Pelayanan Puskesmas Ruang PONED [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1.14



Pelayanan Puskesmas Ruang PONED



PONED merupakan kepanjangan dari Pelayanan Obstetri Neonatus Essensial Dasar. PONED dilakukan di Puskesmas induk dengan pengawasan dokter. Petugas kesehatan yang boleh memberikan PONED yaitu dokter, bidan, perawat, dan



tim



PONED



Puskesmas



beserta



penanggung



jawab



terlatih.



Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Dasar dapat dilayani oleh puskesmas yang mempunyai fasilitas atau kemampuan, untuk penangan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar. Puskesmas PONED merupakan puskesmas yang siap 24 jam, sebagai rujukan antara kasus-kasus rujukan dari polindes dan puskesmas. Polindes dan puskesmas non perawatan disiapkan untuk melakukan Pertolongan Pertama Gawat Darurat Obstetri Dan Neonatal (PPGDON) dan tidak disiapkan untuk melakukan PONED. A. Penilaian awal Untuk penanganan yang memadai, segera lakukan penilaian dari: a. Keadaan umum pasiean b. Tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik < 90 mmHg, nadi>112x/menit) c. Apabila syok disertai dengan masa lunak di adneksa, nyeri perut bawah, adanya cairan bebas dalam kavum pelvis, kemungkinan kehamilan etopik terganggu. d. Tanda –tanda infeksi atau selapis (demam tinggi, secret berbau pervaginam, nyeri perut bawah, dinding perut tegang, nyeri goyang porsio, dehidrasi, dan gelisah atau pingsan). e. Tentukan melalui evaluasi medik apakah pasien dapat ditatalaksana pada fasilitas kesehatan setempat atau dirujuk.



B. Penanganan Umum a. Lakukan penilaian awal untuk segera menentukan kondisi pasien (gawat darurat, komplikasi berat, atau masih cukup stabil). b. Pada kondisi gawat darurat, segera upayakan stabilitas pasien sebelum melakukan tindakan lanjutan. c. Penilaian medik untuk menentukan kelainan tindakan fasilitas kesehatan setempat atau rujukan ke rumah sakit. 1. apabila pasien syok atau kondisinya memburuk akibat pendarahan hebat, segera atasi kompikasi tersebut. 2. Gunakan jarum infus besar (16 G atau lebih besar) dan memberikan tetesan cepat (500 ml atau dalam 2 jam pertama) larutan garam fisiologi atau ringer. C. Abortus inkomplit 1. Tentukan besar uterus, kenali, dan atasi setiap komplikasinya. 2. Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai perdarahan hingga ukuran sedang, dapat dikeluarkan secara digital atau cunam ovum, setelah itu dilakukan evaluasi perdarahan. Evaluasi perdarahan, dilakukan : a. Apabila perdarahan berhenti, diberikan ergometrin 0,2 mg Im atau misoprostol 400mg per oral. b. Apabila perdarahan terus berlangsung, dievakuasi hasil sisa konsepsi dengan AVM atau D&K. 3. Apabila tidak ada tannda-tanda infeksi, diberi antibiotika profilasis. 4. Apabila terjadi infeksi, diberi ampisilin 1 gram dan metronidazol 500mg setiap 8jam. 5. Apabila terjadi pendarahan hebat dan usia gestasi dibawah 16 minggu , segera lakukan evakuasi dengan AVM. 6. Apabila pasien tampak anemik, diberikan sulfas frosus 600mg perhari selama 2 minggu.



Pada beberapa kasus abortus inkomplit erat kaitannya dengan abortus tidak aman, oleh sebab itu perhatikan hal-hal berikut : a. Dipastikan tidak ada komplikasi berat sepsis, perforasi uterus atau cedera intra abdomen b. Dibersihkan dari ramuan tradisional, jamu, bahan kaustik, atau bendabenda lainnya dari region genetalia. c. Diberikan boster tetanus toksoid 0,5 ml, apabila tampak luka kotor pada dinding vagina atau kanalis servikalis dan psien pernah diimunisasi. d. Apabila riwayat pemberian imunisasi tidak jelas, diberikan serum anti tetanus 1500 unit IM, diikuti dengan pemberian tetanus toksoid 0,5 ml, setelah 4 minggu. e. Konseling untuk kontrasepsi pasca keguguran dan pemantauan lanjut.



D. Ketuban Pecah Dini 1. Ditentukan pecahnya selaput ketuban, pastikan dengan menggunakan kertas lakmus. 2. Ditentukan usia kehamilan (aterm atau prematur. 3. Ditentukan ada tidaknya infeksi (panas atau tidak). 4. Ditentukan tanda – tanda Inpartu. 5. Dipasang infus RL. 6. Diberikan antibiotik ampisilin 4 x 1g secara intravena. 7. Dipantau tidak ada kemajuan persalinan, Rujuk ke RS. E. Pre Eklampsi Dan Eklampsi 1. Semua kasus preeklampsia berat harus ditangani secara aktif. Penanganan konservatif tidak dianjurkan, dan segera lakukan rujukan ke RS yang memeliki fasilitas lengkap. Apabila kejang maka dilakukan : 2. 3. 4. 5.



Diberi obat anti konvulsan (MgSO4). Dipasang oksigen 4 – 5 liter / menit Dilindungi pasien dari kemungknan trauma. Pasien dibaringkan pada sisi kiri untuk menghindari resiko aspirasi



6. Dirujuk ke RS. F. Asuhan Persalinan Normal 1. Mengenali gejala dan tanda kala dua : mendengar dan melihat adanya gejala dan tanda kala dua. 2. Menyiapkan pertolongan



persalinan,



memastikan



kelengkapan



peralatan, bahan dan obat – obatan esensial, untuk menolong persalinan dan penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru lahir. 3. Menyiapkan pertolongan persalinan dengan APD. 4. Menyiapkan pertolongan persalinan, dengan melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, dan cuci tangan. 5. Menyiapkan Pertolongan persalinan, dengan memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik. 6. Menyiapkan pertolongan persalinan, dengan memakai sarung tangan Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT). 7. Memastikan pembukaan lengkap



dan



keadaan



janin



baik,



membersihkan vulva dan perineum. 8. Melakukan pemeriksaan dalam, untuk memastikan pembukaan lengkap. 9. Dekontaminasi sarung tangan. 10. Pemeriksaan denyut jantung janin. 11. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk proses bimbingan meneran (mengejan), diberitahukan bahwa pembukaan sudah lengkap. 12. Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. 13. Melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran. 14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam waktu 60 menit. 15. Mempersiapkan pertolongan kelahiran bayi, meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di atas perut ibu. 16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu. 17. Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.



18. Memakai sarung tangan Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) pada kedua tangan. 19. Mempersiapkan pertolongan kelahiran bayi. Lahirnya kepala, setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5 -6 cm membuka vulva maka melindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan bayi, untuk menahan posisi defleksi, dan membantu lahirnya kepala. 20. Pemeriksaan adanya kemungkinan lilitan tali pusar, dan mengambil tindakan yang sesuai jika ada lilitan tali pusar. 21. Menunggu kepala bayi melakukan putar paksi luar secara spontan. 22. Lahirnya bahu, setelah kepala melakukan putar paksi luar, pegang secara biparietal. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal, hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis, dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang. 23. Lahirnya badan dan tungkai, setelah kedua bahu lahir, tangan digeser bawah untuk kepala dan bahu. 24. Setelah tubuh dengan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai, dan kaki. 25. Penanganan bayi baru lahir, dilakukan penilaian bayi baru lahir. 26. Mengeringkan tubuh bayi. 27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus. 28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin, supaya uterus berkontraksi baik. 29. Dalam waktu satu menit setelah bayi lahir, disuntikkan oksitosin 10 unit intramuskuler. 30. Dalam waktu 2 menit setelah lahir, dijepit tali pusar dengan klem. 31. Dilakukan pemotongan dan pengikatan tali pusar. 32. Bayi dilektakkan didda supaya ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. 33. Ibu dan bayi di selimuti dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi. G. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir 1. Persiapan sebelum tindakan, menyiapkan semua peralatan.



2. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, dikeringkan dengan kain bersih, mengenakan sarung tangan yang bersih. 3. Mengamati bayi dan ibu sebelum menyentuh bayi. Menjelaskan pada ibu bahwa sebaiknya dia melakukan kontak dengan bayi. 4. Melihat postur, tonus, dan aktivitas bayi. Bayi yang sehat akan bergerak aktif. 5. Melihat kulit bayi. 6. Mengitung pernafasan dan dilihat tarikan dinding dada bawah, ketika bayi sedang tidak menangis. 7. Meletakkan stetoskop di dada kiri bayi, setinggi apeks kordis. Menghitung detak jantung dengan stetoskop. 8. Melakukan pengukuran suhu ketiak. 9. Melihat dan meraba bagian perut, untuk memastikan bahwa perutnya terasa lemas. 10. Melihat mata. 11. Melihat bagian dalam mulut. 12. Melihat dan meraba bagian perut untuk memastikan bahwa perutnya terasa lemas. 13. Melihat tali pusar. 14. Melihat punggung dan meraba tulang belakang. 15. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan kain yang bersih dan kering. 16. Meminta ibu untuk menyusui bayinya. 17. Melakukan rujukan jika terdapat abnormalitas atau terlihat tanda – tanda bahaya pada bayi. 18. Mencatat seluruh hasil pemeriksaan dan tindakan.



H. Persalinan Macet 1. Memantau dan mencatat keadaan umum ibu dan janin, his, kemajuan, dan persalinan pada partograf 2. Jika ada penyimpangan dalam kemjuan persalinan, maka dilakukan palpasi uterus untuk mendeteksi lingkaran Bandl. 3. Posisikan ibu tidur miring ke kiri. 4. Pasang infuse RL.



5. Lakukan evaluasi. 6. Jika fase laten persalinan memanjang berlangsung lebih dari 8 jam, segera dirujuk. 7. Jika fase aktif memanjang kurang dari 1cm/jam dan telah melewati garis waspada, segera dirujuk. 8. Jika kala II persalinan memanjang, 2 jam meneran untuk primi, 1 jam untuk multipara, maka segera dirujuk. 9. Jika dicurigai adanya rupture uteri, maka segera dirujuk. 10. Jika kondisi ibu/bayi buruk dan membuka serviks sudah lengkap, maka dilakukan bantuan kelahiran bayi dengan eksraksi vacum. 11. Jika terjadi disatosia bahu, dilakukan episotomi, dilakukan maneuver MC Robert, dan jika tidak lahir segera di rujuk. I.



Hipotermi 1. 2. 3. 4.



Melakukan pengukuran suhu tubuh. Melakukan penghangatan suhu tubuh dengan cara kontak kulit dan kulit. Memantau pelaksanaa Kangaroo Mother Care dengan benar. Apabila KMC tidak dapat dilakukan secara terus menerus, suhu aksila



5. 6. 7. 8. 9.



diukur setiap 6 jam. Digunakan ruangan hangat dengan cara yang benar. Dilakukan penghangatan suhu tubuh dengan pemancar panas yang baik. Diukur temperatur tubuh bayi dan ruangan 4 kali sehari. Dilakukan perawatan dengan inkubator. Apabila bayi tetap dingin walaupun suhu inkubator telah diatur, dilakukan



manajemen suhu tubuh abnormal. 10. Memindahkan bayi ke ibu secepat mungkin, apabila bayi sudah tidak menunjukkan tanda-tanda sakit. J. Hipoglikemi 1. Jika bayi tidak aktif: a. Menjaga bayi supaya tetap hangat. b. Memasang infuse glukosa 10%2ml/kg, secara IV bolus pelan dalan 5 menit.



c. Jika jalur intravena tidak dapat dipasang dengan cepat, diberikan larutan glukosa 10%, melalui pipa lambung dengan dosis yang sama. d. Dilanjutkan pemberian infuse glukosa, sesuai kebutuhan bayi 46mg/kg BB/menit. e. Apabila bayi sudah dalam kondisi stabil lakukan rujukan ke rumah sakit, dengan cepat aman dan benar.



2. Jika bayi aktif a. Menganjurkan ibu menyusui, apabila bayi tidak dapat menyusui berikan ASI perah, dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum. b. Memantau tanda tanda klinis bayi akan adanya kegawatan. K. Resusitasi Bayi Baru Lahir 1. Persiapan perlengkapan resusitasi



bayi lahir harus tersedia waktu



persalinan. 2. Memelihara bayi sebelum lahir dan segera setelah lahir. 3. Memutuskan untuk resusitasi. 4. Tindakan resusitasi langkah awal dengan menyelimuti bayi dengan handuk atau kain, yang diletakkan pada perut ibu atau sekitasr 45 cm dari perineum. 5. Diletakkan bayi di tempat resusitasi. 6. Memposisikan kepala bayi pada posisi menghidu, yaitu kepala sedikit ekstesi dengan mengganjal bahu (menggunakan handuk yang telah disiapkan dengan ketebalan 3cm. 7. Membersihkan jalan nafas dengan menghisap lender sedalam