan masalah Gizi 4A 14 sesuai standar 15 Melakukan KIE pada orangtua tentang pencegahan Pneumonia 4A 16 Melakukan KIE kepada orangtua tentang pencegahan Diare 4A Melakukan KIE kepada orangtua tentang pencegahan masalah Gizi, 4A 17 penyakit Diare, Pneumonia, TB dengan Buku KIA Melakukan KIE kepada orangtua tentang mengenali 4A 18 kegawatdaruratan pada bayi Keterangan berdasarkan daftar Standar Kompetensi Dokter Indonesia KKI 2012:  Level kompetensi 3: pernah melakukan atau pernah menerapkan dibawah supervisi, 3A Bukan Gawat Darurat, 3B Gawat Darurat  Level kompetensi 4A: mampu melakukan secara mandiri



PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



5



BAB II TUJUAN PELATIHAN A. TUJUAN UMUM Meningkatkan kompetensi dokter umum dalam tata laksana penyebab terbanyak kematian pada bayi dalam rangka mengupayakan penurunan kematian bayi. B.



TUJUAN KHUSUS a. Membekali dokter umum untuk mampu melakukan KIE kepada orang tua tentang pencegahan Pneumonia, TB, Diare, Masalah Gizi pada bayi menggunakan Buku KIA. b. Membekali dokter umum untuk mampu memantau status gizi bayi dan tata laksana masalah gizi dan mengenali kegawatdaruratan anak. c. Membekali dokter umum untuk mampu mengidentifikasi rujukan bayi dengan Pneumonia, TB, Diare, Masalah Gizi tepat/terlambat/ berlebihan serta menentukan prioritas tatalaksana berdasarkan klasifikasi kegawatdaruratan. d. Membekali dokter umum untuk mampu melakukan penanganan prarujukan injeksi antibiotika, pemberian oksigen, resomal dan rehidrasi intravena kepada bayi, bantuan hidup dasar pada bayi dan anak, dan menentukan pasien bayi dan anak layak transport. e. Membekali dokter umum untuk mampu melakukan pemantauan pasca rujukan bayi dengan Pneumonia, TB, Diare, Masalah Gizi sesuai standar, dan mengenali tanda gawat napas bayi dan anak dan melakukan tatalaksana awal gawat napas bayi dan anak.



PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



6



BAB III PERAN FUNGSI DAN KOMPETENSI A. Peran Setelah mengikuti pelatihan, peserta berperan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bayi di Puskesmas B. Fungsi Dalam melaksanakan perannya peserta mempunyai fungsi dalam melakukan pelayanan kesehatan bayi di puskesmas C. Kompetensi 1. Peserta mampu melakukan KIE kepada orang tua tentang pencegahan Pneumonia, TB, Diare, Masalah Gizi pada bayi menggunakan Buku KIA. 2. Peserta mampu memantau status gizi bayi dan melakukan triase dengan menggunakan SAGA dan evaluasi dengan pediatric early warning system (PEWS) atau skor penilaian dini kegawatan anak (SADEWA). 3. Peserta mampu mengidentifikasi rujukan bayi dengan Pneumonia, TB, Diare, Masalah Gizi tepat/terlambat/ berlebihan serta menentukan prioritas tatalaksana berdasarkan klasifikasi kegawatdaruratan 4. Peserta mampu melakukan penanganan prarujukan injeksi antibiotika, pemberian oksigen, resomal, rehidrasi intra vena pada bayi, tata laksana sumbatan jalan napas, serah terima pasien dari faskes primer kepada tim transport, serta melakukan ventilasi tekanan positif, dan tatalaksana awal syok. 5. Peserta mampu melakukan pemantauan pasca rujukan bayi dengan Pneumonia, TB, Diare, Masalah Gizi sesuai standar. 6. Peserta mampu melakukan pemasangan akses intra oseus bila diperlukan, tatalaksana awal gawat napas bayi dan anak, dan menggunakan HFNC sebagai tatalaksana gawat napas.



PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



7



BAB IV GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN



TABEL 2. GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN Tujuan Pembelajaran Melakukan upaya promotif dan preventif



Melakukan diagnosis, tata laksana, rujukan



Manajemen Terpadu Kegawatdaruratan Bayi dan Anak



Pokok Bahasan



Subpokok bahasan



Introduksi penyebab kematian dan intervensi pencegahan



a. Penyebab kematian terbanyak b. Upaya intervensi pencegahan; nutrisi, imunisasi, pengobatan penyakit, pemantauan tumbuh kembang



Pneumonia dan TB



a. b. c. d.



Diagnosis Tata laksana Rujukan Konseling



Diare



a. b. c. d.



Diagnosis Tata laksana Rujukan Konseling



Masalah Gizi



a. Pemantauan pertumbuhan dan penentuan status gizi b. ASI dan MP ASI c. Resomal



Mengenali dan memberikan penatalaksanaan awal kegawatdaruratan bayi



a. Pengenalan Diri Kegawatdaruratan Bayi dan Anak b. BAntuan Hidup Dasar (BHD) pada Bayi dan Anak c. Transportasi Pasien Anak Sakit Kritis d. Tatalaksana Gawat Napas pada Bayi dan Anak e. Syok dan Akses Vaskuler



Media dan Alat bantu a. Modul b. Bahan tayang c. Panduan OJT d. Log book



Referensi a. Buku Kesehatan Ibu dan Anak b. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) c. Formulir Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) d. Pedoman Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar e. Pedoman Peserta



PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



8



BAB V MEKANISME PEMBELAJARAN Mekanisme pembelajaran dilaksanakan secara blended learning yaitu metode campuran antara pembelajaran secara online dan tatap muka dengan on the job training (OJT) di Rumah Sakit Kabupaten/Kota. Rangkaian kegiatan peningkatan kapasitas dokter umum dalam pelayanan Kesehatan ibu dan Bayi adalah sebagai berikut : A. Orientasi Mentor (technical meeting ) Kegiatan dilaksanakan selama 1 hari secara virtual dengan peserta adalah para mentor Spesialis Anak RS dari Kab/kota lokus percepatan penurunan AKI/AKB yang bertujuan untuk menyamakan persepsi mengenai proses pembelajaran dan memberikan penekanan terhadap materi ajar untuk dokter umum. Adapun jadwal orientasi mentor digambarkan sebagaimana dibawah ini. TABEL 3 JADWAL ORIENTASI MENTOR DOKTER SPESIALIS ANAK KABUPATEN/KOTA Waktu 08.00 – 08.10 08.10 – 08.30 08.30 – 09.10



Materi



Fasilitator



Pembukaan Gambaran umum pelatihan Introduksi penyebab kematian bayi dan intervensi pencegahan kematian Mengenali dan menangani kegawatdaruratan bayi di FKTP Konsep dasar, penerapan, dan kalakarya MTBS di puskesmas Deteksi dini, tata laksana dan stabilisasi pra rujukan pneumonia, TB menggunakan MTBS



Moderator Dit Kesga Kemenkes PP IDAI



11.10 – 11.50



Deteksi dini, tata laksana dan stabilisasi pra rujukan Diare menggunakan MTBS



UKK Gastrohepatologi IDAI



11.50 – 12.30



Deteksi masalah gizi, tata laksana, dan rujukan



12.30 – 12.40



Penutupan



UKK Nutrisi & Penyakit Metabolik IDAI Analis Kebijakan Ahli Madya Koordinator Kesehatan Balita dan Anak Prasekolah



09.10 – 09.50 09.50 – 10.30 10.30 – 11.10



UKK Emergensi dan Rawat Intensif Anak IDAI Fasilitator Nasional MTBS UKK Respirologi IDAI



PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



9



B. Pelatihan bagi peserta Dokter Umum Puskesmas dari Kab/Kota Lokus Percepatan Penurunan Angka Kematian Bayi Dilaksanakan dengan metode belajar mandiri, kelas online, dan on the job training (OJT). TABEL 4 JADWAL PELATIHAN BAGI DOKTER UMUM



KEGIATAN



WAKTU PELAKSANAAN



Pembukaan



Sabtu pada minggu ke-1



Sesi 1 ANC



Sesi Online Sabtu pada minggu ke-2 OJT Minggu ke-3 Sesi Online Sabtu pada minggu ke-3



Sesi 2 ANC + KB



OJT Minggu ke-4 Sesi Online Sabtu pada minggu ke-4



Sesi 3 Nifas + Neonatal



Sesi 4 Tatalaksana penyebab terbanyak kematian Bayi



OJT Minggu ke-5 Sesi Online Sabtu pada minggu ke-5



Penutupan



OJT Minggu ke-6 Minggu ke-6



1. Kelas Online Sesi Tata Laksana Penyebab Terbanyak Kematian Bayi a. Jadwal Pelaksanaan Dilaksanakan secara paralel dalam 4 kelas online TABEL 5 JADWAL KELAS ONLINE SESI BAYI Waktu



Durasi



07.45 – 08.00



15’



08.00 - 09.00



60'



09.00 - 10.00



60'



Materi Pre Test Introduksi Penyebab Terbanyak Kematian Bayi dan Intervensi Pencegahan Kematian Deteksi Dini, Tata Laksana, dan Stabilisasi pra Rujukan Pneumonia, TB



Fasilitator Direktorat Kesehatan Keluarga PP IDAI UKK Respirologi



PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



10



60'



Deteksi Dini, Tata Laksana, dan Stabilisasi Pra Rujukan Diare



UKK Gastrohepatologi



60'



Deteksi Masalah Gizi, Tata Laksana, dan Rujukan.



UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik



12.00 - 13.00



60'



ISHOMA



13.00 - 13.20



20'



Overview Mengenali dan Menangani Kegawatdaruratan Bayi di FKTP



10.00 - 11.00 11.00 - 12.00



13.20 - 14.00



40'



14.00 - 14.40



40'



14.40 - 15.20



40'



15.20 - 16.00



40'



16.00 - 16.15



15'



Mengenali dan Menangani Kegawatdaruratan Bayi di FKTP: Pediatric Assessment Triangle (PAT) Mengenali dan Menangani Kegawatdaruratan Bayi di FKTP: Bantuan Hidup Dasar Mengenali dan Menangani Kegawatdaruratan Bayi di FKTP: Tatalaksana Stabilisasi Mengenali dan Menangani Kegawatdaruratan Bayi di FKTP: Transport Bayi Sakit Gawat Post Test



UKK ERIA UKK ERIA



UKK ERIA



UKK ERIA



UKK ERIA Direktorat Kesehatan Keluarga



b. Panduan Kelas Online SESI I “Penyebab terbanyak kematian bayi dan intervensi pencegahan kematian” (materi dan diskusi studi kasus) 1. Fasilitator dan peserta masuk dalam link virtual meeting yang telah ditentukan 2. Fasilitator pusat menyampaikan paparan singkat terkait “Penyebab terbanyak kematian bayi dan intervensi pencegahan kematian” secara daring (20 menit). 3. Fasilitator dokter Sp.A kabupaten/kota memandu diskusi terkait paparan dan studi kasus (30 menit) SESI II “Deteksi Dini, Tata laksana dan Stabilisasi rujukan Pneumonia, TB 1. Fasilitator menyampaikan paparan singkat “Deteksi Dini, Tata laksana dan Stabilisasi rujukan Pneumonia, TB” secara daring (30 menit). 2. Fasilitator pusat memandu diskusi interaktif dengan peserta terkait paparan dan studi kasus (5 menit) 3. Fasilitator dokter Sp.A kabupaten/kota memandu diskusi terkait paparan dan studi kasus (20 menit) 4. Fasilitator menjelaskan tentang logbook OJT (5 menit)



PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



11



SESI III “Deteksi Dini, Tata laksana dan Stabilisasi rujukan Diare” 1. Fasilitator menyampaikan paparan singkat “Deteksi Dini, Tata laksana dan Stabilisasi rujukan Diare” secara daring (30 menit). 2. Fasilitator pusat memandu diskusi interaktif dengan peserta terkait paparan dan studi kasus (5 menit) 3. Fasilitator dokter Sp.A kabupaten/kota memandu diskusi terkait paparan dan studi kasus (20 menit) 4. Fasilitator menjelaskan tentang logbook OJT (5 menit) SESI IV “Deteksi Dini, Tata laksana dan Stabilisasi rujukan Masalah Gizi” 1. Fasilitator menyampaikan paparan singkat “Deteksi Dini, Tata laksana dan Stabilisasi rujukan Masalah Gizi” secara daring (30 menit). 2. Fasilitator pusat memandu diskusi interaktif dengan peserta terkait paparan dan studi kasus (5 menit) 3. Fasilitator dokter Sp.A kabupaten/kota memandu diskusi terkait paparan dan studi kasus (20 menit) 4. Fasilitator menjelaskan tentang logbook OJT (5 menit) SESI V “Mengenali dan Menangani Kegawatdaruratan Bayi di FKTP” 1. Fasilitator menyampaikan paparan singkat secara daring (masing-masing 20 menit) untuk materi : a. Pediatric Assessment Triangle (PAT)/Triase mengenali kegawatdaruratan bayi b. Bantuan Hidup Dasar c. Tata Laksana Stabilisasi d. Transport Bayi Sakit Kritis 2. Fasilitator dokter Sp.A kabupaten/kota memandu diskusi terkait paparan dan studi kasus (masing-masing 20 menit) a. Pediatric Assessment Triangle (PAT)/Triase mengenali kegawatdaruratan bayi b. Bantuan Hidup Dasar c. Tata Laksana Stabilisasi d. Transport Bayi Sakit Kritis



2. On the Job Training (OJT) a. Jadwal Pelaksanaan  Dilaksanakan di wahana klinik terpilih selama 3 hari @ 3 JPL secara tatap muka dengan menerapkan protokol pencegahan COVID-19.  OJT dilaksanakan dengan dibimbing oleh Fasilitator SpA di RS Kab/Kota terhadap 4 orang peserta dokter umum  OJT dilaksanakan dengan mengisi log book kegiatan berdasarkan penugasan kajian kasus Diare/Pneumonia/TB/Masalah Gizi/Mengenali dan Menangani Kegawatdaruratan Bayi.  Jika saat OJT tidak ditemukan kasus Diare/Pneumonia/TB/Masalah Gizi/Kegawatdaruratan Bayi maka dapat dilakukan penilaian retrospektif berdasarkan rekam medis.



PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



12



 Pencapaian OJT dalam 3 hari peserta mendapatkan minimal 1 kasus Pneumonia, 1 kasus Diare, I kasus Masalah Gizi, 1 kasus Kegawatdaruratan Bayi.  Penilaian pencapaian OJT melalui checklist sebagaimana dalam lampiran logbook. TABEL 6 JADWAL ON THE JOB TRAINING SESI BAYI Skill Station 3 hari, setiap kab/kota terdiri dari 4 peserta dibagi 2 kelompok@ 2 peserta 09.00-11.15



135 menit



09.00-11.15



135 menit



09.00-11.15



135 menit



Tatap Muka (RS)



Hari I (Tatap Muka, Praktik klinik di RS) Kajian kasus Deteksi Dini, Tata laksana  Tatap Muka (Rumah Rujukan Pneumonia/TB, Sakit)  Studi kasus dan ceklist tindakan sesuai  Praktek Klinik ke kasus (logbook terlampir) Rumah sakit  Diskusi Praktek Klinik Hari II (Tatap Muka, Praktik klinik di RS) Kajian kasus Deteksi Dini, Tata laksana  Tatap Muka (Rumah Rujukan Diare Sakit)  Studi kasus dan ceklist tindakan  Praktek Klinik ke sesuai kasus (logbook terlampir) Rumah sakit  Diskusi Praktek Klinik Hari III (Tatap Muka, Praktik klinik di RS) 1. Kajian kasus Deteksi Dini, Tata Tatap Muka (Rumah laksana Rujukan Masalah Gizi Sakit) Diskusi Praktek Klinik  Studi kasus dan ceklist tindakan sesuai kasus (logbook terlampir)



Fasilitator



Fasilitator Kab/Kota (SpA)



Fasilitator Kab/Kota (SpA)



Fasilitator Kab/Kota (SpA)



2. Mengenali dan Menangani Kegawatdaruratan Bayi, serta Transport Bayi Sakit Kritis  Studi kasus dan ceklist tindakan sesuai kasus (logbook terlampir) b. Panduan Penugasan On The Job Training Dalam pelaksanaan OJT, wahana klinik menyediakan APD, disinfektan, print out table logbook untuk peserta dan ruang OJT. Dalam pelaksanaan OJT, peserta diwajibkan:  Mematuhi kaidah pencegahan dan pengendalian Covid-1, yakni melakukan disinfeksi benda di sekitar, cuci tangan, pemakaian APD level 2 serta jaga jarak dengan orang lain, membawa alat pribadi (minum, ibadah) dan jika dibutuhkan melakukan ishoma di ruang OJT. Sehubungan waktu OJT hanya 3 jpl peserta tidak disarankan makan di rumah sakit.  Membawa Buku KIA dan Buku Bagan MTBS dari puskesmas masing-masing



PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



13



1) Hari I, OJT di Rumah Sakit 3 JPL dengan materi terkait Pneumonia/Diare/Masalah Gizi a) Fasilitator membuat janji temu dengan peserta pelatihan b) Fasilitator memberikan lembaran studi kasus, Peserta diminta menuliskan informasi lokasi, nama pasien dan kasus/penyakit pada lembaran studi kasus. c) Fasilitator membagi kasus diare/pneumonia/TB/masalah gizi masing-masing peserta mendapatkan 1 dengan menggunakan pada lembaran studi kasus. d) Fasilitator memberikan waktu untuk peserta melakukan kajian kasus terhadap pasien bayi dengan diare, pneumonia, TB, masalah gizi yang ada di RS lokasi OJT (anamnesis, pemeriksaan fisik, kajian kasus (penelaahan/penilaian terhadap proses pra rujukan/ rujukan, apakah tepat/berlebihan/terlambat). e) Fasilitator memberikan bimbingan pemberian resomal/rehidrasi intravena/oksigen/injeksi antibiotika f) Fasilitator memberikan waktu kepada peserta latih mempresentasikan hasil kajian/studi kasus @peserta. g) Fasilitator (1 fasilitator mengampu 2 peserta) memandu jalannya diskusi dan tanya jawab terkait kasus yang telah dipresentasikan h) Fasilitator menyimpulkan hasil dari presentasi dan sesi tanya jawab i) Fasilitator menjelaskan penugasan hari berikutnya j) Fasilitator menutup sesi OJT 2) Hari II, OJT di Rumah Sakit 3 JPL dengan materi terkait Pneumonia/Diare/Masalah Gizi a) Fasilitator memberikan lembaran studi kasus, Peserta diminta menuliskan informasi lokasi, nama pasien dan kasus/penyakit pada lembaran studi kasus. b) Fasilitator membagi kasus diare/pneumonia/TB/masalah gizi masing-masing peserta mendapatkan 1 dengan menggunakan pada lembaran studi kasus. c) Fasilitator memberikan waktu untuk peserta melakukan kajian kasus terhadap pasien bayi dengan Diare, Pneumonia, TB, Masalah Gizi yang ada di RS lokasi OJT (anamnesis, pemeriksaan fisik, kajian kasus (penelaahan/penilaian terhadap proses pra rujukan/ rujukan, apakah tepat/berlebihan/terlambat). d) Fasilitator memberikan bimbingan pemberian resomal/rehidrasi intravena/oksigen/injeksi antibiotika e) Fasilitator memberikan waktu kepada peserta latih mempresentasikan hasil kajian/studi kasus @peserta. f) Fasilitator (1 fasilitator mengampu 2 peserta) memandu jalannya diskusi dan tanya jawab terkait kasus yang telah dipresentasikan g) Fasilitator menyimpulkan hasil dari presentasi dan sesi tanya jawab h) Fasilitator menjelaskan penugasan hari berikutnya i) Fasilitator menutup sesi OJT 3) Hari III, OJT di Rumah Sakit 3 JPL dengan materi terkait pemantauan pasca rujukan balita Diare/Pneumonia/Masalah gizi, serta materi Mengenali dan Menangani Kegawatdaruratan Bayi a) Fasilitator memberikan lembaran studi kasus, Peserta diminta menuliskan informasi lokasi, nama pasien dan kasus/penyakit pada lembaran studi kasus. PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



14



b) Fasilitator membagi kasus diare/pneumonia/masalah gizi/kegawatdaruratan bayi masing-masing peserta mendapatkan 1 dengan menggunakan lembaran studi kasus. c) Fasilitator memberikan waktu untuk peserta melakukan kajian kasus terhadap pasien anak yang ada di RS lokasi OJT (anamnesis, pemeriksaan fisik, kajian kasus (penelaahan/penilaian terhadap proses pasca perawatan untuk ditindaklanjuti di puskesmas). d) Fasilitator memberikan bimbingan pelayanan pasca Perawatan Diare dehidrasi, Pneumonia, TB, Masalah Gizi e) Fasilitator memberikan bimbingan bagaimana mengenali dan menangani kegawatdaruratan bayi, bantuan hidup dasar bayi dan anak, transport bayi sakit kritis, tatalaksana gawat napas pada bayi dan anak, serta syok dan akses vaskuler pada bayi dan anak f) Fasilitator (1 fasilitator mengampu 2 peserta) memandu jalannya diskusi dan tanya jawab terkait kasus yang telah dipresentasikan g) Fasilitator menyimpulkan hasil dari presentasi dan sesi tanya jawab h) Fasilitator menjelaskan hasil OJT i) Fasilitator menutup sesi OJT c. Metode Pembelajaran  Hands-on. Peserta pendampingan melaksanakan tata laksana pada bayi dengan Diare, Pneumonia, Masalah Gizi, Mengenali dan Menangani Kegawatdaruratan Bayi.  One-on-One Teaching. Peserta pendampingan berdiskusi selama OJT dan selama pendampingan secara virtual.  Mandiri. Peserta pendampingan belajar mandiri d. Bahan Bacaan 1) Modul Introduksi penyebab kematian bayi dan intervensi pencegahan kematian (PP IDAI) 2) Modul Tata laksana pneumonia dan TB (UKK Respirologi) 3) Modul Tata laksana diare (UKK Gastrohepatologi) 4) Modul Pencegahan masalah gizi; pemantauan pertumbuhan dan penentuan status gizi, ASI dan MPASI (UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik) 5) Modul Mengenali dan Menangani Kegawatdaruratan Bayi (UKK Emergensi dan Rawat Intensif Anak) 6) Buku KIA (Kemenkes) 7) Buku Bagan MTBS (Kemenkes) 8) Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Balita Pada Masa Pandemi Covid-19 Bagi Tenaga Kesehatan Revisi 2 (Kemenkes) e. Alat Bantu Pelatihan 1) Tensimeter, manset anak, stetoskop neonatal dan stetoskop anak 2) ARI sound timer atau arloji dengan jarum detik 3) Pengukur suhu tubuh/ thermometer PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



15



4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) 13) 14) 15) 16) 17) 18) 19) 20) 21) 22) 23)



Timbangan bayi Senter Selang dan sungkup oksigen (ukuran anak) Tabung oksigen Zinc (sediaan tablet 10 mg dan 20 mg) Ampisillin inj 1000 mg/vial im Gentamisin 40 mg/ml im Epinefrin inj 0,1% subkutan Oralit Mineral Mix Bahan Resomal Cairan Ringer laktat Kassa/ Kapas alcohol Spuit 1, 3, 5 cc Kit resusitasi bayi Handscoen APD Pre test, post test (online) Lembar kajian kasus Checklist OJT (Logbook)



PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



16



BAB VI PESERTA DAN PELATIH A. Peserta Dokter umum di kabupaten/kota lokus Percepatan Penurunan AKI dan AKB yang memenuhi kriteria: 1. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 2. Bekerja di Puskesmas yang melayani bayi dan balita 3. Aktif menjadi peserta dari awal sampai akhir pelatihan (baik pada saat pembelajaran mandiri, online dan OJT di RSUD didampingi Dokter Spesialis). 4. Bersedia mengaplikasikan hasil pelatihan di tempat kerjanya serta tidak dipindah-tugaskan minimal selama 2 tahun setelah dilatih dibuktikan dengan surat pernyataan diri dan diketahui atasan. 5. Mendapat surat tugas dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 6. Dalam keadaan sehat. Dalam pelaksanaan OJT, peserta diwajibkan: 1. Mematuhi kaidah pencegahan dan pengendalian Covid-19, yakni melakukan disinfeksi benda di sekitar, cuci tangan, pemakaian APD level 2 serta jaga jarak dengan orang lain, membawa alat pribadi (minum, ibadah) dan jika dibutuhkan melakukan ishoma di ruang OJT. Sehubungan waktu OJT hanya 3 jpl peserta tidak disarankan makan di rumah sakit. 2. Membawa Buku KIA dan Buku Bagan MTBS dari puskesmas masing-masing B. Pelatih Pelatih terdiri dari 2 kategori yaitu : 1. Fasilitator / Mentor RS di Kabupaten / Kota adalah Dokter Spesialis dokter Spesialis Anak di RSUD Kabupaten/Kota Lokus Percepatan Penurunan AKI dan AKB yang berkomitmen mendampingi dokter umum peserta latih blended learning. Fasilitator dalam keadaan sehat. Dalam pelaksanaan OJT wahana klinik menyediakan APD, disinfektan, print out table logbook untuk peserta dan ruang OJT. 2. Narasumber Narasumber pusat berasal dari PP IDAI, UKK Respirologi, UKK Gastrohepatologi, UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik, dan UKK Emergens dan Rawat Intensif Anak. C. Panitia 1. Direktorat Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan RI 2. Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota 3. Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota dan IDI/PDUI Memiliki peran untuk :  Memfasilitasi pemilihan calon peserta, calon fasilitator, ijin OJT di RS. Dll termasuk mengawal pelaksanaan blended learning  sebagai observer saat blended learning berlangsung, mengikuti saat kelas online berlangsung  mengevaluasi tindaklanjut peserta latih di tempat kerja dalam rangka mendapatkan sertifikat  bersama dengan organisasi profesi lain memfasilitasi penguatan sistem pelayanan rujukan bayi



PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



17



BAB VII PENYELENGGARA DAN TEMPAT PENYELENGGARAAN A. Penyelenggara Peningkatan Kapasitas Dokter Umum dengan Metode Blended Learning ini dilaksanakan oleh Direktorat Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan RI bekerjasama dengan Organisasi Profesi, Dinas Kesehatan Provinsi, dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. B. Tempat penyelenggaraan 1. Sesi Online dilaksanakan di tempat masing – masing dengan menggunakan platform video conference. 2. Sesi On The Job Training dilaksanakan di wahana klinik terpilih yaitu Rumah Sakit Kabupaten / Kota



PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



18



BAB VIII EVALUASI HASIL PEMBELAJARAN Penilaian peserta didik memiliki prinsip-prinsip valid; andal; edukatif; otentik; objektif; adil; akuntabel; dan transparan. Evaluasi sumatif hasil pembelajaran meliputi: 1. Tingkat kehadiran (20%) 2. Tugas pembelajaran mandiri (25%) 3. Ranah keprofesian a. Cased-based discussion (30%) b. Prosedur (25%) Data proses pembelajaran dicatat secara pribadi melalui logbook. Peserta dinyatakan lulus apabila hasil akhir dari evaluasi hasil pembelajaran mendapatkan nilai angka ≥ 70 (nilai maksimal 100). Tingkat kehadiran dilakukan berdasarkan sistem presensi baik pada sesi kelas online maupun sesi OJT yang berlaku di masing-masing rumah sakit pendampingan dan tingkat kehadiran minimal 90% diperlukan untuk disertakan dalam akhir program pendampingan. Di akhir pembelajaran, peserta akan memperoleh sertifikat dengan SKP dari IDI



PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



19



MODUL BAHAN AJAR



Materi 1 Introduksi Penyebab Kematian Bayi dan Intervensi Pencegahan Kematian Tujuan - Dapat mengetahui penyebab kematian terbanyak pada bayi - Dapat mengetahui intervensi pencegahan kematian Pendahuluan Dalam menyusun strategi pelaksanaan RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2020 – 2024, Kementerian Kesehatan menetapkan 5 fokus masalah kesehatan yaitu: 1. Masalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) 2. Pengendalian stunting 3. Pencegahan dan pengendalian penyakit 4. Germas 5. Tata kelola sistem kesehatan Sebagai salah satu upaya melaksanakan strategi tersebut, Kementerian Kesehatan mengadakan pelatihan Peningkatan Kapasitas Bagi Dokter Umum di Kabupaten/Kota Lokus Percepatan Penurunan AKI dan AKB melaului metode blended training ini. Angka Kematian Bayi (AKB) berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017 adalah 24 per 1000 kelahiran hidup, artinya 1 dari 42 bayi meninggal sebelum ulang tahun pertamanya (151.200). Meskipun terjadi trend penurunan, namun angka tersebut masih tinggi (Gambar 1).



Gambar 1. Penurunan Angka Kematian Bayi, SDKI 2017 PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



20



Sekitar tiga per empat (75%) dari semua kematian pada 5 tahun pertama terjadi sebelum ulang tahun pertama. Tentu hal tersebut merupakah kehilangan besar karena mereka adalah calon generasi penerus bangsa. Indonesia menetapkan target AKB turun menjadi 16 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2024. Untuk mencapai tujuan besar tersebut diperlukan kerjasama semua pihak, baik pemerintah maupun organisasi profesi terkait untuk mengetahui permasalahan dan melakukan upaya-upaya terbaik dalam mengatasi masalah tersebut. Penyebab kematian utama pada bayi adalah komplikasi neonatal (36,9%), pneumoni (36,4%), kelainan kongenital (12,7%), dan diare (10,2%) (Gambar 2). Kematian akibat komplikasi neonatal (asfiksia, infeksi neonatal, prematuritas) dibahas pada modul Post Natal Care, sedangkan kematian akibat kelainan kongenital tidak dibahas pada kesempatan ini.



Gambar 2. Penyebab kematian bayi Berdasarkan Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia yang dirilis oleh Pusdatin Kemenkes pada tahun 2020, dengan prevalens pneumonia sebesar 3,55%, diperkirakan ada sekitar 885.551 balita mengalami pneumonia di seluruh Indonesia pada tahun 2019 dengan angka CFR (case fatality rate) 0,07. Demikian pula dengan diare, dilaporkan sekitar 1.591.944 balita menderita diare. Selain itu, masalah gizi juga menjadi perhatian khusus karena status gizi yang kurang baik berhubungan dengan kerentanan seorang anak menderita penyakit infeksi. Sekitar 11,7% anak usia 0 – 23 bulan kurus dan sangat kurus, serta 30,8% anak berusia kurang dari 5 tahun mengalami stunting. Sampai saat ini, belum ada data mengenai kontributor kematian bayi, berbeda dengan kematian neonatal yang sistem pelaporan dan auditnya telah berjalan melalui kegiatan AMP (Audit Maternal Perinatal). Pada kematian neonatal, dapat diketahui bahwa terlambat dirujuk (32%), stabilisasi prarujukan yang tidak adekuat (29%), dan terlambat mendapat pertolongan (26%) merupakan kontributor penyebab kematian neonatal.



PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



21



Bila ditelaah, diperkirakan terdapat beberapa masalah yang berkontribusi pada kematian bayi yang belum dapat turun secara bermakna, diantaranya: 1. Pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan primer belum berjalan optimal (ketersediaan SDM, saranan prasarana, logistik obat dan vaksin, hambatan geografis, dll) 2. Ketersediaan tenaga kesehatan yang terlatih dan terampil di fasilitas kesehatan primer belum optimal 3. Pedoman pelayanan anak sakit misalnya MTBS belum berjalan optimal 4. Keterlambatan dalam mengenali dan menangani kegawatdaruratan 5. Sistem rujukan yang belum berjalan baik 6. Kondisi masyarakat (hambatan akses terhadap upaya preventif, kuratif, dan promotif, baik hambatan ekonomi maupun sosial) Oleh sebab itu, perlu dirancang suatu intervensi secara terpadu, yang meliputi upaya preventif, kuratif, dan promotif. 1. Upaya preventif a. Pencegahan pernikahan usia muda (mencegah kelahiran prematur, BBLR, kelainan bawaan) b. Nutrisi adekuat; ASI eksklusif, praktik pemberian MPASI yang baik, suplementasi vitamin A c. Imunisasi dasar lengkap d. Kesehatan lingkungan: air bersih, udara bersih, jamban keluarga e. Pengetahuan orangtua yang baik mengenai upaya pencegahan sakit pada anak dan penanganan saat sakit (pemanfaatan Buku KIA) 2. Upaya kuratif a. Pengobatan yang tepat penyebab kematian terbanyak, diantaranya; pneumonia, diare, malnutrisi b. Kemampuan mengenali dan menangani kegawatdaruratan pada bayi c. Sistem rujukan yang baik d. Transportasi bayi sakit 3. Upaya promotif Pemantauan tumbuh kembang anak secara berkelanjutan dengan menggunakan Buku KIA.



PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



22



Untuk mencapai target SDG 2030, terdapat beberapa key intervention yang merupakan bagian dari continuum of care sebagai upaya menurunkan angka kematian bayi sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini.



Gambar 3. Key interventions Sumber: https://profiles.countdown2030.org/#/



Upaya preventif a. Pencegahan pernikahan usia anak Pada tahun 2018 di Indonesia, 1 dari 9 perempuan berusia 20-24 tahun menikah sebelum usia 18 tahun, lazim disebut perkawinan anak. Perkawinan usia anak berkontribusi terhadap kelahiran BBLR (BBL 5 poin dibawah normal, atau merintih, atau retraksi berat



PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



10 2



Hasil Evaluasi SADEWA: SKOR 0–2 3–4



TATALAKSANA Evaluasi SADEWA dan tanda vital setiap 4 jam, tata laksana sesuai penyakit  ulang SADEWA setiap 1 jam  cek tanda vital setiap 2 jam  rawat inap  konsultasikan pada dokter spesialis anak.



5



   



ulang SADEWA setiap 30 menit cek tanda vital setiap 2 jam rawat inap  rujuk HCU konsultasikan pada dokter spesialis anak



6



   



ulang SADEWA setiap 20 menit cek tanda vital setiap 1 jam rawat inap  rujuk PICU konsultasikan pada dokter spesialis anak segera



Catatan:



PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



10 3



Daftar Pustaka 1. Latief A, Pudjiadi A, Prawira Y, penyunting. Advanced pediatric resuscitation course. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2019.h.16-19. 2. Pudjiadi AH, Latief A. Bidiwardhana N. Buku ajar pediatrik gawat darurat. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2011. 3. Dieckmann RA, Brownstein D, Gausche-Hill M. The pediatric assessment triangle: a novel approach for the rapid evaluationof children. Pediatr Emerg Care. 2010;26:312-5 4. Zachariasse JM, Nieboer D, Maconochie IK, Smit FJ, Alves CF, Greber-Platzer S, et al. Development and validation of a paediatric early warning score for use in the emergency department: a multicentre study . Lancet Child Adolesc Health 2020; 4: 583–91



PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



10 4



Studi Kasus Anda seorang dokter jaga di puskesmas. Seorang anak perempuan, usia 5 tahun, berat badan 17 kg, datang dengan keluhan sesak dan napas berbunyi sejak tadi malam. Dari penampakan anak masih terlihat nyaman di pangkuan ibunya, didapatkan napas cuping hidung dan terdengar wheezing. Tidak pucat ataupun biru. Apakah kesimpulan saudara dan tindakan apa yang akan anda lakukan?



PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



10 5



Materi 8 Bantuan Hidup Dasar (BHD) pada Bayi dan Anak



Tujuan - Mampu melakukan bantuan hidup dasar pada bayi dan anak - Mampu melakukan tata laksana sumbatan jalan napas Resusitasi jantung paru bertujuan untuk mempertahankan pernapasan dan sirkulasi agar oksigenasi dan darah dapat mengalir ke jantung, otak, dan organ vital lainnya. Resusitasi merupakan upaya yang dilakukan terhadap penderita atau korban yang berada dalam keadaan gawat atau kritis untuk mencegah terjadinya kematian.Resusitasi memerlukan kerjasama tim baik komunikasi maupun dinamika kelompok. Resusitasi jantung paru (RJP) terdiri atas Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan Bantuan Hidup Lanjutan (BHL). Bantuan hidup dasar adalah suatu tindakan resusitasi tanpa menggunakan alat atau dengan alat yang terbatas seperti bag-mask ventilation, sedangkan pada bantuan hidup lanjut menggunakan alat dan obat resusitasi sehingga penanganan lebih optimal. Resusitasi Jantung Paru segera dan efektif berhubungan dengan kembalinya sirkulasi spontan dan kesempurnaan pemulihan fungsi otak.Bantuan hidup dasar pada anak dibedakan berdasarkan kelompok umur yaitu kurang dari satu tahun atau lebih dari satu tahun. Perbedaan mendasar terutama pada teknik dasar pemberian bantuan ventilasi, penilaian denyut nadi dan cara melakukan pijat jantung luar. Penyebab terjadinya henti napas dan jantung pada bayi adalah: 



Sindroma bayi mati mendadak (Sudden infant death syndrome -SIDS)







Penyakit pernapasan







Sumbatan saluran napas (termasuk aspirasi benda asing)







Tenggelam







Sepsis







Penyakit neurologis



Pada anak usia lebih dari 1 tahun penyebab terbanyak adalah cedera seperti kecelakaan lalulintas, kecelakaan sepeda, terbakar, cedera senjata api dan tenggelam.Injurie Peralatan yang sering dibutuhkan untuk mempertahankan jalan napas dan ventilasi dan mudah dalam pengerjaannya:  Orofaringeal airway/OPA (guedel) OPA digunakan untuk menyangga lidah agar tidak jatuh ke dinding posterior faring pada pada pasien yang tidak sadar. Pemasangan OPA tidak direkomendasikan pada pasien dengan refleks gag dan PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



10 6



batuk yang baik, karena dapat merangsang muntah. Ukuran OPA optimal adalah jarak antara sudut mulut sampai angulus mandibula (Lihat Gambar 1). OPA dapat dipasang dengan teknik langsung menggunakan spatula lidah pada bayi, dan teknik rotasi 90 derajat pada anak. Teknik memutar 180 derajat sangat tidak dianjurkan karena dapat merusak jaringan orofaring dan mendorong lidah ke belakang.



A



B



C



D



Gambar 1. Cara memilih ukuran OPA yang sesuai (A), Ukuran OPA yang sesuai akan memberikan ujung OPA yang sejajar dengan glottis yang terbuka (B), Jika terlalu besar akan mengakibatkan obstruksi akibat ujung OPA mendorong epiglottis ke bawah (C), Jika kekecilan akan mengakibatkan obstruksi akibat ujung OPA mendorong lidah ke belakang. 



Nasofaringeal airway (NPA) Terbuat dari karet lentur atau plastik, tujuannya menjaga jalan napas antara hidung dan faring posterior tetap terbuka. Ukuran NPA adalah 12 fr sampai 36 fr. Ukuran 12 fr (seukuran dengan ETT 3 m) digunakan pada neonatus cukup bulan. Pemilihan penyangga NPA harus disesuaikan dengan diameter liang hidung, diameter NPA harus lebih kecil dibandingkan dengan diameter liang hidung. Selanjutnya panjang NPA diukur dari ujung hidung sampai tragus (Gambar 2). Posisi optimal NPA adalah ujung alat berada di hipofaring.



Gambar 2. Cara penentuan panjang NPA (A) dan posisi NPA dalam mempertahankan jalan napas (B).



PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



10 7







BANTUAN HIDUP DASAR



Alur tata laksana (algoritma) henti jantung dengan satu dan dua penolong dapat dilihat pada Gambar 3.



Pasien tidak sadar



Pendekatan “HATI” Hubungi bantuan Amankan diri dan lingkungan Tidak membahayakan pasien Investigasi ABC



Buka Jalan Napas



Tidak bernapas normal? 5 bantuan napas Raba nadi. Nadi ≤ 60x/menit? Tidak ada anda kehidupan



Kompresi dada 15 kali



2 bantuan napas 15 kompresi dada Pasang monitor EKG VF/VT tanpa nadi







Evaluasi ulang setelah 1 menit







Bila dalam 1 menit belum ada bantuan, panggil bantuan kembali.



Asistol/PEA



Gambar 3. Algoritma Bantuan Hidup Dasar (BHD) pada Anak



PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



10 8



Tahapan BHD pada anak dijabarkan dibawah berikut ini: 1.1. Periksa Kesadaran Periksa kesadaran anak dengan:  Bayi: gosok dada infant dengan hati-hati atau sentil kaki bayi.  Anak: panggil anak dengan suara yang keras dan jelas, lihat apakah anak memberikan respon. Jika tidak berespon, guncang bahu korban (hati-hati pada pasien dengan kecurigaan cedera servikal). (Gambar 4) Pada korban yang sadar, dia akan menjawab dan bergerak. Selanjutnya cepat lakukan pemeriksaan untuk mencari kemungkinan cedera dan pengobatan yang diperlukan, namun jika tidak ada respon artinya korban anak sadar maka segera lakukan pendekatan HATI.



Gambar 4. Menilai kesadaran bayi (A) dan anak (B) 1.2. Pendekatan HATI  Hubungi bantuan  Amankan diri dan lingkungan  Tidak membahayakan pasien  Investigasi ABC (dilakukan dengan menempatkan korban pada tempat yang datar, keras dengan posisi terlentang). Jika harus membalikkan posisi penderita maka lakukan seminimal mungkin gerakan pada leher dan kepala. 1.3. Buka jalan napas dan periksa apakah korban tersebut bernapas. Pada bayi dan anak sering terjadi obstruksi dikarenakan lidah jatuh ke belakang, dan penolong harus dengan segera membebaskan jalan napas dengan beberapa teknik berikut:  Jika korban tidak sadar dan tidak dicurigai adanya trauma, buka jalan napas dengan teknik head tilt–chin lift. Jangan menekan jaringan lunak dibawah dagu karena akan menyebabkan sumbatan (Gambar 5). Pada bayi dan anak jangan melakukan posisi hiperekstensi karena akan menutup jalan napas.



PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



10 9



Gambar 5. Tekhnik buka jalan napas (head tilt-chin lift)  Pada korban yang dicurigai mengalami trauma leher gunakan teknik jaw-thrust untuk membuka jalan napas, yaitu dengan cara meletakkan 2 atau 3 jari dibawah angulus mandibula kemudian angkat dan arahkan keluar, jika terdapat dua penolong maka yang satu harus melakukan imobilisasi tulang servikal (Gambar 6).



Gambar 6. Teknik buka jalan napas (jaw-thrust) 1.4.



Penilaian ada tidaknya usaha napas dari pasien







LOOKing



: Melihat gerakan dada dan/ atau perut







LISTENing



: Mendengar suara pernapasan dari mulut dan hidung







FEELing



: Merasakan hembusan udara napas pada pipi,



Tindakan ini dapat dilakukan oleh penolong dengan meletakkan wajahnya didepan anak (telinga penolong setentang hidung anak, pipi penolong setentang mulut anak, dan mata penolong melihat gerakan dada). Tindakan ini dilakukan dalam 10 detik (gambar 7).



Gambar 7. Posisi look, listen and feel



PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



11 0



1.5.  



   



Pernapasan Jika pernapasan normal setelah jalan napas terbuka, posisikan anak pada posisi pulih dengan tetap mempertahankan jalan napas tetap terbuka. Jika pernapasan tidak normal (tidak bernapas atau gasping, napas yang agonal atau napas tidak efektif) berikan 5 kali bantuan napas dengan satu kali bantuan napas selama 3-5 detik. Teknik bantuan napas pada bayi dan anak berbeda, hal ini dapat dilakukan dengan dan tanpa alat. Tanpa alat, pada bayi dilakukan teknik : mouth-to-mouth-and-nose dan pada anak menggunakan teknik mouth-to-mouth (Gambar 8). Dengan alat sungkup (masker), alat yang digunakan harus sesuai dengan ukuran sehingga dapat menutup mulut dan hidung (Gambar 8). Sambil mempertahankan jalan napas, lakukan tiupan napas buatan dengan mulut atau balon (bag) resusitasi. Bila dada tidak mengembang, perbaiki posisi kepala dan bila tetap tidak mengembang, pikirkan kemungkinan sumbatan jalan napas.



A



B



C



Gambar 8. Posisi sungkup yang benar (A), bantuan napas dengan alat (B,C) 1.6. 



Periksa Nadi Selanjutnya periksa nadi, pada bayi pemeriksaan dilakukan pada arteri brakhialis sedangkan pada anak dapat dilakukan pada arteri karotis ataupun femoralis (Gambar 9). Pemeriksaan nadi ini tidak boleh lebih dari 10 detik.



Gambar 9. Pemeriksaan nadi brakialis pada bayi (A), nadi karotis pada anak (B) dan nadi femoralis (C). 



Jika nadi lebih dari 60 kali/menit namun tidak ada napas spontan atau napas tidak efektif, maka lakukan pemberian bantuan napas sebanyak 12 hingga 20 kali bantuan



PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



11 1



 







napas/menit, sekali napas buatan 3 sampai 5 detik hingga korban bernapas dengan spontan, napas yang efektif akan tampak dada korban akan mengembang. Jika nadi kurang dari 60 kali/menit dan tidak ada napas atau napas tidak adekuat, maka lakukan kompresi jantung luar. Penilaian denyut nadi tidak perlu dilakukan bila pasien tidak memiliki tanda kehidupan: tidak bernapas atau napas tidak normal (gasping), tidak ada gerak dan tidak ada refleks batuk. Penolong dapat segera melakukan kompresi jantung luar. Teknik kompresi jantung luar berbeda antara bayi dan anak. Teknik kompresi pada bayi dapat dilakukan di sternum dengan dua jari (two-finger chest compression technique) yang diletakkan 1 jari di bawah garis imajiner intermamae atau two thumb–encircling hands technique yang direkomendasikan jika didapatkan dua penolong (gambar 10).



Gambar 10. Teknik 2 jari pada satu penolong dan teknik 2 ibu jari pada 2 penolong Teknik kompresi jantung luar pada anak dilakukan dengan teknik kompresi pada pertengahan bawah sternum dengan satu atau kedua telapak tangan tapi tidak menekan prosesus xypoid ataupun sela iga (Gambar 11).



A



B



Gambar 11. Teknik 1 tangan (A) dan 2 tangan pada anak (B) 



Kompresi dada harus dilakukan dengan efektif (High Quality CPR) yaitu : 



Frekuensi yang adekuat (push fast and hard) yaitu 100-120 kali per menit, dilakukan di atas alas yang keras







Dinding dada mengembang kembali secara sempurna setelah setiap kompresi (complete recoil)







Interupsi kompresi seminimal mungkin (maksimal 10 detik)



PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



11 2







Hindari ventilasi secara berlebihan







Kedalaman minimal 1/3 diameter dinding anteroposterior dada atau 4 cm (1.5 inchi) pada bayi dan 5 cm (2 inchi) pada anak.







Resusitasi jantung paru pada bayi dan anak oleh satu dan 2 penolong dilakukan dengan rasio kompresi jantung luar dilakukan 15 kali dan 2 kali bantuan napas. Dilakukan 5 siklus dalam 1 menit, lalu lakukan evaluasi ulang kondisi korban: nadi, napas, warna, kesadaran, pupil.



1.7. 



Evaluasi monitor EKG Bila ditemukan non shockable rhythms (gambaran asystole atau PEA) berikan injeksi adrenalin intravena atau intraosseous dengan dosis 10 mikrogram/kg (0,1 ml/kg dari adrenalin 1:10.000). Setiap sesudah pemberian injeksi adrenalin diikuti bolus normal saline 2-5 ml. Saat pemberian injeksi adrenalin, bantuan napas dan kompresi jantung luar tetap dilanjutkan tanpa interupsi. Penghentian bantuan napas dan kompresi jantung luar hanya dapat dilakukan setelah 2 menit saat evaluasi ritme jantung di monitor.







1.8. Penghentian Resusitasi Jantung Paru Resusitasi jantung paru dapat dihentikan bila  Asistol yang menetap selama 30 menit  Penolong sudah melakukan bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut secara optimal  Penolong kelelahan. Pada sarana atau fasilitas kesehatan, bila orang tua menolak dan memandatangani surat penolakan tindakan RJP, maka tindakan ini boleh tidak dilakukan. Terutama pada pasien dengan penyakit terminal atau kelainan genetik yang bersifat letal.



2. SUMBATAN JALAN NAPAS OLEH BENDA ASING 2.1. Pengenalan dini sumbatan jalan napas oleh benda asing Kejadian tersedak sangat sering ditemukan pada anak. Benda-benda yang sering menjadi penyebab sumbatan jalan napas adalah kacang, permen, kelereng, jarum pentul, dan benda-benda kecil lainnya. Saat benda asing masuk jalan napas, anak akan bereaksi segera dengan batuk sebagai upaya untuk mengeluarkannya. Bantuk spontan lebih efektif dan aman dibandingkan berbagai manuver yang dilakukan oleh penolong. Namun, ketika batuk tidak ada atau tidak efektif, benda asing akan menyumbat jalan napas sehingga bayi dan anak dengan segera akan mengalami asfiksia. Pada kondisi ini, harus dilakukan intervensi aktif segera. Tanda khas sumbatan jalan napas oleh benda asing adalah terjadinya distress napas tiba-tiba yang berhubungan dengan batuk, gagging atau stridor. Tanda dan gejala yang sama juga dapat ditemukan pada laringitis atau epiglottitis dimana tatalaksananya tentunya berbeda dengan tatalaksana sumbatan jalan napas oleh benda asing. Kecurigaan sumbatan jalan napas oleh benda asing jika ditemukan tanda dan gejala yang tiba-tiba dan tidak terdapat penyakit sebelumnya.



PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



11 3



2.2. Tata laksana sumbatan jalan napas oleh benda asing Alur tata laksana sumbatan jalan napas oleh benda asing dapat dilihat dibawah ini. Kecurigaan sumbatan jalan napas oleh benda asing  Batuk/ tersedak  Terjadi secara tiba-tiba  Riwayat bermain dengan/ memakan benda kecil



Batuk tidak efektif  Tidak bisa bersuara  Batuk tanpa suara (silent cough)  Kesulitan bernapas  Sianosis  Penurunan kesadaran



Tidak sadar



Buka jalan napas 5 bantuan napas Mulai RJP



Sadar 5 back blows 5 thrusts (chest thrust hanya untuk bayi; abdominal thrusts untuk anak > 1 tahun)



Batuk efektif  Menangis atau dapat menjawab pertanyaan secara verbal  Batuk kuat  Mampu mengambil napas sebelum batuk  Sadar penuh



Upayakan batuk Re-evaluasi terhadap perburukan/ batuk tidak efektif atau sampai sumbatan jalan napas teratasi



Penjelasan alur tata laksana:  Anak batuk efektif  Tidak perlu lakukan manuver  Upayakan anak tetap batuk sambil monitoring kondisi anak  Bila batuk menjadi tidak efektif, segera panggil bantuan dan tentukan tingkat kesadaran anak  Anak batuk tidak efektif dan sadar  Segera berikan 5 manoeuvre back blows diikuti dengan 5 manoeuvre chest thrusts (bayi) atau abdominal thrusts (anak).  Posisi manoeuvre back blows antara kedua belikat 



 



Manoeuvre chest thrust pada bayi diberikan seperti posisi saat melakukan kompresi jantung luar namun laju kompresi lebih lambat (satu kompresi untuk satu detik) dan lebih kuat dibandingkan kompresi jantung luar (lihat Gambar 12). Posisi manoeuvre abdominal thrusts/ Heimlich antara xypoid dan umbilikal (Gambar 13). Setiap selesai melakukan 5 manoeuvre, lihat mulut anak apakah terdapat benda asing dan keluarkan bila terlihat. Hati-hati jangan mendorong benda asing makin ke bawah dan cegah kerusakan jaringan lebih lanjut. PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



11 4



Gambar 12. Maneuvre back blows (A) dan chest thrust (B) pada bayi



Gambar 13. Maneuvre back blows (A) dan abdominal thrust/ Heimlich posisi supine(B) pada anak 



Anak batuk tidak efektif dan tidak sadar  Panggil bantuan  Tempatkan anak pada permukaan yang rata dan keras  Buka mulut dan upayakan untuk mengeluarkan objek yang terlihat dari mulut  Mulai lakukan RJP



PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



11 5



Daftar Pustaka 1. Latief A, Pudjiadi A, Prawira Y, penyunting. Advanced Pediatric Resuscitation course. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2019.h.29-32. 2. Pudjiadi AH, Latief A. Bidiwardhana N. Buku Ajar Pediatrik Gawat Darurat. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2011. 3. Monsieurs KG, Nolan JP, Bossaert LL, Greif R, Maconochie IK, Nikolaou NI, dkk. European Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2015. Resuscitation. 2015;95:35-46. 4. Samuels M, Wieteska S. Advanced Paediatric Life Support. A Practical Approach to Emergencies. Edisi 6. United Kingdom: Wiley Blackwell; 2016. h. 169-224



PANDUAN PESERTA SESI TATA LAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI



11 6



Studi Kasus Anda sedang bertugas di IGD, mendapat panggilan masuk pasien baru anak berumur 6 tahun berat badan 25 kg, dengan keluhan sesak nafas sejak 4 hari sebelum masuk RS. Pada saat dilakukan pemeriksaan tiba-tiba dijumpai keadaan anak denyut jantung 95% di udara ruang, tidak terdapat kondisi penyakit yang dapat berubah dengan cepat atau ancaman gangguan jalan napas dan sirkulasi. 2.Stabil namun kritis: potensial ketidakstabilan hemodinamik, perubahan status mental (GCS>8), distress napas ringan dgn SpO2