Tetes Mata [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TETES MATA I.Tujuan Adapun tujuan dari prakrikum ini antara lain : 1. Memahami dan dapat melakukan metode sterilisasi filtrasi dan sterilisasi basah. 2. Mempelajari pembuatan sediaan obat tetes mata steril 1. Praformulasi a. Tinjauan Farmakologi 



Efek Utama Untuk terapi infeksi superficial pada mata dan otitis eksterna yang disebabkan oleh bakteri, blepharitis, katarak, konjungtifitis bernanah, traumatik karatitis, trakhoma dan ulcerative keratitis (McEvoy, 2002).







Efek Samping Rasa pedih dan terbakar mungkin terjadi saat aplikasi kloramfenikol pada mata. Reaksi hipersensitivitas dan inflamasi termasuk konjunctivitis, terbakar, angioneuro edema, urtikaria vesicular/ maculopapular dermatitis (jarang terjadi) (McEvoy, 2002).







Kontra Indikasi Pada pasien yang hipersensitif terhadap kloramfenikol (McEvoy, 2002).



b. Tinjauan Sifat Fisika Kimia Bahan Obat 1. Kloramfenikol  Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang, putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan.  Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etenol, dalam propilena glikol.  Titik Lebur : Antara 1490 dan 1530 C.  pH : Antara 4,5 dan 7,5.  OTT : Endapan segera terbentuk bila kloramfenikol 500 mg dan eritromisin 250 mg atau tetrasiklin Hcl 500 mg dan dicampurkan dalam 1 liter larutan dekstrosa 5%.  Stabilitas : Salah satu antibiotik yang secara kimiawi diketahui paling stabil dalam segala pemakaian. Stabilitas baik pada suhu kamar dan kisaran pH 2-7, suhu 25oC dan pH mempunyai waktu paruh hampir 3 tahun. Sangat tidak stabil dalam suasana basa. Kloramfenikol dalam media air adalah pemecahan hidrofilik pada lingkungan amida. Stabil dalam basis minyak dalam air, basis adeps lanae. (Martindale edisi 30 hal 142).



 Cara Sterilisasi : disterilisasi dengan metode sterilisasi filtrasi dengan membaan filter (Sweetman, 2009).  Inkompatibilitas Aminophyline, Ampicillin, Ascorbic acid, Calcium chloride, Carbenicillin sodium, Chlorpromazine HCl, Erythromycin salts, Gentamicin sulfat, Hydrocortisone sodium succinate, Hydroxyzine HCl, Methicilin sodium, Methylprednisolone sodium succinate, Nitrofurantoin sodium, Novobiocin sodium, Oxytetracycline, Phenytoin sodium, Polymixin B sulphate, Prochlorperazine salts, Promazine HCl, Prometazine HCl, Vancomycin HCl, Vitamin B complex (Lund, 1994).  Cara penggunaan : Tetes pada mata  Dosis : Untuk sediaan tetes mata, Kloramfenikol digunakan sebanyak 0,5-1% dalam sediaan (Ansel, 1989) 2.



Borax



 Pemerian : Hablur transparan tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau.  Kelarutan : Larut dalam air; mudah larut dalam air mendidih dan dalam gliserin; tidak larut dalam etanol.  Stabilitas : stabil pada suhu dan tekanan normal  Titik lebur : 62 oC  Titik didih : 320oC  pH



: 9,5



 Cara sterilisasi : autoklaf atau filtrasi  Inkompatibilitas :Tidak boleh dicampurkan (incompatible) dengan logam dan garamnya serta asam.  Kegunaan : pendapar dan antibakteri 3. Asam Borat (DI 88 hal. 2011; Martindale 28 hal. 337)  Pemerian : Serbuk kristal putih, rasa agak pahit dan lama kelamaan rasa manis, berbau lemah  Kelarutan : 1 bagian larut dalam 20 bagian air, 16 bagian alkohol, 4 bagian gliserol, sedikit larutan dalam minyak, praktis tidak larut dalam eter.  pH : 3,8 – 4,8  Sterilisasi : Otoklaf atau Filtrasi.



 Konsentrasi : 1% (Steril Dossage form hal. 359)  Kegunaan : Fungistatik, bakteriostatik lemah, mata merah berair, bengkak, gatal pada kelopak mata  Stabilitas : Pada suhu 100ºC akan kehilangan air dan pada suhu 140ºC akan berubah menjadi asam metabolik  Inkompatibilitas : Polivinil alkohol dan tanin. 4. Fenil Merkuri Nitrat  Pemerian :Serbuk kristal putih dengan sedikit bau aromatik.  Kelarutan : Air (1 : 600 – 1500) dan(1:160) padasuhu 100 oC; Etanol 95% (1 : 1000); Larut dalam fixed oil; Agak larut dalam gliserin.Lebih larut dengan adanya asam nitrat atau alkali hidroksida.  Sterilisasi : Autoklaf  Stabilitas : semua larutan senyawa fenilmerkuri membentuk residu hitam logam merkuri ketika terekspos cahaya atau setelah penyimpanan yang lama. Larutan dapat disterilisasi dengan autoklaf meskipun sejumlah signifikan garam fenilmerkuri dapat hilang, sehingga mengurangi efektifitas pengawet, jugadisebabkan adanya inkompatibilitas dengan komponen kemasan atau eksipien lain. Fenilmerkuri nitrat harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, tempat kering dan sejuk.  Inkompatibilitas : Paktivitas antimikroba garam fenilmerkuri dapat berkurang dengan adanya zat pengemulsi dan pensuspensi anionik, tragakan, starch, talk, Na metabisulfit, Na tiosulfat, dinatrium EDTA, silikat (bentonite, Al Mg silikat, Mg trisilikat, kaolin). Garam fenilmerkuri inkompatibel dengan halida, terutama bromida dan iodida, karena membentuk senyawa halogen yang kurang larut. Garam fenilmerkuri juga inkompatibel dengan Al dan logam lain, amonia dan garam amonium, asam amino, dan beberapa senyawa sulfur. Garam fenilmerkuri dapat diabsorpsi penutup karet, dan beberapa tipe komponen kemasan plastik. Inkompatibel juga dengan membran filtrasi sehingga terjadi kehilangan bila disterilisasi dengan filtrasi.  Cara Penggunaan :sebagai pengawet antimikroba untuk OTM 0,002%. Garam fenilmerkuri aktif pada rentang pH luas terhadap bakteri dan jamur dan biasa digunakan pada larutan netral sampai basa, namun efektif juga pada pH sedikit asam.Pada formulasi



asam, fenilmerkuri nitrat lebih dipilih daripada fenilmerkuri asetat atau fenilmerkuri borat karena tidak mengendap. 5. Aqua pro injeksi  Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa  Kelarutan : Dapat bercampur dengan pelarut polar lainnya  Stabilitas : Stabil disemua keadaan fisik (padat, cair, gas)  Cara sterilisasi : autoklaf  Inkompatibilitas :Air dapat bereaksi dengan obat dan berbagai eksipien yang rentan akan hidrolisis (terjadi dekomposisi jika terdapat air atau kelembapan) pada peningkatan temperatur. Air bereaksi secara kuat dengan logam alkali dan bereaksi cepat dengan logam alkali tanah dan oksidanya seperti kalsium oksida dan magnesium oksida. Air juga bisa bereaksi dengan garam anhidrat menjadi bentuk hidrat. 2.



Formulasi



A. Permasalahan dan penyelesaian Permasalahan: a) pH sediaan harus dibuat mendekati pH fisiologis untuk mencegah terjadinya iritasi. b) Kloramfnikol tidal stabil pada pemanasan. c) Kloramfenikol sukar larut dalam air d) Kemungkinan terjadinya kontaminasi mikroorganisme pada sediaan karena termasuk sediaan dosis ganda Penyelesaian a) Ditambahkan NaOH sampai didapatkan pH yang diinginkan yaitu 7 b) Dilakukan dterilisasi dengan menggunakan filtrasi membran c) Kloramfenikol dilarutkan dalam dapar borat d) Ditambahkan fenil merkuri nitrat sebagai pengawet B. Formulasi yang Harus Dibuat R/ Kloramfenikol



0,5%



Borax



0,3%



Asam borat



1,5%



Fenil merkuri nitrat



0,002%



Aqua pro injeksi



ad 100% (10 ml)



C. Perhitungan Berat dan Volum 0,5 g



 Kloramfenikol



= 100 ml x 15 ml



 Borax



= 100 ml x 15 ml



 Asam borat



= 100 ml x 20 ml



0,3 g 1,5 g



0,002 g



 Fenil merkuri nitrat = 100 ml x 20 ml



= 0,075 g = 0,05 g = 0,225 g = 0,0003 g



D. Cara Sterilisasi Sediaan tetes mata steril kloramfenikol 0,5% disterilisasi menggunakan metode sterilisasi dengan LAF. 3.



PELAKSANAAN 1. Alat-alat yang Digunakan No. Nama Alat



Jumlah



Sterilisasi



1.



Kaca arloji



1



autoklaf



2.



Pinset



1



flambier



3.



Gelas ukur



1



autoklaf



4.



Batang pengaduk



1



autoklaf



5.



Beaker glass



1



Autoklaf



Uraian langkah pembuatan sediaan 1. 2. 3. 4.



Alat dan bahan disiapkan Lakukan sterilisasi pada alat dan bahan Botol/wadah di kocok atau rendam dengan etanol 90% Timbang bahan



Waktu



Pembahasan Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mampu dan memahami metode sterilisasi filtrasi dan mampu membuat sediaan obat tetes mata steril dengan mengguankan kloramfenikol sebagai bahan aktif. Obat tetes mata adalah sediaan steril yang bebas partikel asing berupa larutan atau suspensi, digunakan untuk mata, dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola mata (FI III). Obat tetes mata yang digunakan harus diserap masuk ke dalam mata untuk dapat memberi efek. Larutan obat tetes mata segera campur dengan cairan lakrimal dan meluas di permukaan kornea dan konjungtiva, dan obatnya harus masuk melalui kornea menembus mata (Anief, 2000). Dalam suatu sediaan obat tetes mata tidak hanya mengandung zat aktif saja, namun terdapat zat lain seperti pengawet, pengisotonis, peningkat viskositas, anti oksidan, dan juga pendapar. Dalam pembuatan obat tetes mata ini hal yang harus diperhatikan mengenai kebersihannya, pH yang stabil, dan mempunyai tekanan osmose yang sama dengan tekanan osmose darah. Pada pembuatan obat cuci mata tak perlu disterilkan, sedangkan pada pembuatan obat tetes mata harus disterilkan (Anief, 1999). Sedangkan untuk syarat-syarat obat tetes mata dikehendaki yaitu obatnya harus stabil secara kimia, harus mempunyai aktivitas terpeutik yang optimal, harus tidak mengiritasi dan tidak menimbulkan rasa sakit pada mata, harus teliti dan tepat secara jernih, harus bebas dari mikroorganismeyg hidup dan tetap tinggal demikian selama penyimpanan yang diperlukan. Jadi pada prinsipnya obat tetes mata harus steril, jernih, dan bebas partikel asing (Anief, 2000). Akan tetapi yang lebih disyaratkan yaitu untuk menyamakan pH sediaan dengan pH stabilitas dari zat aktif, tujuannya untuk menghindari timbulnya fluktuasi pH sediaan selama penyimpanan yang bisa mempengaruhi stabilitas zat dan sediaan. Untuk mengatasinya maka ditambahkan buffer. Sediaan tetes mata harus steril. Ada beberapa macam jenis sterilisasi antara lain filtrasi dengan menggunakan membran filter steril ukuran pori : 0,45 µm atau 0,2 µm dan langsung disaring kedalam wadah yang steril; Pemanasan kering; Autocalving; Sterilisasi gas dengan etilen oksid. Pada praktikum ini digunakan kloranfenikol sebagai zak aktif. Kloramfenikol merupakan antibiotik golongan amphenicol berspektrum luas yang efetif melawan bakteri gram positif maupun gram negatif (William, 2006; White et al.,2005). Kloramfenikol memberikan antibacterial efek dengan mengikat ribosom bakteri dan menghambat sintesa protein bakteri. Cara kerja dari senyawa ini adalah mengganggu sintesis protein yaitu dengan menghambat enzim



transfer rantai peptida dengan asam amino (puromycin) pada ribosom (Eboka et al., 2003). Kloramfenikol diindikasikan untuk pengobatan topical dari infeksi akut konjungtifitis bacterial pada orang dewasa, orang tua, maupun anak-anak umur 2 tahun atau lebih. Digunakan sebanyak satu tetes pada mata yang terinfeksi selama dua jam pada 48 jam awal dan empat jam setelahnya. Efek samping biasanya kecil, seperti rasa terbakar saat penggunaan atau sensasi tertusuk pada mata saat pemakaian tetes mata. Efek samping yang serius meliputi reaksi hipersensitif yang biasa disebabkan manifestasi udem angioneurotik, anafilaksis, urtikaria, demam, dan fesikular dan dermatitis makulopapular. Jika terjadi hal demikian maka pengobatan harus dihentikan segera.



Gambar 1. Struktur kimia kloramfenikol



Bahan lain yang digunakan selain kloranfenikol adalah borax dan asam borat yang digunakan sebagai larutan pendapar, lalu pengawet yang digunakan yaitu fenil merkuri nirat, karena zat tersebut dapat larut dalam air dan biasanya mudah diumbuhi mikroba. dan yang terakhir adalah aqua pro injeksi. Sedangkan untuk alat-alat yang digunakan sebuah batang pengaduk, kaca arloji, gelas ukur, beaker glass, labu ukur dan penangas air. Yang pertama dilakukan yaitu pembuatan larutan fenil merkuri nitrat. Ditimbang fenil merkuri nitrat sebanyak 0,0003 gram, karena berat yang diambil terlalu sedikit sehingga diambil sebanyak 0,05 gram dan dilakukan pengenceran. kemudian dilarutkan dengan aqua pro injeksi dalam beaker glass, kemudian dipindahkan ke labu ukur 50 mL dan ditambahkan lagi aqua pro injeksi sampai tanda batas. Selanjutnya diambil 3 mL, lalu dilarutkan kembali dalam aqua pro injeksi ad volume 150 mL.



Langkah selanjutnya, pembuatan dapar borat pH. Ditimbangkan asam borat 0,225 gram dan borat 0,05 gram. Selanjutnya masing-masing dilarutkan dalam 5 mL dalam larutan fenil merkuri nitrat. Dan diambil sebanyak 4,5 mL larutan borat kemudian ditambahkan kedalam larutan asam borat. Kemudian diukur pH menggunakan indikator universal, jika pH tidak sesuai yang diharpak yakni pH 7 maka dapar di-adjust denga car menambahkan NaOH 0,1 M sampai pH mencapai 7. Asam borat merupakan asam lemah dan borax merupakan garam, yang keduanya berfungsi sebagai pelarut yang isotonis dan larutan dapar. Larutan dapar ini menetralkan pH pada tetes mata agar sesuai dengan cairan mata sehingga mencegah dari ketidak nyamanan, mengurangi rasa sakit, menjaga stabilnya obat dalam larutan, dan juga sebagai kontrol aktivitas terapeutik. Larutan dapar merupakan larutan yang digunakan untuk meniadakan perubahan pH dengan penambahan sedikit asam atau basa. Selanjutnya, pembuatan sediaan tetes mata. Ditimbang kloramfenikol sebanyak 0,075 gram kemudian dilaarutkan dengan larutan dapar yang telah dibuat dengan dibantu dengan pemanasan 50 – 60 oC. Setelah homogen, larutan tersebut dilarutkan kembali kedalam larutan fenil merkuri nitrat ad volume 15 mL. Selanjutnya larutan disaring dengan menggunakan kertas saring sebanyak 2 kali. Filtrat yang didapatkan kemudian disaring kembali dengan menggunakan membran filter 0,45 µm. Sterilisasi dilakukan untuk menghilangkan partikel asing yang terdapat dalam larutan. Selanjutnya larutan diuji pH nya dengan menggunakan stik pH. Kemudian dimasukkan ke dalam wadah obat tetes mata sebanyak 10 mL. Pada hasil percobaan didapatkan nilai pH 7-8 sesuai dengan nilai pH yang diharapkan untuk larutan tersebut isohidris. Isohidris adalah larutan yang pH larutan sediaan sama dengan pH darah dan cairan tubuh lain yaitu pH = 7,4. Untuk kejernihan hasilnya larutan yang telah dibuat jernih dan tidak ada partikel asing dan tidak ada kebocoran karena wadah ditutup dengan rapat.



Kesimpulan Dari hasil praktikum yang telah dilakukan maka kesimpulan yang didapat adalah a. Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspense yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lender mata di sekitar kelopak mata dan bola mata. b. Sterilisasi yang digunakan yaitu dengan menggunakan metode sterilisasi LAF c. Sediaan obat tetes mata steril yang dibuat memiliki pH = 6,0