Pembuatan Obat Tetes Mata Proses [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS PROSES INDUSTRI KIMIA ORGANIK HALOGENASI : PEMBUATAN OBAT TETES MATA ANNISA AYU FITRIA H1D113041



PROSES PEMBUATAN OBAT TETES MATA



Dalam pembuatan sediaan tetes mata ada beberapa tahapan yang dilakukan yaitu pertama melakukan kalibrasi botol sebagai wadah sediaan. Kemudian alat – alat praktikum yang akan digunakan disterilkan ke dalam oven dengan suhu 121°C selama 15 menit. Dilanjutkan dengan mensterilkan bahan yang dibutuhkan dengan memasukkannya ke dalam oven suhu 45°C selama 15 menit. Bahan aktif yang digunakan yaitu dexamethasoni ditimbang sebanyak 50 mg dan dilarutkan dalam 50 ml API (Aqua Pro Injectione) untuk pengenceran, lalu diambil 1,2 ml dimasukkan dalam beaker glass. Kemudian ditimbang NaCl 89 mg, Asam Sitrat 200 mg, Natrium Fosfat 490 mg, dan dilarutkan masing masing bahan yang ditimbang dengan API qs ad larut dan dimasukkan kedalam hasil pelarutan dexamethasone. Selanjutnya diambil Metil Merkuri 1 tetes, di teteskan kedalam campuran sampai homogeny dan dimasukkan hasil campuran kedalam botol tetes samba disaring serta ditambahkan API ad 10 ml. Evaluasi sediaan merupakan tahap akhir dalam serangkaian proses pembuatan sediaan farmasi tetes mata dengan cara melihat bentuk sediaan. Pada sediaan tetes mata, harus dilakukan uji evaluasi terlebih dahulu untuk mengetahui apakah sediaan tetes mata tersebut layak untuk di gunakan dalam pengobatan atau tidak. 1. Uji Organoleptis Uji organoleptik atau uji indera atau uji sensori merupakan cara pengujian dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap suatu produk. Pengujian organoleptik mempunyai peranan penting dalam penerapan mutu suatu sediaan. Pengujian organoleptik dapat



memberikan indikasi kebusukan, kemunduran mutu dan kerusakan lainnya dari produk. Uji organoleptik biasanya dilakukan untuk menilai mutu bahan mentah yang digunakan untuk pengolahan dan formula yang digunakan untuk menghasilkan produk. Selain itu, dengan adanya uji organoleptik, produsen dapat mengendalikan proses produksi dengan menjaga konsistensi mutu dan menetapkan standar tingkat atau kelas-kelas mutu. Produsen juga dapat meningkatkan keuntungannya dengan cara mengembangkan produk baru, meluaskan pasaran, atau dengan mengarah ke segmen pasar tertentu. Dengan uji organoleptik, produsen juga dapat membandingkan mutu produknya dengan produk pesaingnya sehingga dapat memperbaiki kekurangan produknya dengan cara menyeleksi bahan mentah atau formulasi dari berbagai pilihan atau tawaran. Pengujiannya dilakukan dengan mengamati bau, rasa, warna serta kelarutan bahan dalam sediaan larutan tetes mata. Setelah itu hasil pengamatan dicatat dan dilaporkan dalam bentuk tabel. 2. Kejernihan Kejernihan adalah suatu batasan yang relatif, artinya sangat dipengaruhi oleh penilaian subjektif dari pengamat.Uji kejernihan larutan sangat penting untuk memastikan tidak ada partikel padat yang belum terdispersi kecuali sediaan yang dibuat dalam bentuk suspensi, serta untuk mengidentifikasi partikel-partikel yang tidak diinginkan dalam sediaan larutan tetes mata tersebut.Tidak dapat diragukan, suatu larutan bersih yang sangat mengkilap, membawa pengaruh bagi pengamat untuk menyimpulkan bahwa produk tersebut istimewa baik dalam mutu maupun kemurniannya. Uji kerjernian di tujukan untuk memastikan tidak ada partikel padat kecuali berbentuk suspensi.Pengamatan dilakukan di bawah cahaya yang terdifusi, tegak lurus ke arah bawah tabung.Penetapan dilakukan dengan menggunakan tabung reaksi alas datar diameter 15 mm hingga 25 mm, tidak berwarna, transparan, dan terbuat dari kaca netral. Masukkan ke dalam dua tabung reaksi masing-masing larutan zat uji dan Suspensi padanan yang sesuai secukupnya, dibuat segar sehingga volume larutan



dalam tabung reaksi terisi setinggi tepat 40 mm. Bandingkan kedua isi tabung setelah 5 menit pembuatan suspensi padanan dengan latar belakang yang hitam. Larutan mata adalah dengan definisi bebas dari partikel asing dan jernih secara normal diperoleh dengan filtrasi.Tentunya, pentingnya peralatan filtrasi agar jernihdan tercuci baik sehingga bahan-bahan partikulat tidak dikontribusikan untuk larutan dengan desain peralatan untuk menghilangkannya.Pengerjaan penampilan untuk larutan dalam lingkungan yang bersih, penggunaan LAF dan harus tidak tertumpah memberikan kebersihan untuk penyiapan larutan jernih bebas dari partikel asing.Dalam beberapa permasalahan, kejernihan dan sterilisasi dilakukan dalam langkah filtrasi yang sama. Ini penting untuk menyadari bahwa larutan jernih sama fungsinya untuk pembersihan wadah dan tutup. Keduanya, wadah dan tutup harus bersih, steril dan tak tertumpahkan.Wadah atau tutup tidak membawa partikel dalam larutanselama kontak lama dalam penyimpanan.Normalnya dilakukan tes sterilisasi. Prosedur Pengujian (FI IV, 881) : Lakukan penetapan menggunakan tabung reaksi alas datar diameter 15 mm hingga 25 mm, tidak berwarna, transparan, dan terbuat dari kaca netral. a.



Masukkan ke dalam 2 tabung reaksi, masing-masing larutan zat uji dan suspense padanan yang sesuai secukupnya, yang dibuat segar sehingga volume larutan dalam tabung reaksi terisi setinggi tepat 40 mm.



b.



Bandingkan kedua isi tabung setelah 5 menit pembuatan Suspensi padanan, dengan latar belakang hitam.



c.



Pengamatan dilakukan di bawah cahaya yang terdifusi, tegak lurus ke arah bawah tabung. Difusi cahaya harus sedemikian rupa sehingga Suspensi padanan I dapat langsung dibedakan dari air dan dari suspensi padanan II.



3. Buffer dan pH Buffer dan pH dalam sediaan tetes mata sangat penting untuk memperbaiki daya tahan sediaan, mengoptimasi kerja zat aktif, dan juga untuk mencapai kelarutann yang memuaskan. Mirip seperti darah, cairan mata menunjukan kapasitas dapar tertentu.Yang sedikit lebih rendah oleh karena system yang terdapat pada darah seperti asam karbonat, plasma, protein amfoter dan fosfat primer – sekunder, juga



dimilikinya kecuali system – hemoglobin – oksi hemoglobin. Harga pHnya juga seperti darah 7,4 akan tetapi hilangnya karbondioksida dapat meningkatkannya smapai harga pH 8 – 9. pada pemakain tetes biasa yang nyari tanpa rasa nyeri adalah larutan dengan harga pH 7,3 – 9,7. daerah pH dari 5,5 – 11,4 masih dapat diterima. Tetes mata didapar atas dasar beberapa alasan yang sangat berbeda.Misalnya untuk memperbaiki daya tahan (penisilina), untuk mengoptimasikan kerja (misalnya oksitetrasiklin) atau untuk mencapai kelarutan yang memuaskan (misalnya kloromfenikol). Pengaturan larutan pada kondisi isohidri (pH = 7,4) adalah sangat berguna untuk mencapai rasa bebas nyeri yang sempurna, meskipun hal ini sangat sulit direalisasikan. Oleh karena kelarutan dan stabilitas bahan obat dan sebagian bahan pembantu juga kerja optimum disamping aspek fisiologis (tersatukan) turut berpengaruh. Aspek-aspek tersebut sangat jarang dalam kondisi optimal pada harga pH fisiologis. Harga pH yang tepat yang dimiliki larutan, merupakan harga kompromis antara faktor-faktor yang telah disebutkan tadi.Harga itu disebut sebagai harga euhidris misalnya garam alkaloida yang umumnya dipakai sebagai tetes mata memiliki stabilitas maksimal dalam daerah pH 2 – 4, yang jelas sangat tidak fisiologis. Hal yang sama terjadi pada anestetikal lokal untuk terapi mata (stabilitas maksimumnya pada harga pH 2,3 -5,4). Yang terakhir ini dengan menaiknya harga ph juga menunjukan peningkatan efektifitas atas dasar membaiknya penetrasi pada kornea. Dengan mempertimbangkan keseimbangan fisiologisnya, larutan ini dieuhidritkan sampai pada harga pH 5, 5 – 6,5. Penyeimbangan pH pada umumnya dilakukan dengan larutan dapar isotonis. Larutan dapar berikut digunakan secara internasional: a.



Dapar natrium asetat – asam borat, kapasitas daparnya tinggi dalam daerah asam.



b.



Dapar fospat, kapasitas daparnya tinggi dalam daerah alkalis.



c.



Jika harga pH yang ditetapkan atas dasar stabilitas berada diluar daerah yang dapat diterima secara fisiologis, diwajibkan untuk menambahkan dapar dan melakukan pengaturan pH melalui penambahan asam atau basa.Larutan yang dibuat seperti itu praktis tidak menunjukan kapasitas dapar sehingga oleh cairan



air mata lebih mudah diseimbangkan pada harga fisiologis dari pada larutan yang didapar.Antara isotonis dan euhidri terdapat kaitan yang terbatas dalam hal tersatukannya secara fisiologis.Yakni jika satu larutan mendekati kondisi isotonis, meskipun tidak berada pada harga pH yang cocok masih dapat tersatukan tanpa rasa nyeri. d.



Idealnya, sediaan tetes mata sebaiknya diformulasi pada pH yang ekivalen dengan cairanair mata yaitu 7,4 dan prakteknya jarang dicapai. Mayoritas bahan aktif dalam optalmology adalah garam basa lemah dan paling stabil pada pH asam.Ini



umumnya



dapat



dibuat



dalam



suspensi



kortikosteroid



tidak



larut.Suspensi biasanya paling stabilpada pH asam, pH optimum umumnya menginginkan kompromi pada formulator.pH diseleksi jadi optimum untuk stabil. Sistem dapar diseleksi agar mempunyai kapasitas adekuat untuk memperoleh pH dengan range stabilitas untuk durasi umur produk. Kapasitas buffer adalah kunci utama situasi ini. Prosedur Pengujian : a.



Kertas indikator pH. Kertas dicelupkan ke dalam larutan dan hasil warna yang terbentuk dibandingkan terhadap warna standar. pH meter (FI IV, )



b.



Harga pH adalah harga yan gdiberikan oleh alat potensiometrik (pH meter) yang sesuai, yang telah dibakukan terhadap Baku larutan dapar, yang mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH. Pelarut untuk Larutan dapar harus sama dengan pelarut sediaan.



4. Tonisitas Tonisitas berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh garam-garam dalam larutan berair. Larutan mata adalah isotonik dengan larutan lain ketika magnitude sifat koligatif larutan adalah sama. Larutan tetesmata dipertimbangkan isotonik ketika tonisitasnya sama dengan 0,9 % larutan NaCl. Sebenarnya mata lebih toleran terhadap variasi tonisitas dari suatu waktu yang diusulkan.Sediaan tetes mata sebaiknya dibuat mendekati isotonis agar dapat diterima tanpa rasa nyeri dan tidak dapat menyebabkan keluarnya air mata, yang dapat mencuci keluar bahan obatnya. Untuk membuat larutan mendekati isotonis, dapat digunakan medium isotonis atau



sedikit hipotonis, umumnya digunakan natrium-klorida (0,7-0,9%) atau asam borat (1,5-1,9%) steril. Mata biasanya dapat mentoleransi larutan sama untuk range 0,5 % – 1,8 %NaCl intraokuler. Namun demikian ini tidak dibutuhkan ketika stabilitas produk dipertimbangkan. 5. Viskositas Tetes mata dalam air mempunyai kerugian, oleh karena mereka dapat ditekan keluar dari saluran konjunktival oleh gerakan pelupuk mata.Oleh karena itu waktu kontaknya pada mata menurun.Melalui peningkatan viskositas larutan tetes mata dapat dicapai distribusi bahan aktif yang lebih baik didalam cairan dan waktu kontak yang lebih panjang dengan mata.Lagi pula sediaan tersebut memiliki sifat lunak dan licin sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. Oleh Karena itu sediaan ini sering dipakai pada pengobatan kerato konjunktifitis.USP mengizinkan penggunaan peningkat viskositas untuk memperpanjang waktu kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan aktivitasnya.Bahan-bahan seperti metil selulose, polivinil alkohol dan hidroksil metil selulose ditambahkan secara berkala untuk meningkatkan viskositas.Para peneliti telah mempelajari efek peningkatan viskositas dalam waktu kontak dalam mata.umumnya viskositas meningkat 25-50 cps range yang signifikan meningkat lama kontak dalam mata. Prosedur Uji : a.



Masukan larutan tetes mata dalam viskosimeter ostwald melalui pipa yang berdiameter lebih besar/yang mempunyai labu.



b.



Larutan tetes mata dihentikan dimasukan apabila ½ ruang yang berbentuk tabung terisi.



c.



Tutup labu yang berdiameter kecil dengan bola hisap



d.



Hisap larutan tetes mata dengan bola hisap hingga naik diatasnya garis yang paling atas



e.



Lepaskan bola hisap, bila larutan tetes mata turun tampak pada garis pertama,hidupkan stopwatch.



f.



Matikan stopwatch ketika larutan tetes mata tepat pada garis ke 2



g.



Hitung kekentalanya,lakukan percoban diatas 3 kali



h.



Hitung waktu alir larutan tetes mata, hitung kekentalannya.



6. Uji Sterilitas Semua produk tetes mata yang diberi label steril harus melewati uji sterilitas setelah mengalami suatu proses sterilisasi efektif. Uji sterilisasi sangat penting untuk membersihkan larutan tetes mata dari pencemaran (kontaminasi) mikroorganisme yang merugikan (patogen) dan juga untuk mengetahui tingkat sterilitas dari larutan tetes mata tersebut.Sediaan tetes mata dinyatakan steril apabila bebas dari mikroorganisme hidup yang patogen maupun yang tidak, baik dalam bentuk vegetatif maupun dalam bentuk tidak vegetatif. Prosedur Uji: a.



Inokulasi langsung ke dalam media perbenihan lalu diinkubasi pada suhu 2 sampai 25°C. Volume tertentu spesimen ditambahkan volume tertentu media uji, diinkubasi selama tidak kurang dari 14 hari, kemudian amati pertumbuhan secara visual sesering mungkin sekurang-kurangnya pada hari ke-3atau ke-4 atau ke-5, pada hari ke-7 atau hari ke-8 dan pada hari terakhir dari masa uji.



b.



Pada interval waktu tertentu dan pada akhir periode inkubasi, semua isi wadah akan diamat untuk menunjukkan ada atau tidaknya pertumbuhan mikroba seperti kekeruhan dan atau pertumbuhan pada permukaan. Jika tidak terjadi pertumbuhan, maka sediaan tetes mata yang telah diuji memenuhi syarat.