18 0 174 KB
LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI
OLEH:
1. I GUSTI AGUNG INTAN BERLIANA
(P07120018100)
2. NI KADEK LINDA JULIANTINI
(P07120018101)
3. NI KETUT SURYANI
(P07120018102)
4. NI PUTU DUITA JANA SRI DEWI
(P07120018103)
5. PUTU MILLA NOVELLY REZAVENIA
(P07120018104)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR PRODI D III JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HIPERTENSI
A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Definisi Hipertensi Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara terus menerus lebih dari satu periode, dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg (Aspiani, 2014). Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu keadaan sesorang yang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukkan oleh angka sistolik (bagian atas) dan diastolic (bagian bawah) pada pemeriksaan tekanan darah menggunkan alat berupa cuff air raksa (spigmomanometer) atau alat digital lainnya (Pudiastuti, 2011). Hipertensi adalah suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah yang bersifat secara abnormal dan secara terus menerrus dilakukan pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan oleh beberapa resiko dalam mempertahankan tekanan darah secara normal. Secara umum hipertensi sebagai tekanan darah tinggi persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolic diatas 90 mmHg. (Andra & Yessie, 2013)
2. Etiologi Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan menurut (Aspiani, 2014): a. Hipertensi primer atau hipertensi esensial Hipertensi primer atau hipertennsi esensial disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang memengaruhi yaitu: 1) Genetik Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, berisiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini tidak dapat dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga yang memiliki tekanan darah tinggi.
2) Jenis kelamin dan usia Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita menopause berisiko tinggi untuk mengalami hipertensi. Jika usia bertambah maka tekanan darah meningkat faktor ini tidak dapat dikendalikan serta jenis kelamin laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. 3) Diet Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh penderita dengan mengurangi konsumsinya, jika garam yang dikonsumsi berlebihan, ginjal yang bertugas untuk mengolah garam akan menahan cairan lebih banyak dari pada yang seharusnya di dalam tubuh. 4) Berat badan Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan dalam keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah atau hipertensi. 5) Gaya hidup Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola hidup sehat dengan menghindari faktor pemicu hipertensi yaitu merokok, dengan merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap dalam waktu sehari dan dapat menghabiskan berapa putung rokok dan lama merokok berpengaruh dengan tekanan darah pasien. Konsumsi alkohol yang sering atau berlebihan dan terus menerus dapat meningkatkan tekanan darah pasien sebaiknya jika memiliki tekanan darah tinggi pasien diminta untuk menghindari alkohol agar tekanan darah pasien dalam batas stabil. b. Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas, salah satu contoh hipertensi sekunder adalah hipetensi vaskular rena, yang terjadi akibat stenosi arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis. Stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga terjadi pengaktifan
baroreseptor
ginjal,
perangsangan
pelepasan
pembentukan angiotensin II. Angiotensin II secara langsung sintesis
andosteron
dan
reabsorbsi
renin,
dan
meningkatkan
natrium. Apabila dapat dilakukan
perbaikan pada stenosis, atau apabila ginjal yang terkena diangkat, tekanan darah akan kembali ke normal (Aspiani, 2014)
3. Pathway Umur
Jenis Kelamin
Gaya hidup
Obesitas
Hipertensi Kerusakan vaskuler pembuluh darah Perubahan Struktur Penyumbatan pembuluh darah Vasokontriksi Gangguan Sirkulasi
Otak
Pembuluh darah
Resistensi Pembuluh darah otak Nyeri
Vasokontriksi
Kurangnya informasi Tidak tahu masalah kesehatan
Afterload Defisit pengetahuan
akut (kepala)
Intoleransi aktivitas
Gangguan Pola Tidur
4. Klasifikasi Hipertensi Menurut (WHO, 2018) seseorang yang dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya. Dari 90% kasus hipertensi merupakan hipertensi primer. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi primer adalah genetik, jenis kelamin, usia, diet, berat badan, dan gaya hidup. Hipertensi sekunder adalah peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik
yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Dari 10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder. Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain : penggunaan kontrasepsi oral, kehamilan, peningkatan volume intravaskuler, luka bakar dan stress (Aspiani, 2014). Berikut kategori tekanan darah menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2016) : Kategori
Tekanan darah sistolik
Tekanan darah diastolic
Normal
(mmHg) 120-129
(mmHg) 80-89
Normal tinggi Hipertensi derajat 1 Hipertensi derajat 2 Hipertensi derajat 3
130-139 140-159 ≥ 160 > 180
89 90-99 ≥ 100 >110
5.
Gejala Klinis Hipertensi Pada sebagian besar penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala , meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan, yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut: 1) Sakit kepala 2) Kelelahan 3) Mual 4) Muntah 5) Sesak nafas 6) Gelisah 7) Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, 8) mata, jantung dan ginjal. 9) Kadang hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati
10) hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
6. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu: a. Pemeriksaan yang segera seperti: 1) Darah rutin (hematokrit/hemoglobin) : untuk mengkaji hubungan dari selsel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasi factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia 2) Blood unit nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi ginjal 3) Glukosa: hiperglikemi dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin 4) Kaliun serum : hipokalemia dapat mengindikasi adanya aldosteron utama atau menjadi efek samping terapi diretik 5) Kalsium serum: peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi 6) Kolesterol dan trigliserida serum: peningkatan kadar kolesterol dapat mengindikasi pencetus untuk adanya pembentukan plak ateromatosa. 7) Pemeriksaan tiroid:
hipertiroidisme dapat
menimbulkan vasokonstriksi
dan hipertensi 8) Kadar aldosteron urin/serum: untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab) b. Pemeriksaan lanjutan: 1) IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal/ureter 2) CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati 3) IUP : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti : batu ginjal, perbaikan ginjal. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT scan 4) USG : untuk melihat struktur ginjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien
7. Penatalaksanaan Medis 1) Penatalaksanaan nonfarmakologis Penatalaksanaan nonfarmakologis dengan modifikasi gaya hidup sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan mengobati tekanan darah tinggi, berbagai macam cara memodifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu: 1. Pengaturan diet a) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi sistem renin- angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam perhari. b) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh oksidanitat pada dinding vaskuler. c) Diet kaya buah sayur d) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung coroner 2. Penurunan berat badan Mengatasi obseitas, pada sebagian orang dengan cara menurunkan berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup. 3. Olahraga teratur Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermaanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung. Olahraga isotonik dapat juga meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan mengurangi katekolamin plasma. 4. Memperbaiki gaya hidup Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan cara berhenti merokok dan
tidak mengkonsumsi alkohol, penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung. a. Penatalaksanaan farmakologis 1) Terapi oksigen 2) Pemantauan hemodinamik 3) Pemantauan jantung 4) Obat-obatan ❖ Diuretik : Chlorthalidon, Hydromax, Lasix, Aldactone, Diuretic bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung dengan mendorong ginjal meningkatkan ekskresi garam dan airnya. Sebagai diuretik (tiazid) juga dapat menurunkan TPR. Penghambat enzim mengubah angiotensin II atau inhibitor ACE berfungsi untuk menurunkan angiotensin I menjadi angiotensin II. Kondisi ini menurunkan darah secara langsung dengan menurunkan TPR, dan secara tidak langsung dengan menurunkan sekresi aldosterne, yang akhirnya meningkatkan pengeluaran natrium.
8. Komplikasi Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau ditanggulangi, dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteri di dalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu : a.
Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah tinggi di otak dan akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan darah tinggi.
b.
Infark miokard dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium dan apabila membentuk 12 trombus yang bisa memperlambat aliran darah melewati pembuluh darah. Hipertensi kronis dan hipertrofi ventikrel, kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Sedangkan hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu
hantaran listrik melintasi ventrikel terjadilah disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan. c.
Gagal jantung dapat disebabkan oleh peningkatan darah tinggi. Penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, disebut dekompensasi. Akibatnya jantung tidak mampu lagi memompa, banyak cairan tertahan diparu yang dapat menyebabkan sesak nafas (eudema) kondisi ini disebut gagal jantung.
d.
Ginjal tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal. Merusak sistem penyaringan dalam ginjal akibat ginjal tidak dapat membuat zat -zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan dalam tubuh.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI 1. Pengkajian keperawatan Dalam Aspiani (2014), dijelaskan hal-hal yang perlu dikaji pada klien dengan hipertensi, yaitu: a. Identitas Klien Identitas klien yang biasa dikaji pada klien adalah nama, jenis kelamin, usia, karena banyak klien lansia yang mengalami masalah hipertensi. b. Keluhan Utama Keluhan utama yang sering ditemukan pada pasien hipertensi adalah nyeri, biasanya nyeri di kepala. c. Riwayat Kesehatan Sekarang Riwayat Kesehatan ini berupa uraian keadaan klien saat ini, mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai saat dilakukan pengkajian. d. Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat Kesehatan yang lalu yang pernah dialami oleh pasien. e. Riwayat Kesehatan Keluarga Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang mengalami masalah kesehatan atau riwayat penyakit keturunan seperti DM, jantung maupun hipertensi.
f. Pemeriksaan Fisif 1) Keadaan umum Keadaan umum klien lansia yang mengalami hipertensi biasanya tampak meringis, gelisah. 2) Kesadaran Kesadaran klien biasanya composmentis. 3) Tanda-tanda vital a. Suhu tubuh dalam batas normal (36 37,5OC) b. Nadi meningkat atau normal (70 100x/menit) c. Tekanan darah meningkat sistolik >140 mmHg, diastolik >90 mmHg d) Pernafasan biasanya normal atau mengalami peningkatan g. Pola Fungsi Kesehatan 1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat Klien mengalami gangguan persepsi, gangguan dalam memelihara kesehatan dan menangani masalah kesehatannya. 2) Pola nutrisi Klien dapat mengalami penurunan nafsu makan. 3) Pola eliminasi Terjadi dysuria atau polyuria tergantung pada ada atau tidaknya penyakit yang diderita oleh klien yang berhubungan dengan pola eliminasi. 4) Pola tidur dan istirahat Klien bisa mengalami gangguan pola tidur tergantung dari kondisinya saat ini 5) Pola aktivitas dan istirahat Klien mengalami gangguan dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari karena merasa nyeri ataupun pusing sehingga dapat menghambat aktivitas sehari-hari 6) Pola hubungan dan peran Menggambarkan hubungan dan peran klien terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan, tidak punya rumah dan masalah keuangan.
7) Pola sensori dan kognitif Klien mengalami ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan minat dan motivasi. Untuk mengetahui status mental klien dapat digunakan table Short Portable Mental Status Questionare (SPMSQ). 8) Pola persepsi dan konsep diri Klien tidak mengalami gangguan konsep diri. 9) Pola seksual dan reproduksi Klien mengalami penurunan minat terhadap pemenuhan kebutuhan seksual. 10) Pola mekanisme atau penanggulangan stress dan koping Klien menggunakan mekanisme koping yang tidak efektif dalam menangani stress yang dialaminya. 11) Pola tata nilai dan kepercayaan Klien tidak mengalami gangguan dalam spiritual.
2. Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul Diagnosa keperawatan menurut SDKI 2017 yaitu: 1) Nyeri akut 2) Intoleransi aktivitas 3) Gangguan pola tidur 4) Defisit Pengetahuan
No Dx Keperawatan Dx 1.
Nyeri akut
Tujuan Setelah
diberikan
intervensi
Intervensi
Rasional
Manjemen Nyeri
Manjemen Nyeri
keperawatan selama …x24 Observasi :
Observasi :
jam maka tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi,
1. Mengetahui
menurun, dengan kriteria
karakteristik,
lokasi,
hasil :
durasi, frekuensi,
karakteristik,
1. Keluhan nyeri menurun
kualitas, intensitas
durasi, frekuensi,
2. Meringis menurun
nyeri
kulititas,
3. Frekuensi
nadi 2. Identifikasi skala
membaik 4. Tekanan
nyeri darah 3. Identifikasi factor
membaik 5. Pola tidur membaik
yang memperberat
dan
intensitas nyeri 2. Mengetahui skala nyeri pasien 3. Mengetahui
dan memperingan
factor
nyeri
memperberat dan
4. Monitor efek samping penggunaan analgetik Terapeutik : 1. Berikan terapi nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri 2. Kontrol lingkungan yang memperberat
yang
memperingan nyeri 4. Mengetahui efek samping penggunaan analgesic Terapeutik : 1. Membantu meredakan nyeri dengan
terapi
nonfarmakologis
rasa nyeri Edukasi : 1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri 3. Ajarkan teknik
2. Mempertahankan kenyamanan pasien
dengan
control lingkungan Edukasi : 1. Menambah
nonfarmakologis
pengetahuan
untuk mengurangi
pasien
rasa nyeri
keluarga
Kolaborasi : 1. Pemberian analgetik, jika perlu
dan
menyenai penyebab, periode,
dan
pemicu nyeri 2. Menambah wawasan dan
pasien keluarga
mengenai strategi meredakan nyeri 3. Menambah wawasan dan
pasien keluarga
mengenai teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri Kolaborasi : 1. Membantu mengurangi nyeri dengan farmakologi 2.
Gangguan Pola
Setelah diberikan asuhan
Tidur
keperawatan
selama
….x……jam
diharapkan
pola tidur membaik dengan sulit
tidur
Observasi
aktivitas tidur 2. Identifikasi faktor
menurun 2. Keluhan sering terjaga menurun 3. Keluhan
Dukungan tidur
1. Identifikasi pola
Kriteria hasil : 1. Keluhan
Intervensi Utama
pengganggu tidur 3. Identifikasi
tidak
tidur menurun
puas
makanan dan minuman yang
1. Untuk mengetahui pola aktivitas dan tidur pasien 2. Untuk mengetahui faktor
4. Keluhan
pola
tidur
berubah menurun 5. Keluhan istirahat tidak cukup menurun 6. Kemampuan beraktivitas meningkat
mengganggu tidur
pengganggu
(mis. Kopi, the,
tidur pasien
alcohol, makan
3. Agar pesien
mendekati waktu
dapat tidur
tidur, minum
cukup waktu
banyak air
malam hari
sebelum tidur) 4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi Terpeutik 5. Modifikasi lingkungan
4. Agar tidak terjaga tidur pada malam hari 5. Agar pasien merasa lebih nyenyak ketika tidur
(mis.pencahayaan
6. Agar waktu tidur
,kebisingan, suhu,
pasien tidak
matras,dan tempat
terganggu
tidur)
7. Agar pasien
6. Batasi waktu tidur
merasa lebih
siang, jika perlu
tenang ketika beristirahat tidur
7. Fasilitasi
8. Agar pola tidur
menghilangkan
pasien tidak
stress sebelum
berubah
tidur 8. Tetapkan jadwal tidur rutin 9. Lakukan prosedur
9. Untuk membantu pasien agar bisa tidur lebih
untuk
nyaman dan
meningkatkan
nyenyak
kenyamanan (mis.
10. Terapi
Pijat, pengaturan
farmakologis
posisi, terapi
yang diberikan
akupresure)
untuk
10. Sesuaikan
memudahkan
jadwal pemberian
pasien untuk
obat dan/atau
tidur
tindakan untuk
11. Agar pasien
menunjang silus
mengetahui
tidur-terjaga
pentinngnya
Edukasi 11. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit 12. Anjurkan menepati
tidur selama sakit 12. Agar waktu tidur pasien tidak berubah 13. Untuk
kebiasaan waktu
menghindari
tidur
makanan atau
13. Anjurkan
minuman yang
menghindari
mengandung
makanan/minuma
kafein
n yang mengganggu tidur. 14. Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak
14. Agar tidak berpengaruh terhadap pola tidur pasien 15. Agar pasien
mengandung
mengetahui
supresosr terhadap
factor yang
REM
menyebabkan
15. Ajarkan factorfaktor yang
pasien sulit tidur 16. Agar
pasien
berkontribusi
tidak
terhadap
ketergantungan
ganggguan pola
terhadap obat
tidur (mis. Psikologis, gaya hidup, sering
berubah shift bekerja) 16. Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmakologis 3.
Intoleransi
Setelah diberikan asuhan
lainnya Intervensi Utama
aktifitas
keperawatan selama...x…
(manajemen energi)
jam diharapkan toleransi aktivitas meningkat dengan kriteria hasil:
OBSERVASI:
1. Frekuensi nadi
1. Identifikasi gangguan fungsi
meningkat
tubuh yang
2. Saturasi oksigen
mengakibatkan
meningkat
kelelahan
3. Kemudahan dalam
2. Monitor kelelahan
melakukan aktivitas
fisik dan emosional
sehari-hari meningkat 4. Kecepatan berjalan
3. Monitor pola dan
meningkat
jam tidur
5. Jarak berjalan meningkat atas meningkat bawah meningkat
selama melakukan aktivitas
TERAPEUTIK:
menaiki tangga meningkat 9. Keluhan lelah menurun menurun
4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
7. Kekuatan tubuh bagian
10. Dyspnea saat aktivitas
1. Untuk mengetahui gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan 2. Untuk memantau kelelahan fisik dan emosional 3. Untuk mengetahui pola
6. Kekuatan tubuh bagian
8. Toleransi dalam
OBSERVASI:
5. Sediakan lingkungan
dan jam tidur pasien 4. Untuk mengetahui lokasi dan ketidaknyamanan
yang nyaman dan
selama pasien
rendah stimulus
melakukan
6. Lakukan latihan rentang gerak pasif
aktivitas. TERAPEUTIK:
11. Dyspnea setelah
dan/atau aktif
5. Agar pasien
aktivitas menurun 12. Perasaan lemah menurun 13. Aritmia saat aktivitas
merasa nyaman 7. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan 6. Agar pasien dapat
menurun 14. Aritmia setelah aktivitas menurun 15. Sianosis menurun 16. Warna kulit membaik 17. Tekanan darah membaik
19. EKG iskemia membaik
melakukan gerak
sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
pasif atau aktif 7. Agar pasien dapat merasa nyaman
berjalan
dan tenang 8. Untuk
18. Frekuensi napas membaik
berlatih
8. Fasilitasi duduk di
EDUKASI:
mengantisipasi pasien agar tidak
9. Anjurkan tirah
jatuh
baring
10.
Anjurkan
EDUKASI: melakukan aktivitas 9. Agar kebutuhan secara bertahap istirahat pasien terpenuhi
11.
Anjurkan
10.
Agar pasien
menghubungi
dapat melakukan
perawat jika tanda
aktivitas secara
dan gejala kelelahan
bertahap
tidak berkurang 12.
Ajarkan strategi
11.
Agar perawat
dapat memberikan
koping untuk
penanganan lebih
mengurangi
lanjut
kelelahan 12. KOLABORASI: 13.
Kolaborasi
Agar pasien
dapat mengetahui cara mengurangi kelelahan
dengan ahli gizi tentang cara
KOLABORASI:
meningkatkan
13. Agar pasien
asupan makanan
dapat mengetahui cara meningkatkan asupan makanan 4.
Defisit
Setelah diberikan asuhan SIKI :
pengetahuan
keperawatan selama …x…Edukasi Kesehatan jam,diharapkan
1. Identifikasi
1. Mengetahui factor faktor-
pengetahuan bertambah
faktor
yang
dapat
dengan kriteria hasil :
meningkatkan
dan
menurunkan
SLKI :
motivasi
a. Tingkat pengetahuan 1. Perilaku
sesuai
anjuran
hidup
yang mempengaruhi
perilaku
hidup bersih dan sehat
perilaku 2. Menambah bersih
dan
sehat
informasi tentang kesehatan anak
2. Berikan kesempatan 3. Agar tidak meng-
2. Kemampuanmenjelas-
untuk bertanya
hambat
tumbuh
kan pengetahuan ten- 3. Anjurkan perilaku kembang anak tang suatu topik hidup bersih dan 4. Agar orang tua 3. Persepsi yang tidak sehat tidak keliru keliru terhadap 4. Jelaskan manfaat tentang perawatan masalah
perawatan bayi
4. Menjalani pemeriksaan yangtepat 3. Intervensi Keperawatan
Daftar Pustaka Aspiani, R. Y. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Jilid 2. Jakarta: CV. Trans
Info Media.
bayi
Pudiastuti, R. D. 2011. Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta: Nuhan Medika Andra & Yessie. 2013. KMB 1 Keperaatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuhan Medika Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Kini setiap kementerian dan lembaga miliki alat ukur tekanan darah mandiri. Tim Pokja PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PNI Tim Pokja PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI Tim Pokja PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2336/3/BAB%20II.pdf (diakses pada tanggal 19 Oktober 2020)