Pembuatan Sabun Padat Acara 8 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEMBUATAN SABUN PADAT Risky Bima Purnawan, 21728, STIPP A ABSTRAK Sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan mereaksikan secara kimia antara basa natrium atau basa kalium dan asam lemak Semakin tinggi angka yang ditunjukkan pada skala pengukuran penetrometer maka sabun semakin keras. Karakteristik busa sabun dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu adanya bahan surfaktan, penstabil busa, dan bahan-bahan penyusun sabun cair lainnya. Pada tabel Analisis penetrometri pada produk blanko didapatkan hasil akhir rerata 199 mm/mg.Sec, sedangkan pada produk sampel 1 dan 2 didapatkan hasil rerata berjumlah 224,666 mm/mg.Sec dan 243,333 mm/mg.Sec. Pada Analisi Foamability/ Ketahanan Busa pada produk sampel didapatkan ketahanan busa dengan jumlah 84% dan pada blanko didapatkan ketahanan busa dengan jumlah 87,5 %.Selain itu didapatkan sebuah perbedaan yang di mana pada kelompok A dalam peroses pembuatan sabun untuk bahan Arkali di masukan semua dan sedangkan pada kelompok B tidak dimasukan semua yang di mana fungsi Arkali pada peroses pembuatan sabun untuk membuat tekstur pada sabun menjadi keras dan tidak lunak. kriteria stabilitas busa yang baik yaitu, apabila dalam waktu 5 menit diperoleh kisaran stabilitas busa antara 60-70%. Pada percobaan ini dalam waktu 5 menit didapatkan kadar busa antara 84%87,5%, hal ini sudah memenuhi persyaratan. Parameter yang digunakan adalah dengan melihat tinggi busa sabun padat pada tabung reaksi dan diamati penurunan busa tiap 5 menit pada kedua produk sampel dan blanko Kata Kunci: Arkali, Ketahanan Busa, Minyak, Penetrometer, Tekstur PENDAHULUAN Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci baik pakaian, perabitan, badan dan lainnya. Sabun bisa digunakan untuk meningkatkan efektivitas masyarakat jika masyarakat mau berusaha untuk menciptakan hal-hal yang baru, comtohnya pembuatan sabun cair ini yang menggunakan sabun batang. Apalagi, saat pandemi seperti ini pasti semua orang akan membutuhkan yang namanya sabun untuk mencuci tangan. Di sini kita dapat melihat peluang besar dari hal-hal yang kita tidak duga sebelumnya. Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan peluang besar yang kita miliki serta ide kreativitas yang kita miliki dapat digunakan dengan sebaik mungkin (Amalia, 2018) Sabun sebagai salah satu kebutuhan utama untuk mendapatkan standar kebersihan yang baik dalam kehidupan sehari-hari termasuk ke dalam kebutuhan pokok. Tetapi, sebenarnya sabun termasuk ke dalam kebutuhan primer. Pemenuhan akan sabun seringkali dianggap sebagai kebutuhan sekunder, karena kebutuhan primer (sandang, pangan, papan) merupakan kebutuhan yang wajib untuk dipenuhi setiap hari. Konsumsi sabun yang terus menerus setiap harinya, menyebbakan kebituhan pengandaan sabun yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sabun mempunyai kemampuan untuk mengemulsi berupa kotoran berminyak yang mana dapat dibuang dengan cara pembilasan (Sari, 2010) Sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan mereaksikan secara kimia antara basa natrium atau basa kalium dan asam lemak yang berasal dari minyak nabati atau lemak menjadi asam lemak bebas dan gliserol melalui proses saponifikasi. Sabun dibuat untuk membersihkan diri dari kotoran yang umumnya ditambahkan zat pewangi atau antiseptik (Hernani, 2005). Untuk meningkatkan kualitas, sabun mandi dapat diberi bahan tambahan yang mengandung vitamin dan berbagai macam nutrisi yang dibutuhkan kulit, selain itu juga dapat ditambahkan bahan aktif yang mampu mengurangi mikroorganisme patogen pada kulit (Putri, 2017)



Sediaan farmasi yang dapat digunakan untuk menjaga kesehatan kulit salah satu diantaranya ialah sabun. Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak atau lemak alami (Dimpundus dkk, 2017) Jenis dan perbandingan minyak yang digunakan memiliki pengaruh yang nyata terhadap kadar air sabun padat yang dihasilkan, namun tidak memiliki pengaruh terhadap kadar asam lemak bebas dan persentasi busa (Choir, 2015). Saponifikasi merupakan proses yang bertujuan untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak untuk direaksikan dengan basa sehingga terbentuk sabun. Dua komponen utama penyusun sabun adalah asam lemak dan alkali. Pemilihan jenis asam lemak menentukan karakteristik sabun yang dihasilkan, karena setiap jenis asam lemak akan memberikan sifat yang berbeda pada sabun (Widiyanti, 2009). Lemak atau minyak biasa digunakan dalam pembuatan sabun adalah coconut oil, palm kernel oil (minyak inti sawit), tallow, palm stearin, atau palm oil (minyak kelapa sawit). Lemak atau minyak dengan persentase tertinggi mengandung asam laurat dan asam miristat akan menghasilkan sabun mempunyai sifat mudah larut dalam air dingin dan mempunyai sifat pembusaan yang baik. Sedangkan lemak seperti tallow dan palm stearine atau palm oil yang mengandung persentase tertinggi asam lemak jenuh rantai panjang menghasilkan sabun yang bersifat keras dan sulit berbusa (Ketaren, 1986). Pengukuran kekerasan sabun karika dilakukan menggunakan alat penetrometer saku. Semakin tinggi angka yang ditunjukkan pada skala pengukuran penetrometer maka sabun semakin keras (Ainiyah, R. 2020) Karakteristik busa sabun dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu adanya bahan surfaktan, penstabil busa, dan bahan-bahan penyusun sabun cair lainnya (Arlianti, 2018) BAHAN DAN METODE Alat Adapun alat yang digunakan dalam praktikum pembuatan sabun padat yaitu hand blender, wadah plastik atau gelas takar 2 L, gelas takar 1 L, gelas takar 500 mL sebanyak 3 buah, bealer gelas 500 mL, pengaduk, solet, spatula, dan cetakan sabun. Alat yang digunakan dalam analisis penetrometri yaitu Humboldt Universal Penetrometer H-1200 AND H-1250 alas sampel, kertas tissue. Sedangkan alat yang digunakan dalam tahap analisis foamability atau ketahanan busa yaitu 1 set unit vorteks dan stopwatch. Bahan Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum pembuatan sabun padat yaitu minyak goreng kelapa sawit 275 gram, minyak kelapa 200 gram, minyak zaitun 25 gram, NaOH, aquades, fragrance/minyak atsiri 10 mL, pewarna (dapat menggunakan pewarna makanan, atau pewarna alami seperti RPO), zat aditif seperti arang aktif. Sedangkan bahan yang dibutuhkan selama analisis penetrometri dan analisis ketahanan busa adalah sabun padat. Metode Pembuatan Sabun Padat Tahapan proses pembuatan sabun yaitu pertama-tama buatlah larutan alkali dengan cara melarutkan 75,1 gr NaOH ke dalam 190 gr akuades, aduk hingga larut dan diamkan hingga suhu 25-30 C. Campurkan 275 gr minyak goreng kelapa sawit, 200 gr minyak kelapa dan 25 gr minyak zaitun ke dalam wadah plastik/gelas takar 1 L, aduk dengan menggunakan hand blender. Tambahkan sedikit demi sedikit larutan alkali ke dalam campuran minyak, lakukan pengadukan hingga tercapai kondisi trace. Setelah kondisi trace tercapai, tuang ke dalam gelas takar kecil untuk membuat sabun dengan berbagai varian. Tambahkan fragrance, pewarna atau zat aditif, aduk hingga merata. Tuang ke dalam cetakan sabun. Diamkan sabun selama 1 hari, keluarkan



sabun dari cetakan. Simpan sabun dalam tempat terbuka atau diangin-anginkan selama minimal 3 minggu sebelum sabun digunakan. Analisis Penetrometri Dalam melakukan analisis penetrometer dilakukan langkah-langkah yaitu memasang jarum penetrometer pada alat. Lihat jarum pembacaan pada posisi 0, dan tombol penekan jarum lancar. Siapkan sampel pada posisi pas di bawah jarum. Lepaskan jarum dengan cara menekan tombol jarum. Baca kedalaman tusukan jarum pada sampel dengan melihat skala pembacaan. Ulang 5 kali pada posisi yang berbeda, kemudian dirata-rata, semakin dalam berarti tekstur semakin lunak. Setelah selesai, jarum dilepas dan dicuci dengan alkohol agar tidak berkarat dan simpan pada keadaan kering. Analisis Foamability/Ketahanan Busa Tahapan proses analisis foamability yaitu larutkan 1 mg sabun ke dalam 1 ml akuades. Lalu aduk sampai larut dengan vorteks selama 30 menit. Setelah 30 menit, catat tinggi busa yang terbentuk (a ml). Kemudian biarkan busa selama 5 menit. Setelah 5 menit, catat tinggi busa yang terbentuk (b ml). Hitung foamability atau kestabilan busanya.. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan yang didapat ialah Sabun adalah garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari asam-asam lemak. Sabun mengandung garam C16 dan C18 namun dapat juga mengandung beberapa karboksilat dengan bobot atom lebih rendah. Sekali penyabunan itu telah lengkap, lapisan air yang mengandung gliserol dipisahkan, dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan. Gliserol digunakan sebagai pelembab dalam tembakau, industri farmasi dan kosmetik. Sifat melembabkan timbul dari gugus hidroksil yang dapat berikatan hidrogen dengan air dan mencegah air itu menguap (Ralph J. Fesenden, 1992) Selain itu Sabun dapat dibuat dari minyak (trigliserida), asam lemak bebas (ALB) dan metil ester asam lemak dengan mereaksikan basa alkali terhadap masing-masing zat, yang dikenal dengan proses saponifikasi. Salah satu minyak yang bisa digunakan pada pembuatan sabun yaitu minyak kelapa sawit. Jika dibandingkan dengan minyak nabati lain, minyak kelapa sawit memiliki keistimewaan tersendiri, yakni rendahnya kandungan kolesterol dan dapat diolah lebih lanjut menjadi suatu produk yang tidak hanya dikonsumsi untuk kebutuhan pangan tetapi juga memenuhi kebutuhan non pangan (oleokimia) seperti sabun. (Permono, 2001) Tabel SNI Sabun



Pada tabel SNI sabun didapatkan hasil pengamatan yang di mana dapat dilihat bahwa kandungan kadar air menurut Standar Nasional Indonesia pada sabun adalah 15%, sedanglan kandungan jumlah asam lemak berjumlah >70%, untuk kandungan alkali bebasnya berjumlah 0,1%, pada asam lemak bebas 2,5-7,5%, untuk minyak mineral memiliki jumlah negative Tabel 1. Analis Penetrometri



Produk Blanko



Ulangan 1 182



Ulangan 2 189



Ulangan 3 226



Rerata 199 mm/mg.Sec



Sampel 1



284



271



119



224,666 mm/mg.Sec



Sampel 2



308



302



120



243,333 mm/mg.Sec



Pada tabel ke 1. Analisis penetrometri didapatkan hasil pada produk blanko pada ulangan 1 sampai 3 didapatkan hasil 182, 189, 226 dengan rerata yang didapat 199mm/mg.sec, pada produk sampel 1 dan 2 didapatkan juga dari 3 proses ulangan yang di mana pada sampel sampel 1 , 284, 271, 119 dengan rerata 224,666mm/mg.Sec, pada sampel 2 , 308, 302, 120 dengan hasil akhir rerata 243,333mm/mg.Sec. Pada analisis penetrometri didapatkan perbandiangan antara sampel dengan blanko yang di mana pada sampel 1 dan 2 memiliki tekstur yang relatif beda dari blanko yang di mana pada blanko memiliki tekstur lebih lunak dibandingkan dengan sampel 1 dan 2 Tabel 2. Analisi Foamability/ Ketahanan Busa Produk Tinggi Busa sebelum Tinggi busa setelah 5 menit 5 menit



Ketahan Busa



Sampel



1,8 cm



1,5 cm



84 %



Blanko



0,8 cm



0,7 cm



87,5 %



Pada tabel ke 2 Analisi Foamability/ Ketahanan Busa didapatkan hasil pada produk sampel untuk tinggi busa sebelum 5 menit didapatkan hasil 1,8cm, sedangkan tinggi busa setelah 5 menit didapatkan hasil 1,5cm dengan ketahanan busa pada produk sampel memiliki ketahanan busa dengan jumlah 84%, pada produk blanko jumlah tinggi busa seblum 5 menit didapatkan hasil 0,8cm, sedangkan tinggi busa setelah 5 menit didapatkan hasil 0,7cm , pada ketahanan busa pada produk blanko didapatkan hasil ketahanan busa dengan nilai 87,5%. Selain itu didapatkan sebuah perbedaan yang di mana pada kelompok A dalam peroses pembuatan sabun untuk bahan Arkali di masukan semua dan sedangkan pada kelompok B tidak dimasukan semua yang di mana fungsi Arkali pada peroses pembuatan sabun untuk membuat tekstur pada sabun menjadi keras dan tidak lunak. kriteria stabilitas busa yang baik yaitu, apabila dalam waktu 5 menit diperoleh kisaran stabilitas busa antara 60-70%. Pada percobaan ini dalam waktu 5 menit didapatkan kadar busa antara 84%-87,5%, hal ini sudah memenuhi persyaratan. Parameter yang digunakan adalah dengan melihat tinggi busa sabun padat pada tabung reaksi dan diamati penurunan busa tiap 5 menit pada kedua produk sampel dan blanko



KESIMPULAN



Adapun kesimpulan yang didapat ialah Sabun dapat dibuat dari minyak (trigliserida), asam lemak bebas (ALB) dan metil ester asam lemak dengan mereaksikan basa alkali terhadap masingmasing zat, yang dikenal dengan proses saponifikasi. Selain itu pada tabel SNI sabun didapatkan hasil pengamatan yang di mana dapat dilihat bahwa kandungan kadar air menurut Standar Nasional Indonesia pada sabun adalah 15%, sedanglan kandungan jumlah asam lemak berjumlah >70%, untuk kandungan alkali bebasnya berjumlah 0,1%, pada asam lemak bebas 2,5-7,5%, untuk minyak mineral memiliki jumlah negative. Pada tabel ke 1. Analisis penetrometri didapatkan hasil pada produk blanko pada ulangan 1-3 didapatkan hasil akhir rerata 199 mm/mg.Sec, sedangkan pada sampel 1 dan 2 dengan ulangan 1-3 didapatkan hasil akhir rerata 224,666 mm/mg.Sec dan 243,333 mm/mg.Sec. Pada tabel ke 2 Analisi Foamability/ Ketahanan Busa didapatkan hasil pada blangko dan sampel didapatkan tinggi ketahanan busa sebelum dan sesudah selama 5 menit 84 % dan 87,5 % yang dimana kriteria stabilitas busa yang baik yaitu, apabila dalam waktu 5 menit diperoleh kisaran stabilitas busa antara 60-70%. Pada percobaan ini dalam waktu 5 menit didapatkan kadar busa antara 84%-87,5%, hal ini sudah memenuhi persyaratan. Parameter yang digunakan adalah dengan melihat tinggi busa sabun padat pada tabung reaksi dan diamati penurunan busa tiap 5 menit pada kedua produk sampel dan blanko



DAFTAR PUSTAKA



Ainiyah, R., Riniutam, C. (2020). Formulasi sabun karika (Carica pubescens) sebagai sabun kecantikan dan kesehatan. Universitas Yudharta Pasuruan, Pasuruan, Indonesia. Amalia, & Rizka. (2018). Produksi Sabun Cuci Piring Sebagai Upaya Peningkatan Efwktivitas Dan Peluang Wirausaha. Jurnal Metana. Vol. 14(1). Arlianti, D. (2018). Penggunaan Kitosan Silver Sebagai Pengisi dalam Pembuatan Sabun Transparan Antibakteri. Universitas Sumatera Utara. Medan Choir, I. (2015). Formulasi Sabun Padat Dengan Menggunakan Minyak Kelapa dan Minyak Kakao. Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Dimpundus, S.A., Vaulina, V.Y.Y., dan Adithya Yudistira. (2017). Formulasi Sediaan Sabun Cair Antiseptik Ekstrak Etanol Bunga Pacar Air (Impatiens balsamina L.) dan Uji Efektivitasnya Terhadap Bakteri Staphylococcus aureussecara In Vitro. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi. 6 (3) : 1-2. Hernani, & Rahardjo. (2005). Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Jakarta: Penerbar Swadya Ketaren, S. (1986). Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Edisi I. Cetakkan Pertama. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Halaman 250. Putri, W. E. S. (2017). The quality of transparent soap with addition of moringa leaf extract. 1st International Conference on Social, Applied Science and Technology in Home Economics Permono, A. 2001. Pembuatan Sabun Mandi Padat. Swadaya. Jakarta Sari, &Tuti Indah. (2010). Pembuatan Sabun Padat Dan Sabun Cair Dari Minyak Jarak. Jurnal Teknik Kimia. No. 1, Vol. 17 Widiyanti, Y. 2009. Kajian Pengaruh Jenis Minyak terhadap Mutu Sabun Transparan. Laporan Penelitian. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian IPB.



LAMPIRAN



Diagram Alir Pembuatan Sabun Padat 



Diagram Alir Analisis Penetrometri



Diagram Alir Analisis Foamability/Ketahanan Busa



Gambar Praktikum



Bukti Jurnal



jurnal 1.



Jurnal 2.



Jurnal 3



Jurnal 4



Jurnal 5



Jurnal 6



Jurnal 7



Jurnal 8



Jurnal 9



Jurnal 10