Paper (Agrowisata) Kelompok 6 FP Bener [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KAWASAN AGROWISATA KOPI LUWAK TEBA SARI DESA LODTUNDUH, UBUD, KABUPATEN GIANYAR



KELOMPOK 6 (Magnolia Champaca)



FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2019



BAB I PENDAHULUAN



1.1. Latar belakang Pariwisata pada zaman sekarang telah menjadi komponen yang sangat penting bagi negara-negara industri maju untuk menambah devisa negaranya. Potensi tersebut ada pada sumber daya alam (natural resources) yang bervariasi serta sumber daya budaya (culture resources) yang beraneka ragam baik bentuk maupun karakter dari objek itu sendiri. Perkembangan pariwisata yang begitu pesat membutuhkan terobosan-terobosan baru dalam mengantisipasi adanya kejenuhan yang mungkin terjadi pada wisatawan. Hal ini menimbulkan munculnya berbagai objek dan daya tarik wisata alternatif yang lebih variatif atau wisata dengan minat khusus seperti: wisata agro, wisata spiritual, wisata petualangan dan pariwisata alternatif lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka secara filosofis pendapat dari pakar tentang wisata minat khusus seperti yang dikatakan oleh Spillane (2001:3) bahwa pengaruh negatif pariwisata dari yang selama ini sudah dikenal secara umum atau dengan menyesuaikan pariwisata dengan Negara atau daerah tujuan wisata. Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai sumber daya alam yang melimpah. Hal ini terbukti dengan keadaan tanah Indonesia yang subur. Negara Indonesia memiliki peranan penting sebagai prosuden bahan pangan penting sebagai prosuden bahan pangan di mata dunia, sehingga sangat cocok untuk prospek dan meningkatkan perekonomian Indonesia. Seiring berjalanannya waktu modifikasi dilakukan oleh para petanipetani muda saat ini dengan membangun kawasan agrowisata untuk menambah pemasukan. Dengan membangun agrowisata, selain menambah pemasukan bagi para petani itu sendiri, bermanfaat juga bagi para pengunjung yang ingin mencari lokasi wisata baru guna mengenali dan belajar melalui kegiatan pengamatan di kawasan agrowisata tersebut. Agrowisata merupakan kegiatan yang di khususkan pada areal lahan buah-buahan atau tanaman. Salah satunya agrowisata kopi luwak Kopi luwak merupakan kopi dengan harga jual tertinggi di dunia. Proses terbentuknya sertarasanya yang sangat unik menjadi alasan utama tingginya harga jual kopi jenis ini. Pada dasarnya, kopi ini merupakan kopi jenis arabika ataupun robusta. Biji kopi ini dimakan oleh luwak atau sejenis musang. Akan tetapi, tidak semua bagian biji kopi ini dapat dicerna oleh hewan ini. Biji kopi mengalami fermentasi singkat oleh bakteri alami di dalam perutnya yang memberikan cita rasa tambahan yang unik. Proses produksi kopi luwak tidak jauh berbeda dengan pengolahan kopi seperti biasanya,perbedaannya yaitu terdapat tambahan bantuan dari hewan luwak untuk memilih kopi yang benar-benar berkualitas dan dalam proses fermentasinya yang terjadi di dalam perut luwak. Proses produksi kopi luwak sangat tergantung pada masa



panen kopi serta pada luwak itu sendiri. Karena pada hakekatnya luwak bukanlah mesin yang dapat dipaksa untuk menghasilkan produk, proses tersebut terjadi secara alami yang menyebabkan produk/kopi yang dihasilkan sangatlah terbatas. Kopi luwak sudah mulai dikembangkan di Bali, beberapa kelompok petani kopi maupun perseorangan telah mulai mengembangkan kopi luwak yang juga dijadikan daya tarik pariwisata di Bali. Pengembangan kopi luwak di Bali dirasakan sangat perlu untuk dilakukan mengingat permintaan kopi luwak terus meningkat. Menurut keterangan dari beberapa pengusaha kopi luwak di Bali, peningkatan permintaan mencapai 20%-25% per tahun, namun tidak diimbangi dengan penawaran (supply) dari pelaku bisnis kopi luwak. Hal lain yang harus diperhatikan dalam bisnis kopi luwak selain keterbatasan jumlahproduksi yaitu berhubungan dengan kepercayaan.Menurut penuturan salah satu pengusaha kopi luwak di Bali, yaitu terdapat krisis kepercayaan antara pelaku bisnis dengan konsumen yang disebabkan banyak pelaku bisnis palsu atau produk yang dijual bukanlah kopi luwak asli. Jika produk tidak sesuai atau tidak murni kopi luwak maka konsumen akan langsung hilang, jadi dalam melakukan investasi kopi luwak keaslian produk harus diperhatikan serta kejujuran pelaku bisnis sangat diperlukan.



1.2. Rumusan masalah 1. Bagaimana budidaya kopi luwak di kawasan agrowisata kopi luwak Teba Sari Bali desa Lodtunduh, Ubud ? 2. Bagaimana perancangan penataan tempat di kawasan agrowisata kopi luwak Teba Sari Bali desa Lodtunduh, Ubud? 3. Bagaimana manajemen di kawasan agrowisata kopi luwakTeba Sari Bali desa Lodtunduh, Ubud? 1.3.Tujuan 1. Untuk mengetahui budidaya kopi luwak di kawasan agrowisata Teba Sari Bali desa Lodtunduh, Ubud 2. Untuk mengetahui perancangan penataan tempat di kawasan agrowisata kopi luwakTeba Sari Bali desa Lodtunduh, Ubud 3. Untuk mengetahui manajemen di kawasan agrowisata kopi luwakTeba Sari Bali desa Lodtunduh, Ubud



BAB II PEMBAHASAN ISI



1.1 Budidaya Budidaya kopi luwak terbilang sedikit rumit, tetapi keuntungannya cukup menjanjikan. Kopi luwak adalah salah satu produk kopi khas Indonesia yang dihasilkan dari fases hewan luwak, setelah hewan tersebut mengkonsumsi buah kopi matang. Keistimewaan citarasa dan keunikan produksinya, menyebabkan kopi luwak semakin diminati kalangan penikmat kopi lokal maupun mancanegara, sehingga meningkatkan permintaan akan produk tersebut. Karenanya produsen kopi luwak tidak bisa hanya mengandalkan produksi dari hewan luwak liar saja, sehingga usaha produksi kopi luwak budidaya dengan memanfaatkan luwak dalam kandang guna memproduksi kopi luwak merupakan jawaban untuk memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat. Disamping itu, usaha produksi kopi luwak budidaya merupakan salah satu upaya meningkatkan nilai tambah komoditas kopi, terutama meningkatkan nilai tambah pendapatan petani. Mengingat bahwa, kopi luwak pada umumnya merupakan kopi spesialti, sehingga produksi kopi luwak budidaya semakin meningkatkan daya saing produk kopi Indonesia, sehingga berdampak positif meningkatkan peringkat kopi spesialti Indonesia di pasar international. Kopi luwak didapatkan dari biji kopi yang dipilah dari kotoran luwak, binatang liar sejenis musang. Kopi ini digemari karena memiliki cita rasa unik. Berbeda dengan cita rasa kopi biasa meskipun dihasilkan dari pohon yang sama. Produksi kopi luwak masih sangat terbatas. Jangan heran kalau harganya bisa selangit. Kopi luwak bisa dikatakan kopi khas Indonesia, walapun ditemukan juga di Filipina. Bangsa kita mengenalnya sejak jaman pemerintah kolonial. Kuli perkebunan saat itu terbiasa mengkonsumsi kopi luwak, karena para tuan kebun membolehkan kuli mengambil buah yang jatuh untuk konsumsi sendiri. Termasuk biji kopi yang ditinggalkan luwak dalam kotorannya. Kebiasaan ini diyakini sebagai awal dikenalnya kopi luwak. Terdapat dua jenis kopi luwak, yaitu kopi dari luwak liar dan luwak tangkaran. Kopi luwak liar didapatkan dari kotoran luwak di alam bebas. Biasanya kotoran luwak tersebut dipungut dari hutan-hutan di sekitar perkebunan kopi. Kopi luwak liar dipercaya memiliki kualitas yang lebih baik dibanding luwak tangkaran.Kopi luwak tangkaran didapatkan dengan cara membudidayakan luwak dalam kandang. Kemudian luwak tersebut diberi makan kopi. Kotorannya ditampung dan biji kopi yang terdapat didalamnya dipilah untuk diolah lebih lanjut.Kopi luwak Indonesia mulai banyak diminati di mancanegara setelah



presenter kelas dunia Oprah Winfrey pada tahun 2003 memperkenalkan dan memperagakan cara menyeduh kopi luwak Arabika Gayo Aceh dalam acara reality show The Oprah Winfrey Show yang sangat terkenal di Amerika Serikat(Shvoong, 2008). Selanjutnya produk kopi luwak Indonesia semakin dikenal dan dicari setelah kopi luwak menjadi minuman favorit dalam film Box Office The Bucket List produksi tahun 2007 yang dibintangi aktor Hollywood terkenal Jack Nicholson dan Morgan Freeman.Keistimewaan citarasa dan keunikan proses produksinya, menyebabkan kopi luwak semakin diminati kalangan penikmat kopi lokal maupun mancanegara, sehingga meningkatkan permintaan akan produk tersebut. Karenanya produsen kopi luwak tidak bisa hanya mengandalkan produksi dari hewan luwak liar saja, sehingga kini di sentrasentra perkebunan kopi di Jawa, Sumatera dan Sulawesi telah berkembang usaha budidaya luwak dalam kandang guna memproduksi kopi luwak. Kopi luwak budidaya atau biasa disebut juga kopi luwak penangkaran merupakan jawaban atas permintaan pasar yang tinggi akan kopi luwak yang tidak bisa dipenuhi oleh produksi kopi luwak liar. Kopi luwak liar merupakan biji kopi hasil feses luwak yang ditemukan di sekitar perkebunan kopi. Kopi luwak yang berasal dari luwak liar relatif lebih baik, mengingat proses pemilihan buah kopi yang dikonsumsi luwak tidak dipaksakan,sehingga proses berlangsung secara alami. Berhubung permintaan pasar kopi luwak liar yang terus meningkat, sedangkan pemenuhan melalui kopi luwak liar menemui berbagai kendala diantaranya : 1. Jika feses luwak tidak segera ditemukan dalam jangka waktu yang lama, maka kualitas kopi luwak cenderung menurun. Feses tersebut berisiko terkontaminasi berbagai bakteri maupun jamur yang dapat merusak biji kopi luwak. Disamping itu feses yang sudah terlalu lama bentuknya sudah tidak utuh lagi, bahkan sudah berwarna hitam dan berbau busuk. Kelemahan ini merupakan salah satu alasan sebagian orang untuk membudidayakan luwak, sehingga hasil dari feses dapat dikontrol dan diolah sebelum feses tersebut rusak (Panggabean, 2011). 2. Produksi terbatas dan tidak berkesinam- bungan. Sebagai solusi dari beberapa kelemahan produksi kopi luwak liar, maka dalam usaha produksi kopi luwak budidaya ada beberapa hal utama yang harus diperhatikan yaitu : (1) ketersediaan hewan luwak; (2) ketersediaan buah kopi; (3) ketersediaan pakan dan asupan gizi bagi hewan luwak; (4) ketersediaan kandang yang sehat Ketersediaan buah kopi, asumsinya pengusaha sudah memiliki kebun kopi sendiri sebagai sumber penyedia buah kopi matang. Jika tidak memiliki kebun sendiri sebaiknya bekerjasama dengan pemilik perkebunan kopi. Pemilik perkebunan kopi dapat menjamin ketersediaan buah kopi matang secara sinambung, walaupun konsekuensinya peng- usaha kopi luwak harus membeli



buah kopi dengan harga yang relatif lebih mahal.Seperti didaerah lodtunduh gianyar.Budidaya didaerah ini dilakukan dengan cara memiliki 2 lahan tanam yaitu lahan yang pertama digunakan untuk menanam tanaman kopi, dan yang kedua adalah untuk lahan kandang luwak. Sebenarnya jika ingin lebih fokus untuk memproduksi kopi luwak, anda bisa hanya memiliki luwaknya saja, kemudian buah kopinya membeli dari kebun kopi. Jika anda berencana untuk membudidaya luwak dengan dari kebun kopi sendiri berikut ini adalah persiapannya.Siapkan lahan tanam untuk menanam kopi. Untuk lahan sebaiknya pilih lahan dengan tanah yang bagus dan memiliki cuaca yang mendukung seperti pada pegunungan. Luas lahan sebenarnya tidak terlalu penting untuk produksi kopi luwak tapi yang terpenting adalah cara menanam dan teknik menanam kopi yang benar agar menghasilkan kopi dengan kualitas yang bagus. Untuk menanam kopi agar menghasilkan buah kopi berkualitas yang bagus ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk teknik budidaya kopi luwak yang baik dan tepat.



1.2 Manajemen Dalam kepariwisataan Indonesia, agrowisata dikembangkan dalam rangka diversifikasi, seperti halnya dengan ekowisata ataupun pariwisata alternatif. Pengembangan agrowisata merupakan usaha untuk meningkatkan perekonomian desa, dan untuk itu masyarakat perlu diberi informasi, ide-ide, dan tentu saja pembinaan, karena masyarakat tidak atau belum menyadari bahwa sekelilingnya ada hal-hal yang dapat menghasilkan keuntungan. Salah satu aspek utama dari agrowisata adalah pengalaman akan cara hidup (way of life) penduduk setempat dan juga lingkungan yang sangat kontras dengan kehidupan masyarakat di kota-kota modern. Untuk keberlanjutan pariwisata jenis agrowisata ini, diajukan agar kualitas lingkungan daerah tujuan wisata tersebut tetap terjaga, agar tetap menarik wisatawan untuk dikunjungi. Pengembangan suatu objek wisata harus dapat menciptakan product style yang baik, dimana diantaranya adalah objek tersebut memiliki daya tarik untuk disaksikan maupun dipelajari dan memiliki kekhususan serta berbeda dari objek yang lainnya. Sarana pendukung lain yakni tersedianya fasilitas wisata yang dilengkapi dengan sarana-sarana akomodasi, telekomunikasi, dan transportasi. Pengembangan agtrowisata kopi luwak di daerah Gianyar tepatnya di Desa Lodtunduh, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar. Bekerja sama dengan “Teba Sari Bali”. Yang diberi nama “Tebar Sari Bali Agrotourism” sektor pariwisata merupakan sektor andalan kedua setelah pertanian. Ada beberapa agtowisata kopi luwak di Desa Lodtunduh yang tidak berkembang dengan baik bahkan cendrung gulung tikar. Hal ini terjadi karena agrowisata kopi luwak di Desa lodtunduh baru mulai berkembang, jadi sistem pengelolaannya masih lemah, serta promosi dan



pemasarannya belum optimal hanya mengandalkan pramuwisata yang berkunjung dan membawa wisatawan ke tempat tersebut. Selain itu, terdapat agrowisata kopi luwak ditempat lain yang sudah lebih dahulu ada dan berkembang. Sehingga memyebabkan terjadinya persaingan ketat. Pengembangan agtrowisata kopi luwak di daerah Gianyar tepatnya di Desa Lodtunduh, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar. Bekerja sama dengan “Teba Sari Bali”. Yang diberi nama “Tebar Sari Bali Agrotourism” sektor pariwisata merupakan sektor andalan kedua setelah pertanian. Ada beberapa agtowisata kopi luwak di Desa Lodtunduh yang tidak berkembang dengan baik bahkan cendrung gulung tikar. Hal ini terjadi karena agrowisata kopi luwak di Desa lodtunduh baru mulai berkembang, jadi sistem pengelolaannya masih lemah, serta promosi dan pemasarannya belum optimal hanya mengandalkan pramuwisata yang berkunjung dan membawa wisatawan ke tempat tersebut. Selain itu, terdapat agrowisata kopi luwak ditempat lain yang sudah lebih dahulu ada dan berkembang. Sehingga menyebabkan terjadinya persaingan ketat. Objek wisata alternatif di Desa Lodtunduh akan mendorong terjadinya perubahan terhadap lingkungan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat setempat. Dari aspek agrowisata, Desa Lodtunduh, Ubud memiliki pontensi untuk dikembangkan lebih lanjut mengingat di Desa Lodtunduh terdapat beberapa agrowisata kopi luwak yang memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Apabila dilihat dari sisi Anciliary atau kelembagaan agrowisata yang berada di desa Lodtunduh belum memiliki kelembagaan yang dapat mengkoordinir kegiatan wisata yang ada. Ketidaktersedianya lembaga yang mengatur keberadaan agrowisata di desa Lodtunduh, Ubud mengakibatkan persaingan secara bebas dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dalam jangka waktu yang pendek. Tanpa adanya manajemen pengelola daya tarik ini, tentunya tidak memenuhi standarisasi pengelolaan daya tarik wisata yang telah diatur dalam peraturan Gubernur Bali No.41 tahun 2010 tentang standarisasi pengelolaan daya tarik wisata.



1.3 Penataan Dalam upaya menata, mengembangkan dan meningkatkan kepariwisataan Kabupaten Gianyar khususnya wilayah Ubud selatan, berbagai sumber daya pariwisiata, baik sumber daya alam maupun sumber daya budayanya tentu perlu untuk lebih dicermati sehingga kepariwisataan di Kabupaten Gianyar tidak hanya melibatkan segelintir orang, akan tetapi dapat lebih melibatkan dan memberdayakan masyarakat setempat di dalam sektor kepariwisataan. Dengan



demikian, kepariwisataan Kabupaten Gianyar bukan hanya memberikan kepuasan bagi para wisatawan yang mengunjunginya, akan tetapi lebih jauh akan mendatangkan manfaat dan kesejateraan bagi masyarakat setempat sebagai pemilik daerah. Masyarakat harus dilibatkan dan menjadi pemeran utama dalam kepariwisataan di daerahnya sendiri, karena daerah itu adalah miliknya. Tidak terjadinya konflik, keamanan dan kenyamanan yang dirasakan wisatawan selama ini merupakan indikasi bahwa masyarakat setempat sebenarnya mau bekerjasama, mereka mau mengikuti perkembangan dan memiliki nilai-nilai budaya yang dapat mendukung keberlangsungan kepariwisataan di daerah Ubud. Untuk itu perlu upaya dan usaha yang lebih intens agar masyarakat bisa mengerti dan memahami manfaat kepariwisataan bagi daerah tersebut. Namun tentu saja pemerintah daerah dan para pelaku pariwisatalah yang harus menjadi penggerak dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat, juga lebih memberdayakan masyarakat sehingga kepariwisataan dapat memberikan keuntungan bagi semua pihak di daerah tersebut terutama masyarakat setempat. Dengan agrowisata, potensi alam dan budaya masyarakat setempat dapat menjadi suguhan yang unik dan cukup menarik bagi para wisatawan. Tentu saja semua sumber daya pariwisata yang ada di desa-desa ini masih memerlukan penanganan dan pengelolaan yang lebih serius dan professional. Semuanya masih merupakan bahan mentah yang perlu untuk diolah oleh tangan-tangan yang handal sehingga dapat menjadi sesuatu yang memiliki daya tarik wisata. Dengan memadukan, mengkombinasikan keindahan lingkungan alam dengan kehidupan sehari-hari masyarakat desa yang sarat dengan tradisi, adat dan budaya tentu merupakan suatu perpaduan yang cukup menarik untuk dilihat, dipelajari, dan dinikmati oleh para wisatawan yang berkunjung. Di lahan perkebunan atau pertanian, para pengunjung dapat melihat dan mempelajari sistem pertanian atau perkebunan masyarakat sambil menikmati kopi luwak hasil peternakan hewan luwak disana. Kehidupan desa dengan berbagai daya tariknya yang merupakan gudangnya budaya yang hidup (living culture) dipadukan dengan lahan pertanian yang luas dan indah tentu menjadi suatu atraksi yang cukup menarik untuk dinikmati dari keberadaan agrowisata sehingga dapat memberikan pengalaman berlibur yang baru dan memuaskan wisatawan serta memberikan manfaat dan kesejahteraan bagi penduduk setempat. Daya tarik yang cukup berarti dari pengembangan agrowisata adalah daerah pedesaan itu sendiri, di manawisatawan dapat menghabiskan waktu berliburnya dengan biaya yang relatif murah dan melakukan berbagai kegiatan di alam terbuka yang cukup luas. Di samping itu interaksi dan persahabatan dengan masyarakat setempat akan memberikan pengalaman tersendiri, pengalaman yang berbeda yang dapat memuaskan dan memberikan manfaat bagi kedua belah pihak. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini mengkaji salah satu pengembangan agrowisata kopi luwak yang terdapat di daerah Gianyar tepatnya di Desa Lodtunduh, Kecamatan



Ubud, Kabupaten Gianyar. Dilihat secara potensial, obyek wisata yang dapat dikembangkan di Kabupaten Gianyar antara lain, Obyek Wisata Remaja Bukit Jati, Obyek Wisata Gunung Kawi, Obyek Wisata Goa Gajah dan Agrowisata. Secara umum Desa Lodtunduh memiliki potensi sebagai kawasan pengembangan agrowisata, antara lain tingkat kesuburan lahan yang sangat baik yang mendukung pertanian yang ada di Desa Lodtunduh, dengan keanekaragaman flora dan fauna di daerah tersebut. Dilihat dari aspek agrowisata, desa Lodtunduh, Ubud memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut mengingat bahwa di desa Lodtunduh terdapat beberapa agrowisata kopi luwak yang memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Pemilihan Teba Sari Bali Agrotourism sebagai lokasi penelitian bertujuan untuk dapat merumuskan strategi pengembangannya sehingga memiliki karakterristik tersendiri dan mampu bersaing dengan pesaing lainnya, mengingat banyaknya agrowisata lainnya yang sedang berkembang bahkan yang sudah berkembang. Dilihat dari sisi kepariwisataan desa Lodtunduh berada di jalur pariwisata yang menghubungkan wisatawan ke pusat desa Ubud yang menjadi barometer kepariwisataan di Kabupaten Gianyar. Sedangkan dari aspek ekologis desa Lodtunduh,Ubud merupakan dearah yang masih tergolong sangat baik, masih terjaga kelestarian lingkungannya secara alami, dengan adanya agrowisata kopi luwak didesa Lodtunduh masih tetap terjaga kelestarian alamnya sebagai penunjang daya tarik agrowisata. Agrowisata yang ada di desa Lodtunduh terletak dilokasi yang sangat strategis yang dapat dijangkau dengan cepat dari berbagai lokasi strategis seperti melalui jalur Batubulan-Singapadu atau melalui desa bantuan-desa Mas Ubud. Begitu juga dengan aspek Amenities atau fasilitas pariwisata yang disediakan, terdapat satu hotel berbintang yang berada di jalur utama Desa Lodtunduh selain itu juga terdapat beberapa homestay dan restoran, oleh karena itu Desa Lodtunduh sering dijadikan sebagai tempat singgah untuk sementara (step over) oleh para wisatawan yang menginap di pusat Desa Ubud, Sanur dan lokasi lainnya di Bali. Apabila dilihat dari sisi Anciliary atau kelembagaan agrowisata yang berada di Desa Lodtunduh belum memiliki kelembagaan yang dapat mengkoordinir kegiatan wisata yang ada. Ketidaktersediaan lembaga yang mengatur keberadaan agrowisata di Desa Lodtunduh, Ubud mengakibatkan persainagn secara bebas dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dalam jangka waktu pendek. Tanpa adanya manajemen pengelola daya tarik ini, tentunya tidak memenuhi standarisasi pengelolaan daya tarik wisata yang telah diatur dalam Peraturan Gubernur Bali Nomor 41 Tahun 2010 Tentang Standarisasi Pengelolaan Daya Tarik Wisata. Salah satu jenis data yang digunakan yaitu dengan penelitian. Dalam penelitian ini ada jenis data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. 1. Data kualitatif, yaitu data yang tidak berwujud angka-angka, melainkan berbentuk suatu penjelasan yang menggambarkan keadaan, proses atau peristiwa tertentu. Jenis data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini berupa deskripsi uraian



dari profil Desa Lodtunduh, informasi-informasi dan tindakan dari informan yang berhubungan dengan sejarah dan potensi Desa Lodtunduh, letak geografisnya, profil dari “Teba Sari Bali Agrotourism”, pengembangan agrowisata kopi luwak, persepsi masyarakat dan wisatawan terhadap pengembangan agrowisata di Desa Lodtunduh, strategi dan program-program pengembangan kepariwisataan yang dapat dilakukan dalam pengembangan objek agrowisata kopi luwak di Desa Lodtunduh, Ubud, serta factor-faktor internal dan eksternal yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam. 2. Data Kuantitatif yakni jenis data berupa angka yang digunakan dalam penelitian ini berupa kondisi fisik pembangunan Ubud Selatan, jumlah penduduk Desa Lodtunduh serta luas lahan pertanian yang dikembangkan sebagai kawasan agrowisata. Selain itu, data ini juga menjelaskan tentang jumlah kunjungan wisatawan ke Teba Sari Bali Agrotourism, jumlah penduduk serta luas wilayah Desa lodtunduh.



BAB III PENUTUP



1.1 Kesimpulan Kawasan agrowisata kopi luwak Teba Sari desa Lodtunduh, Ubud, Kabupaten Gianyar memiliki tempat yang amat sangat bagus sehingga mampu menarik daya pikat bagi para pengunjung untuk datang ke kawasan tersebut, hanya saja desa tersebut belum mampu mengoptimalkan promosi. Dan seharusnya mereka memanfaatkan teknologi yang ada salah satunya media sosial supaya kawasan agrowisata Teba Sari desa, Lodtunduh, Ubud, Kabupaten Gianyar semakin banyak yang mengenal dan makin banyak para wisatawan lokal maupun domestik yang berkunjung ke tempat tersebut. 1.2 Saran Dari hasil pemaparan pada laporan, dari kelompok 6 menyimpulkan bahwa kawasan agrowisata kopi luwak Teba Sari desa Lodtunduh, Ubud, Kabupaten Gianyar kami dapat mengetahui mengenai budidaya, manajemen serta penataan mengenai kawasan agrowisata kopi luwak Teba Sari desa Lodtunduh,Ubud, Kabupaten Gianyar.



DAFTAR PUSTAKA https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/7cd6745ceb50faee1a9fac356956eb5 b.pdf