Panduan Manual Survei SKJ-RCS - IIRMS [PDF]

  • Author / Uploaded
  • ricky
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

INDONESIAN INTEGRATED ROAD MANAGEMENT SYSTEMS (IIRMS)



PANDUAN SURVAI KONDISI JALAN Nomor : SMD-03/RCS



OKTOBER



2005



DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA



Panduan Survei Kondisi Jalan



DAFTAR ISI 1. DESKRIPSI ............................................................................................................................. 1 1.1 MAKSUD DAN TUJUAN ......................................................................................................... 1 1.2 RUANG LINGKUP .................................................................................................................. 1 1.3 BATASAN DAN PENGERTIAN ................................................................................................. 1



2. PELAKSANAAN ..................................................................................................................... 2 2.1 PERALATAN DAN PERLENGKAPAN ........................................................................................ 2 2.2 PERSIAPAN ........................................................................................................................... 2 2.3 CARA PELAKSANAAN ........................................................................................................... 3 2.4 PELAPORAN.......................................................................................................................... 4



LAMPIRAN 1. 2.



Penjelasan Istilah yang Digunakan dalam Pengisian Formulir Survei Kondisi Jalan Kondisi Jalan Tanah / Kerikil



L-1 L-6



Cara pengisian Formulit Survey, Formulir Penunjang dan contoh Formulir yang telah diisi 3. 4. 5. 6.



Formulir survai Kondisi Jalan Aspal Formulir survai kondisi jalan tanah /kerikil Formulir Penunjang Survai Kondisi Jalan Aspal Formulir Penunjang Survai Kondisi Jalan Tanah / Kerikil



L-10 L-19 L-28 L-31



FORMULIR SURVAI 1. 2. 3. 4. 5.



Formulir Survei Kondisi Jalan Aspal Formulir Survei Kondisi Jalan Tanah/Kerikil Formulir Penunjang Survei Kondisi Jalan Aspal Formulir Penunjang Survei Kondisi Jalan Tanah/Kerikil Daftar Pengambilan Foto



IIRMS - 2005



i



Panduan Survei Kondisi Jalan BAB 1 DESKRIPSI 1.1



Maksud dan Tujuan



Maksud dan tujuan survei kondisi jalan disingkat SKJ (Road Condition Survey, RCS) adalah untuk mendapatkan data kondisi dari bagian-bagian jalan yang mudah berubah; baik untuk jalan aspal maupun jalan tanah/kerikil, sesuai kebutuhan untuk penyusunan rencana dan program pembinaan jaringan jalan. Hasil survei kondisi jalan bersama dengan hasil survei jalan lainnya serta perhitungan lalu lintas digunakan untuk penyusunan rencana dan program pembinaan jaringan jalan, dan sebagai masukan dalam sistem perencanaan teknis jalan. Disamping itu survei kondisi jalan dimaksudkan pula untuk dapat memberikan masukan data pada leger jalan dan bank data jalan, baik ditingkat pusat, ditingkat Propinsi, serta ditingkat Kabupaten/Kotamadya.



1.2



Ruang Lingkup



Panduan ini menguraikan hal yang menyangkut pelaksanaan, pelaporan serta cara pengisian formulir survei. Panduan survei kondisi jalan ini khususnya diterapkan dalam pelaksanaan survei pada jalan Nasional, dan jalan Propinsi, dan secara umum dapat pula digunakan untuk jalan Kabupaten/Kotamadya, jalan Tol dan jalan Khusus, baik yang berupa jalan kerikil maupun jalan tanah. Sedangkan untuk survei kondisi pada jalan dengan perkerasan kaku dijelaskan pada buku panduan lain.



1.3



Batasan dan Pengertian



Survei kondisi jalan dilakukan setahun sekali, berdasarkan data titik referensi. Untuk pelaksanaan survei kondisi jalan pada jalan aspal agar diusahakan bersamaan waktunya dengan survai kekasaran permukaan jalan, sehingga hasil keduanya dapat saling melengkapi. Ada 2 (dua) macam formulir yang digunakan pada survei kondisi jalan, yaitu : a) Formulir survei kondisi jalan, untuk jalan aspal pada lampiran 1 dan untuk jalan kerikil pada lampiran 2. b) Formulir penunjang yaitu formulir yang digunakan oleh petugas untuk mencatat hasil pengamatan kondisi secara visual dari dalam kendaraan, baik pada jalan aspal seperti terlihat di lampiran 3 maupun pada jalan kerikil/tanah seperti terlihat di lampiran 4.



IIRMS - 2005



1



Panduan Survei Kondisi Jalan BAB 2 PELAKSANAAN 2.1



Peralatan dan Perlengkapan



Agar pelaksanaan survei dapat berjalan lancar dan memberikan hasil sebagaimana mestinya, diperlukan peralatan dan perlengkapan yang sesuai, yaitu :



2.1.1 Kendaraan roda empat dilengkapi dengan tripmeter (alat pengukur jarak tempuh) yang bekerja dengan baik dan menunjukkan jarak dalam satuan kilometer, dengan tingkat ketelitian puluhan meter. Apabila belum tersedia tripmeter dapat digunakan kendaraan dengan odometer yang menunjukkan jarak dalam satuan kilometer serta bukan yang menggunakan sistem loncat, dengan tingkat ketelitian ratusan meter. Usahakan agar odometer yang digunakan dapat diatur ke kedudukan 0 (nol). Kendaraan yang digunakan untuk survei diperlengkapi tanda untuk keamanan pelaksanaan survai (lampu merah berkedip, rambu, tulisan pelaksanaan survei).



2.1.2 Pita ukur panjang 1 - 2 meter.



2.1.3 Formulir Survei Kondisi Jalan, dan Formulir Penunjang. 2.1.4 Hasil Survei Data Titik Referensi.



2.1.5 Peta Jaringan Jalan yang akan di Survei.



2.1.6 Foto Tustel untuk Membuat Foto Dokumentasi.



2.1.7 Alat gali untuk mengetahui tebal lapisan dalam pelaksanaan survei pada jalan kerikil.



2.2



Persiapan



2.2.1 Kendaraan yang akan digunakan untuk survei harus diperiksa kondisinya.



2.2.2 Tripmeter/Odometer kendaraan agar diperiksa ketepatan serta kelancaran sistem kerjanya .



IIRMS - 2005



2



Panduan Survei Kondisi Jalan 2.2.3 Petugas survei harus yang telah berpengalaman dan benar-benar memahami prosedur survei serta pengisian formulir.



2.2.4 Formulir survei serta peralatan dan perlengkapan lainnya agar dapat diperiksa sehingga dapat memenuhi kebutuhan.



2.3



Cara Pelaksanaan



2.3.1 Survei dilakukan pada suatu ruas jalan mulai dari titik awal sampai dengan titik akhir ruas jalan tersebut. Pelaksanaannya dilakukan dari patok kilometer kecil kearah patok kilometer besar.



2.3.2 a) Petugas survei mengamati kondisi jalan dari dalam kendaraan yang dijalankan perlahan, tidak lebih dari 20 km/jam dan mengisi lembar formulir penunjang yang telah ditentukan. (Bentuk form, petunjuk pengisian dan contoh pengisian, lampiran 3, 4 6III, 6IV). b) Petugas survei akan menentukan kondisi yang mewakili dari 1 (satu) kilometer segmen jalan yang disurvei tersebut, dan mencatat kondisinya secara teliti pada formulir survei, berdasarkan isian formulir penunjang. (Bentuk form, petunjuk pengisian dan contoh pengisian formulir survai, lampiran 1, 2 dan 6I, 6II). c) Dalam hal kondisi khusus dan yang tidak dapat diamati dari dalam kendaraan, maka petugas survei harus turun dari kendaraan dan melakukan pengamatan teliti kondisi jalan yang tidak dapat diamati dari dalam kendaraan, serta melakukan pengukuran-pengukuran terhadap kerusakan yang ada. d) Khusus dalam pelaksanaan survei pada jalan kerikil petugas harus melakukan penggalian untuk mengetahui dan mencatat ketebalan lapisan kerikil. Lokasi penggalian dipilih yang dapat mewakili ketebalan sepanjang 1 km jalan yang disurvai.



2.3.3 a) Setiap lembar formulir survei digunakan untuk mencatat data kondisi jalan sepanjang 1 (satu) kilometer segmen jalan, dan harus telah diisi pada saat petugas survei sampai diakhir kilometer yang bersangkutan. b) Formulir survei dibedakan untuk pelaksanaan survei kondisi jalan pada permukaan jalan yang diaspal dan permukaan jalan yang tidak diaspal (jalan tanah atau jalan kerikil).



2.3.4 a) Foto dokumentasi dibuat pada awal ruas; pada setiap patok km/tanda dengan cat/tanda sementara lainnya dan pada akhir ruas sesuai dengan hasil survei titik referensi (STR). b) Setiap pengambilan foto agar dicatat dalam daftar pengambilan foto, seperti contoh pada lampiran 7.



2.3.5 Untuk survei yang dilakukan pada suatu jalan berlajur banyak yang mempunyai jalur pemisah (median) maka :



IIRMS - 2005



3



Panduan Survei Kondisi Jalan a) Ruas jalan tersebut mempunyai nama dua nomor ruas yang berbeda suffixnya misalnya ruas 001 12 dan ruas 001 A2, dimana suffix 12 menunjukan lebih utama dari suffix A2 yang merupakan pengembangannya. b) Tipe jalan ini termasuk 4/2 D atau 6/2 D yang berarti 4 atau 6 lajur 2 arah terbagi (D = Devided). c) Kondisi yang dilaporkan dari bahu atau lainnya adalah dari satu sisi yang sama.



2.3.6 Untuk survei yang dilakukan pada suatu jalan berlajur banyak yang tidak mempunyai jalur pemisah (median) maka : a) Ruas jalan tersebut mempunyai nama satu nomor ruas saja dan perlakuannya sama dengan ruas jalan yang hanya mempunyai 2 lajur saja. b) Tipe jalan ini biasanya disebut 4/2 UD yang berarti 4 lajur 2 arah tidak terbagi (UD = Undevided). c) Kondisi yang dilaporkan dari bahu atau elemen lainnya adalah dari kedua sisi jalan tersebut.



2.3.7 Apabila suatu ruas jalan mempunyai patok kilometer yang diukur lebih dari satu kota asal, maka khusus untuk ruas jalan tersebut pelaksanaan surveinya harus dilakukan sebagaimana dalam survai data titik referensi.



2.3.8 Apabila ada ruas jalan yang mempunyai patok kilometer ganda baik yang disebabkan oleh pemasangan patok baru dimana patok lamanya belum dicabut, atau dikarenakan perbedaan kota asal pengukuran jarak, maka survei harus dilakukan berdasarkan data titik referensi.



2.4



Pelaporan



2.4.1 Bentuk Laporan Laporan yang harus disampaikan oleh petugas survei adalah : a) Berkas formulir survai kondisi jalan dan formulir penunjang yang telah diisi. b) Foto dokumentasi beserta film negatifnya, disertai lembar daftar pengambilan foto. Laporan dibundel dengan baik sehingga tidak mudah lepas dan dikelompokkan berdasarkan ruas jalan yang disurvei.



2.4.2 Penyampaian Laporan a) Laporan disampaikan oleh petugas survei kepada pejabat yang telah ditentukan. b) Penyampaian laporan harus dijamin ketepatan waktu, kelengkapan, dan kondisi berkasnya.



IIRMS - 2005



4



LAMPIRAN



Lampiran 1



PENJELASAN ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGISIAN FORMULIR SURVEI KONDISI JALAN 1. KONDISI JALAN ASPAL 1.1



Permukaan Perkerasan



1.1. 1 Susunan 1 a) Baik/rapat : Permukaan jalan halus dan rata seperti penghamparan baru dari material yang dicampur ditempat percampuran misalnya Laston atas, Lataston atau Laston. Batu-batu kecil kelihatan pada permukaan tetapi tersusun rapi/baik didalam bahan pengikat. 2 b) Kasar : Keadaan permukaan jalan kasar dengan batu-batu yang menonjol keluar dibandingkan dengan bahanbahan pengikatnya (aspal).



1.1. 2 Kondisi / Keadaan 1



a) Baik/tidak ada kelainan : Permukaan jalan rata tanpa perubahan bentuk atau penurunan. 2 b) Aspal yang berlebihan : Permukaan jalan licin dan berkilat, tidak ada batu yang kelihatan. Waktu hari panas permukaan dari tipe ini menjadi lunak dan lekat. 3 c) Lepas-lepas : Keadaan ini terjadi pada permukaan perkerasan yang banyak bahan pengikat aspal tidak mengikat agregat batu sehingga banyak batu berlepasan tanpa pengikat aspal. 4 d) Hancur : Permukaan jalan hancur dan hampir semua bahan pengikat aspal hilang. Banyak sekali batu dari berbagai ukuran yang sudah lepas di atas permukaan jalan dan kelihatan seperti jalan kerikil dengan sedikit permukaan yang masih mempunyai aspal.



1.1. 3 Penurunan Penurunan permukaan merupakan penurunan setempat pada suatu bidang perkerasan yang biasanya terjadi dengan bentuk tidak menentu. Termasuk kategori penurunan adalah penurunan bekas beban roda kendaraan. Yang diperhitungkan adalah prosentase luas bidang yang mengalami penurunan terhadap luas total permukaan jalan sepanjang 1 km.



a) Tidak ada : cukup jelas



b) < 10% luas : cukup jelas



1



2



c) 10 - 30 % luas: cukup jelas d) > 30% luas : cukup jelas



3 4



L-2



1.1. 4 Tambalan Tambalan adalah keadaan dari permukaan perkerasan dimana lubang-lubang, penurunan dan retak-retak sudah diperbaiki dan diratakan dengan material aspal dan batu atau agregat lain. Yang diperhitungkan adalah prosentase luas bidang tambalan terhadap luas total permukaan jalan sepanjang 1 km. a) Tidak ada : cukup jelas



1



b) < 10% luas : cukup jelas



2



c) 10 - 30 % luas : cukup jelas



3



d) > 30% luas : cukup jelas



4



1.2



Retak-retak



1.2.1 Jenis Retakan a) Tidak ada :



1



cukup jelas 2 b) Tidak berhubungan : Retak-retak yang merupakan garis-garis dengan bentuk tidak beraturan dan panjang yang berbeda serta arahnya memanjang atau melintang permukaan perkerasan jalan.



c) Saling berhubungan (berbidang luas) :



3



Retak-retak yang saling berhubungan berbentuk pola dengan bidang yang luas termasuk pola retak melintang dan memanjang.



d) Saling berhubungan (berbidang sempit) :



4



Retak-retak yang saling berhubungan berbentuk pola dengan bidang yang sempit atau kecil : termasuk retak kulit buaya dan retak dengan tipe yang sama.



1.2.2



Lebar Retakan



Yaitu jarak antara dua bidang retakan diukur pada permukaan perkerasan a) Tidak ada :



1



Apabila tidak dijumpai adanya retakan. 2 b) Halus : Apabila lebar retakan kurang dari 1 mm 3 c) Sedang : Apabila lebar retakan antara 1 - 3 mm. 4



d) Lebar : Apabila lebar retakan lebih dari 3 mm. L-2



1.2.3 Luas Retakan Adalah luas bagian permukaan jalan yang mengalami retakan, diperhitungkan secara prosentase terhadap luas permukaan segmen jalan yang disurvai sepanjang 1 km.



a) Tidak ada



1



: Cukup jelas



b) < 10 % luas



2



: Cukup jelas



c) 10 - 30 % luas



3



: Cukup jelas



d) > 30 % luas



4



: Cukup jelas



1.3 Kerusakan lain 1.3.1 Lubang a) Jumlah lubang Adalah jumlah lubang yang terdapat pada permukaan jalan yang disurvai sepanjang 1 km.



1) Tidak ada



1



: Cukup jelas



2) < 10 / km



2



: Cukup jelas



3) 10 - 50 / km



3



: Cukup jelas



4) > 50 / km



4



: Cukup jelas



b) Ukuran lubang Adalah perkiraan ukuran lubang rata-rata yang mewakili pada satu kilometer segmen jalan yang disurvai. Ukuran lebar dan kedalaman lubang dibatasi sebagai berikut : 1) Kecil : diameter < 0,5 m 2) Lebar : diameter  0,5 m 3) Dangkal : kedalaman < 5 cm 4) Dalam : kedalaman  5 cm



1.3.2 Bekas Roda (Penurunan Akibat Beban Roda Kendaraan) / Wheel Ruts Penurunan yang terjadi pada suatu bidang permukaan jalan yang disebabkan oleh beban roda kendaraan. Pada ruas jalan dengan volume lalu lintas rendah, dimana kendaraan dapat melaju ke beberapa arah maka penurunan akibat beban roda kendaraan tersebut dapat berbentuk tonjolan dan lekukan yang tersebar secara luas pada permukaan jalan tidak seperti bekas roda. a) Tidak ada b) < 1 cm dalam



1 2



: Cukup jelas : Cukup jelas



c) 1 - 3 cm dalam



3



: Cukup jelas



d) > 3 cm dalam



4



: Cukup jelas



L-3



1.3.3 Kerusakan Tepi Adalah kerusakan yang terjadi pada tepi perkerasan sehingga bentuk tepi perkerasan tidak rata. Kerusakan ini diamati sampai selebar 25 cm dari tepi perkerasan. Kerusakan tepi perkerasan biasanya terjadi pada daerah bahu yang lunak yang telah mengalami penurunan atau erosi, atau disebabkan oleh bekas roda kendaraan di luar tepi perkerasan.



a) Tidak ada :



1



Cukup Jelas



b) Ringan:



2



Tepi perkerasan mulai lepas disertai keluarnya agregat dari permukaan jalan serta batu-batu berlepasan. 3



c) Berat/Parah :



Perkerasan di sekitar tepi jalan hancur disebabkan retak yang sangat parah serta bidang yang mengalami kehancuran cukup besar.



1.4 Bahu Jalan, Saluran Samping dan lain-lain Bahu jalan merupakan suatu daerah yang berdampingan dengan perkerasan jalan, yang diperuntukan bagi kendaraan berhenti atau parkir, dapat diperkeras atau tidak diperkeras. Bahu jalan dapat merupakan sebagian atau seluruh daerah antara tepi perkerasan dan saluran samping, atau antara tepi perkerasan dan puncak atau kaki tebing pada timbunan atau daerah galian jika tidak ada saluran samping.



1.4.1 Kondisi Bahu 1



a) Tidak ada :



Apabila tidak dijumpai adanya bahu jalan , atau lebar bahu < 0,50 m. 2



b) Baik/rata :



Daerah bahu cukup baik, permukaannya rata tanpa bekas roda atau erosi, serta dapat mengalirkan air permukaan. 3 c) Bekas roda/erosi ringan : Pada bahu terdapat bekas roda dan atau erosi yang dapat menampung air bila hujan dan mengganggu kelancaran pengendara kendaraan tidak bermotor atau pejalan kaki.



d) Bekas roda/erosi berat :



4



Bahu sangat tidak rata karena roda dan/atau lubang yang dalam. Tidak dapat lagi digunakan oleh kendaraan tidak bermotor. Pejalan kaki harus berhati-hati waktu melewati.



1.4.2 Posisi Permukaan Bahu Terhadap Permukaan Jalan a) Tidak ada :



1



Apabila tidak didapati adanya bahu, atau lebar bahu kurang dari 0,50 m. 2 b) Diatas permukaan jalan : Permukaan bahu lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan.



c) Rata dengan permukaan jalan :



3



Permukaan bahu rata dengan permukaan perkerasan jalan.



L-4



d) Dibawah permukaan jalan :



4



Permukaan bahu kurang dari 10 cm dibawah permukaan perkerasan jalan.



e) Lebih besar dari 10 cm dibawah permukaan jalan :



5



Permukaan bahu lebih dari 10 cm dibawah permukaan perkerasan jalan.



1.4.3 Kondisi Saluran Samping Adalah kondisi saluran pembuang yang dapat mengumpulkan dan mengalirnya air hujan dari atas permukaan perkerasan dan bahu jalan. a) Tidak ada : 1 Cukup jelas. 2



b) Bersih : Apabila bersih dan terpelihara dengan baik dan dapat mengalirkan air didalam saluran dengan lancar tanpa rintangan. 3 c) Tertutup/tersumbat : Apabila aliran air didalam saluran terhalang atau tidak lancar, disebabkan oleh rumput-rumput yang tinggi, sampah, batu besar, tanah atau rintangan lain. Dimasukkan dalam kategori tertutup/tersumbat apabila saluran samping mempunyai ketinggian permukaan air yang tetap secara terus menerus, walaupun air sesungguhnya mengalir. Termasuk dalam kategori ini adalah saluran irigasi ditepi jalan yang dapat berfungsi sebagai saluran samping. 4 d) Erosi : Apabila bagian bawah atau bagian samping dari saluran tergerus berat atau berlubang-lubang dan terjadi lekukan yang dalam.



1.4.4 Kerusakan Lereng Kerusakan lereng yang ditinjau termasuk lereng yang mengalami kelongsoran atau runtuh sampai menutup bahu atau permukaan jalan, serta kelongsoran lereng yang mengancam kerusakan badan jalan. a) Tidak ada : 1 Cukup jelas. 2



b) Longsor/runtuh : Apabila dijumpai adanya kelongsoran/keruntuhan pada lereng. Perlu ditegaskan kerusakan pada sisi kiri (KR) atau kanan (KN) jalan.



1.4.5 Trotoar Trotoar diperuntukkan bagi pejalan kaki. Trotoar dapat tidak diperkeras, atau diperkeras dengan beton atau ditutup dengan ubin. a) Tidak ada : 1 Cukup jelas. 2



b) Baik/aman : Ada trotoar dan aman digunakan oleh pejalan kaki. 3 c) Berbahaya : Trotoar atau daerah trotoarnya ada tetapi tidak aman digunakan oleh pejalan kaki dengan kondisi yang ada, karena terjadi erosi, lubang-lubang, galian, tumpukan material, perkerasan yang sudah hancur dan lain-lain.



L-5



Lampiran 2 2. KONDISI JALAN TANAH / KERIKIL 2.1 Permukaan Perkerasan 2.1.1 Kemiringan, Melintang Data kemiringan melintang permukaan diperlukan pada survei kondisi jalan tanah/kerikil, walaupun data tersebut telah dicatat pada survei inventarisasi jaringan jalan. Hal ini disebabkan karena survei jaringan jalan dilakukan setiap 5 tahun sekali, sedangkan kondisi permukaan jalan tanah/kerikil mudah berubah, 2 sehingga diperlukan pendataan setiap 1 tahun sekali. Data tersebut digunakan untuk menentukan kebutuhan peralatan ataupun biaya dalam kemungkinan perataan atau pembentukan permukaan jalan pada program pemeliharaan. Kemiringan ditentukan sebagai taksiran rata-rata kemiringan melintang sepanjang 1 kilometer. 1 a) Lebih besar dari 5 % : Apabila kemiringan melintang rata-rata sepanjang 1 kilometer lebih dari 5%. 2 b) Antara 3 - 5 % : Apabila kemiringan melintang rata-rata sepanjang 1 kilometer antara 3 - 5 %. 3 c) Rata : Apabila sepanjang 1 kilometer tidak terlihat kemiringan melintang. 4 d) Cekung : Apabila rata-rata sepanjang 1 kilometer sumbu jalan rebih rendah dari kedua tepinya.



2.1.2. % Penurunan Penurunan permukaan merupakan penurunan setempat pada suatu bidang yang bisanya terjadi dengan bentuk sembarangan. Penurunan diperhitungkan sebagai prosentase luas bidang yang mengalami penurunan terhadap luas total permukaan jalan sepanjang 1 kilometer diperkirakan : a) Tidak ada



1



: Cukup jelas



b) < 10 % luas



2



: Cukup jelas



c) 10-30 % luas



3



: Cukup jelas



d) > 30 % luas



4



: Cukup jelas



2.1.3. % Erosi Permukaan Erosi pada permukaan ditandai dengan adanya alur-alur air atau gejala lain sebagai akibat aliran air sepanjang jalan. Erosi permukaan diperhitungkan sebagai prosentase adanya erosi ditaksirkan terhadap luas total permukaan jalan sepanjang 1 kilometer. Tidak ada



1



: Cukup jelas



< 10 % luas



2



: Cukup jelas



10-30 % luas



3



: Cukup jelas



4 L-6



> 30 % luas



: Cukup jelas



2.2 Kerikil/Batu 2.2.1 Ukuran Terbanyak 1. Jalan Tanah : Karena jalan tanah tidak mengandung kerikil/batu, maka jalan tanah dikategorikan sebagai “tidak ada” ukuran kerikil/batunya. 2. Jalan Kerikil : Untuk jalan kerikil ukuran batu yang dominan (tidak termasuk butir-butir kecil) harus ditaksir untuk menentukan ukuran terbanyak. a) < 1 cm



1



: Cukup jelas



b) 1 - 5 cm



2



: Cukup jelas



c) > 5 cm



3



: Cukup jelas



4 : d) Tidak tentu Apabila tidak ada ukuran batu yang dominan, seperti batu-batu besar pada fondasi “telford” yang diatasnya telah dilapisi batu-batu kerikil, yang mengakibatkan dua ukuran batu yang dominan.



2.2.2 Tebal Lapisan 1. Jalan Tanah : Karena jalan tanah tidak mengandung kerikil/batu maka jalan tanah dikategorikan sebagai “tidak ada” ketebalan lapisan kerikil/batunya. 2. Jalan Kerikil : Untuk menentukan tebal lapisan kerikil/batu diperlukan penggalian pada lapis permukaan dan diukur ketebalan lapisannya. Penggalian dilakukan pada bagian pinggir jalur lalu lintas. Penggalian dilakukan pada setiap meter ke 400 dan meter ke 800 dari setiap kilometer yang bersangkutan, dan hasilnya dirata-ratakan untuk dimasukkan kedalam formulir survai kondisi jalan. a) < 5 cm



1



: Cukup jelas



b) 5 - 10 cm



2



: Cukup jelas



c) 10 - 20 cm



3



: Cukup jelas



d) > 20 cm



4



: Cukup jelas



2.2.3 Distribusi 1. Jalan Tanah : Karena jalan tanah tidak mengandung kerikil/batu, maka jalan tanah dikategorikan sebagai “tidak ada” distribusi kerikil/batunya.



L-7



Jalan Kerikil : a) Rata :



1



Apabila penyebaran kerikil/batu adalah rata. Hal ini biasanya terjadi pada jalan dengan konstruksi "telford”.



b) Tidak rata :



2



Apabila penyebaran kerikil/batu adalah : tidak rata. Hal ini biasanya terjadi pada jalan kerikil lepas dimana lalu lintas cenderung menggeser kerikil keluar dari jalur roda sehingga terjadi distribusi “tidak rata” melintang jalan.



c) Gundukan memanjang :



3



Apabila terjadi gundukan memanjang dari kerikil/batu pada bagian dalam antara jalur roda.



2.3 Kerusakan Lain 2.3.1 Jumlah Lubang Pengertian jumlah lubang pada kondisi jalan tanah/kerikil sama dengan pada kondisi jalan aspal. Lubang yang dijumlahkan yang mempunyai diameter lebih besar dari 10 cm. a) Tidak ada



1



: Cukup jelas



b) < 10 / km



2



: Cukup jelas



c) 10 - 50 / km



3



: Cukup jelas



d) > 50 / km



4



: Cukup jelas



2.3.2 Ukuran Lubang Pengertian ukuran lubang pada kondisi jalan tanah/kerikil dapat diperiksa pada butir 1.3.1. 2.3.3 Bekas Roda / Wheel Ruts Pengertian bekas roda pada kondisi jalan tanah/kerikil dapat diperiksa pada butir 1.3.2. a) Tidak ada



1



: Cukup jelas



b) < 5 cm



2



: Cukup jelas



c) 5 - 15 cm



3



: Cukup jelas



d) > 15 cm



4



: Cukup jelas



2.3.4 Bergelombang Jalan yang bergelombang berbentuk gundukan dan lekukan arah melintang sebagai akibat pengaruh lalu lintas. Yang diperhitungkan adalah prosentase luas dari jalan yang bergelombang ditaksir



L-8



terhadap luas permukaan segmen jalan sepanjang 1 kilometer. Cara penghitungannya seperti pada jalan aspal. 2.4 Bahu, Saluran Samping Dan Lain Lain 2.4.1 Kondisi Bahu Pengertian kondisi bahu pada jalan tanah/kerikil dapat diperiksa pada butir 1.4.1. 2.4.2 Permukaan Bahu Pengertian permukaan bahu pada kondisi jalan tanah/kerikil dapat diperiksa pada butir 1.4.2. 2.4.3 Kondisi Saluran Samping Pengertian kondisi saluran samping pada jalan tanah/kerikil dapat diperiksa pada butir 1.4.3. 2.4.4 Kerusakan Lereng Pengertian kerusakan lereng pada kondisi jalan tanah/kerikil dapat diperiksa pada butir 1.4.4. 2.4.5 Trotoar Pengertian trotoar pada kondisi jalan tanah/kerikil dapat diperiksa pada butir 1.4.5.



L-9



Lampiran 3



CARA PENGISIAN FORMULIR SURVEI, FORMULIR PENUNJANG DAN CONTOH FORMULIR YANG TELAH DIISI 3. FORMULIR SURVEI KONDISI JALAN ASPAL Lembar ………………………………… Dari ……………………………… Diisi dengan nomor urut lembar formulir survei (mulai dengan nomor 1) dan jumlah total lembar formulir survei yang digunakan untuk survei kondisi jalan dari ruas jalan yang dimaksud. Contoh : LEMBAR 1 DARI 20 LEMBAR 2 DARI 20 LEMBAR 3 DARI 20 . . . . . . . . . . . . LEMBAR 20 DARI 20 Penjelasan : Nomor urut lembar : 1, 2, 3 ……………………………………. 20 Jumlah total lembar : 20



3.1 Propinsi 3.1.1 Nomor Diisi dengan nomor Propinsi dimana ruas jalan yang disurvei kondisinya tersebut berada. (Nomor Propinsi sesuai dengan ketentuan yang berlaku). Contoh : No. 2 2



3.1.2 Nama Diisi dengan nama Propinsi dimana ruas jalan yang disurvei kondisinya tersebut berada. (Nama Propinsi sesuai dengan ketentuan yang berlaku).



3.2 Cabang Dinas/Kabupaten/Kotamadya Nama : Diisi dengan nama Cabang Dinas PU Bina Marga DPUP/Kabupaten/Kotamadya/-dimana ruas jalan yang disurvei kondisinya tersebut berada. (Nama Cabang Dinas/-Kabupaten/Kotamadya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.



L-10



3.3 Dikerjakan oleh 3.3.1 Nama Diisi dengan nama petugas yang melaksanakan survei kondisi pada ruas jalan yang disurvei kondisinya tersebut : Contoh : DIKERJAKAN OLEH : RUKMAN



3.3.2 Tanggal Hari, Bulan, Tahun Diisi dengan tanggal, bulan dan tahun dilakukannya survei kondisi dari ruas jalan tersebut. Contoh : 1 4 0 8 8 6 Tgl. Hari



Bulan



Tahun



3.3.3 Tanda Tangan Diisi dengan tanda tangan petugas survei : Contoh : Cukup Jelas



3.4 Ruas 3.4.1 Nomor Diisi dengan nomor ruas dari jalan yang disurvei kondisinya tersebut. (Nomor ruas sesuai dengan yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bina Marga) Contoh : 0



4



8



3.4.2 Status Diisi dengan status ruas jalan yang disurvei. Contoh : P



Maksudnya jalan Propinsi.



3.4.3 Nama Diisi dengan nama ruas dari jalan yang disurvei kondisinya tersebut. (Nama ruas sesuai dengan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga). Contoh : NAMA : BANDUNG - PANGALENGAN



L-11



3..4.4 Dari Km Diisi dengan angka km awal dan angka km akhir (tiap formulir maksimum untuk 1 km panjang segmen jalan) dari ruas jalan yang disurvei kondisinya tersebut. Contoh : DARI KM 1 0 . 0 0 KE



1



1



.



0



0



Maksudnya, lembar formulir survei tersebut mencatat kondisi jalan pada segmen km 10 s/d km 11 dari ruas jalan dimaksud.



3.5 Permukaan Perkerasan 3.5.1 Susunan Diisi dengan tanda V pada kotak yang sesuai dengan susunan permukaan jalan dari segmen jalan tersebut. Contoh :



SUSUNAN V



1 BAIK/RAPAT 2 KASAR



Maksudnya, susunan permukaan jalan pada segmen jalan tersebut BAIK/RAPAT



3.5.2 Kondisi/Keadaan Bahan Diisi dengan tanda V pada kotak yang sesuai dengan kondisi permukaan jalan dari segmen jalan tersebut. Contoh :



1 V



KONDISI/KEADAAN BAIK/TIDAK ADA KELAINAN



2



ASPAL BERLEBIHAN



3



LEPAS - LEPAS



4



HANCUR



Maksudnya, kondisi permukaan dari segmen jalan tersebut ASPALNYA BERLEBIHAN.



3.5.3. % Penurunan Diisi dengan tanda V pada kotak yang sesuai dengan % luasnya bagian permukaan jalan dari segmen jalan tersebut yang mengalami penurunan. Contoh :



% PENURUNAN L-12



V



1



TIDAK ADA



2



< 10 % LUAS



3



10 - 30 % LUAS



4



> 30 % LUAS



Maksudnya, luas bagian permukaan jalan dari segmen jalan tersebut yang mengalami penurunan adalah < 10 % dari seluruh luas segmen jalan tersebut.



3.5.4. % Tambalan Diisi dengan tanda V pada kotak yang sesuai dengan % luasnya bagian permukaan jalan dari segmen jalan tersebut yang ditambal. Contoh :



V



1



% TAMBALAN TIDAK ADA



2



< 10 % LUAS



3



10 - 30 % LUAS



4



> 30 % LUAS



Maksudnya, luas bagian permukaan jalan dari segmen jalan tersebut yang ditambal adalah < 10 % dari seluruh ruas segmen jalan tersebut.



3.6 Retak-retak 3.6.1 Jenis Diisi dengan tanda V pada kotak yang sesuai dengan jenis retak-retak pada permukaan jalan dari segmen jalan tersebut. Contoh :



V



1



JENIS TIDAK ADA



2



TIDAK BERHUBUNGAN



3



SALING BERHUBUNGAN (BERBIDANG LUAS) SALING BERHUBUNGAN (BERBIDANG SEMPIT)



4



Maksudnya, pada segmen jalan tersebut tidak terdapat retak-retak.



L-13



3.6.2 Lebar Diisi dengan tanda V pada kotak yang sesuai dengan lebar retak yang terdapat pada segmen jalan tersebut. Contoh :



V



1



LEBAR TIDAK ADA



2



HALUS < 1 MM



3



SEDANG 1 -3 MM



4



LEBAR > 3 MM



Maksudnya, karena pada segmen jalan tersebut tidak terdapat retak-retak, maka TIDAK ADA lebar retak.



3.6.3. % Luas Diisi dengan tanda V pada kotak yang sesuai dengan % luas retak yang terdapat pada segmen jalan tersebut. Contoh :



V



1



% Luas TIDAK ADA



2



< 10 % LUAS



3



10 - 30 % LUAS



4



> 30 % LUAS



Maksudnya, karena pada segmen jalan tersebut tidak terdapat retak-retak, maka TIDAK ADA luas retak.



3.7 Kerusakan Lain 3.7.1 Jumlah Lubang Diisi dengan tanda V pada patok yang sesuai dengan jumlah lubang yang terdapat pada segmen jalan tersebut : Contoh :



1 V



JUMLAH LUBANG TIDAK ADA



2



< 10 / KM



3



10 - 50 / KM



4



> 50 / KM



Maksudnya, pada segmen jalan sepanjang 1 kilometer tersebut terdapat lubang kurang dari 10 buah.



3.7.2 Ukuran Lubang Diisi dengan tanda V pada kotak yang sesuai dengan ukuran lubang yang terdapat pada segmen jalan tersebut. L-14



Contoh :



V



1



UKURAN LUBANG TIDAK ADA



2



KECIL DANGKAL



3



KECIL DALAM



4



BESAR DANGKAL



5



BESAR DALAM



Maksudnya, ukuran lubang yang terdapat pada segmen jalan tersebut adalah KECIL & DANGKAL .



3.7.3 Bekas Roda Diisi dengan tanda V pada kotak yang sesuai dengan kedalaman bekas roda yang terdapat pada segmen jalan tersebut. Contoh :



BEKAS RODA



V



1



TIDAK ADA



2



< 1 cm DALAM



3



1 - 3 CM DALAM



4



> 3 CM DALAM



Maksudnya, kedalaman bekas roda yang terdapat pada segmen jalan tersebut adalah < 1 cm. 3.7.4 Kerusakan Tepi Diisi dengan tanda V kotak-kotak yang sesuai dengan kerusakan tepi kiri dan kanan dari segmen jalan tersebut. KR 1 V 2 3



KERUSAKAN TEPI



KN



TIDAK ADA



1.



RINGAN



2.



BERAT



3.



V



Maksudnya, kerusakan tepi pada segmen jalan tersebut adalah sebelah kiri RINGAN, sedangkan sebelah kanan TIDAK ADA.



L-15



3.8 Bahu, Saluran Samping Dll. 3.8.1 Kondisi Bahu Diisi dengan tanda V pada kotak-kotak yang sesuai dengan kondisi bahu kiri dan kanan dari segmen jalan tersebut. Contoh :



KR



V



KONDISI BAHU



KN



1



TIDAK ADA



1.



2



BAIK/RATA



2.



3



BEKAS RODA/EROSI RINGAN



4



BEKAS RODA/EROSI BERAT



3. V 4



Maksudnya, kondisi bahu kiri dari segmen jalan tersebut BAIK dan RATA sedangkan pada bahu kanan terdapat BEKAS RODA/EROSI RINGAN. Jika misalnya segmen jalan tersebut tidak mempunyai bahu maka diisi tanda V pada kotak TIDAK ADA.



3.8.2 Permukaan Bahu Diisi dengan tanda V pada kotak-kotak yang sesuai dengan letak dari permukaan bahu kiri dan kanan dari segmen jalan tersebut. Contoh :



KR



V



PERMUKAAN BAHU



KN



1 TIDAK ADA



1.



2



DIATAS PERMUKAAN JALAN



2.



3



RATA DENGAN JALAN



3. V



4



DIBAWAH PERMUKAAN JALAN



4.



5



> 10 CM DIBAWAH PERMUKAAN JALAN



5.



PERMUKAAN



Maksudnya, permukaan bahu kiri dari segmen jalan tersebut adalah DIATAS PERMUKAAN JALAN sedangkan permukaan bahu kanan adalah RATA DENGAN PERMUKAAN JALAN.



3.8.3 Kondisi Saluran Samping Diisi dengan tanda V pada kotak-kotak yang sesuai dengan kondisi saluran samping kiri dan kanan dari segmen jalan tersebut.



L-16



Contoh : KR



V



KONDISI SALURAN SAMPING



KN



1 TIDAK ADA



1.



2



BERSIH



2.



3



TERTUTUP/TERSUMBAT



3. V



4



EROSI



4.



Maksudnya, kondisi saluran samping kiri dari segmen jalan tersebut adalah BERSIH sedangkan kondisi saluran samping kanan adalah TERTUTUP.



3.8.4 Kerusakan Lereng Diisi dengan tanda V pada kotak-kotak yang sesuai dengan kerusakan lereng kiri dan kanan dari segmen jalan tersebut. Contoh :



KR V



KERUSAKAN LERENG



KN



1



TIDAK ADA



1.



2



LONGSOR/RUNTUH



2. V



Maksudnya, kerusakan lereng kiri dari segmen jalan tersebut adalah TIDAK ADA sedangkan kerusakan lereng kanan adalah LONGSOR/RUNTUH.



3.8.5 Trotoar Diisi dengan tanda V pada kotak-kotak yang sesuai dengan keadaan dari trotoar kiri dan kanan dari segmen jalan tersebut. Contoh :



KR



V



TROTOAR



KN



1 TIDAK ADA



1.



2



BAIK / AMAN



2.



3



BERBAHAYA



3.



V



Maksudnya, trotoar kiri dan kanan dari segmen jalan tersebut adalah BAIK/AMAN. Jika misalnya pada segmen jalan tersebut tidak terdapat trotoar maka diisi tanda V pada kotak TIDAK ADA.



L-17



L-18



1



0



1



1



.



1.



% Luas



KR



Rata dgn. permukaan jalan Dibawah permukaan jalan > 10 cm dibawah permukaan jalan



3.



1. Tidak ada



1.



1. V 2. 3.



KR



Tidak ada Ringan Berat



Kerusakan Tepi



1. V 2. 3.



1. V 2. 3.



KR



V 1. 2.



KR



Trotoar Tidak ada Baik/Aman Berbahaya



Tidak ada Longsor/Runtuh



Kerusakan Lereng



Erosi



KN



KN



KN 1. 2. V 3.



1. 2. V



4.



3. V



2.



5.



4.



1.



4.



KN



3. V



Bersih



4. > 3 cm dalam



4. >30% luas



1.



4.



Tidak ada



3. 10-30% luas 4. >30% luas



V 2.



V 2. < 10% luas 3. 10-30% luas



V 2. < 1 cm dalam



Kondisi Saluran Samping



Tertutup/Tersumbat



V 1. Tidak ada



Bekas Roda



Tidak ada



Permukaan Bahu



Bekas rd./Erosi berat



V 2. Diatas permukaan jalan 2.



KR



4.



KN



3. V



2.



Baik/Rata



V 2.



3. Bekas rd./Erosi ringan



1.



Tidak ada



Kondisi Bahu 1.



KR



5.



4. Lebar > 5 mm



Tanda Tangan :



TGL.



Dikerjakan oleh : Rukman 0 8 1 4



Bahu, Saluran Samping dan lain-lain



5. Besar - dalam



KN



BANDUNG



3. Sedang 1 - 5 mm



3. Kecil - dalam



V 2. Kecil - dangkal



1. Tidak ada



Ukuran Lubang



4. >50/km



3. 10 - 50/km



V 2. < 10/km



1. Tidak ada



Jumlah Lubang



Kerusakan Lain



4.



0



4. Besar - dangkal



0



2



JAWA BARAT



2



2. Halus < 1 mm



V 1. Tidak ada



Lebar



4. Saling berhubungan (Berbidang sempit)



3. Saling berhubungan (Berbidang luas)



2. Tidak berhubungan



V 1. Tidak ada



Jenis



Retak-retak



ke KM :



Nama :



No : Nama :



3.



0



Cab. Dinas Kab./Kod.



Propinsi



3. 1 - 3 cm dalam



0



P



2. < 10% luas



.



Status :



Lampiran 6 - I Formulir SKJ 2-1 Lembar : 1



1. Tidak ada



% Tambalan



4. >30% luas



3. 10-30% luas



V 2. 0,5 m); Dangkal (kedalaman < 5 cm); Dalam (kedalaman > 5 cm) Status Ruas Jalan : N = Nasional; P = Propinsi; M = Kotamadya; K = Kabupaten



RUAS



NO : Nama :



FORMULIR SURVEI KONDISI JALAN ASPAL



DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA



8



6



Dari : 20



Lampiran 4



CARA PENGISIAN FORMULIR SURVEI, FORMULIR PENUNJANG DAN CONTOH FORMULIR YANG TELAH DIISI 4. FORMULIR SURVEI KONDISI JALAN TANAH/KERIKIL Cara pengisian formulir survei kondisi jalan tanah/kerikil, pada dasarnya sama dengan cara pengisian formulir survei kondisi jalan aspal : Lembar ………………………………… Dari ……………………………… Diisi dengan nomor urut lembar formulir survei (mulai dengan nomor 1) dan jumlah total lembar formulir survei yang digunakan untuk survei kondisi jalan dari ruas jalan yang dimaksud. Contoh : LEMBAR 1 DARI 30 LEMBAR 2 DARI 30 LEMBAR 3 DARI 30 . . . . . . . . . . . . LEMBAR 30 DARI 30



4.1 Propinsi 4.1.1 Nomor Diisi dengan nomor propinsi dimana ruas jalan yang disurvei kondisinya tersebut berada. (Nomor propinsi sesuai dengan ketentuan yang berlaku). Contoh : 4 4 No.



4.1.2 Nama Diisi dengan nama Propinsi dimana ruas jalan yang disurvei kondisinya tersebut berada. (Nama Propinsi sesuai dengan ketentuan yang berlaku). Contoh : NAMA : NUSA TENGGARA TIMUR



4.2 Cabang Dinas/Kabupaten/Kotamadya Nama : Diisi dengan nama Cabang Dinas PU Bina Marga DPUP/Kabupaten/Kotamadya/-dimana ruas jalan yang disurvei kondisinya tersebut berada. (Nama Cabang Dinas/-Kubupaten/Kotamadya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Contoh : NAMA : TIMOR TENGAH SELATAN



L-19



4.3 Dikerjakan oleh 4.3.1 Nama Diisi dengan nama petugas yang melaksanakan survei kondisi pada ruas jalan tersebut : Contoh : DIKERJAKAN OLEH : ATTU SUMANTO



4.3.2 Tanggal Hari, Bulan, Tahun Diisi dengan tanggal, bulan dan tahun dilakukannya survei kondisi dari ruas jalan tersebut. Contoh : Tgl. 1 0 0 7 8 6 Hari



Bulan



4.3.3 Tanda Tangan



Tahun



1



1



0



Diisi dengan tanda tangan petugas survei : Contoh : Cukup Jelas



4.4 Ruas Diisi dengan nomor ruas dari jalan yang disurvei kondisinya tersebut. (Nomor ruas sesuai denan yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bina Marga). Contoh : dua ruas dimana ruas pertama adalah ruas asal yang berada di luar kota dan ruas kedua adalah pemekaran ruas pertama yang masuk wilayah kota dan berbeda kondisi jalannya berdasarkan survei DTR atau SIJ. 0



7



7



atau



0



7



7



1



1



K



4.4.1 Status Diisi status ruas jalan yang disurvei. Contoh : P Maksudnya Jalan Propinsi



4.4.2 Nama Diisi dengan nama ruas dari jalan yang disurvei kondisinya tersebut. (Nama ruas sesuai dengan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga). Contoh :



NAMA : BATUPUTIH - PANITE 4.5 Segmen 4.5.1 Dari Patok Km Kota Asal Angka



4.5.2 Ke Patok Km



L-20



Diisi dengan singkatan nama kota yang merupakan titik awal penghitungan jarak (biasanya ibu kota propinsi), angka km awal dan akhir dari segmen jalan yang disurvei kondisinya tersebut.



Contoh :



DARI PATOK KM



K



P



G



Kota Asal KE PATOK KM PENJELASAN



K



:



P



KPG



7



7



Angka



G



7



8



singkatan dari KUPANG



4.6 Permukaan Perkerasan 4.6.1 Kemiringan Melintang Diisi dengan tanda V pada kotak yang sesuai dengan kemiringan melintang rata-rata dari segmen jalan yang disurvei kondisinya tersebut. Contoh :



KEMIRINGAN 1 >5% V



2 3-5% 3 Rata 4 Cekung



Maksudnya, kemiringan melintang rata-rata dari segmen jalan tersebut adalah antara 3 - 5 %



4.6.2. % Penurunan Diisi dengan tanda V pada kotak yang sesuai dengan luasnya bagian permukaan dari segmen jalan tersebut yang mengalami penurunan. Contoh :



% PENURUNAN



V



1



TIDAK ADA



2



< 10 % LUAS



3



10 - 30 % LUAS



4



> 30 % LUAS



Maksudnya, luas bagian permukaan yang mengalami penurunan adalah < 10 % dari luas seluruh segmen jalan tersebut.



L-21



4.6.3. % Erosi Permukaan Diisi dengan tanda V pada kotak yang sesuai dengan luasnya bagian permukaan dari segmen jalan yang mengalami erosi. Contoh :



EROSI PERMUKAAN



V



1



TIDAK ADA



2



< 10 % LUAS



3



10 - 30 % LUAS



4



> 30 % LUAS



Maksudnya, luas bagian permukaan yang mengalami erosi adalah < 10 % dari luas seluruh luas segmen jalan tersebut.



4.7 Kerikil/Batu 4.7.1 Ukuran Terbanyak Diisi dengan tanda V pada kotak yang sesuai dengan ukuran terbanyak (dominan) dari kerikil atau batu yang merupakan bahan lapis permukaan pada segmen jalan tersebut. Contoh :



UKURAN TERBANYAK



V



1



TIDAK ADA



2



< 1 CM



3



1 - 5 CM



4



> 5 CM



Maksudnya, ukuran kerikil/batu yang dominan pada segmen jalan tersebut adalah antara 1 - 5 cm.



4.7.2 Tebal Lapisan Diisi dengan tanda V pada kotak yang sesuai dengan tebal lapisan kerikil dari segmen jalan tersebut. Contoh :



TEBAL LAPISAN



V



1



TIDAK ADA



2



< 5 Cm



3



5 - 10 Cm



4



10 - 20 Cm L-22



5



> 20 Cm



Maksudnya, tebal lapisan kerikil dari segmen jalan tersebut adalah antara 5 - 10 cm.



4.7.3 Distribusi Diisi dengan tanda V pada kotak yang sesuai dengan keadaan distribusi kerikil atau batu pada permukaan segmen jalan tersebut. Contoh :



DISTRIBUSI



V



1



TIDAK ADA



2



RATA



3



TIDAK RATA



4



GUNDUKAN MEMANJANG



Maksudnya, keadaan distribusi kerikil atau batu pada permukaan segmen jalan tersebut adalah TIDAK RATA.



4.8 Kerusakan Lain 4.8.1 Jumlah Lubang Diisi dengan tanda V pada kotak yang sesuai dengan jumlah lubang yang terdapat pada permukaan segmen jalan tersebut : Contoh :



1



V



JUMLAH LUBANG TIDAK ADA



2



< 10 / KM



3



10 - 50 / KM



4



> 50 / KM



Maksudnya, jumlah lubang yang terdapat pada segmen jalan tersebut adalah antara 10 - 50/km.



4.8.2 Ukuran Lubang Diisi dengan tanda V pada kotak yang sesuai dengan ukuran lubang yang terdapat pada segmen jalan tersebut. Contoh :



UKURAN LUBANG



L-23



V



1



TIDAK ADA



2



KECIL DAN DANGKAL



3



KECIL DAN DALAM



4



BESAR DAN DANGKAL



5



BESAR DAN DALAM



Maksudnya, ukuran lubang yang terdapat pada segmen tersebut adalah BESAR (diameter  0,5 m) dan DANGKAL (kedalaman < 5 cm).



4.8.3 Bekas Roda Diisi dengan tanda V pada kotak yang sesuai dengan bekas roda yang terdapat pada segmen jalan tersebut. Contoh :



V



1



BEKAS RODA TIDAK ADA



2



< 5 cm DALAM



3



5 - 15 CM DALAM



4



> 15 CM DALAM



Maksudnya, kedalaman bekas roda yang terdapat pada segmen jalan tersebut adalah antara 5 - 15 cm.



4.8.4 Bergelombang Diisi dengan tanda V pada kotak yang sesuai dengan luas permukaan yang bergelombang pada segmen jalan tersebut. Contoh :



1



V



BERGELOMBANG TIDAK ADA



2



< 10 % LUAS



3



10 - 30 % LUAS



4



> 30 % LUAS



Maksudnya, luas permukaan yang bergelombang adalah antara 10 - 30 % dari luas seluruh permukaan segmen jalan tersebut.



4.9 Bahu, Saluran Samping Dll. 4.9.1 Kondisi Bahu Diisi dengan tanda V pada kotak yang sesuai dengan kondisi bahu kiri dan kanan dari segmen jalan tersebut. L-24



Contoh :KR



KONDISI



KN



1



TIDAK ADA



1.



V 2



BAIK/RATA



2.



3



BEKAS RODA/EROSI RINGAN



4



BEKAS RODA/EROSI BERAT



3. V



4



Maksudnya, kondisi bahu segmen tersebut sebelah kiri BAIK/RATA sedangkan sebelah kanan terdapat BEKAS RODA/EROSI RINGAN. Jika misalnya pada segmen jalan tersebut tidak terdapat bahu maka tanda V dicantumkan pada kotak TIDAK ADA.



4.9.2 Permukaan Bahu Jalan Diisi dengan tanda V pada kotak yang sesuai dengan kedudukan dari permukaan bahu kiri dan kanan dari segmen jalan tersebut. Contoh :



KR



V



PERMUKAAN BAHU JALAN



KN



1 TIDAK ADA



1.



2



2.



DIATAS PERMUKAAN JALAN



3 RATA DENGAN JALAN



PERMUKAAN



3.



4



DIBAWAH PERMUKAAN JALAN



4.



5



> 10 CM DIBAWAH PERMUKAAN JALAN



5.



V



Maksudnya, kedudukan permukaan bahu sebelah kiri RATA DENGAN PERMUKAAN JALAN, sedangkan bahu sebelah kanan DIBAWAH PERMUKAAN JALAN (pada segmen jalan tersebut.



4.9.3 Kondisi Saluran Samping Diisi dengan tanda V pada kotak yang sesuai dengan kondisi saluran samping kiri dan kanan dari segmen jalan tersebut. Contoh :



KR



V



KONDISI SALURAN SAMPING



KN



1 TIDAK ADA



1.



2



2.



BERSIH



L-25



3



TERTUTUP/TERSUMBAT



3. V



4



EROSI



4.



Maksudnya, kondisi saluran samping dari segmen jalan tersebut, sebelah kiri BERSIH sedangkan sebelah kanan TERTUTUP.



4.9.4 Kerusakan Lereng Diisi dengan tanda V pada kotak-kotak yang sesuai dengan kerusakan lereng kiri dan kanan dari segmen jalan tersebut. Contoh :



KR V



KERUSAKAN LERENG



KN



1



TIDAK ADA



1.



2



LONGSOR/RUNTUH



2. V



Maksudnya, kerusakan lereng kiri dari segmen jalan tersebut adalah TIDAK ADA sedangkan kerusakan lereng kanan adalah LONGSOR/RUNTUH.



4.9.5 Trotoar Diisi dengan tanda V pada kotak yang sesuai dengan keadaan trotoar kiri dan kanan dari segmen jalan tersebut. Contoh :



KR V



TROTOAR



KN



1



TIDAK ADA



1.



2



BAIK



2.



3



BERBAHAYA



3.



V



Maksudnya, pada sebelah kiri dan kanan dari segmen jalan tersebut TIDAK ADA trotoar.



L-26



L-27



7 8 Kerikil / Batu



4. Gundukan memanjang



2. Rata V 3. Tidak rata



1. Tidak ada



Distribusi



2. < 10/km



V 3. 10 - 30% luas 4. > 30% luas



2. < 10 % luas



1. Tidak ada



Bergelombang



V 3. 5 - 15 cm dalam 4. > 15 cm dalam



2. < 5 cm dalam



1. Tidak ada



Bekas Roda



5. Besar dan dalam



V 4. Besar dan dangkal



3. Kecil dan dalam



Ukuran Lubang 1. Tidak ada 2. Kecil dan dangkal



4. >50/km



Tanda Tangan :



1.



4.



2. 3.



Dibawah permukaan jalan > 10 cm dibawah permukaan jalan



Rata dgn. permukaan jalan



Berbahaya



Baik/Aman



2. 3.



Tidak ada



Trotoar



Longsor/Runtuh



Tidak ada



Kerusakan Lereng



Erosi



Bersih Tertutup/Tersumbat



Tidak ada



V 1.



KR



2.



V 1.



KR



Bekas rd./Erosi berat



Kondisi Saluran Samping



5.



4.



V 1.



KR



2.



1.



4.



KN



KN



KN



KN



3.



2.



1. V



KN



2. V



1.



4.



2. 3. V



1.



5.



4. V



3.



Permukaan Bahu 1. Tidak ada 1. 2. Diatas permukaan jalan 2.



4.



V 3.



KR



Baik/Rata



Kondisi Bahu Tidak ada



3. Bekas rd./Erosi ringan 3. V



V 2.



KR



6



Dari : 30



Dikerjakan oleh : ATU SUMANTO TGL. 1 0 0 7 8



Lampiran 6 - II Formulir SKJ 2-2 Lembar : 1



Bahu, Saluran Samping dan lain-lain



No : 4 4 Nama : Nusa Tenggara Timur Nama : TIMOR TENGAH SELATAN



Jumlah Lubang 1. Tidak ada



Kerusakan Lain



Cab. Dinas Kab./Kod.



Propinsi



V 3. 10 - 50/km



Ukuran lubang Kecil diameter < 0,5 m, Besar : diameter > 0.5 m, Dangkal (kedalaman < 5 cm); Dalam (kedalaman) > 5 cm Status Ruas Jalan : N = Nasional; P = Propinsi; M = Kotamadya; K = Kabupaten



4. > 30% luas



3. 10-30% luas



V 2. < 10% luas



1. Tidak ada



5. > 20 cm



4. 10 - 20 cm



V 3. 5 - 10 cm



4. > 30% luas



Tebal Lapisan 1. Tidak ada



4. > 5 cm 5. Tidak tentu



V 3. 1 - 5 cm



2. < 1 cm



2. < 5 cm



Erosi Permukaan



P



Ukuran Terbanyak 1. Tidak ada



7 7



Status :



FORMULIR SURVEI KONDISI JALAN TANAH/KERIKIL



3. 10-30% luas



% Penurunan 1. Tidak ada V 2. < 10% luas



4. Cekung



3. Rata



V 2. 3 - 5%



Kemiringan Melintang 1. > 5%



Permukaan Perkerasan



NO : 0 7 7 Nama : SEGMEN Dari Patok Km : K P G Ke patok Km : K P G



RUAS



DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA



Lampiran 5 5. FORMULIR PENUNJANG SURVEI KONDISI JALAN ASPAL Untuk menunjang pengisian Formulir Survei Kondisi jalan Aspal harus digunakan formulir penunjang yang telah ditentukan. RUAS No. :



Diisi dengan nomor ruas jalan yang disurvei kondisinya tersebut. Contoh : 0



Status :



4



8



atau 0



4



8



1



1



K



Diisi status ruas jalan yang disurvei Contoh :



Nama:



P



Maksudnya Jalan Propinsi.



Diisi dengan nama ruas jalan yang disurvei kondisinya tersebut



Contoh :



NAMA :



BANDUNG - PENGALENGAN



DARI KM



KE KM



Diisi dengan angka awal dan angka Km akhir (tiap formulir maksimum untuk 1 km panjang segmen jalan) dari ruas jalan yang disurvei kondisinya tersebut. Contoh : Dari KM



1



0



.



0



0



Ke Km 1



1



.



0



0



PROPINSI No. : Diisi dengan nomor propinsi dimana ruas jalan yang disurvei kondisinya tersebut berada. Contoh : No :



2



2



Nama : Diisi dengan nama propinsi dimana ruas jalan yang disurvei kondisinya tersebut berada. Contoh : NAMA : JAWA BARAT Cabang Dinas/Kabupaten/Kotamadya Nama : Diisi dengan nama Cabang Dinas PU Bina Marga DPUP Kabupaten/Kotamadya dimana ruas jalan yang disurvei kondisinya tersebut berada. Contoh : Nama : Bandung



L-28



Dikerjakan oleh : Diisi dengan nama petugas yang melaksanakan survei kondisi pada ruas jalan tersebut. Contoh : DIKERJAKAN OLEH : RUKMAN Tanggal : Diisi dengan tanggal, bulan dan tahun dilakukannya survei kondisi dari ruas jalan tersebut. Contoh : 1 4 0 8 8 6 Tanggal Maksudnya : tanggal 14 Agustus 1986 Keterangan : Tanda tangan; diisi tanda tangan petugas survei Kolom bagian tengah dari Formulir Penunjang Survei Kondisi Jalan Aspal ini terbagi dalam kotak-kotak kecil untuk mendata kondisi jalan yang disurvei tersebut. Kearah vertikal kolom tersebut terbagi menjadi 5 bagian yang sama dimana tiap bagian menunjukkan jarak tiap 200 m segmen jalan yang disurvai. Kearah horizontal kolom tersebut terbagi dalam kotak-kotak untuk diisi dengan data kondisi jalan tersebut masing-masing mulai dari sumbu jalan kearah kiri dan kanan, yaitu dari sumbu perkerasan kearah bahu/trotoar, saluran samping dan lereng. Pengisian kotak dimulai dari kotak paling bawah (Km kecil) terus ke kotak paling atas (Km besar). Kotak Pembacaan Odometer (KM) diisi dengan angka Km tiap jarak 200 m dengan berpedoman pada pembacaan Odometer hasil survai DTR. Kotak-kotak tersebut diisi dengan angka yang menunjukkan kondisi jalan tersebut sesuai dengan yang tercantum pada LEGENDA (bagian bawah formulir penunjang survai). Karena Formulir penunjang survei ini sifatnya hanya membantu memudahkan pelaksanaan survai, maka uraian kondisi pada legenda tidak selengkap pada Formulir Survei, hanya mendata kondisi yang menonjol/mudah terlihat.



L-29



Contoh :



Pembacaan Odometer (km)



Lereng (Kiri)



Saluran samping (kiri)



Bahu/ Trotoar (kiri)



Bahu/ Trotoar (kanan)



Perkerasan



Sal samping (kanan)



Lereng (kanan)



1



1



1



1



1



1



Km



11.00



-



-



3



2



1 2



6



4 1



10.80



-



-



3



10.60



-



-



3



2



2



2



Km



4



1 2



8 Km



Sumbu Jalan



Km



4



10.40



Penjelasan : Pada Km 10,80 s/d 11,00 Perkerasan : Dari sumbu jalan kearah kiri terisi 2 dan 6 artinya pada perkerasan disebelah kiri sumbu jalan aspalnya berlebihan dan ada tambalan. Dari sumbu jalan kearah kanan terisi 2 artinya perkerasan sebelah kanan sumbu jalan aspalnya berlebihan.



Bahu : Kiri terisi 3, artinya bahu kiri posisinya berada diatas permukaan jalan, sedang kondisinya baik. Kanan terisi 1 dan 4, artinya bahu sebelah kanan mengalami erosi ringan dan posisinya rata dengan permukaan jalan. Saluran Samping : Kiri terisi -, artinya kondisi saluran samping kiri tidak ada kerusakan (baik). Kanan terisi 1, artinya kondisi saluran samping kanan tertutup/tersumbat. Lereng : Kiri terisi -, berarti pada lereng sebelah kiri tidak ada kerusakan lereng. Kanan terisi 1, berarti lereng kanan longsor/runtuh. Demikian seterusnya, dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat/dipelajari contoh pengisian formulir terlampir, (dari contoh pengisian formulir lapangan tersebut dapat dilihat kondisi mayoritas dengan melihat angka yang sama jumlahnya paling banyak, pada contoh tersebut untuk perkerasann kondisi 2 paling banyak, berarti untuk segmen tersebut kondisinya mayoritas aspal berlebihan).



L-30



LAMPIRAN 2.4 6. FORMULIR PENUNJANG SURVEI KONDISI JALAN TANAH/ KERIKIL Pada prinsipnya cara pengisian Formulir Penunjang Survei Kondisi Jalan Tanah/Kerikil/Batu adalah sama dengan cara pengisian Formulir Penunjang Survei Kondisi Jalan Aspal. Perbedaan hanyalah pada jenis-jenis kondisi untuk jalan tanah/kerikil/batu agak sedikit berlainan dengan jenis-kenis kondisi pada jalan aspal, sehingga untuk dapat mengisi Formulir Penunjang Survei Kondisi Jalan Tanah/Kerikil/Batu ini cukup dengan mempelajari petunjuk pengisian Formulir Penunjang Survei Kondisi Jalan Aspal. Untuk lebih jelasnya dapat dipelajari pula contoh pengisian Formulir Lapangan terlampir.



L-31