Pemerian PCT [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Putri
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB II TINJAUAN PUST AKA



2.1. Tablet Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja yang dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan. Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah kedalam lubang cetakan. ( Ditjen POM, 1995 ) Macam-macam tipe tablet (Anief, 1986 ) yaitu: •



Tablet bukal Cara memakainya dengan jalan dimasukkan diantara pipi dan gusi dalam rongga mulut. Biasanya tablet berisi hormon steroid. Absorpsi terjadi melalui mukosa mulut masuk peredaran darah. Misalnya : pogestron.







Tablet sublingual Cara memakainya dengan jalan dimasukkan dibawah lidah. Biasanya tablet berisi hormon steroid. Penyerapan seperti tablet bukal, yaitu melalui mukosa mulut masuk peredaran darah. Misalnya: tablet Gliseril trinitrat.



Universitas Sumatera Utara







Tablet hipodermik Tablet yang mudah larut dalam



air.



Dilarutkan



dalam



aqua yang



digunakan sebagai injeksi untuk disuntikkan dibawah kulit. Contohnya : Codein sulfat •



Tablet implantasi Tablet kecil berupa pellet, bulat atau oval pipih, steril dan berisi hormon steroid untuk dimasukkan dalam kulit badan (implantasi). Contoh : susuk KB testosteron







Tablet vagina Tablet yang digunakan dengan memasukkan kedalam vagina, berbentuk oval dan mudah hancur dalam vagina.







Tablet bersalut Tablet yang disalut dengan lapisan tipis dari gula atau zat lain. Pada pembuatan tablet diperlukan zat tambahan yaitu :



1. Bahan pengisi Bahan pengisi digunakan untuk memperbesar volume tablet biasanya digunakan saccharum lactis, amylum manihot, calcii phosphas, calcii carbonas dan zat lain yang cocok. 2. Bahan pengikat Bahan pengikat digunakan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat, biasanya yang digunakan adalah mucilago gummi arabici 10-20 % ( panas ), solutio methylcellulosum 5 %.



Universitas Sumatera Utara



3. Bahan penghancur Bahan penghancur digunakan agar tablet dapat hancur dalam lambung, biasanya yang digunakan adalah amylum manihot kering, gellatinum, agaragar, natrium alginat. 4. Bahan pelicin Bahan pelicin digunakan agar tablet tidak lekat pada cetakan, biasanya digunakan talkum 5 %, magnesium stearat, acidum stearinicum. ( Anief, 1994)



2.2. Pengertian dan Efek Terapi Parasetamol Parasetamol mempunyai kerja yang serupa dengan fenasetin dengan khasiat analgetik dan antipiretik yang sama ( sedikit lebih lemah dari asetosal). Sifat-sifat farmakokinetiknya lebih kurang sama dengan fenasetin, efek sampingnya lebih ringan, khususnya tidak nefrotoksis dan tidak menimbulkan euphoria dan ketergantungan psikis. Tidak menimbulkan perdarahan lambung seperti asetosal, maka pada tahun-tahun terakhir parasetamol banyak sekali digunakan di Indonesia sebagai analgetikum-antipiretikum yang aman. Namun penggunaannya tetap harus hati-hati, karena dosis 6-12 gram sudah dapat merusak hati secara fatal. Hal ini disebabkan oleh karena terbentuknya metabolit toksis di dalam hati. Keuntungan lain dari parasetamol dibandingkan dengan fenasetin adalah kelarutannya didalam air, sehingga dapat digunakan dalam sediaan-sediaan cair. Parasetamol/asetaminofen adalah suatu analgetik dan antipiretik, namun tidak memiliki kerja inflamasi dan diberikan pada individu yang tidak mampu



Universitas Sumatera Utara



mentoleransi hipersensitivitas. Merupakan suatu antipiretik yang paling selektif. Dibandingkan dengan aspirin, parasetamol diabsorpsi baik di usus, memiliki efek samping gastrointestinal yang lebih sedikit, dan tidak menimbulkan masalah perdarahan atau toksisitas pada ginjal. Obat ini ditoleransi dengan baik. Berbeda dengan aspirin yang dapat ditemukan dalam ASI, maka asetaminofen aman diberikan pada kehamilan. Peminum alkohol yang berat mungkin lebih mudah mengalami toksisitas hati pada dosis teraupetik. Nefropati analgesik seperti yang dilaporkan dengan pemakaian fenasetin, tidak merupakan masalah pada pemakaian asetaminofen. ( T. Declan Wash, 1997 ) Efek anti inflamasi dari parasetamol sendiri sangat lemah, oleh karena itu parasetamol tidak dipergunakan sebagai antireumatik. Efek iritaSi, erosi dan pendarahan lambung tidak terlihat pada obat ini. Demikian juga gangguan pernafasan dan keseimbangan basa. (lan Tanu, dkk, 1986 )



2.3. Analgetik - Antipiretik Analgetik (obat penghilang rasa nyeri) ialah obat yang digunakan untuk mengurangi atau menekan rasa sakit, misalnya rasa sakit kepala, perut, gigi dan sebagainya tanpa menghilangkan kesadaran penderita. Karena khasiat obat analgetik ini dapat mengurangi rasa sakit atau nyeri, maka obat analgetik ini menjadi sangat umum dan disegani oleh masyarakat. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala, nyeri harus dianggap sebagai isyarat bahaya tentang adanya gangguan jaringan, seperti peradangan, infeksi kuman, atau kejang otot. ( Tjay, 2002 )



Universitas Sumatera Utara



Menurut Widjajanti ( 1998 ) secara umum obat analgetik ini dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu: a. Analgetik Narkotik Analgetik Narkotik mempunyai sifat analgetik dan hipnotik ( menyebabkan kesadaran berkurang seperti bermimpi indah ). Yang termasuk golongan ini adalah alkaloid golongan opium seperti morfin, pethidin, methadone dan lainlain. b. Analgetik Non-narkotik Analgetik Non-narkotik disebut juga dengan anlgetik antipiretik. Analgetik golongan ini selain dapat mengurangi rasa sakit juga dapat menurunkan panas badan. Obat analgetik antipiretik terdiri atas empat golongan yaitu golongan salisilat (aspirin asetosal), golongan para-aminofenol (parasetamol), golongan pirazolon ( metamizol ), dan golongan asam (asam mefenamat). Antipiretik adalah golongan obat yang dipergunakan untuk menurunkan panas tubuh bila demam. Cara kerja antipiretik antara lain dengan melebarkan pembuluh darah di kulit, sehingga terjadi pendinginan darah oleh udara luar. Sebagian obat antipiretik juga merangsang keringat, penguapan keringat turut menurunkan suhu badan. Obat antipiretik pada umumnya digunakan untuk mengobati penyakit dengan gejala demam dan nyeri seperti influenza. Jadi, analgetik antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa sakit dan menurunkan suhu tubuh yang tinggi



Universitas Sumatera Utara



2.4.



Parasetamol



2.4.1. Sifat Fisika Kimia Rumus Bangun :



HO



NHCOCH 3



Rumus molekul



: C 8 H 9 NO 2



Nama Kimia



: 4-hidroksi asetanilida



Nama Lain



: Asetaminofen, p-acetamidophenol, N-acetilpaminophenol (NAPAP)



Berat Molekul



: 151,16 : serbuk



Pemerian



: Serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit



Kelarutan



: Larut dalam air mendidih dan dalam natrium Hidroksida 1 N



Jarak Lebur



: antara 168oC dan 170° C



Sisa Pemijaran



: Tidak lebih dari 0,1 % (Dirjen POM, 1995)



2.4.2. Pemeriksaan Kualitatif Parasetamol Ada beberapa pemeriksaan kualitatif yang dapat dilakukan terhadap parasetamol, antara lain: •



Larutan parasetamol memberikan reaksi positif dengan Besi (III) Klorida yaitu dengan menghasilkan warna violet



Universitas Sumatera Utara







Parasetamol dengan penambahan HNOs (p) akan menghasilkan warna merah cokelat yang disertai gas.







Larutan parasetamol dengan penambahan aqua brom akan menghasilkan warna kuning jingga.







Parasetamol



dengan



penambahan



H2SO4



(p)



dan



HNOs



akan



menghasilkan endapan kuning jingga disertai gas. •



Parasetamol dengan penambahan HC1 (p) akan menghasilkan warna kuning jingga disertai gas. (Scunack, 1990 )



2.4.3.



Penetapan Kadar Parasetamol Ada beberapa cara penetapan kadar Parasetamol, yaitu :



1. Metode Nitrimetri Parasetamol setelah dihidrolisa dengan asam sulfat 10 % akan membentuk senyawa p-aminofenol yang dapat membentuk garam diazonium dengan natrium nitrit dalam suasana asam. Titik akhir titrasi dapat ditentukan dengan pemakaian indikator luar ( kertas kanji KI ) atau indikator dalam yaitu campuran treopeolin 00 dan metilen blue. 2. Metode Spektrofotometri Parasetamol dapat ditentukan kadarnya dengan mengukur serapannya pada panjang gelombang tertentu. Dalam pelarut methanol diukur pada panjang gelombang 247 nm, dalam pelarut Asam Klorida 0,1 N, pada 240 nm dalam pelarut Natrium Hidroksida pada 250 nm.



Universitas Sumatera Utara



NITRIMETRI Nitrimetri adalah suatu cara titrasi yang memakai larutan Natrium Nitrit sebagai pentiter. Disebut cara diazotasi, karena dalam titrasi ini terbentuk garam diazonium. Metode nitrimetri digunakan untuk menetapkan kadar senyawa yang mempunyai gugus amina aromatis primer atau senyawa yang dapat diubah menjadi amina aromatis primer. Parasetamol dihidrolisa terlebih dahulu dengan H 2 SO 4 10 % sehingga terjadi suatu senyawa amina aromatis primer yang dapat membentuk diazonium



dengan penambahan NaNQa dalam



garam



suasana asam.Reaksi amina



primer aromatis dengan N a NC 2 dalam suasana asam dapat berjalan kuantitatif dan garam diazonium yang terbentuk larut dalam air. Titik akhir titrasi dapat ditentukan dengan pemakaian indikator luar dan indikator dalam. •



Pemakaian indikator luar Indikator yang digunakan adalah kertas kanji KI yang akan memberi warna biru.







Pemakaian indikator dalam Merupakan indikator yang terdiri dari campuran treopeolin 00 dan metilen biru dengan titik akhir titrasi warna biru. Dalam melakukan titrasi keasaman larutan hams cukup besar. HC1



diperlukan untuk merubah NaNO2 menjadi asam nitrit, dan untuk membentuk garam diazonium. Penambahan larutan NaNC>2 harus dilakukan perlahan-lahan. Karena reaksi pembentukan garam diazonium berjalan lambat, maka tiap penambahan harus dikocok apalagi mendekati titik akhir. ( Salbiah, 1999 )



Universitas Sumatera Utara



SPEKTROFOTOMETRI Analisis kadar unsur penting bagi analisis kandungan mayor dan minor produk farmasi. Penggunaan spektroskopi dalam bidang ini telah menjadi subjek dari beberapa telaah. Logam merupakan kandungan mayor bagi beberapa sediaan farmasi, misalnya larutan dialisis, tablet Litium karbonat, tablet antasida dan multivitamin - mineral. Untuk bahan - bahan ini, analisis spektroskopi merupakan alat yang penting. Tidak dapat dihindari lagi penetapan cemaran logam runutan dalam produk farmasi, dan analisis kualitatif dan kuantitatif logam esensial dan beracun dalam cairan hayati dan jaringan. Selain itu beberapa obat yang tidak mengandung komponen logam dapat dianalisis secara tidak langsung dengan metode spektroskopi memakai reaksi pengkompleksan atau pengendapan. Spektroskopi memerlukan peralatan berbiaya murah sampai sedang dan mempunyai kepekaan analisis cukup tinggi. Karena luasnya ragam bahan farmasi dan bahan biokimia yang menyerap radiasi UV dekat dan sinar tampak, maka tekhnik ini banyak dipakai dalam analisis farmasi dan analisis klinik. (Analisis Farmasi, James w. Munson, 1991) Spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur transmitansi (+) atau absorbansi (A) dari suatu larutan sebagai fungsi panjang gelombang. Penetapan kadar dengan menggunakan Spektrofotometer sangat memegang peranan penting untuk penetapan kuantitatif bahan baku dan sediaan obat. Keuntungan yang selektif dari serapan ultraviolet yaitu gugus-gugus karakteristik dapat dikenal dalam molekul-molekul yang sangat kompleks (Analisis Farmasi, James w. Munson, 1991).



Universitas Sumatera Utara



Spektrofotometer ultraviolet dapat dilakukan untuk penetapan kadar terhadap sampel yang berupa larutan, gas atau uap. Untuk sampel yang berapa larutan perlu diperhatikan beberapa persyaratan pelarut yang dipakai, antara lain: a. Pelarut



yang



dipakai



tidak



mengandung



system



kata rangkap



terkonjugasi pada struktur molekulnya dan tidak berwarna. b. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang danalisis. c. Kemurniannya harus tinggi atau derajat untuk analisis.



Hal ini yang perlu diperhatikan dalam masalah pemilihan pelarut adalah polaritas pelarut yang dipakai, karena akan sangat berpengaruh terhadap pergeseran spectrum yang dianalisis. ( Analisis Farmasi, James w. Munson, 1991) Unsur-unsur terpenting dalam suatu Spektrofotometer meliputi: 1. SumberCahaya Dalam Spektrofotometer serapan UV - Vis terdapat tiga jenis utama sumber cahaya. Sumber-sumber UV yang sering digunakan adalah lampu peluah, lampu benang pijar dan laser bertala. Lampu luah hidrogen memancarkan radiasi dari 200 - 360 nm. Lampu benang pijar dipakai pada sumber spektrum daerah sinar tampak. Laser dapat diartikan dengan penguatan cahaya dengan pancaran atau radiasi terangsang. 2. Monokrom Merupakan suatu alat untuk mengisolasi suatu berkas sempit dari panjang gelombang dari spektrum luas yang disiarkan oleh sumber atau untuk mengubah sinar polikromatis menjadi sinar monokromatis.



Universitas Sumatera Utara



3. Tempat Sampel atau Wadah Kuvet yang digunakan adalah untuk tempat sampel pada pengukuran di daerah ultraviolet biasanya terbuat dari silika. . 4. Detektor Merupakan penyerap sinar yang melaluinya serta mengubah sinar tersebut ke suatu sasaran yang dapat diukur. Detektor yang biasa digunakan adalah sinar ultraviolet dan sinar tampak dalam tabung foto. 5. Perangkat Baca Perangkat baca adalah peralatan listrik yang menampilkan arus dari detektor dalam, satuan yang bertalian (misalnya daya serap atau persentase transmitans pada spektrofotometer UV - Vis). Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mencari panjang gelombang maksimum dari zat yang akan ditetapkan kadarnya. Ini dapat dilihat dari farmakope Indonesia, farmakope Negara lain, pada buku Clarke's : Isolation and Identification of Drugs ataupun buku-buku resmi lainnya. Untuk mencari panjang gelombang maksimum biasanya dibuat larutan dengan konsentrasi 10-20 meg/ml ataupun larutan dengan konsentrasi yang lain sesuai dengan harga A’l ( E 1 % 1cm ) dari buku Clarke’s yang dibuat dari pengenceran larutan baku indeks pembanding. Panjang gelombang maksimum ini akan kita dapatkan setelah dilakukan pengukuran serapan pada berbagai panjang gelombang dan dibuat kurva absorbsinya dimana yang dipilih adalah panjang gelombang dengan absorbsi terbesar.



Universitas Sumatera Utara



Untuk langkah-langkah selanjutnya pengukuran dapat dilakukan dengan 2 cara: a. Menggunakan persamaan garis regresi Pembuatan kurva kalibrasi dilakukan dengan mengukur resapan dari larutan induk yang sudah diencerkan paling sedikit untuk 5 kali resapan. Pengukuran harus dilakukan dalam batas - batas resapan yang diizinkan oleh hokum Lambert - beer yaitu berada pada batas : A = 0,2 - 0,65. Dari kurva kalibrasi ini dapat diperoleh persamaan garis regresinya : Y = ax + b Dimana : a=



∑ xy − (∑ x)(∑ y) / n ∑ x − (∑ x ) / n 2



2



X



= konsentrasi (meg / ml)



y



= resapan



n



= banyaknya pengukuran resapan yang dilakukan



Jika harga a telah didapat maka harga b akan didapat pula dan dengan demikian akan diperoleh persamaan garis regresinya. Kadar zat yang akan ditentukan dapat diperoleh dengan mengukur resapan zat tersebut pada panjang gelombang maksimumnya dan kemudian harganya dimasukkan pada persamaan garis regresinya. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana hubungan antara kadar (x) dengan resapan (A) untuk pengukuran koefisien korelasi (r), dimana harga r yang diperoleh harus mendekati harga 1 (satu).



Universitas Sumatera Utara



b. Menggunakan Perbandingan Metode perbandingan ini memiliki persamaan : A pembanding = A sampel C pembanding



C sampel



Sehingga: C Sampel = C Pembanding x A sampel A Pembanding Kadar zat yang akan ditentukan dapat diperoleh dengan mengukur resapan zat tersebut pada panjang gelombang maksimumnya dan harga yang akan diperoleh dimasukkan dalam persamaan diatas. Metode ini dapat digunakan dengan syarat harga A sampel berdekatan dengan harga A pembanding (Analisis Farmasi, James w. Munson, 1991 )



2.4.4. Persyaratan Kadar Tablet Parasetamol Tablet parasetamol mengandung Parasetamol tidak kurang dari 90 % dan tidak lebih dari 110,0 % dari jumlah yng tertera dari etiket. ( Ditjen POM, 1995 )



2.4.5. Farmakodinamik Efek analgesik parasetamol yaitu menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang, juga menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme berdasarkan efek sentral. Efek anti - inflamasi sangant lemah, oleh karena itu parasetamol tidak digunakan antirheumatik. Efek iritasi dan pendarahan lambung tidak terliahat pada obat ini, demikian juga gangguan pernapasan. (Ganiswara, 1995)



Universitas Sumatera Utara



2.4.6. Farmakokinetik Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Kontraksi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu setengah jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar keseluruh cairan tubuh. Dalam plasma, parasetamol di metabolisme oleh enzim mikrosom hati. Obat ini dapat mengalami hidroksilasi, metabolisme hidroksilasi ini dapat menimbulkan hemolisis eritrosit. Sebagian kecil parasetamol (3%) diekskresi melalui ginjal dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi. ( Ganiswara, 1995 )



2.4.7. Indikasi Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgetik dan antipiretik. Jika Dosis terapi tidak memberikan manfaat, biasanya dosis besar tidak menolong. (Ganiswara, 1995).



2.4.8. Sediaan Parasetamol tersedia sebagai obat tunggal, berbentuk tablet 500 mg atau sirup yang mengandung 120 mg/5ml. Selain itu parasetamol terdapat sebagai sediaan kombinasi tetap, dalam bentuk tablet maupun cairan. Dosis parasetamol untuk dewasa 300 mg - 1 gr setiap kali konsumsi, dan maksimum 1- 2 gr perhari, untuk anak 1-6 tahun 60-120 mg setiap kali konsumsi dan bayi dibawah 1 tahun : 60 mg setiap kali konsumsi. ( Ganiswara, 1995 )



2.4.9. Efek Samping Efek samping jarang terjadi, tapi pada penggunaan kronis 3-4 gr sehari dapat terjadi kerusakan hati, pada dosis diatas 6 gr mengakibatkan necrose hati. (Tjay,2002).



Universitas Sumatera Utara