Penatalaksanaan & Pembahasan Hipertensi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

E. PENATALAKSANAAN KASUS DAN PEMBAHASAN Berdasarkan kasus Bapak E, berusia 55 tahun dengan berat badan 60 kg, menderita hipertensi sejak 5 tahun yang lalu dan diabetes melitus sejak 1 tahun terakhir. Pasien mengeluh batuk terus menerus selama 1 minggu terakhir batuk bertambah parah jika malam hari dan pasien tidak bisa tidur karena batuk yang mengganggu. Pasien juga mengeluh bengkak pada kaki terutama pagi dan sore hari. Dari kasus tersebut diselesaikan menggunakan metode SOAP berikut penyelesaiannya. 1. Subjective Berdasarkan kasus tersebut data subjektif pasien yaitu gejala pasien yang terdiri dari batuk terus menerus selama 1 minggu dan bertambah parah saat malam hari sehingga tidak bisa tidur, bengkak pada kaki terutama pagi dan sore hari. 2. Objective Dari kasus tersebut data objective antara lain tekanan darah 169/100 mmHg, laju pernapasan 18x/menit, nadi 80x/menit, suhu 36,5°C, Na 135 mEq/L, K 5,0 mEq/L, Cl 95 mEq/L, GDS 95 mg/cL, dan HbA1C 7,0 %. Terapi yang didapatkan pasien saat ini adalah Casipril 25 mg PO dan Glidabet 80 mg PO. 3. Assesment Dari kasus tersebut pasien mengalami batuk terus menerus sebagai efek samping dari Casipril. Casipril berisi Captopril yang merupakan terapi antihipertensi golongan ACE inhibitor. Golongan ACE inhibitor memiliki efek



samping batuk kering non produktif yang mana terjadi pada sekitar 15% pasien dengan perkiraan prevalensi yang lebih tinggi. Pasien yang mengalaminya, menggambarkan batuk dengan sensasi menggelitik di bagian belakang tenggorokan yang biasa terjadi di malam hari. Batuk ini dapat disembuhkan dengan penghentian penggunaan ACE inhibitor. Pilihan pengobatan terbaik untuk batuk akibat ACE inhibitor adalah dengan beralih ke golongan ARB, yang mungkin dapat menghilangkan batuk dan merupakan pengobatan lini pertama yang dapat diterima oleh penderita diabetes mellitus (Alldredge dkk., 2013). Sifat golongan ARB mirip dengan ACE inhibitor, tetapi obat golongan ini tidak menghambat pemecahan bradikinin dan kinin-kinin lainnya, sehingga tidak menimbulkan batuk kering yang biasanya mengganggu terapi ACE inhibitor (BPOM RIa, 2021). Untuk pasien hipertensi pada diabetes, tujuan terapi adalah untuk menjaga tekanan darah 130/80 mmHg. Meskipun demikian, pada beberapa pasien, mungkin tidak dapat dicapai tahap ini meskipun sudah mendapat pengobatan. Kebanyakan pasien memerlukan obat antihipertensi kombinasi. Pengobatan ini untuk mencegah komplikasi makro dan mikrovaskuler pada hipertensi dengan diabetes (BPOM RIb, 2021). Tambahan obat untuk golongan ARB dapat menggunakan obat golongan diuretik thiazide sebagai obat lini kedua (Alldredge dkk., 2013). Terdapat beberapa alasan mengapa pengobatan kombinasi pada hipertensi dianjurkan diantaranya dikarenakan mempunyai efek aditif, mempunyai efek sinergisme, mempunyai sifat saling mengisi, penurunan efek samping masing-masing obat, mempunyai cara kerja yang



saling mengisi pada organ target tertentu dan adanya “fixed dose combination” akan meningkatkan kepatuhan pasien (Yulanda dan Lisiswanti, 2017). Kombinasi obat yang direkomendasikan adalah Candesartan 16 mg dan Hidroklortiazid/HCT 12,5 mg. Kombinasi ini sangat efektif menurunkan tekanan darah pada pasien diabetes tipe 2 dengan semua stadium hipertensi. Data dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa HCT dosis rendah dapat dengan aman ditambahkan ke regimen obat yang ada pada pasien diabetes untuk meningkatkan efek penurunan tekanan darah, tanpa mengurangi tolerabilitas dan profil metabolik yang menguntungkan dari monoterapi Candesartan (Ketelhut dan Bramlage, 2010). Menggabungkan ARB dengan diuretik dapat mengurangi vasokonstriksi yang dimediasi oleh angiotensin II, pada saat yang sama mengurangi volume dan meningkatkan efek kedua komponen antihipertensi. Terapi kombinasi sering menginduksi kontrol tekanan darah yang lebih baik dalam waktu yang lebih singkat. Terapi kombinasi ini menunjukkan hasil yang terbukti memiliki efek perlindungan dari kerusakan organ dan tidak menimbulkan diabetes mellitus atau efek samping lainnya (Mugellini dan Nieswandt, 2012). Kaki bengkak yang dialami pasien merupakan manifestasi klinis dari hipertensi. Bengkak terjadi karena ketidakmampuan jantung memompa darah yang kembali ke jantung dengan cepat sehingga mengakibatkan cairan terkumpul di kaki. Diuretik HCT dapat mengurangi bengkak pada kaki. Golongan diuretik bekerja dengan cara meningkatkan ekskresi air dan natrium melalui ginjal yang menyebabkan berkurangnya preload dan menurunkan



cardiac output. Selain itu, berkurangnya konsentrasi Natrium dalam darah menyebabkan sensitivitas adrenoreseptor-alfa terhadap katekolamin menurun, sehingga terjadi vasodilatasi atau resistensi perifer menurun (Yulanda dan Lisiswanti, 2017). Adapun terapi diabetes mellitus yang direkomendasikan adalah dengan meneruskan terapi yang telah didapat yaitu Glidabet. Glidabet yang berisi Gliklazid merupakan obat golongan sulfonilurea. Kerja utama sulfonilurea adalah meningkatkan sekresi insulin sehingga efektif hanya jika masih ada aktivitas sel beta pankreas, pada pemberian jangka lama sulfonilurea juga memiliki kerja di luar pankreas. Semua golongan sulfonilurea dapat menyebabkan hipoglikemia, tetapi hal ini tidak biasa terjadi dan biasanya menandakan kelebihan dosis (BPOM RIc, 2021). 4. Plan Berdasarkan evidence base medicine yang telah dijelaskan di assessment, terapi untuk keluhan batuk dan bengkak pada kaki akibat hipertensi yang direkomendasikan adalah golongan ARB yaitu Candesartan 16 mg PO dan golongan diuretik thiazide yaitu Hidroklortiazid/HCT 12,5 mg PO sekali sehari, dengan atau tanpa makanan (BPOM RI d, 2021). Sedangkan untuk terapi diabetes mellitus yang direkomendasikan adalah dengan meneruskan Glidabet 80 mg PO sekali sehari diberikan bersama sarapan (BPOM RIe, 2021). Untuk terapi non farmakologi bagi pasien yaitu menerapkan gaya hidup sehat karena sangat penting untuk mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi. Semua pasien



dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup. Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk; mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik; dan mengkonsumsi alkohol sedikit saja.



Pada sejumlah pasien dengan



pengontrolan tekanan darah cukup baik dengan terapi satu obat antihipertensi; mengurangi garam dan berat badan dapat membebaskan pasien dari menggunakan obat (Yulanda dan Lisiswanti, 2017). Monitoring yang perlu dilakukan adalah pengawasan terapi hipertensi. Ketika diuretik dikombinasikan dengan antihipertensi yang lain, efek hipotensi yang aditif perlu diamati karena aksi independennya. Terlebih, banyak antihipertensi nondiuretik yang dapat menginduksi retensi garam dan air, yang dilawan dengan penggunaan diuretik bersamaan (Dipiro dkk., 2009). Pemeriksaan laboratorium lebih lanjut diperlukan untuk memberikan bukti adanya faktor risiko tambahan dan untuk mengetahui ada tidaknya kerusakan organ antara lain (Mancia dkk., 2013) : a. Tes Rutin 1) Hemoglobin dan/atau hematocrit 2)



Gula darah puasa



3)



Total serum kolesterol, LDL, dan HDL



4)



Serum trigliserida



5)



Serum kalium dan sodium



6)



Asam urat



7)



Serum kreatinin (perkiraan dengan GFR)



8)



Analisis urin, pemeriksaan mikroskopis, protein urin dengan uji dipstick, tes untuk mikroalbuminuria



9)



EKG 12-lead



b. Tes tambahan berdasarkan riwayat pemeriksaan fisik dan temuan dari tes laboratorium rutin 1)



Hemoglobin A1c (jika gula darah puasa > 5,6 mmol/L (102 mg/dL) atau diagnosis diabetes sebelumnya)



2)



Proteinuria kuantitatif (jika uji dengan dipstick positif), konsentrasi potassium dan natrium kemih dan rasionya



3)



Home blood pressure dan ambulatory monitoring blood pressure selama 24 jam.



DAFTAR PUSTAKA



Alldredge, B.K., Corelli, R.L., Ernst, M.E., Guglielmo, B.J., Jacobson, P.A.,Kradjan,



W.A.,



2013,



Koda-Kimble



&



Young’s



Applied



Therapeutics The Clinical Use of Drugs, 10th ed., Lippincott Williams & Wilkins, Pennsylvania, United States of America. BPOM



RIa,



2021,



Pusat



Informasi



Obat



Nasional,



http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-2-sistem-kardiovaskuler-0/23antihipertensi/236-antagonis-reseptor-angiotensin-ii,



Diakses



pada



07



Obat



Nasional,



Oktober 2021. BPOM



RIb,



2021,



Pusat



Informasi



http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-2-sistem-kardiovaskuler-0/23antihipertensi, Diakses pada 07 Oktober 2021. BPOM



RIc,



2021,



Pusat



Informasi



Obat



Nasional,



http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-6-sistem-endokrin/61-diabetes/612antidiabetik-oral/6121-sulfonilurea, Diakses pada 07 Oktober 2021. BPOM RId, 2021, Pusat Informasi Obat Nasional, http://pionas.pom.go.id/monografi/kandesartan-sileksetil, Diakses pada 07 Oktober 2021. BPOM RIe, 2021, Pusat Informasi Obat Nasional, http://pionas.pom.go.id/monografi/gliklazid, Diakses pada 07 Oktober 2021. Dipiro, J.T., Wells, B.G., Schwinghammer, T.L., dan Dipiro, C.V., 2009, Pharmacotherapy Handbook 7th Edition, United States: The McGraw-Hill Companies. Ketelhut, R. dan Bramlage, P., 2010, Candesartan Cilexetil/Hydrochlorthiazide Treatment in High-Risk Patient with Type 2 Diabetes Mellitus and Microalbuminuria, Clin. Drug Investig. (30): 301-311.



Mancia, G., Fagard, R., Narkiewicz, K., Redon, J., Zanchetti, A., Bohm, M., Christiaens, T., Cifkova, R., Backer,. G.D., Dominiczak, A., Galderisi, M., Grobbee., D.E., Jaarsma., T., Kirchhof, P., Kjeldsen, S.E., Laurent, S., Manolis, S.J., Nilsson, P.M., Ruilope, L.M., Schmieder, R.E., Sirnes, P.A., Sleight, P., Viigimaa, M., Waeber, B., dan Zannad, F., 2013, Guidelines for the management of arterial hypertension, the task force for the management of arterial hypertension of the european society of hypertension (ESH) and of the european society of cardiology (ESC). J Hypertension (34): 21592219. Mugellini, A. dan Nieswandt, V., 2012, Candesartan Plus Hydrochlorthiazide: An Overview of Its Use and Efficacy, Expert Opin. Pharmacother (13) 18: 2699-2709. Yulanda, G. dan Lisiswanti, R., 2017, Penatalaksanaan Hipertensi Primer, Majority (6) 1: 25-33.