Panduan Pelayanan Transfusi Darah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PANDUAN PELAYANAN TRANSFUSI DARAH



RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2016 LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR : 445 / 115c TANGGAL : 15 Maret 2016 PANDUAN PELAYANAN TRANSFUSI DARAH



BAB I DEFINISI



I.1 DARAH DAN KOMPONENNYA Darah adalah cairan penopang kehidupan yang terdiri dari plasma, sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan trombosit. Darah beredar melalui jantung, arteri, vena dan kapiler membawa nutrisi, elektrolit, hormon, vitamin, antibodi, panas dan oksigen ke jaringan dan kembali membawa zat limbah dan karbon dioksida. Fungsi darah sebagai berikut: 1. Menghantarkan zat-zat pangan dan oksigen yang dibutuhkan oleh selsel tubuh. 2. Mengangkut zat tak berguna hasil dari metabolisme. 3. Sebagai komune sistem imune untuk melindungi tubuh dari bakteri patogen dan virus. 2



Dalam darah terkandung haemoglobin yang berfunsi sebagai pengikat oksigen. Haemoglobin merupakan protein pengangkut oksigen. Komponen darah terdiri dari plasma darah (cairan) dan sel-sel penyusun darah. Darah terdiri dari beberapa jenis korpuskula ( sel- sel darah ) yang membentuk 45% bagian darah. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah. Berikut ini adalah penjelasan dari kortiskula (sel-sel darah): 1. SEL DARAH MERAH ( ERYTROSIT ) Eritrosit merupakan sel yang paling banyak di bandingkan dengan 2 sel lainnya. Sel eritrosit sekitar 99% dari korpuskula yang berbentuk gepeng,



cekung,



tidak



mempunyai



inti



sel



yang



mengandung



haemoglobin yang membuat darah berwarna merah dan diproduksi di sumsum tulang. Dalam keadaan normal jumlah eritrosit mencapai hampir separuh dari volume darah. Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel atau organela dan tidak dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung banyak haemoglobin, sedangkan haemoglobin berfungsi



untuk



membawa



oksigen



dari



paru-paru



dan



mengantarkannya keseluruh jaringan tubuh. Eritrosit juga berperan dalam penentuan golongan darah. Eritrosit mempunyai masa hidup sekitar 120 hari, sedangkan orang yang kekurangan eritrosit di sebut penyakit anemia.



2. SEL DARAH PUTIH ( LEUKOSIT ) Leukosit merupakan 0,2% dari korpuskula. Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem immun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan benda benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tetap. Fungsi utama dari Leukosit adalah fagosit ( pemakan bibit penyakit ) / benda asing yang masuk dalam tubuh. Peningkatan jumlah leukosit merupakan petunjuk adanya infeksi. Orang yang kelebihan leukosit disebut menderita leukimia sedangkan orang yang kekurangan leukosit disebut penyakit leukopenia. Jumlah leukosit lebih sedikit dengan perbandingan 1 leukosit untuk setiap 660 sel eritrosit. 3



3. TROMBOSIT Trombosit merupakan



0,6



-



1,0



%



dari



korpuskula.Trombosit



merupakan partikel yang menyerupai sel, dengan ukuran lebih kecil daripada sel darah merah dan sel darah putih. Bentuk trombosit tidak teratur dan tidak mempunyai inti. Trombosit diproduksi oleh sumsum merah dan berperan penting dalam proses pembekuan darah, sebagai bagian dari mekanisme perlindungan darah untuk menghentikan pendarahan. Jumlah trombosit berkisar anatara 200.000 -300.000 sel/mm3. 4. PLASMA DARAH Unsur ini merupakan komponen terbesar dalam darah, karena lebih dari separuh mengandung plasma darah. Hampir 90% bagian dari plasma darah adalah air. Sebagian besar plasma darah mengandung garamgaram terlarut dan protein. Protein utama dalam plasma adalah albumin sedangkan protein lainnya lainnya adalah antibodi (immunoglobulin) dan protein



pembekuan.



Plasma



juga



mengandung



hormon-hormon,



elektrolit, lemak, gula, mineral dan vitamin. Didalam plasma terkandung salah satu faktor pembeku darah yaitu protrombin dan fibrinogen. Plasma darah tanpa fibrinogen disebut serum. Plasma darah pada dasarnya adalah larutan air. Plasma darah berfungsi sebagai untuk mengangkut sari makanan ke sel-sel serta membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat pembuangan. Plasma selain menyalurkan sel-sel darah, plasma merupakan:  Cadangan air untuk tubuh  Mencegah tersumbatnya pembuluh darah  Membantu mempertahankan tekanan darah dan sirkulasi keseluruh tubuh.  Plasma menghasilkan zat kekebalan tubuh terhadap penyakit atau zat antibodi. Antibodi dalam plasma melindungi tubuh melawan benda-benda asing. FUNGSI DARAH Ada beberapa fungsi darah :



4



 Menghantarkan zat-zat makanan dan oksigen yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuh  Mengangkut zat tak berguna hasil dari metabolisme.  Sebagai sistem immun untuk melindungi tubuh dari bakteri dan virus.  Mengatur suhu tubuh.  Mengatur keseimbangan zat, ph regulator.



I.2.



SISTEM PENGGOLONGAN DARAH 1. SISTEM GOLONGAN DARAH ABO Di awal abad keduapuluh, suatu penemuan yang terpenting telah terjadi



dalam



transfusi



darah,



ketika



Kari



Landsteiner



mempertunjukkan bahwa dengan uji-silang setetes sampel darah dengan yang lainnya, beberapa dapat berhasil berbaur tanpa ada terlihat reaksi, sedangkan yang lainnya akan bereaksi secara kuat, menimbulkan aglutinasi, dimana terjadi penggumpalan yang masif dari sel-sel darah merah (lihat Gambar 8).



5



Anti-A v sel-sel A



Anti-A v sel-selB



Aglutinasi TidakAglutinasi Gambar 8 : Slaid memperlihatkan dua jenis reaksi bila anti-A diuji dengan sel-sel golongan A dan golongan B. Aglutinasi ini berkaitan dengan keberadaan suatu antigen pada sel- sel darah merah dan suatu antibodi di dalam serum. Dengan mengamati terus, tampaklah bahwa ternyata ada dua antigen sel darah merah, yaitu antigen A dan antigen B. Dalam golongan ABO, dimungkinkan bagi sel- sel darah merah memiliki salah satu, keduanya,



serta



tidak



sama



sekali



antigen-antigen



itu



di



permukaannya. Sel-sel yang hanya memiliki antigen A disebut golongan A. Sedangkan yang hanya memiliki antigen B disebut golongan B. Selsel yang mempunyai kedua antigen, yaitu antigen A dan antigen B disebut golongan AB. Sel-sel yang tidak memiliki kedua antigen tersebut, disebut golongan O. Dengan cara yang sama, terdapat pula dua antibodi yang berbeda di dalam serum. Satu yang bereaksi spesifik dengan sel-sel golongan A, menyebabkannya beraglutinasi, disebut anti-A. Di lain pihak, yang bereaksi spesifik dengan sel-sel golongan B disebut anti-B. Keberadaan antibodi-antibodi anti-A dan anti-B di dalam serum berlainan, sesuai dengan antigen-antigen AB yang ada pada sel-sel darah merah (lihat Tabel ) :  yang memiliki antigen A pada sel-sel darah merah (gol. A) mempunyai anti-B di dalam serum.



6



 yang memiliki antigen B pada sel-sel darah merah (gol. B) mempunyai anti-A di dalam serum.  yang memiliki kedua antigen A dan B pada sel-sel darah merah (gol. AB) tidak ada anti-A maupun anti-B di dalam serum.  yang tidak memiliki baik antigen A dan B pada sel-sel darah merah (gol. O) mempunyai kedua anti-A dan anti-B di dalam serum.



Tabel 2 Antigen pada sel-sel



Antibodi dalam serum



Golongan A



A



anti-B



Golongan B



B



anti-A



A dan B



tidak ada



tidak ada



anti-A dan anti-B



Golongan AB Golongan O



2. DASAR GENETIK DARI DARAH GOLONGAN ABO Segala penampilan dan karakteristik kita dikendalikan oleh gengen yang ada di dalam inti sel-sel tubuh kita. Gen-gen ini berada di dalam kromosom-kromosom kita. Tiap sel memiliki 23 pasangan, atau



seluruhnya



46



kromosom.



Kita



diwariskan



salah



satu



kromosom dari tiap pasangannya dari masing-masing orang-tua kita. Tidak seperti sel-sel tubuh, sel-sel reproduksi kita (spermatozoa dan ova) hanya mempunyai satu kromosom dari masing-masing pasangannya. Pada pembuahan, kromosom dari laki-laki akan bergabung dengan kromosom dari perempuan dan membentuk pasangan kromosom sebagaimana sel-sel lainnya dalam mudigah. Diantara karakteristik kita yang diwariskan, terdapat sebuah gen yang bertanggung-jawab atas spesifisitas golongan ABO darah kita; dengan kata lain, kita mewarisi dua gen golongan darah. Untuk golongan darah ABO, kromosom dari ibu membawa salah satu dari



7



gen A, B atau O. Hal yang sama, kromosom yang lain dari ayah juga membawa salah satu dari gen A, B atau O. Dua definisi yang penting dipakai pada golongan darah: Genotip: gen-gen yang diturunkan dari masing-masing golongan darah orang-tua yang ada pada kromosom. Fenotip: efek yang bisa terlihat dari gen-gen yang diwariskan: misalnya golongan darah itu sendiri. Gen A dan gen B bersifat dominan atas gen O, jadi fenotip A dapat berasal dari salah satu, yaitu genotip AA atau AO. Hal yang sama, fenotip B dapat berasal dari salah satu, yaitu genotip BB atau BO. Tabel 3 menunjukkan kemungkinan kombinasi-kombinasi dari gen-gen dan golongan darah yang terbentuk. Tabel 3 Genotip



Golongan darah (Fenotip)



AA



A



AO



A



BB



B



BO



B



AB



AB



OO



O



Gambar 9 menunjukkan suatu pohon keluarga golongan ABO. Anda dapat melihatnya bahwa ibu dari golongan A (genotip AO), dan ayah dari golongan B (genotip BO). Kemungkinan genotip ABO dari anak-anaknya bisa AB (golongan AB), AO (golongan A), BO (golongan B), atau OO (golongan O).



Genotip :



8



Genotip



:



AB



AO



BO



OO



Fenotip



:



AB



A



B



O



Gambar 9 : Pohon keluarga darah ABO



3. PENAMPILAN GOLONGAN DARAH ABO Anti-A, secara definisi, hanya akan bereaksi dengan antigen golongan A; hal yang sama pada Anti-B, hanya akan bereaksi dengan antigen golongan B. Jadi apabila anda akan menentukan apakah antigen AB ada atau tidak pada sel-sel darah merah, haruslah diuji secara spesifik terhadap anti-A dan anti-B. Dengan memakai dua reagen, dapatlah ditentukan golongan ABO sel darah. Akan tetapi untuk menentukan golongan darah secara lengkap, tidak sempurna bila hanya menguji pada sel-sel darah merah saja. Karena hanya diketahui separuh dari golongan misalnya golongan sel darah merah. Juga amat diperlukan melakukan suatu reverse grouping test (tes penggolongan terbalik), dengan menguji serum terhadap sel darah merah A dan B yang telah diketahui sebelumnya. Seperti yang telah kita ketahui, antibodi-antibodi di dalam serum berkaitan erat dengan antigen-antigen yang ada pada sel-sel darah merah: seseorang dari golongan A akan memiliki anti-B di dalam serumnya, dan seseorang dari golongan B akan memiliki anti-A di dalam serumnya. Jadi, ketika membentuk golongan ABO, golongan sel darah merah dan golongan kebalikan bersifat melengkapi satu sama lainnya, akibatnya yang satu akan memastikan yang lainnya. Contohnya, jika hasil tes menunjukkan antigen A pada sel-sel darah merah, dan anti-B di dalam serum, anda akan merasa yakin bahwa penggolongan ini benar. Akan tetapi, jikalau sel-sel darah merah menunjukkan keberadaan antigen B, dan tes serum menunjukkan anti-B, sebaiknya anda waspada akan kesalahan, yang mungkin pada



penggolongan



sel



atau



penggolongan



kebalikan



(reverse



grouping). Selanjutnya tentu saja seluruh pengujian harus diulangi. 9



Penggunaan sel-sel golongan O ketika melakukan pengujian suatu serum. Sel-sel golongan O perlu dilibatkan ketika pengujian serum, sebab beberapa donor dapat saja memiliki antibodi-antibodi di dalam serumnya yang bukan anti-A atau anti-B. Antibodi-antibodi ini secara alamiah tidak diharapkan ada, sehingga mereka disebut sebagai



antibodi-antibodi



ireguler.



Mereka



ada



sebagai



akibat



imunisasi terdahulu, misalnya selama kehamilan pada seorang wanita,



atau



lewat



transfusi



darah



sebelumnya.



Keberadaan



antibodi-antibodi ireguler ini dapat ditampilkan dengan memakai selsel golongan O dalam prosedur pengujian. 4. PERKEMBANGAN ANTIGEN-ANTIGEN A DAN B SEL DARAH MERAH Antigen-antigen A dan B golongan darah berkembang secara baik sejak masa awal janin sampai masa remaja. Di saat baru lahir, kekuatannya masih lemah dibandingkan dengan masa dewasa, dan reaksi-reaksi dengan anti-A dan anti-B bisa terjadi lebih lemah dari yang dibayangkan. Secara normal, anti-A dan anti-B amatlah lemah disaat lahir, dan antibodi-antibodi ini mungkin tidak dapat ditampilkan hingga bayi itu mencapai umur tiga bulan. Karena itulah disepakati, bahwa kalau melakukan penggolongan sampel darah dari tali-pusat atau bayi baru lahir, hanya golongan sel darah merah saja yang perlu diuji. 5. MACAM-MACAM SUB GOLONGAN ANTIGEN A Pada tahun 1911, telah diketahui bahwa sistem ABO ternyata lebih rumit daripada yang sebelumnya dikenal, ketika ternyata jelas dilihat bahwa golongan darah A secara serologi dan genetik terbagi dalam dua subgolongan yang amat berbeda, yaitu A1 dan A2. Hal yang sama juga didapati bahwa golongan darah AB juga terbagi atas A1B dan A2B.



10



Sekitar 80% populasi golongan A adalah subgolongan A1, sedangkan sisanya adalah 20% A2. Persentase yang sama juga didapati pada golongan AB. Sejak penemuan A1 dan A2, lebih banyak lagi subgolongan A dilaporkan,



serta



sejumlah



duabelas



golongan



yang



saat



ini



diketahui. Semuanya menunjukkan sifat serologi dan kimiawi yang bervariasi. Sebagian besar hal ini tidak berpengaruh penting pada kejadian sehari- hari. Adalah mungkin saja orang yang mempunyai subgolongan A2 dan A2B mempunyai anti-A1 dalam serumnya, tapi umumnya lemah dan tidak penting dalam menseleksi darah donor. Jenis antigen B yang lemah jarang didapati, tapi bisa ditemui pada populasi Cina. Tabel 4 meringkaskan subgolongan antigen A. Tabel 4: Ringkasan sub-golongan antigen A Sub-gol. A Frekuensi Antibodi yang Antibodi yang kadang-



Selalu ada



kadang ada



Al A2



80% 20%



Anti-B Anti-B



tidak ada anti-A1 dalam 2%



AIB



80%



tidak ada



tidak ada



A2B



20%



tidak ada



anti-A1 dalam 25%



6. ANTI-AB DAN ANTI-A Anti-AB Adalah hal yang biasa untuk memasukkan anti-AB sebagai bagian dari tes penggolongan darah untuk meyakinkan bahwa antigen-antigen A dan B yang lemah tidak lolos dari tes rutin. Anti-A dan anti-B dalam gabungan antibodi-antibodi ini mempunyai afinitas lebih besar pada an- tigen-antigen yang lemah, serta akan bereaksi kuat dengannya, walaupun anti-A dan anti-B yang spesifik mungkin gagal bereaksi. Anti-AB tidak diperlukan untuk menguji sel-sel darah merah pasien, tetapi dianjurkan untuk penggolongan darah donor. Anti-A Anti-A mempunyai gabungan dua antibodi:



11



o anti-A yang mengaglutinasi sel-sel A1, A2, A1B dan A2B o anti-A1 yang hanya mengaglutinasi sel-sel A1 dan A1B Pencampuran serum anti-A dengan sel-sel A2 memisahkan kedua antibodi, meninggalkan anti-A1 dalam serum. Serum ini dapat digunakan untuk membedakan subgolongan A1 dan A2. Tabel 5 memperlihatkan reaksi-reaksi serologi dengan anti-A, anti-AB dan anti-A1. Tabel 5: Reaksi-reaksi serologi dengan anti-A, anti-AB dan anti-A1 Anti-A Anti-AB Anti-A 1



A1



A2



A1B



A2B



pos pos pos



pos pos neg



pos pos pos



pos pos neg



7. STATUS SEKRETOR Antigen-antigen A dan B tidak hanya ditemui pada sel-sel darah merah, tetapi juga pada orang-orang yang disebut sekretor, dimana antigen-antigen itu dapat berlarut dalam serumnya. Sekitar 80% orang- orang mewarisi gen yang dapat membuat antigen-antigen ini. Pada pelaksanaan pelayanan transfusi, hal ini tidaklah berpengaruh besar. 8. IgM DAN IgG (yang alamiah terjadi dan imun) ANTI-A DAN ANTI-B Pada setiap orang, kecuali yang termasuk golongan AB, akan membuat IgM anti-A dan/atau anti-B. Hal ini diperkirakan sebagai akibat stimulasi oleh antigen-antigen mirip A dan B yang biasanya ada di lingkungan, makanan, dll. Bilamana seseorang mempunyai IgG anti-B, kadar IgM anti-AB-nya biasanya tinggi, dan istilah "titer anti-AB tinggi" atau "titer O tinggi" digunakan. Serum orang-orang ini akan sering melisiskan sel sei A dan/atau B pada tes penggolongan kebalikan (reverse grouping test). Antibodi-antibodi yang bertiter tinggi ini penting dalam dua keadaan: 1. Transfusi darah golongan O atau plasmanya kepada orang yang bukan golongan O 12



Jika sejumlah besar plasma golongan O yang mengandung titer anti-AB yang tinggi diberikan kepada orang-orang A atau B, kemungkinan terjadi kerusakan sel darah merah, yaitu suatu reaksi transfusi. Jadi lebih baik untuk tidak memberikan darah golongan O kepada orang yang bukan O. Jikalau hal ini tidak dapat dihindarkan, pilihlah unit-unit darah donor yang tidak melisiskan sel-sel A dan atau B pada serum, atau hilangkanlah plasma secara aseptik dari sel-sel darah merah. Pemakaian tes yang lebih canggih, seperti memakai zat AB yang larut atau DTT (Dithiothreitol), akan memakan waktu lama, dan lebih mahal. 2. Pada kehamilan, bila ibu O sedangkan bayinya A atau B Jikalau menguji wanita hamil, harus diingat bawah serumnya dapat melisiskan sel-sel A dan atau B sebab IgG anti-AB dapat melewati plasenta dan merusak sel-sel darah merah janin. Sewaktu lahir, bayi itu dapat menderita anemia serta berwarna kuning sebagai akibat perusakan sel darah merah. Akan tetapi haemolysis disease of the newborn (HDN) macam ini jauh lebih ringan daripada yang disebabkan oleh anti-D, dan tes untuk mengukur



IgG



anti-AB



mempunyai



nilai



yang



kecil



untuk



memperkirakan apakah bayi itu akan menderita. Karena itulah jadinya tidak ada gunanya untuk melakukan tes pada masa kehamilan. Bilamana seorang bayi berwarna kuning, adalah perlu diteliti alasan



terjadinya.



Akan



tetapi,



ketidakcocokan



ABO



(ABO



incompatibility) hanyalah salah satu penyebab warna kuning pada bayi baru-lahir. Jikalau bayi memerlukan suatu transfusi tukar (exchange transfusion), dasar untuk menseleksi darah akan sama, apapun penyebab warna kuning itu. Bila telah diketahui bahwa serum ibu melisiskan golongan sel-sel pada tes penggolongan terbalik, hal ini dapat mengarah kepada anti-A dan atau anti-B sebagai penyebabnya. Suatu direct antiglobulin test (DAT) harus dilakukan pada sel-sel darah bayi untuk melihat apakah mereka diselubungi oleh antibodi IgG. Suatu tes ketidak-cocokan darah ibu dan bayi juga dapat dilakukan. 13



Cara sederhana untuk mencari ketidak-cocokan golongan darah ibu dan bayi adalah dengan melakukan tes memakai 2-3 tetes serum ibu yang segar ditambah dengan 1 tetes suspensi 5% sel-sel darah bayi yang telah dicuci. Dieram (inkubasipada suhu 37° C selama 15 menit, diputar tabung itu secara perlahan, dan diperiksa adakah hemolisis atau aglutinasi. Bila sel-sel itu dilisiskan secara total, hal ini menunjukkan adanya HDN ABO. Tidak ada satupun tes yang bersifat diagnostik, tetapi jika DAT positif seperti hal tersebut diatas, ini suatu tanda kuat adanya HDN. Jika tidak ada lisis atau aglutinasi yang terlihat, tes ini dapat dilanjutkan



dengan



mencucinya



dan



diuji



dengan



reagen



antiglobulin (AHG). Bila DAT pada sel-sel darah merah bayi negatif atau hanya positif lemah, dan indirect antiglobulin test (IAT) tidak positif, hal ini menunjukkan adanya ketidak-cocokan ibu dan bayi, tetapi tidaklah menimbulkan kerusakan sel darah merah yang hebat.



I.3.



MACAM-MACAM KOMPONEN DARAH 1. WHOLE BLOOD ( WB ) / DARAH LENGKAP Darah lengkap yang berisi 250-350 ml/kantong, disimpan pada suhu 2-6oC. Darah lengkap berisi sel darah merah, sel darah putih, trombosit dan plasma. Plasma mengandung bermacammacam protein, zat kimia, faktor-faktor pembekuan dan kayak dengan zat metabolic.



Diberikan pada penderita yang mengalami



perdarahan akut, syok hipovolamik, bedah mayor dengan perdarahan > 1500 ml. darah lengkap ada 3 macam : a) Darah segar Darah segar adalah darah yang baru diambil dari donor sampai < 48 jam sesudah pengambilan. Keuntungan pemakaian darah segar ialah faktor pembekuannya masih lengkap termasuk faktor labil (V dan VIII) dan fungsi eritrosit masih relatif baik. Kerugiannya sulit diperoleh dalam waktu yang cepat karena 14



pemeriksaan golongan, crossmatch, dan transportasi diperlukan waktu lebih dari 4 jam dan risiko penularan lebih banyak. b) Darah baru Darah baru adalah darah yang disimpan < 6 hari sesudah diambil dari donor, faktor pembekuan disini sudah hampir habis dan juga terjadi peningkatan kadar kalium, amonia dan asam laktat. c) Darah simpan Darah yang disimpan antara 6 – 35 hari. Keuntungannya mudah tersedia setiap saat, sedangkan kerugiannya adalah faktor pembekuan terutama faktor V dan VIII sudah habis. Kemampuan transportasi oksigen oleh eritrosit menurun yang di sebabkan karena afinitas Hb terhadap oksigen yang tinggi, sehingga oksigen sukar dilepas dari jaringan. Hal ini disebabkan oleh penurunan kadar kalium dan asam laktat. Rumus kebutuhan WB : 6 x  Hb ( Hb normal – Hb pasien ) x BB Keterangan : Hb Normal : Hb yang diharapkan Hb Pasien : Hb pasien saat ini 2. PACKED RED CELL ( PRC ) / DARAH PEKAT Volume dari PRC adalah 150-200 ml / kantong, berisi hanya eritrosit dan sedikit plasma dengan Hematokrit 70-80%, Jika di buat dengan sistem:  Terbuka pada suhu 2-6oC : disimpan selama 12 jam  Tertutup pada suhu 2-6oC : disimpan selama 30-35 hari. PRC di berikan pada pasien anemia tanpa penurunan volume darah (aplastic, leukemia, thalasemia, gagal ginjal kronis dan perdarahan kronis) yang ada tanda “oxygen need”. PRC diberikan sampai tanda oxygen need hilang, biasanya pada Hb 8-10 gr/dl tidak perlu sampai Hb 15 gr/dl. Dari 150-200 ml/kantong di peroleh kenaikan Hb dua klai lebih banyak (± 0.5 gr/dl). Risiko overload lebih kecil. Kecepatan transfuse dianjurkan 1 ml/kg BB/jam). PRC berasal dari darah lengkap yang disedimentasikan selama penyimpanan atau



dengan centrifuge



pemberian PRC adalah :  Kehilangan darah massif 15



putaran tinggi. Indikasi



   



Anemia pada penyakit kronik Hemoglobinopati Sebelum operasi, memelihara Hb > 7 gr/dl HB > 10 gr/dl tidak perlu transfusi



Keuntungan menggunakan PRC :     



Kemungkinan overload sirkulasi menjadi minimal Reaksi transfusi akibat komponen plasma menjadi minimal Reaksi transfuse akibat antibody donor menjadi minimal Volume antikoagulan yang berlebihan menjadi minimal Meningkatkan daya guna pemakaian darah karena sisa plasma dapat dibuat menjadi komponen-komponen yang lain Kerugian menggunakan PRC : masih cukup banyak plasma,



lekosit, dan trombosit yang tertinggal sehingga masih bisa sensitisasi yang dapat memicu timbulnya pembentukan antibody terhadap donor. Untuk mengurangi efek samping komponan non eritrosit maka dibuat PRC yang dicuci Rumus kebutuhan PRC : 3 x  Hb ( Hb normal – Hb pasien ) x BB Keterangan : Hb Normal : Hb yang diharapkan Hb Pasien : Hb pasien saat ini



3. WASHED ERYTROSIT ( WE ) / ERITROSIT SUCI WE berisi 150 ml/ kantong dan di simpan pada suhu 2-6°c. WE dibuat dari PRC yang dicuci normal saline 3x untuk membuang leukosit dan antibodi plasma yang menempel eritrosit. WE harus di gunakan dalam waktu 4-6 jam setelah pembuatan. WE digunakan untuk :  Pasien yang memerlukan transfusi berulang – ulang  Pasien yang pernah mengalami reaksi demam karena leukosit donor  Pasien yang alergi terhadap protein plasma Keuntungan pemakaian WE adalah untuk penderita yang tak bisa diberi human plasma. Sedangkan kekurangannya adaiah : 16



bahaya infeksi sekunder yang terjadi seiama proses serta masa simpan yang pendek. 4. TROMBOSIT Pemberian trombosit sering diperlukan pada kasus perdarahan yang disebabkan oleh kekurangan trombosit. Pemberian trombosit yang berulang-ulang dapat menyebabkan pembentukan trombosit antibody pada penderita. Transfusi trombosit terbukti bermanfaat menghentikan



perdarahan



karena



trombositopenia.



Komponen



trombosit mempunyai masa simpan 3 hari. Indikasi pemberian trombosit :  Setiap perdarahan spontan atau suatu operasi besar dengan jumlah



trombositnya



kurang



dari



50.000/mm3,



misalnya



perdarahan pada trombositopenia purpura, leukemia, anemia aplastik, demam berdarah dan aplasia sumsum tulang karena pemberian sitostatika terhadap tumor ganas.  Splenektomi pada hipersplenisme penderita thalasemia maupun hipertensi



portal



juga



memerlukan



pemberian



suspense



trombosit prabedah. Rumus pemberian trombosit : BB x 1/13 x 0.3



Macam-macam sediaan trombosit : a. Trombosit Concetrat ( TC ) Trombosit



diberikan



pada



penderita



yang



mengalami



gangguan jumlah atau fungsi trombosit. Komponen ini didapat dari darah segar dengan metode pemutaran dengan waktu tertentu sehingga didapat konsetrat platelet yang volumenya 2540 ml/kantong yang berisi minimal 70-80% dan beberapa sel darah merah yang tercantum didalamnya bersama plasma. Trombosit disimpan pada suhu ruang 20-24o C dalam waktu 58 hari dengan di goyang goyang satu kantong TC biasanya akan menaikkan jumlah trombosit sebesar 9.000-11.000/m3 luas



17



badan, sehingga untuk keadaan trombositopenia yang berat dibutuhkan sampai 8-10 kantong.



b. Platelet Rich Plasma ( PRP ) / Plasma Kaya Trombosit Platelet Rich Plasma ( PRP ) di buat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar. Volume PRP 150-200 ml/kantong. Penyimpanan pada suhu 34°C selama 24 jam. 5. PLASMA Plasma berisi 150-200 ml / kantong dan bermanfaat untuk :  memperbaiki volume dari sirkulasi darah (hypovalemia, luka bakar) menggantikan protein yang terbuang seperti albumin pada neprotik sindrom dan cirrhosis hepatis  mengatasi gangguan koagulasi yang tidak di sebabkan oleh trombositopenia  mengganti plasma yang hilang  Defisiensi immunoglobulin  Overdosis obat antikoagulans Plasma tersedia dalam bentuk : a. Plasma Segar ( Fresh Plasma). Berasal dari darah lengkap segar < 6 jam, berisi semua factor koagulasi juga factor labil dan trombosit harus diberikan dalam 6 jam. b. Plasma Segar Beku ( Fresh Frozen Plasma / FFP ). Plasma segar yang dibekukan dan disimpan pada suhu minimal -20°C, dapat bertahan 1 tahun. Berisi semua factor koagulasi



kecuali



trombosit.



Diberikan



untuk



mengatasi



defisiensi factor koagulasi yang belum jelas dan difisiensi anti thrombin III tetapi bila disimpan pada suhu 4°C maka semua faktor pembekuan labil itu akan rusak menjadi plasma biasa. Berguna untuk meningkatkan factor pembekuan bila factor pembekuan pekat/kriopresipitat tidak ada. Ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. FFP mengandung semua protein plasma (factor pembekuan), terutama factor V dan VII. Kriteria pemberian FFP :



18



 Perdarahan menyeluruh yang tidak dapat di kendalikan dengan jahitan bedah atau kauter  Peningkatan PT atau PTT minimal 1.5 kali, dari normal  Hitung trombosit lebih besar dari 70.000/mm3 (untuk menjamin baha trombositopenia bukan merupakan penyebab perdarahan)  ASA merekomendasi bahan pemberian FFP dengan mengikuti petunjuk berikut :  Segera setelah teraphy arfarin  Untuk koreksi defisiensi faktor koagulasi yang mana faktor yang spesifik tidak tersedia  Untuk koreksi perdarahan mikrovaskuler sewaktu terjadi peningkatan > 15 kali nilai normal PT atau PTT  Untuk koreksi perdarahan sekunder mikrovaskuler yang meningkat akibat defisiensi faktor koagulasi pada pasien yang ditransfusi lebih dari 1 kantong volume darah dan jika pT atau PTT tidak dapat diperoleh saat dibutuhkan  FFP sebaiknya diberikan dalam dosis yang di perhitungkan mencapai suatu konsentrasi plasma minimal 30% ( biasanya tercapai dengan pemberian 10- 15ml/kg ), kecuali setelah pemberian arfarin yang mana biasanya cukup antara 5-8 ml/kg.  FFP di kontra indikasikan untuk peningkatan volume plasma atau konsentrasi albumin. Setiap kantong FFP dapat menaikkan masing-masing kadar factor pembekuan sebesar 2-3% pada orang dewasa. Sama dengan PRC pada saat hendak diberikan pada pasien perlu dihangatkan terlebih dahulu sesuaisuhu tubuh. Pemberian dilakukan secara cepat, pada pemberian FFP dalam jumlah besar diperlukan koreksi adanya hypokalsemia, karena asam sitrat pada



FFP



mengikat



kalsium



perlu



dilakukan



pencocokan



golongan darah ABO dan system Rh. c. Plasma biasa ( piasma simpan ) Mengandung faktor stabil fibrinogen, albumin, dan globulin. Didapat dari darah lengkap yang telah mengalami penyimpanan. Dari 350 cc darah lengkap di dapat 150 cc plasma. Plasma dapat bertahan selama 2 bulan pada suhu 4°C. Indikasi: 19



 Untuk mengatasi keadaan shock ( sebelum darah datang ).  Memperbaiki volume sirkulasi darah.  Mengganti protein plasma yang hilang pada luka bakar yang luas.  Mengganti dan menambah jumlah faktor-faktor tertentu yang hilang misalnya fibrinogen, albumin, dan globulin. Plasma diberikan pada kehilangan plasma misalnya dengue hemoragik fever, atau luka bakar yang luas. Dosis pemberian tergantung keadaan klinis, umumnya diberikan 10-15 ml/kg BB/hari. Hati-hati pada orang tua, karena kemungkinan terjadi payah jantung atau overload sirkulasi. Indikasi ini sekarang tidak di anjurkan lagi karena lebih aman menggunakan terapi larutan koloid atau albumin yang bebas risiko transmisi penyakit. 6. CRYOPRESIPITATE ( KONSENTRAT FAKTOR VIIIC ) Dari plasma segar yang dibeku-cepat menjadi FFP kemudian dicairkan pada suhu 4oc dan disentrifuge. Jika di simpan pada suhu18oc bisa bertahan 12 bulan. Sebelum dipakai sediaan dicairkan dulu pada suhu 4oc dan segera diberikan sebelum 6 jam. Komponen utama yang terdapat didalamnya adalah factor VIII, XIII, factor Von Willbrand



dan



fibrinogen.



Penggunaannya



adalah



untuk



menghentikan perdarahan karena kurangnya factor VIII di dalam darah penderita hemofili A. Indikasi:  Hemophilia A  Perdarahan akibat gangguan faktor koagulasi  Penyakit Von Willbrand Rumus pemberian cryopresipitat : 0.5 x  Hb ( Hb normal – Hb pasien ) x BB



I.4.



TEST KOMPATIBILITAS Istilah tes kompatibilitas ialah suatu rangkaian prosedur yang diperlukan



sebelum



darah



diberikan,



dan



lengkap



dengan



kecocokannya. Tujuan dari tes kompatibilitas ialah untuk memastikan bahwa,



sedapat



mungkin,



transfusi 20



darah



donor



tidak



akan



menimbulkan reaksi apapun pada pasien, serta sel-sel darah merah bisa mencapai masa-hidup maksimum setelah diberikan.



Tes kompatibilitas meliputi: (1) Meneliti catatan pasien akan hal-hal: o riwayat penggolongan darah sebelumnya o keberadaan antibodi-antibodi o rincian riwayat transfusi terakhir o alasan transfusi Informasi ini mesti diberikan dalam formulir permintaan darah, tapi ini juga berguna untuk keperluan pencatatan laboratorium anda sendiri. (2) Melakukan penggolongan ABO dan Rh atas sampel darah pasien, dan meneliti untuk memastikannya cocok dengan catatan sebelumnya. (3) Melakukan uji kecocokan terakhir, suatu cross-match (uji-silang). Hal ini termasuk major cross-match (uji-silang utama), yaitu uji antara serum pasien dan sel-sel darah donor, serta minor cross- match (ujisilang kecil) yaitu uji antara sel-sel darah merah pasien dengan serum donor untuk mencari setiap antibodi dalam darah donor yang dapat bereaksi dengan darah pasien.



1. PERMINTAAN DARAH Bila akan memerlukan darah untuk transfusi, maka sekitar 510 ml darah pasien mesti diambil dan dimasukkan kedalam tabung kering untuk memastikan serum yang cukup untuk melakukan uji kecocokan. (Untuk tes ini, serum lebih baik daripada plasma.) Sampel darah itu harus diberi pengenal yang jelas dengan nama lengkap pasien, nomor registrasi rumah sakit serta ruangan yang bersangkutan,



kemudian



dikirim



secepatnya



ke



laboratorium,



bersamaan dengan formulir permintaan darah lengkap. Formulir permintaan sebaiknya disertai keterangan tentang pasien, dan harus ditanda-tangani oleh dokter yang merawat pasien, atau oleh orang yang mendapat tugas oleh dokter untuk mengisi hal-hal sebagai berikut: 21



             



tanggal permintaan nama lengkap pasien tanggal lahir pasien jenis kelamin pasien nomor registrasi rumah sakit ruang rawat pasien alamat pasien diagnosis kerja golongan darah pasien, bila mungkin keberadaan tiap antibodi riwayat transfusi sebelumnya riwayat reaksi transfusi sebelumnya pada wanita: jumlah kehamilan sebelumnya jumlah dan jenis unit darah atau produk darah yang



   



diperlukan apakah serum pasien mesti digolongkan dan diteliti alasan transfusi tanggal dan waktu diperlukan tanda-tangan dokter yang meminta darah Permintaan-permintaan transfusi darah jangan pernah diterima



kecuali seluruh detil pasien pada sampel cocok dengan yang didalam formulir permintaan. Jika detil-detil tidak cocok, mintalah sampel darah dan formulir yang baru. 2.



MEMILIH DARAH UNTUK PASIEN Formulir



permintaan



darah



harus



selalu



disertai



alasan



transfusi, sehingga laboratorium dapat memilih darah yang paling cocok setelah pengujian. Darah mesti dipilih secara hati-hati untuk memenuhi tiap keperluan pasien. Secara umum, unit yang diproses terdahulu diberikan lebih dulu, kecuali bila ada hal-hal sebagai berikut: 1. Pasien-pasien yang sedang mendapat sejumlah besar darah sebagai



transfusi



masif



(melebihi



volume



total



darahnya)



sebaiknya diberikan darah yang paling segar yang ada. 2. Pasien-pasien yang sedang menerima sejumlah besar darah yang mempunyai



volume



darah



kecil,



misalnya



bayi-baru



lahir



mendapat transfusi pertukaran (exchange transfusion), atau tiap anak umur dibawah lima tahun (balita), sebaiknya memperoleh darah sesegar mungkin. 22



3. Pasien-pasien berumur lebih dari lima tahun yang memerlukan darah karena anemia dapat diberikan konsentrat sel darah merah. Akan tetapi, bagi pasien-pasien yang menerima darah secara teratur, seperti pada yang mengalami anemia sel-sabit (sickle cell anaemia) dan thalasemia, sebaiknya mendapat unitunit darah yang relatif segar, yaitu berusia kurang dari tujuh hari, yang dapat membuat masa diantara transfusi lebih memanjang. 4. Darah yang diberikan kepada rumah sakit yang lain mestinya selalu



termasuk



unit-unit



dengan



masa-kadaluwarsa



yang



berbeda, termasuk sejumlah unit yang segar, sehingga tidak semuanya



melewati



waktu



kadaluwarsa



pada



saat



yang



bersamaan. Pemilihan darah untuk pasien-pasien dengan antibodi yang atipik memerlukan perhatian khusus. Secara umum, darah yang tidak mempunyai antigen yang bereaksi dengan antibodi pasien-lah yang dipilih, tetapi pemilihan sebaiknya dibahas dengan sejawat yang lebih berpengalaman. 3. PEMILIHAN DAN PEMBERIAN DARAH UNTUK SUATU TRANSFUSI MASIF Transfusi masif ialah bila seseorang mendapatkan darah yang melebihi volume darahnya dalam 24 jam. Setelah 12 unit darah ditransfusikan, darah yang belum diujicocok, tetapi yang sama golongan ABO dan Rh-nya, dapat diberikan. Ini sebab serum dari sampel sebelumnya tidak lagi mewakili darah pasien. Golongan ABO dan Rh darah yang akan ditransfusi masih harus diteliti, dan semua detil dicantumkan pada kantong darah dan catatan seperti biasanya. Setelah tiga hari, jika darah masih diperlukan, sampel yang baru mesti diambil dan darah dicocokan. 4. PEMILIHAN DAN PEMBERIAN DARAH LENGKAP ATAU SEL-SEL DARAH MERAH UNTUK BAYI-BARU LAHIR DAN BAYI Bila bayi-baru lahir atau bayi memerlukan suatu transfusi pertukaran (exchange transfusion) atau transfusi yang normal, darah 23



yang berumur tidak melebihi tujuh hari sebaiknya dipilih. Pemilihan golongan juga penting, tergantung dari alasan transfusi pertukaran. Bilamana hanya transfusi biasa saja, misalnya untuk anemia, maka darah golongan yang sama dengan bayi, atau golongan O dengan golongan Rh yang sesuai, yang semestinya dipilih; dan dicocokkan dengan memakai serum ibu. Untuk transfusi pertukaran, pemilihan darah tergantung alasan transfusi tersebut: 1. Pertukaran karena Rh D haemolytic disease of the newborn Darah Rh D negatif dari golongan ABO yang sama dengan bayi, atau golongan O Rh D negatif, yang semestinya dipilih dan dicocokan dengan serum ibu. 2. Pertukaran karena ABO haemolytic disease of the newborn Darah golongan O dengan golongan Rh yang sesuai dengan bayi sebaiknya dipilih dan dicocokan dengan serum ibu. 3. Pertukaran karena apapun penyebab kekuningan pada bayi-baru lahir (neonatal jaundice) Darah dari golongan ABO dan Rh yang sesuai dengan bayi, atau golongan O dengan golongan Rh yang sesuai, sebaiknya dipilih dan dicocokan dengan serum ibu. 4. Pertukaran karena antibodi Rh yang lain atau suatu antibodi nonRh seperti anti-c atau anti-Kell Darah mesti dipilih dari yang tidak mempunyai antigen terhadap antibodi tertentu (misalnya, c negatif atau Kell negatif) dari golongan ABO yang sesuai dengan bayi. Dalam kasus ini, pemilihan darah amatlah sulit, dan harus selalu dibahas dengan sejawat yang lebih berpengalaman. Akan tetapi pada suatu keadaan darurat, darah dapat dipilih dengan mencocokan unitunit darah terhadap serum ibu, serta dicari unit-unit yang negatif reaksinya. Tabel : Pemilihan darah untuk bayi-baru lahir dan bayi untuk pertukaran karena RhD atau ABO HDN Golongan bayi



Rh D HDN



ABO HDN



O Rh positif



O Rh D negatif



tidak bisa dipakai



O Rh negatif



tidak bisa dipakai



tidak bisa dipakai



A Rh positif



A Rh neg./ 0 Rh neg.



O Rh positif



24



A Rh negatif



tidak bisa dipakai



O Rh negatif



B Rh positif



B Rh neg. / 0 Rh neg.



0 Rh positif



B Rh negatif



tidak bisa dipakai



O Rh negatif



AB Rh positif



AB Rh neg. / 0 Rh neg.



O Rh positif



AB Rh negatif



tidak bisa dipakai



O Rh negatif



Selalu diingat bahwa pemilihan darah yang benar untuk setiap transfusi pertukaran amatlah penting. Keputusan mesti dibahas dengan sejawat, dan bila mungkin dengan staf dari unit transfusi darah. Bila ragu- ragu, pilihlah golongan O dengan Rh yang sesuai. Bila darah atau plasma diberikan kepada bayi-baru lahir atau bayi, juga penting untuk menentukan jumlah darah yang tepat yang akan ditransfusikan. Jumlah yang diperlukan biasanya sedikit, kecuali untuk transfusi pertukaran. Sebaiknya digunakan kantong darah pediatri. Ini adalah kantong darah yang berukuran normal dengan empat atau lima kantong kecil tambahan. Unit darah lengkap atau sel-sel darah merah dapat dibagikan kedalam empat atau lima kantong kecil tadi, yang dapat dipakai sendiri-sendiri. Kantong darah pediatri relatif lebih mahal, dan juga tidak selalu tersedia. Jika



hanya



menggabungkan



sedikit



darah



sebanyak



yang



mungkin



tersedia,



cobalah



permintaan



yang



untuk tidak



mendesak, dan cocokanlah satu unit golongan O untuk semuanya. Setiap kali kantong dimasukkan, satu set transfusi yang baru mesti digunakan. Darah sebaiknya dipakai dalam waktu 12 jam atau dibuang jika ada satu kantong yang secara kebetulan tercemar. Hal.yang



sama



juga



diperlakukan



terhadap



unit



darah



yang



dikembalikan yang telah dibuka. 5. UJI KECOCOKAN (Reaksi Silang) Suatu uji kecocokan dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi-antibodi pada darah pasien yang akan bereaksi dengan darah donor bila ditransfusikan atau sebaliknya. Bahkan walaupun golongan ABO dan Rh pasien dan donor telah diketahui, adalah hal yang mutlak untuk melakukan uji kecocokan. Ini disebabkan pada 25



seseorang pasien yang golongan ABO dan Rh-nya sudah cocok dengan donornya masih mungkin terjadi reaksi yang amat hebat setelah dilakukan transfusi. Hal ini terjadi karena ada beberapa golongan darah yang lain dari golongan ABO dan Rh. Jadi mungkin saja seseorang pasien yang golongan ABO dan Rh-nya cocok dengan donor, tetapi ternyata mempunyai antibodi-antibodi yang lain, seperti anti-Kell atau anti-Duffy. Jika ini halnya, maka darah yang sama ABO atau Rh bisa sangat tidak cocok dengan sel-sel darah donor yang memiliki antigen yang lain. 6. PELABELAN KECOCOKAN Bilamana kecocokan telah dilakukan dan telah diputuskan bahwa unit darah donor cocok dengan pasien, maka mesti dilakukan pelabelan unit-unit darah untuk pasien itu. Yang terbaik ialah memakai label kecocokan yang dapat ditempelkan pada unit darah. Bila darah itu tidak jadi dipakai untuk pasien itu, label baru bisa diisi. Bila label-label yang dapat melengket terlalu mahal, boleh digunakan label lain, misalnya yang dapat diikat di kantong. Jikalau tidak ada label yang tersedia, dan perlu menulis langsung diatas unit darah sendiri, maka haruslah tulis dengan jelas golongan unit itu, nama pasien, serta nomer registrasi rumah sakit. Tiga jenis informasi ini adalah amat penting, selain juga masa kadaluwarsa unit darah itu. Label-label kecocokan sebaiknya sederhana dan mudah dibaca, sehingga tidak ada kesalahan bila darah diambil dari kulkas. Satusatunya detil yang diperlukan pada label ialah :     



nama pasien nomor registrasi rumah sakit pasien ruang rawat pasien golongan darah tanggal kadaluwarsa tanggal uji kecocokan (matching)



26



7. PEMILIHAN



DAN



PEMBERIAN



DARAH



DALAM



KEADAAN



DARURAT Jika dalam keadaan darurat anda mendapat suatu permintaan untuk darah yang belum dicocokkan, prosedur yang harus dilakukan tergantung pada tingkat kedaruratannya. Tingkat kedaruratan harus dipastikan terlebih dulu. Anda mesti mengatakan pada orang yang meminta darah itu, bahwa mereka harus bertanggung jawab atas terjadinya



efek-efek



transfusi,



dan



bahwa



darah



yang



telah



dicocokkan bisa disiapkan dalam waktu setengah jam saja. Bila tetap tidak bisa menunggu dan darah yang belum dicocokkan tetap diminta, anda sebaiknya melakukan prosedur sebagai berikut: 1. Lakukanlah suatu penggolongan ABO dan Rh pada sampel pasien dengan teknik cepat, dan pilihlah darah yang sesuai golongan ABO dan Rh-nya. 2. Berilah label pada kantong darah itu dengan sebanyak data pasien yang diketahui dan tulislah "DARAH YANG BELUM DICOCOKKAN" secara jelas di label tersebut. 3. Ambillah sampel dari unit darah itu, sehingga penggolongan dapat diteliti dan suatu uji kecocokan dapat dilakukan kemudian. 4. Berikanlah darah itu sebagaimana biasanya. Orang yang meminta darah tersebut harus menanda-tangani formulir permintaan untuk menunjukkan bahwa ia bertanggungjawab atas akibat dari suatu transfusi darah yang belum dicocokkan. Jika tidak ada tanda- tangan pada formulir atau bahkan tidak ada formulir permintaan sama sekali, cobalah untuk menghubungi mereka sesegera mungkin untuk menjelaskan bahwa suatu formulir permintaan yang ditanda-tangani sangat diperlukan. Bila ini juga tidak mungkin, catatlah nama orang itu dalam buku catatan dan catatlah bahwa ada darah yang belum dicocokkan telah diberikan atas permintaannya. Jika tidak ada sampel pasien yang diberikan atau tidak ada waktu



untuk



melakukan



penggolongan



cepat,



sebaiknya



bila



memungkinkan, berikanlah darah golongan O Rh negatif (bebas



27



hemolisin), sampai diperoleh sampel darah atau penggolongan cara cepat dapat dilakukan. Prosedur ini memang memerlukan waktu, akan tetapi harus dilakukan untuk memastikan keselamatan pasien. Dalam situasi seperti ini, dimana waktu amat pendek, maka kesalahan-kesalahan cenderung



dapat



memungkinkan,



terjadi. harus



Dalam



meminta



keadaan bantuan



darurat, dari



staf



bilamana lain



di



laboratorium atau bank darah. Yang paling penting untuk diingat dalam keadaan darurat ialah: JANGAN PANIK ! Ingatlah bahwa dalam kasus-kasus seperti ini, sebenarnya hampir selalu tersedia waktu untuk mengambil sampel dan melakukan penggolongan cara cepat. Kebanyakan pada kasus kasus darurat, pertama- tama diperlukan penggantian volume, yang dapat diperoleh dari larutan kristaloid seperti larutan garam faali atau larutan Ringer Laktat, yang biasanya tersedia di rumah sakit. Hal ini akan memberikan anda waktu cukup untuk melakukan pengujian yang dapat menyelamatkan hidup pasien. Hal-hal penting lainnya untuk diingat didalam keadaan darurat ialah: 1. Selalu pastikan bahwa sejawat senior anda tahu bilamana ada suatu keadaan darurat apapun. 2. Jika darah disediakan oleh suatu unit transfusi darah atau rumah sakit lain, pastikanlah bahwa stafnya telah mengetahui sesegera mungkin tentang suatu kedaruratan, terutama bila anda memperkirakan banyak darah akan diperlukan. 3. Bila anda menyadap donor sendiri, buatlah persiapan untuk menghubungi cukup banyak donor. 4. Pastikan selalu bahwa anda memelihara hubungan baik dengan staf yang merawat pasien, sehingga anda selalu waspada terhadap masalah-masalah yang mungkin timbul sebelum benarbenar terjadi. 28



5. Pastikanlah bahwa catatan yang lengkap dan akurat tersimpan dengan baik. Catatan yang selalu diperbaharui amat penting pada bank darah, terutama bilamana suatu darah yang belum dicocokkan telah diberikan. Anda harus yakin bahwa segala keputusan yang dibuat oleh dokter-dokter secara jelas dicatat, termasuk nama dan tanda-tangan semua pihak yang terlibat. 8. PEMBERIAN DARAH ATAU PLASMA DARI BANK DARAH Staf yang mengatur penyediaan darah atau plasma untuk transfusi mempunyai tugas yang sangat penting dalam pengelolaan bank



darah.



Dialah



orang



yang



bertanggung-jawab



untuk



memastikan bahwa darah atau plasma itu sudah digolongkan dengan tepat, dipilih dan dicocokkan sesuai dengan pasien tertentu, dan juga telah disimpan secara aman. Dengan perkataan lain, dialah orang yang bertanggung-jawab untuk memastikan darah atau plasma itu adalah yang paling aman untuk pasien. Apa yang harus anda lakukan untuk memastikan bahwa hal itu aman? 1. Mintalah pada orang yang mengambil darah atau plasma dari bank darah untuk membawa beberapa dokumen tentang pasien yang akan mendapat transfusi darah, termasuk nama pasien, nomor referensi rumah sakit dan ruang rawat, dan bila mungkin golongan darahnya. 2. Telitilah identitas pasien secara terinci pada formulir permintaan darah pada bank darah, pada label kecocokan di unit darah atau plasma, dan pada registrasi kecocokan. Pastikanlah bahwa nama pasien dan nomor referensi rumah sakitnya sama. Nomor referensi rumah sakit adalah hal yang teramat penting untuk diteliti, karena bersifat unik pada pasien itu. Mungkin saja ada pasien-pasien dengan nama yang sama atau mirip. 3. Telitilah segala tes yang lain, termasuk anti-HIV, hepatitis B, hepatis C dan sifilis. Yakinkan bahwa itu telah dilakukan dengan hasil negatif. 4. Telitilah bahwa golongan darah pada formulir permintaan (jika terlampir) sesuai dengan golongan darah pada label unit darah atau plasma, dan pada registrasi kecocokan. 29



5. Telitilah tanggal kadaluwarsa pada unit darah atau plasma untuk memastikan bahwa ia diberikan sebelum tanggal kadaluwarsa. 6. Periksalah terhadap kemungkinan adanya tanda-tanda kerusakan pada unit darah atau plasma. 7. Catatlah tanggal dan waktu pemberian



daiam



registrasi



kecocokan. 8. Catatlah nama orang yang mengambil darah atau plasma, dan pastikan bahwa orang ini menanda-tangani registrasi. Jika bank darah anda tidak memakai formulir permintaan yang memungkinkan anda untuk meneliti nama pasien, nomor referensi rumah



sakit



serta



data



lainnya,



mintalah



pada



orang



yang



mengambil darah tersebut untuk membawa catatan pasien atau secarik kertas yang berisi nama pasien dan nomor rumah sakit. Dengan memakai formulir permintaan akan memudahkan anda untuk memastikan bahwa darah itu telah diberikan secara tepat dan akan menghemat waktu anda, karena informasi tentang tiap pasien akan ditulis secara seragam. Adalah penting untuk memiliki suatu sistem yang dapat memastikan bahwa anda telah mempersiapkan darah yang tepat untuk pasien yang tepat pula. Jika rumah sakit anda tidak memberikan pasien suatu nomor referensi rumah sakit, telitilah tanggal lahir pasien sesuai dengan namanya. Bila tidak ada, gunakanlah alamat pasien Jika formulir



permintaan darah belum



digunakan di rumah sakit anda, ini harus memastikan bahwa segala informasi yang anda perlukan ada dalam registrasi kecocokkan. Bila perlu, carilah informasi yang anda perlukan dengan mendatangi sendiri ruang rawat. Jika ada masalah dalam melakukan hal ini, perlihatkanlah modul ini kepada dokter dan jelaskanlah betapa pentingnya untuk memastikan bahwa pasien mereka mendapat unit darah yang tepat dan mengapa formulir permintaan sebaiknya dibuat. 9. PENYIMPANAN DARAH DILUAR BANK DARAH Jika ruang rawat atau kamar operasi tidak memiliki sebuah kulkas yang sesuai untuk menyimpan darah, sebaiknya darah 30



jangan dikeluarkan dari bank darah sampai tiba saatnya akan ditransfusikan. Bila tidak bisa, maka sebaiknya darah itu tersimpan dalam termos pendingin yang dapat mempertahankan suhu antara +2° C sampai +6° C. Karena termos pendingin hanya mampu bertahan paling lama sampai empat jam, maka darah harus dikembalikan ke bank darah jika belum dipakai dalam jangka waktu tersebut. Sewaktu memakai termos pendingin, unit-unit darah harus terhindar dari kontak langsung dengan batu es, karena dapat berakibat hemolisis pada beberapa sel darah merah, yang bisa berakibat fatal pada pasien. Darah yang dibiarkan berada diluar suhu penyimpanan yang benar melebihi tiga puluh menit dianggap tidak aman lagi untuk transfusi. Darah itu harus segera dikembalikan ke bank darah, dipasang label secara jelas untuk menunjukkan bahwa darah itu telah berada diluar tanpa pendinginan yang baik lebih lama daripada yang diperbolehkan. 10. REAKSI-REAKSI TRANSFUSI Dari pengalaman memang pada sebagian besar pelayanan transfusi darah yang sudah dilakukan, ternyata tidak ada efek samping yang terjadi pada pasien. Akan tetapi kadang-kadang timbul reaksi transfusi darah pada pasien, walaupun tes laboratorium menunjukkan darah itu sudah cocok. Derajat beratnya reaksi yang dialami seorang pasien dapat bervariasi dari reaksi yang ringan, seperti sakit kepala dan demam, sampai reaksi hemolitik yang jarang terjadi, tetapi bisa berakibat fatal. Reaksi-reaksi transfusi bisa dibagi atas tiga tingkatan: ,  reaksi demam  reaksi alergi  reaksi hemolitik Reaksi demam Reaksi demam menimbulkan sakit kepala yang disertai rasa dingin tiba-tiba, lalu gemetaran disertai kenaikan suhu badan.



31



Reaksi-reaksi ini dapat menjadi berat, tetapi akan bereaksi baik dengan pengobatan. Reaksi alergi Reaksi



alergi



yang



berat,



kadang-kadang



disebut



reaksi



anafilaktik, sebenarnya jarang terjadi. Pada kasus tertentu, pasien itu dapat mengalami urtikaria pada kulit, bronkhospasme yang sedang dan mungkin udema tenggorokan. Reaksi-reaksi seperti ini jarang terjadi dan bereaksi cepat dengan pengobatan. Reaksireaksi alergi dapat dibagi menjadi dua jenis. Jenis pertama terjadi bila suatu plasma donor mengandung antigen yang larut (seringkali disebut atopen) ditransfusikan kepada pasien yang darahnya mempunyai antibodi terhadap antigen spesifik. Antibodi ini seringkali dinamakan reagin. Jenis kedua lebih jarang lagi, tetapi bisa terjadi bila seorang pasien mendapat transfusi suatu plasma donor yang kaya dengan antibodi. Antibodi yang dipindahkan secara pasif ini bisa tetap ada dalam tubuh pasien itu selama 90 hari. Selama masa itu, jika pasien



tersebut



mendapat



suatu



transfusi berikutnya



yang



plasmanya mengandung antigen spesifik terhadap antibodi itu, maka suatu reaksi akan terjadi. Kebanyakan reaksi-reaksi alergi bisa dicegah dengan menanyai para donor disaat mereka menyumbangkan darahnya untuk mengetahui apakah ada riwayat alergi yang pernah mereka alami. Reaksi-reaksi hemolitik Dari ketiga jenis reaksi transfusi, reaksi hemolitik adalah yang terberat dan diawali dengan:  Antibodi



dalam



serum



pasien



bereaksi



dengan



antigen



pasangannya yang ada pada sel darah merah donor.  Antibodi dalam plasma donor bereaksi dengan



antigen



pasangannya yang ada dalam sel darah merah pasien.



32



Reaksi hemolitik transfusi bisa terjadi baik secara intravaskuler maupun secara ekstravaskuler. Reaksi intravaskuler berakibat hemolisis sel-sel darah merah dalam sistim sirkulasi, lalu terjadi ikterik dan hemoglobinemia. Reaksi-reaksi ini terutama disebabkan oleh antibodi jenis IgM, dan yang paling berbahaya anti-A dan anti-B spesifik dari sistem ABO. Kebanyakan reaksi jenis ini berakibat fatal akibat perdarahan yang tidak teratasi atau gagal ginjal. Reaksi ekstravaskuler yang jarang terjadi juga sama beratnya seperti reaksi intravaskuler, walaupun dapat berakibat suatu keadaan



yang



menambah



penderitaan



pasien.



Reaksi



fatal



biasanya jarang terjadi. Reaksi jenis ini disebabkan oleh antibodiantibodi jenis IgG yang mengakibatkan sejumlah perusakan sel-sel darah merah oleh makrofag. Keadaan seperti ini kadang-kadang berakibat



penurunan



tajam



secara



tiba-tiba



pada



kadar



hemoglobin pasien, seringkali terjadi setelah 10 hari sesudah transfusi diberikan.



Pemeriksaan laboratorium pada reaksi transfusi Semua reaksi transfusi harus dilaporkan dan diselidiki segera sesudah reaksi itu terjadi untuk sedapat mungkin menentukan penyebabnya. Bilamana telah diketahui bahwa seseorang pasien mengalami reaksi transfusi, penting untuk memastikan bahwa: 1. Transfusi itu sudah dihentikan. 2. Dokter yang bersangkutan sudah diberitahu. 3. Sampel-sampel yang diperlukan telah diambil untuk diperiksa di laboratorium, yaitu antara lain :  sampel darah yang beku dan tidak beku dari pasien sesegera mungkin setelah transfusi.  sisa sel darah merah dan plasma dari darah donor yang ditransfusikan.  spesimen pertama urin pasien sesudah transfusi dilakukan.



33



BAB II II.1



Definisi, Fungsi dan Tugas BDRS a) Definisi Bank Darah Rumah Sakit merupakan suatu unit pelayanan di rumah sakit yang bertanggungjawab atas tersedianya darah untuk tranfusi



yang aman, berkuatitas dan dalam jumlah yang cukup



untuk mendukung pelayanan kesehatan di rumah sakit. b) Fungsi Fungsi BDRS adalah sebagai pelaksana dan penanggungjawab pemenuhan kebutuhan darah untuk transfuse di rumah sakit sebagai bagian dari pelayanan rumahsakit secara



keseluruhan.



c) Tugas Tugas BDRS : a. menerima darah yang sudah di uji saring oleh UTD; b. menyimpan darah dan memantau persediaan darah; c. melakukan uji silang serasi darah pendonor dan darah pasien; d. melakukan rujukan bila ada kesulitan hasil uji silang serasi dan golongan darah ABO/rhesus ke UTD secara berjenjang; e. menyerahkan darah yang cocok bagi pasien di rumah sakit; f. melacak penyebab reaksi transfusi atau kejadian ikutan akibat transfusi darah yang dilaporkan dokter rumah sakit; dan g. mengembalikan darah yang tidak layak pakai ke UTD untuk dimusnahkan. II.2. VISI, MISI, MOTO a) Visi



: Menjadikan Pelayanan darah yang terkoordinasi dan



Tersetandar b) Misi : Mewujudkan Pelayanan Darah dengan system distribusi tertutup, mudah diakses dan berkualitas. c)



Moto



: Benar Pasien Benar Hasil Pemeriksaan Benar Administrasi



34



II.3. STRUKTUR ORGANISASI DAN URAIAN TUGAS DIREKTUR Dr. ARTIYONO, M.Kes NIP. 19590919 198801 1 001



KEPALA BIDANG PELAYANAN dr. IKE CIPTANINGSIH NIP. 19621106 198803 2 003



KEPALA BIDANG PENUNJANG MEDIK dra. Retno Wahyu W, Apt NIP. 19621121 199203 2 002



KEPALA BIDANG KEPERAWATAN REJONO, S.Kep.Ns NIP. 19660921 198903 1 006



KEPALA SUB BIDANG PENUNJANG MEDIK Lilik Nur Sakti, SKM NIP. 19661001 198803 2 009



PENANGGUNGJAWAB



dr. WILLY HARTANTO NIP.19830520 200903 1 004



KEPALA RUANG



Dewi Murbanisari NIP. 19651026 199003 2 005



PELAYANAN DARAH Dewi Murbanisari NIP. 19651026 199003 2 005



RUMAH TANGGA Fauzan Indarti NIP. 19740910 200903 2 005



QC DAN PROGRAM Marselina Nanda B NIP. 19860722 200903 2 005



35



ADMINISTRASI Aries Budiarto NIP. 19710329 201001 1 004



URAIAN TUGAS A. KEPALA INSTALASI PELAYANAN DARAH 1. Mengawasi Kegiatan di Instalasi Pelayanan darah 2. Mengkoordinir petugas di Instalasi Pelayanan Darah 3. Menyusun dan mengevaluasi program kegiatan 4. Bekerja sama dan berkoordinasi dengan Instalasi lain B. KEPALA RUANGAN 1. Menyusun perencanaan kebutuhan operasional 2. Mengkoordinir pemberian pelayanan darah terhadap penderita sesuai permintaan dokter 3. Memanage sistem pengelolaan darah agar siap digunakan pasien RSUD Temanggung 4. Memanage darah yang tidak terpakai serta mengevaluasi kegiatan di pelayanan darah C. QC DAN PROGRAM 1. Merencanakan Pengembangan SDM 2. Melakukan validasi reagensia 3. Merencanakan kegiatan program orientasi pegawai baru 4. Merencanakan kegiatan quality control internal dan external D. PELAYANAN DARAH 1. Pengaturan Penerimaaan dan penyimpanan darah droping dari PMI 2. Mengkoordinir kegiatan pelayanan darah 3. Mengkoordinir Distribusi darah 4. Pemantauan Reaksi transfusi 5. Pemusnahan darah rusak/kadaluarsa E. ADMINISTRASI 1. Mencatat reakapitulasi data pelayanan darah 2. Mengarsipkan data 3. Membuat laporan kegiatan bulanan, triwulan, semester dan tahunan. 4. Merekap pemakaian darah/komponen darah F. RUMAH TANGGA 1. Membuat rencana kebutuhan alat/bahan dan reagensia 2. Membuat rencana kebutuhan ATK 3. Memantau stok alat/bahan dan reagensia 4. Membuat laporan pemakaian alat/bahan dan reagensia 5. Membuat laporan bulanan tentang pemakaian logistik.



36



II.4. STANDAR PROCEDURE OPERATIONAL Saat ini Standar Procedure Operational yang dimiliki BDRS adalah : 1. SPO PEMERIKSAAN GOL DARAH ABO DAN RHESUS SLIDE TEST 2. SPO PEMERIKSAAN GOL DARAH ABO DAN RHESUS TUBE TEST 3. SPO PEMUSNAHAN DARAH 4. SPO PEMERIKSAAN RUJUKAN 5. SPO PERMINTAAN DARAH KE LUAR KOTA 6. SPO PERMINTAAN DARAH UNTUK PERSIAPAN OPERASI 7. SPO PEMAKAIAN ALAT 8. SPO PENYERAHAN DARAH 9. SPO PERMINTAAN DARAH KHUSUS U/BAYI 10. SPO PERAWATAN ALAT 11. SPO VALIDASI REAGEN 12. SPO PERENCANAAN KEBUTUHAN DARAH 13. SPO PENANGANAN LIMBAH 14. SPO KEWASPADAAN UNIVERSAL 15. SPO PENERIMAAN DARAH DARI UDD PMI 16. SPO PENCUCIAN SEL DARAH MERAH 17. SPO PENCATATAN DAN PELAPORAN REAKSI TRANSFUSI 18. SPO PENANGANAN HASIL CROSSMATCH 19. SPO PENYIAPAN DARAH UNTUK STOK EMERGENCY 20. SPO PEMBUATAN SUSPENSI SEL DARAH MERAH 21. SPO RESPONS TIME 22. SPO PENYIMPANAN DARAH DAN KOMPONEN DARAH 23. SPO PENERIMAAN SAMPLE DARAH DAN FORMAT PERMINTAAN DARAH 24. SPO PROGRAM DIKLAT 25. SPO PERSIAPAN SAMPLE PEMERIKSAAN 26. SPO BIAYA PELAYANAN DARAH 37



27. SPO PEMERIKSAAN DCT 28. SPO MONITORING SUHU 29. SPO PERMINTAAN DARAH KE UDD PMI 30. SPO PEMERIKSAAN CROSSTET DIAMED 31. SPO PERMINTAAN DARAH CYTO 32. SPO KELENGKAPAN SURAT PERMINTAAN DARAH 33. SPO DARAH TITIPAN 34. SPO PELAPORAN 35. SPO PENCATATAN 36. SPO PERMINTAAN DARAH DARURAT 37. SPO PERMINTAAN DARAH RUTIN 38. SPO PENGEMBALIAN DARAH TIDAK TERPAKAI Keterangan : Daftar lengkap SPO Terlampir.



38



BAB III PELAYANAN TRANFUSI DARAH III.1. Definisi Pelayanan transfusi darah : upaya pelayanan kesehatan yang terdiri dari serangkaian kegiatan mulai dari pengerahan dan pelestarian donor, pengambilan, pengamanan, pengolahan, penyimpanan darah dan tindakan medis pemberian darah kepada resipien untuk tujuan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Setiap kegiatan petayanan transfusi darah harus dikerjakan sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO) karena kesalahan yang terjadi pada setiap tangkah kegiatan tersebut akan berakibat fatal bagi resipien, dan juga dapat membahayakan pendonor maupun petugas kesehatan yang melaksanakan. Rangkaian kegiatan distribusi darah sampai ke pasien/ resipien harus dilakukan dengan sistim tertutup dan rantai dingin, yaitu dilakukan hanya oleh petugas dengan menggunakan peralatan khusus (coolbox) dan sesuai SPO.



III.2. Proses Penyediaan Darah Pelayanan transfusi darah dimulai dengan melakukan pengerahan calon donor yaitu mengumpulkan orang-orang yang bersedia menjadi donor darah, dapat dilakukan oleh PMI, UDD, RS, masyarakat, termasuk Perhimpunan Danor Darah Indonesia, LSM, puskesmas maupun instansi-instansi sebagai upaya membantu ketancaran tugas UDD. Setelah identitas donor dicatat selanjutnya dilakukan seleksi donor darah untuk mendapatkan donor darah sukarela dengan risiko rendah. Seleksi dilakukan melalui anamnesis dan menganatisa gaya hidupcalondonor serta menentukan bahwa calon donor darah bukan dari gotongan risiko tinggi pengidap penyakit infeksi yang dapat ditutarkan melalui transfusi darah maupun penyakit-penyakit



yang



dapat membahayakan pendonor bila darahnya diambit,diikuti dengan pemeriksaan fisik oleh petugas kesehatan/dokter serta pemeriksaan 39



kadar hemoglobin. Bila calon donor dinilai sehat pada saat itudan siap mendonorkan darahnya maka dilakukan pengambilan darah donor dan ditampung dalam kantong darah sesuai kebutuhan (single, double, triple/quadriple bag) sebanyak 250/350 cc dan sebagian (5-10 cc) disimpan dalam tabung kecif sebagai sample darah untuk pemeriksaan gotangan darah, Rhesus dan uji saring penyakit lnfeksi Menutar Lewat Transfusi Darah (IMLTD) yaitu Sifilis, Hepatitis B, Hepatitis C, HIV. dan lain-lain sesuai kebutuhan. Untuk daerah dengan prevalensi matarianya tinggi dapat ditambah dengan pemeriksaan malaria darah. Kantong darah dan tabung sample diberi kode khusus yang sama, Sementara pemeriksaan ditakukan terhadap sample darah, kantong darah di karantina.



Setelah



hasil



pemenksaan



didapat



maka



selanjutnya



dilakukan pencatatan dan tindak lanjut terhadap kantong darah yaitu dimusnahkan bila hasil uji saring reaktif dan disimpan atau dilakukan pemisahan komponen bila non reaktif. Kantong darah yang telah dinyatakan non reaktif terhadap penyakit IMLTD tersebut baik dalam bentuk komponen ataupun masih dalam bentuk whole blood siap didistribusikan atau dilakukan penyimpanan sementara di UTD sebelum did›stnbusikan ke BDRS. Penyampaian darah ke rumah sakit harus dilakukan oleh petugas UTD atau BDRS dengan menggunakan coolbox. Semua kegiatan di atas harus sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO).Penyerahan darah yang telah aman dari UTD ke Bank Darah Rumah Sakit harus sesuai SPO dan dilengkapi dengan berita acara penyerahan.



III.3. Pelayanan Transfusi Darah Proses yang terjadi di rumah sakit adatah dimulai dari penentuan indikasi yang tepat oleh dokter, serta penentuan jenis komponen darah yang dibutuhkan. Dokter akan mengisi formulir permintaan darah yang disiapkan oleh rumah sakit dengan format standar UTD, ke BDRS disertai dengan sample darah resipien yang terbaru, selanjutnya petugas BDRS akan melakukan pemeriksaan golongan darah (ABO dan Rhesus) resipien



dan pemeriksaan konfirmasi golongan darah pada kantong 40



darah donor yang ada dalam stock. Selanjutnya dilakukan uji silang serasi antara darah resipien dan darah dari kantong darah yang akan diberikan. Kantong darah yang kompatibet diserahkan oleh petugas BDRS kepada perawat bangsal dengan memerhatikan prinsip rantai dingin darah (darah dijaga setatu berada di suhu 4 C). Kantong diserahkan tindakan



darah



kepada transfusi



yang



telah



perawat darah



yang pada



dinyatakan diberi resipien



kompatible



tersebut



kewenangan



melakukan



dibawah



pengawasan



dokter.Perawat ruangan harus melakukan pemantauan reaksi transfusi, minimal 15 menit pertama pada setiap pemberian kantong darah yang ditransfusikan. Bila terjadi reaksi transfusi darah maka harus segera dilakukan penanganannya sesuai dengan SPO dan pelaporan kepada BDRS sebagai feedback.Selanjutnya secara berkala Unit Bank darah RS melaporkan



kejadian



reaksi



transfusi



ke



UDD



pengirim



sebagai



feedback. Ada kalanya stok darah yang tersedia kosong, dalam situasi seperti ini ada beberapa alternative pelayanan darah yaitu adalah yang pertama keluarga pasien mendonorkan darahnya bagi yang sakit. Dengan berkoordinasi dengan BDRS calon donor dari keluarga ini akan dibuatkan surat pengantar untuk donor di UDD PMI setempat. Di UDD PMI calon donor akan diperiksa kesehatannya dan bila memetuhi persyaratan maka akan diambil darahnya / donor darah untuk pasien tersebut. Biaya yang akan dikenakan pada pasien tersebut adalah tetap sama seperti dengan pengguna darah dengan memakai stok darah yang tersedia. Alternative kedua bila donor keluarga tidak tersedia maka dapat menghubungi UDD PMI di luar wilayah Temanggung, seperti ke UDD PMI Magelang dimana RSUD Temanggung telah menjalin MOU. Sehingga telah terjalin kerja sama yang baik dan pasien tidak dikenakan biaya langsung pada saat itu tetapi biaya pelayanan darah akan dikenakan beserta dengan rekening pasien pada saat pulang. Akan tetapi bila permintaan darah tersebut ke UDD PMI yang lain maka akan mengacu kepada SPO Pelayanan Darah ke Luar Kota. Pelayanan



Transfusi



darah



41



dalam



keadaan



emergency/cyto



dilakukan dengan berkoordinasi yang baik antara pihak BDRS dan pihak bangsal/dokter yang menghendaki tranfusi darah dilakukan dengan sangat segera mengingat kondisi pasien/Live Saving, akan tetapi tetap harus mematuhi standar minimal yang ada. Dalam keadaan seperti ini harus segera dipastikan apakah pelayanan darah akan dilakukan tanpa melalui pemeriksaan crossmatch standar atau tidak. Dokter yang meminta harus menulis keterangan yang jelas pada surat permintaan darahnya sehingga tidak ada keraguan bagi petugas BDRS. Pemeriksaan minimal permintaan darah cyto adalah pemeriksaan golongan darah baik pasien maupun donornya, sedangkan pemeriksaan crossmatch dapat dilakukan setelah darah digunakan/diambil. Apabila kemudian terhadat hasil crossmatch yang incompatible, maka segera hubungi bangsal pasien yang dirawat.



III.4. Pelayanan Transfusi Darah dengan Sistem Distribusi Tertutup dan Metode Rantai Dingin. Pelayanan darah yang berkualitas adalah pelayanan darah dengan sistem distribusi tertutup dengan metoda rantai dingin sesuai standar, yaitu pelayanan yang dilakukan seturuhnya oleh petugas kesehatan dan UDD



dengan



memperhatikan



suhu



penyimpanan



darah



saat



didistribusikan.Pada sistem distribusi terutup ini keluarga pasien tidak lagi dilibatkan sebagai pelaksana distribusi.



GambarDistribusiSistemTertutup



42



Keterangan gambar : o Penyadapan darah dari donor darah sukarela dapat dilakukan di gedung UTD ataupun mobile unit. o Pengumputan darah dari donor sukareta risiko rendah di UTD maupun metalui mobile unit dilakukan oleh petugas-petugas yang kompeten dan berwenang o Di UTD kemudian dilakukan pengamanan darah denganmelakukan uji saring IMLTD dan pengolahan komponen o Darah yang telah dinyatakan aman dan sesuai dengan prediksi kebutuhan BDRS,dikirim secara berkata ke BDRS aleh petugas dengan



sistem



rantai



dingin



ditengkapi



dengan



berita



acara



penyerahan. o RS



memiliki



stock



darah



aman



dan



melayani



permintaan



ruangan/klinisiserta melakukan uji silang serasi. o Kerjasama UTD dan RS didasari oleh nota kesepakatan agar tidak terjadi kesalah pahaman di kemudian hari.



43



BAB IV KESIMPULAN



1. Transfusi darah merupakan bagian yang esensial dalam perawatan kesehatan yang modern. Jika digunakan dengan dengan benar, transfusi darah



dapat



menyelematkan



jiwa



pasien



dan



memperbaiki



kesehatannya. Kendati demikian, sebelum memberikan transfusi darah atau



produk



darah



kepada



seorang



pasien,



kita



harus



selalu



mempertimbangkan risiko dilakukannya transfusi terhadap risiko tidak dilakukannya transfusi. 2. Produk darah terdiri dari Darah Lengkap (Whole Blood), Konsentrat Sel Darah Merah (Packed Red Cell), Konsentrat Trombosit (TC), Plasma Segar Beku (FFP), Kriopreipitat. 3. Bank Darah Rumah Sakit, yang selanjutnya disingkat BDRS, adalah suatu unit pelayanan di rumah sakit yang bertanggung jawab atas tersedianya darah untuk transfusi yang aman, berkualitas, dan dalam jumlah yang cukup untuk mendukung pelayanan kesehatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. 4. Sistem distribusi tertutup merupakan sistem pendistribusian darah yang harus dilakukan oleh petugas UTD dan petugas rumah sakit tanpa melibatkan keluarga pasien. 5. Sistem rantai dingin merupakan sistem penyimpanan dan distribusi darah dan produk darah dalam suhu dan kondisi yang tepat dari tempat pengambilan darah pendonor sampai darah ditansfusikan ke pasien.



DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG,



dr. ARTIYONO, M. Kes Pembina Tingkat I NIP.19590919 198801 1 001



44



KEPUSTAKAAN



1. Pedoman Pengelolaan Bank Darah Rumah Sakit (BDRS), DEPKES RI 2008. 2. Pengggunaan Klinis Darah, WHO 2004 3. Panduan Pelayanan Tranfusi Darah RSU Tugurejo, 2013 4. Pedoman Pelayanan Transfusi Darah PMI, 2007 5. PERMENKES No. 83 Tahun 2014 6. Pedoman Pelayanan Transfusi Darah, Serologi Golongan Darah, Dinkes Prop jateng Th.2002



45