Paper Ilmu Kesehatan Masyarakat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEPANITERAAN KLINIK SENIOR HUBUNGAN HbA1c DENGAN KADAR TRIGLISERIDA DAN LDL KOLESTROL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2



OLEH



Ruth Amelia Panggabean 130100095 PEMBIMBING



DR. dr. Rina Amelia, MARS



DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT / ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS / ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018



MAKALAH KEPANITERAAN KLINIK SENIOR HUBUNGAN HbA1c DENGAN KADAR TRIGLISERIDA DAN LDL KOLESTROL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2



OLEH



Ruth Amelia Panggabean 130100095



PEMBIMBING DR. dr. Rina Amelia, MARS



DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT / ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS / ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN



FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018



ALUR DOKTER KLINIS DI INDONESIA “Makalah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.”



OLEH Ruth Amelia Panggabean 130100107



DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT / ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS / ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018



i



LEMBAR PENGESAHAN Judul



: HUBUNGAN HbA1c DENGAN KADAR TRIGLISERIDA DAN LDL KOLESTROL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2



Nama



: RUTH AMELIA PANGGABEAN



NIM



: 130100095



Medan, 9 Februari 2018 Pembimbing



DR. Dr. Rina Amelia, MARS NIP : 197604202003012002



ii



KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hubungan HbA1c dengan Kadar Trigliserida dan LDL Kolestrol pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2”. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada DR. dr. Rina Amelia, MARS atas kesediaan beliau meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing, mendukung, dan memberikan masukan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi perbaikan makalah ini di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kesehatan. Atas bantuan dan segala dukungan dari berbagai pihak baik secara moral maupun spiritual, penulis mengucapkan terima kasih.



Medan, 9 Februari 2018



Penulis



iii



DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. i KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ v DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. vi BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1.2 Tujuan Makalah ................................................................................ 1.3 Manfaat Makalah ..............................................................................



1 1 2 2



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3 2.1 Diabetes Melitus ............................................................................... 3 2.1.1 Definisi ................................................................................... 3 2.1.2 Klasifikasi ................................................................................ 3 2.1.3 Kriteria Diagnostik ................................................................... 4 2.2 HbA1c .............................................................................................. 4 2.2.1 Definisi .................................................................................... 4 2.2.2 Interpretasi ............................................................................... 5 2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Pengukuran ............ 5 2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Pemeriksaan HbA1c ................... 6 2.3 Trigliserida ....................................................................................... 7 2.3.1 Definisi .................................................................................... 7 2.3.2 Struktur TG ............................................................................. 8 2.3.3 Sintesis Pembentukan TG ....................................................... 8 2.4 LDL .................................................................................................. 9 2.4.1 Struktur LDL ........................................................................... 10 2.4.2 Sintesis Pembentukan LDL ...................................................... 10 2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi LDL ................................. 11 2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi TG ................................... 11 2.5 Hubungan HbA1c dengan Kadar Trigliserida dan LDL pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 .................................................................. 12 BAB 3 KESIMPULAN ..................................................................................... 15 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 16



iv



DAFTAR TABEL



Nomor



Judul



Halaman



1



Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil pengukuran HbA1c ............... 5



2



Hubungan antara Lipid Profile dengan HbA1c ....................................... 12



3



Hubungan antara Parameter Lipid dan HbA1c pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 ......................................................................................... 12



4



Hubungan antara Kadar HbA1c dan LDL ............................................... 13



v



DAFTAR GAMBAR



Nomor



Judul



Halaman



Gambar 1



Struktur Lipoprotein ...................................................................…7



Gambar 2



Struktur LDL ................................................................................... 9



vi



DAFTAR SINGKATAN



HbA1c : Haemoglobin A1c HDL : High Density Liporotein IDL



: Intermediate Density Liporotein



LDL



: Low Density Liporotein



TG



: Trigliserida



VLDL :Very Low Density Liporotein



1



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.



Latar Belakang Diabetes melitus kini benar- benar telah menapaki era kesejagatan, dan



menjadi masalah kesehatan dunia. Dimana secara global, diabetes adalah penyebab kematian 4,6 juta orang pada tahun 2011. Perserikatan Bangsa- Bangsa (WHO) menyatakan bahwa saat ini 347 juta orang mengidap diabetes. WHO juga memprediksikan, diabetes akan menjadi penyebab utama kematian ketujuh pada tahun 2030. (Loei, G, 2014) Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya, dimana secara global insidensinya meningkat setiap tahun. Tindakan pengendalian DM sangat diperlukan untuk mengusahakan tingkat gula darah sedekat mungkin dengan normal. HbA1c merupakan marker untuk status glikemik yang banyak digunakan karena bermanfaat untuk memprediksi derajat intoleransi glukosa serta dapat mencegah komplikasi kronik. (Ratnasari, A,D, 2017) Dalam upaya pencegahan komplikasi kronik penderita DM, diperlukan pengendalian yang baik. Diabetes dapat terkendali dengan baik bila kadar lipid dan kadar HbA1c mencapai kadar yang diharapkan. Pengukuran kadar HbA1c dalam darah dianggap penting sebab pemeriksaan ini akan menghasilkan indeks rerata kadar glukosa darah selama usia eritrosit yaitu 120 hari (3 bulan). (Primadana, D, A, 2016) Lipoprotein yang abnormal terjadi pada pasiendiabetes melitus tipe 2 termasuk peningkatan trigliserida yang tidak normal, peningkatan low density lipoprotein (LDL-C), peningkatan very low density lipoprotein (VLDL-C) dan penurunan kadar high density lipoprotein (HDL-C). Pola profil lipid pada pasien diabetes ini dikenal dengan dislipedemia diabetes. Banyak faktor yang bertanggung jawab terhadap dislipemia diabetes ini termasuk: efek insulin pada produksi apoprotein hati, regulasi lipoprotein lipase (LpL), dan kerja insulin pada jaringan adiposa dan otot. Dislipidemia (peningkatan trigliserida, peningkatan



2



kolesterol, peningkatan LDL-C, peningkatan VLDL-C dan HDL-C rendah) umum terjadi pada diabetes mellitus tipe 2. Dislipidemia, terutama LDL-C tinggi, umum terjadi pada diabetes mellitus dan sangat terkait dengan kontrol glikemik yang buruk. (Rosmee, 2016) 1.2



Tujuan Makalah Tujuan penyusunan makalah ini adalah menambah pengetahuan mengenai



Hubungan HbA1c dengan Kadar Trigliserida dan LDL Kolestrol pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Penyusunan makalah ini sekaligus untuk memenuhi persyaratan kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.



1.3



Manfaat Makalah Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis maupun



pembaca khususnya peserta KKS dan menjadi suatu tolak ukur bagi penelitian selanjutnya.



3



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.



Diabetes Melitus



2.1.1 Definisi Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa anggota tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah. World Health Organization (WHO) sebelumnya telah merumuskan bahwa DM merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulanproblema anatomic dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin. (Ilmu Penyakit Dalam FK UI)



2.1.2 Klasifikasi Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA-2014: 1. Diabetes Melitus Tipe 1 (DMT1), destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut 2. Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2), bervariasi mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin sebagai akibat dari resistensi insulin 3. Diabetes Melitus Tipe Lain (DMTL) 4. Diabetes Melitus Gestasional



4



2.1.3. Kriteria Diagnostik Kriteria diagnostik DM menurut ADA-2014: 1. A1c ≥ 6,5%. Tes yang akurat seharusnya dilakukan oleh laboratorium yang



mempunyai



sertifikat



internasional



The



National



Glycohemoglobin Standarization Program. 2. GDPT ≥ 126 mg/dL (7.0 mmol/L). Yang dimaksud puasa adalah puasa minimal 8 jam. 3. 2-h PLASMA GLUCOSE (2 jam PP) ≥ 200 mg/dL (11.1 mmol/L) dengan OGTT menurut WHO, dengan beban glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam air. 4. Glukosa Darah Acak (GDA) ≥ 200 mg/dL (11.1 mmol/L) pada pasien dengan gejala klasik dari hiperglikemia.



2.2



HbA1c



2.2.1 Definisi Hemoglobin A1c ( HbA1c ) adalah varian hemoglobin yang terbentuk ketika glukosa mengikat secara kovalen dengan rantai beta dari HbA. HbA1c merupakan rasio antara HbA1 terglikasi dan total HbA1 dan mencerminkan kadar glukosa plasma selama 2-3 bulan sebelumnya. Hal ini telah menjadi penanda yang paling penting dalam mendiagnosis hiperglikemia kronis dan komplikasi dari penyakit diabetes melitus. (Weykamp, C, 2009) Untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronik, diperlukan pengendalian diabetes yang baik yang merupakan sasaran terapi. Diabetes terkendali baik, apabila kadar glukosa darah mencapai kadar yang diharapkan serta kadar lipid dan A1c juga mencapai kadar yang diharapkan. (PERKENI, 2006)



5



2.2.2. Interpretasi Baik atau terkendali: 8% (PERKENI, 2006)



2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Pengukuran Tabel 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran HbA1c (Gallagher, EJ, 2009) Proses



Faktor-faktor Zat



Eritropoesis



besi,



Efek



defisiensi



vitamin



B12,



penurunan



eritropoesis Pengisian eritropoetin, zat besi, vitamin B12, retikulositosis, penyakit hati kronis



Perubahan



Perubahan



genetik



maupun



secara



hemoglobin



(hemoglobinopati, HbF, methemoglobin)



Menurun



kimiawi Meningkat atau menurun



Alcoholism, gagal ginjal kronik, penurunan pH dari Glikasi



Meningkat



eritrosit Aspirin, vitamin C dan E, hemoglobinopati tertentu, peningkatan pH intra eritrosit Peningkatan masa hidup eritrosit akibat splenektomi



Meningkat



Menurun Meningkat



Penghancuran



Penurunan



eritrosit



splenomegali, rheumatoid arthritis, ataupun obat- Menurun



masa



hidup



eritrosit



akibat



dari



obatan seperti antiretroviral, ribavirin, dan dapson Hiperbilirubinemia, alcoholism, aspirin dosis tinggi, penggunaan opiat berlebih Uji coba



Hemoglobinopati Hipertrigliceridemia



Meningkat Meningkat atau menurun Menurun



6



2.2.4. Kelebihan dan Kekurangan Pemeriksaan HbA1C Untuk penggunaan klinis, tes yang ideal



adalah akurat,



spesifik,



terstandardisasi, mudah dilakukan dan tidak mahal. Dibandingkan dengan pemeriksaan glukosa puasa dan tes toleransi glukosa 2 jam, HbA1c memiliki kelebihan: (Gomez-Perez FJ, 2010) 



Terstandardisasi sesuai DCCT/UKPDS; sedangkan pengukuran glukosa kurang terstandar







Memiliki indeks paparan glukosa keseluruhan yang lebih baik dan dapat menilai komplikasi jangka panjang







Memiliki variabilitas biologis yang rendah (