Pemeriksaan IVA [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Papilloma Virus (HPV) adalah infeksi seksual yang paling banyak terjadi di dunia. Terjadi pada sebanyak 75% perempuan yang aktif secara seksual (Groopman 1999). Walaupun infeksi HPV tersebar luas, hanya sedikit orang yang tahu bahwa terinfeksi karena penyakit ini jarang menimbulkan gejala. Diperkirakan setiap 1 juta perempuan yang terinfeksi, sekitar 10% nya (100.000) akan mengalami perubahan pra-kanker jadi jaringan ikat leher rahim (dysplasia). Dari kelompok perempuan tersebut, sekitar 8% (8000) akan menjadi kanker awal terbatas pada lapisan luar sel-sel leher rahim Carsinoma In Situ (CIS), dan sekitar 1.600 akan berkembang menjadi kanker ganas (invasive cancer) bila lesi pra kanker atau CIS tidak terdeteksi dan tidak diobati. Kanker leher rahim merupakan masalah kesehatan yang penting bagi wanita diseluruh dunia. Kanker ini adalah jenis kanker kedua yang paling umum pada perempuan, dialami oleh lebih dari 1,4 juta perempuan diseluruh dunia (Farley et al.2001). Setiap tahun, lebih dari 460.000 kasus terjadi dan sekitar 231.000 perempuan meninggal karena penyakit tersebut. Di Indonesia berdasarkan data yang diperoleh kanker leher rahim menempati urutan kedua dari k anker pada wanita. Angka estimasi insiden rate kanker leher rahim di kota Solok terbilang cukup banyak. Kota Solok memiliki 4 puskesmas yang aktif, dimana target Dinas Kesehatan Kota Solok untuk lima tahun sebanyak 9.878 wanita yang tinggal diwilayah Kota Solok mengikuti pemeriksaan deteksi dini IVA, dan target satu tahunnya sebanyak 1.975 wanita. Sementara pada tahun 2010 hanya 84% wanita saja yang sudah melakukan pemeriksaan dini, dan pada tahun 2011



mengalami



peningkatan menjadi 382 (19%) wanita. Berdasarkan luas wilayah, jumlah sasaran, dan perbandingan persentase sasaran yang telah melakukan pemeriksaan IVA tahun 2014 di puskesmas Nan Balimo adalah sebesar 26,5 %. Selain kaitan antara HPV dan penyakit kanker, ada bukti yang terus



berkembang bahwa penderita HPV yang melakukan hubungan melalui anal dapat lebih berisiko tinggi karena lesi anal pra kanker serta kanker sel pipih (squamous cell cancer). Berdasarkan penelitian pada pria homoseksual, sekitar 60% yang 1



tidak menderira HIV (negative) membawa virus HPV, sementara hampir 95% yang menderita HIV positif HPV. Lebih lanjut, pria-pria tersebut terbukti membawa jenis papilloma virus yang sama (misalnya jenis 16 dan 18) yang menyebabkan kanker leher rahim. Akhirnya, perempuan dengan infeksi aktif dapat menyebarkan virus tersebut kepada bayi yang dilahirkan (tranmisi vertical). Pada saat melahirkan yang dapat menyebabkan virus papilloma pada bayi baru lahir dan kemungkinan terjadi laryngeal papilomatosis. Saat ini, tidak ada pengobatan untuk infeksi HPV. Setelah terinfeksi, seseorang sangat mungkin terinfeksi seumur hidupnya. Dalam banyak kasus, infeksi aktif dikendalikan oleh system kekebalan tubuh dan menjadi tidak aktif selama beberapa waktu. Namun demikian, tidak mungkin memprediksi apakah atau kapan virus tersebut akan aktif kembali. Sebuah penelitian terkini yang diikuti oleh lebih dari 600 mahasiswi untuk menguji adanya HPV selama 6 bulan. Setelah 3 tahun berlalu, infeksi HPV baru muncul pada lebih dari 40% perempuan tersebut. Sebagian besar infeksi berlangsung sekitar 8 bulan kemudian tidak aktif. Tetapi setelah 2 tahun, sekitar 10% perempuan tersebut masih membawa virus tersebut dalam vagina dan leher rahim. Dalam penelitian tersebut, infeksi yang berlanjut sebagian besar biasanya terkait dengan jenis HPV yang ganas dan terkait dengan kanker. Saat ini program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dilaksanakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan telah menjamin pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim berupa pemeriksaan IVA, pap smear, bahkan krioterapi. Namun deteksi dini kanker serviks dengan metoda IVA memang belum semua puskesmas di kabupaten maupun kota di Indonesia yang merealisasikannya. Salah satu kota yang telah merealisasikannya adalah Kota solok. Berdasarkan data diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang rendahnya cakupan wanita usia subur yang melakukan pemeriksaan IVA sebagai deteksi dini kanker serviks di Kota Solok khususnya wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo Tahun 2014.



1.2 Tujuan a. Tujuan Umum 1. Mengetahui tentang menejemen Puskesmas 2. Mengetahui tentang pelayanan umum di Puskesmas 2



3.



Mengetahui tentang program–program di Puskesmas b. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan wanita tentang kanker serviks dan pemeriksaan IVA sebelum dan sesudah diberikan intervensi. 2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap wanita terhadap kanker serviks dan pemeriksaan IVA sebelum dan sesudah diberikan intervensi. 3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tindakan wanita untuk melakukan pemeriksaan IVA sebelum dan sesudah diberikan intervensi. 4. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan wanita tentang kanker serviks dan pemeriksaan dini IVA setelah dilakukan intervensi 5. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap wanita terhadap kanker serviks dan pemeriksaan dini IVA setelah dilakukan intervensi



1.3 Manfaat 1. Meningkatkan kemampuan manajemen program pencegahan dan pemberantasan penyakit dalam upaya peningkatan derjat kesehatan wanita usia subur. 2. Dapat menyusun rencana usulan kegiatan program pencegahan dan pemberansan penyakit tahun berikutnya.



1.4 Ruang Lingkup Ruang lingkup dalam pembahasan masalah ini adalah mengenai gambaran manajemen program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) tentang Rendahnya Angka Kunjungan Pemeriksaan Iva di Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Tahun 2014.



3



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014, Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan 4



kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesahatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas tersebut, puskesmas menyelenggarakan fungsi yaitu penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama di wilayah kerjanya. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan. UKM esensial meliputi pelayanan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana, pelayanan gizi, dan pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) adalah suatu kegiatan dan atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perorangan. Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang : a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat. b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu c. Hidup dalam lingkungan sehat d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.



5



Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas puskesmas menyelenggarakan fungsi: 1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk: a. Melaksankan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan d. Menggerakkan masyarakat untuk



mengidentifikasi



dan



menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerja sama dengan sektor lain terkait e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas g. Memantau pelakasanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan cakupan pelayan kesehatan i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap system kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit. 2. Penyelengggaran UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk: a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif, berkesinambungan dan bermutu. b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif. c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang



mengutamakan



keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung. e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi, 6



f. Melaksanakan rekam medis g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses pelayanan kesehatan. h. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan i. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan vasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem rujukan. 2.2 Manajemen Manajemen adalah ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini manejemen mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisien dalam pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan manejerial. 2.2.1 Perencanaan a. Pengertian Perencanaan adalah suatu proses memulai dengan sasaran-sasaran, batasan strategi, kebijakan, dan rencana detail untuk mencapainya, mencapai organisasi untuk menerapkan keputusan, dan termasuk tinjauan kinerja dan umpan balik terhadap pengenalan siklus perencanaan baru (Steiner). Perencanaan merupakan fungsi terpenting dalam manajemen karena fungsi ini akan menentukan fungsifungsi manajemen lainnya. Perencanaan manajerial akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang dijalankan, siapa yang akan melakukan dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. b. Langkah-langkah Perencanaan Dalam perencanaan, terdapat beberapa langkah-langkah perencanaan yaitu sebagai berikut : 1) Analisa situasi 2) Mangidentifikasi masalah prioritas 3) Menentukan tujuan program 4) Mengkaji hambatan dan kelemahan program 5) Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO) 2.2.2



Pengorganisasian 7



a. Pengertian Pengorganisasian merupakan salah satu fungsi manajemen yang juga mempunyai peranan penting, melalui fungsi pengorganisasian seluruh sumber daya yang dimiliki oleh organisasi (manusia dan yang bukan manusia) akan diatur penggunaannya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan. Pengorganisasian



adalah



langkah



untuk



menetapkan,



menggolong-



golongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan menetapkan tugas-tugas pokok dan wewenang dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan staf dalam mencapai tujuan organisasi b. Manfaat Pengorganisasian Dengan mengembangkan fungsi pengorganisasian seorang manajer akan mengetahui: 1. Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok 2. Hubungan organisatoris antar manusia yang akan terjadi anggota atau staf organisasi 3. Pendelegasian wewenang. Manajer atau pimpinan akan melimpahkan wewenang kepada staf sesuai dengan tugas pokok yang diberikan kepadanya 4. Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi c. Langkah-langkah Pengorganisasian Ada lima langkah penting dalam pengorganisasian yaitu sebagai berikut : 1. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf 2. Membagi pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok untuk mencapai tujuan 3. Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan kegiatan yang praktis 4. Menetapkan kewajiban yang dilaksanakan oleh staf dan menyediakan fasilitas pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya 5. Mendelegasikan wewenang 2.2.3 Penggerakan dan Pelaksanaan a. Pengertian Fungsi manajemen ini merupakan fungsi penggerak semua kegiatan program (ditetapkan pada fungsi pengorganisasian) untuk mencapai tujuan program (yang dirumuskan dalam fungsi perencanaan). Fungsi manajemen ini



8



lebih menekankan bagaimana manajer mengarahkan dan menggerakkan semua sumber daya (manusia dan yang bukan manusia) untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. b. Tujuan dan Fungsi Pelaksanaan Tujuan pelaksanaan yaitu a. b. c. d.



Menciptakan kerja sama yang lebih efisien Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan staf Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan motivasi dan



prestasi kerja staf e. Memuat organisasi berkembang secara dinamis. 2.2.4 Pengawasan dan Pengendalian a. Prinsip Pengawasan Fungsi pengawasan dan pengendalian merupakan fungsi yang terakhir dari proses manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan ketiga fungsi perencanaan. Melalui fungsi pengawasan dan pengendalian, standar keberhasilan program yang dituangkan dalam bentuk target, prosedur kerja dan sebagainya harus selalu dibandingkan dengan hasil yang dicapai atau yang mampu dikerjakan oleh staf. Jika ada kesenjangan dan penyimpangan yang terjadi harus segera diatasi. Penyimpangan harus dapat dideteksi secara dini dicegah, dikendalikan atau dikurangi oleh pimpinan. Fungsi pengawasan dan pengendalian bertujuan agar penggunaan sumber daya dapat lebih diefesienkan, dan tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan program dapat lebih diefektifkan. b. Standar Pengawasan Standar pengawasan mencakup : 1. Standar norma. Standar ini dibuat berdasarkan pengalaman staf melaksanakan kegiatan program yang sejenis atau yang dilaksanakan dalam situasi yang sama di masa lalu. 2. Standar kriteria. Standar ini diterapkan untuk kegiatan pelayanan oleh petugas yang sudah mendapat pelatihan. Standar ini terkait dengan tingkat profesionalisme staf. c. Manfaat Pengawasan Fungsi pengawasan dan pengendalian dilaksanakan dengan tepat, organisasi yang akan memperoleh manfaatnya yaitu :



9



1. Dapat mempengaruhi sejauh mana kegiatan program sudah dilaksanakan oleh staf, apakah sesuai dengan standar atau rencana kerja, apakah sumber dayanya sudah digunakan sesuai dengan yang sudah ditetapkan. Dalam hal ini, fungsi pengawasan dan pengendalian bermanfaat untuk meningkatkan efesiensi kegiatan program 2. Dapat mengetahui adanya



penyimpangan



pada



pemahaman



staf



melaksanakan tugas-tugasnya 3. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya lainnya mencukupi kebutuhan dan telah dimanfaatkan secara efisien 4. Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan 5. Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan, dipromosikan atau diberikan pelatihan lanjutan. d. Evaluasi Fungsi pengawasan perlu dibedakan dengan evaluasi yang juga sering dilakukan untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan program. Perbedaaannya terletak pada sasarannya, sumber data, siapa yang akan melaksanakannya dan waktu pelaksanaannya. Antara evaluasi dengan fungsi pengawasan juga mempunyai kesamaan tujuan yaitu untuk memperbaiki efesiensi dan efektifitas pelaksanaan program dengan memperbaiki fungsi perencanaan. 2.3 Kanker Servik 2.3.1 Definisi Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari metaplasia epitel di daerah skuamomuskular junction yaitu daerah peralihan mukosa vagina dan mukosa kanalis servikalis. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau atau leher rahim, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina. Kanker leher rahim biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 2.3.2 Faktor-faktor risiko kanker leher rahim Penelitian epidemiologi telah mengidentifikasi sejumlah faktor yang berperan nyata terhadap pertumbuhan CIN (Cervical Intraepithelia Neoplasia), suatu pertanda awal kanker leher rahim seperti terlihat pada tabel 2.1. Baik jenis maupun pola kegiatan seksual, khususnya pada remaja, merupakan faktor-faktor utama yang menentukan apakah seseorang terinfeksi oleh HPV atau tidak. Akibat 10



perilaku yang santai terhadap seksualitas diantara remaja dalam banyak budaya, jumlah pasangan seksual yang dimiliki remaja sebelum usia 20 bisa sangat banyak, dan masing-masing pasangan mereka mungkin juga mempunyai banyak pasangan. Sehingga pola kegiatan seksual tersebut meningkatkan risiko terpapar Infeksi Menular Seksual (IMS), khususnya HPV. Tabel 2.1. Faktor-faktor Risiko Kanker Leher Rahim FAKTOR RISIKO Kegiatan Seksual (Usia