5 0 3 MB
PENATALAKSAAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FLAT FOOT MAKALAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Perkuliahan Fisioterapi Pediatri OLEH : KURNIA IZZA HABIBA PELUW (201910490311110)
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2022
KATA PENGANTAR Puji
syukur
melimpahkan
penulis
ucapkan
kepada
Rahmat dan Hidayah-Nya
Allah
lah
SWT yang
sehingga
penulis
telah dapat
menyelesaikan Makalah yang berjudul “Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Flat foot” yang mana makalah ini disusun guna untuk Salah satu syarat menyelaseikan perkuliahan Fisioterapi Pediatri Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan ini, tetapi
penulis
selalu
memberikan
yang
terbaik
dalam makalah
dalam
penyelesaian
makalah ini. penulis tidak dapat menyelesaikan proposal ini tanpa ada dukungan dan kontribusi dari pihak dibawah ini : 1. Ibu Atika Yulianti SST., Ft., Ftr., M.Fis Sebagai Dosen Pengampu Mata Kuliah
Fisioterapi
Pediatri
yang
mana telah
memberikan
ilmu
agar
kedepannya mempunyai bekal dalam Fisioterapi Pediatri untuk studi saya Kedepannya 2. Ibu Siti Ainun Ma’rufa, S.FT., M.Sc Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Fisioterapi Pediatri, saya ucapkan terima kasih telah membimbing saya selama perkuliahan 3. Kepada Ka Syiar dan Ka Alfina Selaku Asisten Dosen yang sudah banyak meluangkan waktu kepada saya untuk saling berbagi ilmu dan juga membimbing saya dalam proses ini,
4. Kepada teman-teman kelas C fisioterapi 2019 yang telah menemani saya berproses, suka duka sama-sama dilewati, semoga kita diberikan jalan serta dipermudah
untuk meraih
cita-cita, apapun
itu impian
kalian
semoga
dipermudah dan selalu ada jalan ya, teman-teman Semoga Allah SWT memberikan keseberkahan serta memberikan banyak jalan kesuksesan dan kemudahan untuk kita semua agar dapat menyelesaikan studi dengan baik dan juga menjadi bermanfaat untuk orang. Malang, Juli 2022
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini dapat dijadikan sebagai cermin untuk melihat bagaimana keberhasilan anak di masa mendatang. Anak yang mendapatkan layanan yang baik semenjak usia 0 tahun hingga usia 5 tahun
memiliki
harapan
lebih
besar
untuk
meraih
kesuksesan dan
keberhasilan di kemudian hari. Kesempatan yang didapat anak untuk memperoleh pendidikan prasekolah, dalam hal ini kesempatan untuk berkembang secara fisik, emosional dan intelektual yang maksimal akan ikut meningkatkan ketrampilan yang nantinya anak butuhkan dalam kehidupan selanjutnya.. (Halarewicz, 2018) Keseimbangan
merupakan
kemampuan
memelihara tubuh
dalam
pusat massa tubuh terhadap bidang tumpu untuk melawan gravitasi yang dipengaruhi
oleh
proses
sensorik
atau sistem
saraf, motorik,
atau
muskuloskeletal. Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan sikap tubuh
yang
tepat
dan
benar
pada saat
melakukan
suatu
gerakan.
Keseimbangan merupakan kemampuan penting yang digunakan sehari-hari seperti berjalan dan berdiri, melompat, dan bersepeda. Keseimbangan dapat meningkatkan kualitas hidup anak dan bentuk kaki memberikan pengaruh pada kesimbangan berdiri. Salah satu permasalahan keseimbangan yang sering dijumpai pada anak adalah flat foot.(Halarewicz, 2018)
Flat foot adalah kondisi dimana tidak adanya arkus longitudinall medial kaki, yang menyebabkan bagian telapak kaki menempel tanah. Pada perkembangan normal, usia 2-6 tahun merupakan masa emas pembentukan arkus. Anak dengan usia 6 tahun merupakan masa kritis untuk pembentukan arkus. Kondisi flat foot akan bertambah buruk jika tidak ditangani
sedini
mungkin,
anak
diatas
10
tahun
berpotensi
mengalami deformitas valgus yang mengakibatkan kondisi planus. Tanda dan gejala lain yang akan timbul akibat flat foot ialah pola jalan yang abnormal
yang
menyebabkan
mudah
lelah
dan
gangguan
pada
keseimbangan. Rendahnya kemampuan keseimbangan pada anak dapat mengakibatkan anak rentan jatuh dan mengalami hambatan saat berjalan dan mempengaruhi menurunnya produktivitas anak.(Anak et al., n.d.) Flat foot dapat disebabkan oleh kelemahan pada otot intrinsik dan ekstrinsik dimana otot inilah yang berperan dalam menjaga posisi arcus longitudinal medial (Kudo & Hatanaka, 2016; Okamura et al., 2019). Beberapa penelitian telah membuktikan efektivitas penggunaan berbagai modalitas dalam penanganan flat foot. Menurut Gondo, beberapa latihan seperti heel raise, short foot exercise, dan towel exercise bisa dilakukan untuk menangani kondisi flat foot (Gondo et al., 2017). Jenis latihan yang akan diberikan dalam penelitian ini adalah towel exercise. Towel Curl exercise adalah latihan dengan menggunakan handuk pada kaki yang bertujuan untuk meningkatkan fungsional pada ankle dengan menguatkan otot-otot intrinsik pada kaki. Latihan tersebut memiliki efek lain yaitu meningkatkan fleksibilitas pada otot. Karena fleksibilitas dan
kekuatan keduanya saling berhubungan, secara otomatis jika melakukan latihan ini untuk menguatkan otot maka akan berpengaruh juga terhadap fleksibilitasnya. Selain itu latihan Towel Curl exercise juga dapat melatih cengkraman pada jari-jari kaki serta untuk meningkatkan stabilitas ankle pada saat berjalan, dan menaiki anak tangga (Audini & Wibowo, 2018). Latihan tersebut diharapkan dapat menurunkan derajat flat foot pada anak sehingga secara otomatis bisa meningkatkan keseimbangan dan kasus tersebut dapat segera ditangani.(K & K, 2016)
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, didapatkan rumusan masalah “Bagaimana Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Flat Foot?”
C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui
pemeriksaan keseimbangan dinamis pada anak
dengan kaki flat foot.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi Peneliti Peneliti
dapat
mengetahui
hasil dari pemeriksaan keseimbangan
dinamis pada anak dengan kaki flat foot
2. Manfaat bagi Institusi Dapat
memberikan
menggambarkan pada
informasi penelitian
sebagai selanjutnya
referensi tentang
keseimbangan dinamis pada anak dengan kaki flat foot.
yang
mampu
pemeriksaan
Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No.
1
2
Penulis Judul Penelitian Penelitian dan Tahun Penelitian Ainun Pengaruh Towel Curl Rohma, 2017 Exercise Terhadap Peningkatan Keseimbangan Pada Anak Dengan Kaki Flat Foot Di TK Kecamatan Pakis
Lailatul Pengaruh towel curl Azidah, 2019 exercise terhadap peningkatan keseimbangan anak dengan flat foot usia 4-5 Tahun
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Desain Penelitian : Penelitian ini adalah jenis penelitian yang menggunakan quasi eksperimental one group pretest and post-test design V. Independent : Pengaruh Towel Curl Exercise V. Dependent : Peningkatan keseimbangan pada anak dengan kaki flat foot Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi yang berjumblah 28 orang. Metode penelitian menggunakan penelitian quasi experiment dengan desain penelitian pre and post test V.Independent : Penagruh tower Curl exercise V. Dependent : Peningkatan Keseimbangan. Sampel dalam penelitian berjumlah
Berdasarkan hasil penelitian terdapat pengaruh pemberian latihan towel curl exercise terhadap peningkatan keseimbangan pada anak flat foot di Kecamatan pakis.
Dari hasil didapatkan bahwa towel curl exercise memberikan hasil mampu meningkatkan keseimbangan statis pada anak,.
3
13 orang anak dengan kondisi flat foot yang diberikan towel curl exercise selama 6 minggu dengan intensitas 2 kali seminggu. Ulfah Nuryisfa Muadz, Lailatuz Zaidah, 201
Perbedaan pengaruh Heel raises exercise dan towel curl exercise terhadap peningkatan keseimbangan statis pada anak flat foot Usia 5-6
4
Ajeng Kartini Pengaruh Towel curl Mas’ud, 2019 exercise terhadap kelincahan anak flat foor usia 7-9 tahun di Makassar
5
Kadek Ady Hubungan flat foot dengan Antara, 2 I Keseimbangan Statis dan
Desain penelitisn : Metode eksperimental dengan pre and post test two group design. Varizbel Independent : Pengaruh heel raises exercise dan towel curl exercise Variable dependent : Peningkatan keseimbangan statis. Sampel dalam penelitian ini adalah murid TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal Niten yang berusia 5-6 tahun dan memiliki flat foot. Desain penelitian : Jenis penelitian yang digunakan adalah preexperimental dengan menggunakan desain penelitian one-group pretest posttest design. Variabel independent : Pangaruh towel curl exercise Variable dependent : Kelincahan anak sampel 29 orang bersifat Penelitian ini menggunakan metode Cross Sectional yang
Tidak ada perbedaan pengaruh heel raises exercise dan towel curl exercise terhadap peningkatan keseimbangan statis pada anak flat foot usia 5-6 tahun.
hasil penelitian pada siswa TK Muslimat Nu 4 Al hidayat serta pembahasan yang telah dijelaskan maka dapat ditarik kesimpulan terdapat pengaruh pemberian latihan towel curl exercise terhadap peningkatan keseimbangan pada anak flat foot di Kecamatan pakis. Dapat disimpulkan oleh penulis bahwa Ada hubungan yang bermakna sebesar
Nyoman dinamis pada anak sekolah Adiputra, 3 I dasar Negeri 4 Tonja Kota Wayan Denpasar Sugiritama, 2019
deskriptif analitik. Data didapat dari hasil assessment fisioterapi, pemeriksaan arkus pedis, d tes keseimbangan statis dan dinamis.an
87,04% antara flat foot dengan keseimbangan statis dan 68,55% antara flat foot dengan keseimbangan dinamis pada anak Sekolah Dasar Negeri 4 Tonja Kota Denpasar sehingga disimpulkan dari output data tersebut, dapat disimpulkan terdapat hubungan yang yang kuat, signifikan, dan searah antara flat foot dengan keseimbangan statis dan dinamis pada anak sekolah dasar negeri 4 Tonja kota Denpasar.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Ankle adalah sendi yang paling utama bagi guna untuk menjaga keseimbangan bila berjalan dipermukaan yang tidak rata. Sendi ini tersusun oleh tulang, ligamen, tendon, dan seikat jaringan penghubung. (Askary & Aliabadi, 2013) 1. Struktur Tulang Regio Ankle Kaki dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu ossa tarsi, ossa metatarsi dan jari kaki (digit pedis) yang terdiri dari beberapa os phalanges. Tulang-tulang jari kaki atau os phalanges terdiri dari 5 phalanges, dimana 4 phalanges mempunyai 3 ruas dan 1 phalanges hanya mempunyai 2 ruas yang biasa disebut ibu jari kaki. Metatarsal terdiri dari 5 tulang yaitu os metatarsal I sampai os metatarsal V, yang di beri nomor dari medial ke lateral. Tarsa l atau pangkal kaki tersusun oleh 7 tulang yaitu talus, calcaneus, navicular, cuboid, dan 3 tulang cuneiform. Os talus berartikulasi dengan tibia dan fibula di sendi pergelangan
kaki
yang
membentuk
struktur
kaki,
os
calcaneus
membentuk tumit pada kaki (Paulsen dan Waschke, 2018; (Anak et al., n.d.) Ankle
tersusun oleh tulang, ligamen, tendon, dan jaringan
penghubung. Susunan sendi ankle terdiri atas distal
tibia,fibula, dan
superior talus. Ligamen anterior talofibular sebagai stabilizer utama untuk bagian lateral mengungkapkan bahwa sendi ankle disusun oleh
tiga
ligamen ankle
yakni
ligamen calcaneal
ligamen
fibular
dan
anterior
talofibular
ligamen,
posterior
talofibular
ligament
(Nugroho, 2016 dalam Evans, 2011)).
Gambar 2.1 Ankle (Latifah et al., 2021) 1. Struktur Otot regio Ankle Otot-otot berikut ini merupakan otot penggerak utama dalam Gerakan plantarfleksi: (Paulsen dan Waschke, 2018) a. m. gastrocnemius b. m. soleus c. m. tibialis posterior d. m. peroneal e. m. flexor hallucis longus f. m. flexor digitorum longus
Gambar 2.1. posterior ankle (Latifah et al., 2021)
Otot-otot berikut ini merupakan otot penggerak utama dalam Gerakan dorsofleksi: (Paulsen dan Waschke, 2018) a.
m. tibialis anterior
b.
m. extensor hallucis longus
c.
m. extensor digitorum longus
Gambar 2.3 anterior ankle(Latifah et al., 2021) Otot-otot berikut ini merupakan otot penggerak utama dalam gerakan inversi (aduksi-supinasi): (Paulsen dan Waschke, 2018) a. m. tibialis anterior b. m. tibialis posterior c. m. flexor digitorum longus d. m. feloxor hallucis longus e. m. triceps surae Otot-otot berikut ini merupakan otot penggerak utama dalam gerakan eversi (abduksi-pronasi): (Paulsen dan Waschke, 2018) a.
m. peroneal
b.
m. extensor digitorum longus
c.
m. extensor hallucis longus
2. Persendian Sendi pergelangan kaki (Ankle Joint) terdiri dari bagian distal dari tulang tibia, distal fibula dan bagian superior tulang talus. Jenis dari ankle joint adalah hinge joint. Dengan bagian lateral dan medial diikat oleh ligamen. Adapun artikulasi disekitarnya antara lain adalah talus dan calcaneus (subtalar joint), antara tulang tarsal (midtarsal joint), antar tarsal bagian depan (anterior tarsal joint), antara tarsal dengan metatarsal (tarsometatarsal joint), antara metatarsal dengan phalang (metatarsophalangeal joint)
dan
antara
phalang (proximal & distal
interphalangeal joint).(Alsuhaymi et al., 2019) 3. Ligamen Talocrural joint (sendi ankle) termasuk dalam dua artikulasi antara os tibia dengan os talus dibagian medial dan os fibula dengan os talus dibagian lateral yang tergabung dalam satu kapsul sendi. Jaringan pada sendi ankle diikat oleh beberapa ligamen, antara lain adalah ligamen anterior tibiofibular dan ligamen posterior tibiofibular yang mengikat antara tibia dengan fibula, ligamen deltoid yang mengikat tibia dengan telapak kaki bagian medial, ligamen collateral yang mengikat fibula dengan telapak kaki bagian lateral. Tendon calcaneal (Achilles) terletak pada otot betis sampai calcaneus yang membantu kaki untuk gerakan plantar fleksi dan membatasi dorsi fleksi.
4. Arkus Fungsi dan struktur lengkung longitudinal medial dipengaruhi oleh banyak struktur anatomis, pada kaki terdapat tiga lengkung yang yaitu lengkung medial atau lengkung internal terbentuk sepanjang depan ke belakang, tulang-tulang ini saling berkaitan dan berdempetan disatukan oleh ligamen dan didukung oleh otot yang dikaitkan di depandan belakang tibia. Bagian-bagian lengkung pada kaki (Dalmau-pastor et al., 2020) a. Bagian lengkung medial Membentuk tepi medial kaki dari calcaneus merupakan tulang terbesar disebelah belakang dan mengalihkan berat badan ke belakang, talus merupakan titik tertinggi dari telapak kaki bagian sentral dari arkus, navicular & cuneiforme kearah anterior pada 3 metatarsal pertama. Plantar aponeurosis, abduktor hallucis, fleksor digitorum brevis, tibialis anterior, peroneus longus, tibialis posterior, dan fleksor hallucis, ligamen spring yang berfungsi membuat elastisitas bagian-bagian tersebut yang mensuport arkus medial. b. Lengkungan lateral Lengkungan lateral dari calcaneus berjalan melalui cuboideum kearah anterior melewati metatarsal IV danV. Secara normal arkus ini menyentuh bagian tanah/ lantai didukung oleh ligamen plantar, plantar aponeurosis, fleksor digitorum brevis, fleksor digitiminimi,
abduktor
digitiminimi,
peroneus
tertius,
peroneus
brevis,
danperoneus longus.
c. Lengkugan transversal Transversal dibentuk arkus ini tidak memanjang seperti arkus longitudinal oleh basis oss metatarsal berjalan dari melalui 3 cuneiforme ke oss cuboideum, cuneiforme II merupakan keystone arkus ini. 1) Derajat Flat foot Menurut (Utomo et al., 2018) Derajat Flat foot terbagi menjadi 3 (tiga) jenis yaitu: a)
Derajat I : Kaki masih memiliki arkus meskipun hanya sedikit, dimana medial arkus kaki berbentuk konkaf .
b)
Derajat II : Kaki sudah tidak memiliki arkus sama sekali, tidak melewati aksis dan hanya berbentuk rektilinear.
c) Derajat III : Pada derajat ini, kaki tidak hanya tidak
memiliki arkus tetapi juga terbentuk sudut dipertengahan kaki yang arahnya ke luar, batas medial sidik tampak berbentuk konveks Pada pemeriksaan wet foot print test arcus kaki dapat diukur menggunakan Clarke’s Angle (CA). dengan menghitung sudut garis singgung yang dibentuk oleh garis pertama yang menghubungkan tepi medial caput metatarsal serta garis kedua yang menghubungkan caput
metatarsal pertama dengan puncak lengkungan arcus longitudinal medialis (Pita et al., 2015). Menurut Chang (2014) pada anak usia 3-17 tahun. CA memiliki kriteria flat foot sebaagai berikut:
a) Normal Foot (≥42°) b) Flat foot grade1 (35-42°) c) Flat foot grade 2 (30-34°) d) Flat foot grade 3 (≤29°)
B. Flat Foot 1. Definisi Flat foot adalah kondisi dimana hilangnya lengkungan arkus medialis. Flat foot dibagi menjadi dua keategori yaitu fisiologi dan patologi (Atik dan Ozyurek, 2014). Pada awal usia anak normal jika seorang anak mengalami flat foot karena arkus mulai tumbuh saat anak awal berjalan, tetapi jika kondisi flat foot itu dialami hingga dewasa maka bisa menyebabkan berbagai
macam
permasalahan (Sonia et al, 2015).
Pada
sebagian besar anak-anak memiliki lengkung longitudinal yang normal berkembang pada usia 2-5 tahun dan hanya 4% di antaranya yang tetap bertahan setelah berusia 10 tahun. Kaki datar yang sering kita jumpai kebanyakan akibat dari kelemahan ligamen kaki pada kelainan struktur tulang, ketidak seimbangan
otot,
dan kelemahan
ligamen. Salah
satu
gangguan yang paling sering ditemui oleh pediatris yaitu flat foot, yang ditemui sekitar 28%–35%, akan mengalami penebalan pada bagian jaringan
lunak dan akan menurun seiring dengan pertumbuhannya (Pudjiastuti, et al 2012). Kelainan bentuk pada telapak kaki atau flat foot merupakan salah satu ganguan pada kaki yang abnormal dimana dalam tahap pertumbuhannya tidak terbentuk atau menghilang lengkungan kaki sebelah dalam (arcus medialis) saat anak berdiri (Harjanto, 2009). Flat foot dilihat secara medis dimana tidak terdapatnya lengkungan atau biasanya disebut kaki yang rata atau berbentuk datar menyentuh tanah sehingga seluruh permukaan telapak kaki hampir menempel bahkan sampai menempel pada bagian tanah atau permukaan yang rata. (Chang et al., 2014) 2. Etiologi Etiologi dari flat foot, diantaranya sebagai berikut : a. Kongenital Kongenital merupakan suatu kelainan bawaan sejak lahir yang terjadi karena beberapa faktor penyebab salah satunya berupa faktor genetik (diturunkan dari keluarga) (Lendra,2007 dalam Zaidah,2019). b. Usia Flat foot pada anak umur 7-10 tahun terjadi karena sebagian besar anak-anak mengalami perkembangan pada usia 3-5 tahun lengkung longitudinal kaki yang baik pada usia 6 tahun merupakan masa emas pembentukan arkus kaki (Mien et al.,2017) c. Ruptur tendon Aktivitas yang berlebih atau overuse dapat menyebabkan adanya rupture pada tendon tibialis posterior juga dapat menyebabkan kelainan pada kaki.
Jika tidak ditangani dengan baik, maka akan merusak struktur jaringan pada kaki (Lendra,2007 dalam Zaidah,2019). d. Jenis Kelamin Flat foot pada anak perempuan lebih rendah dibandingkan anak laki-laki yaitu sebanyak 61 (16,67%) dari 183 anak, sedangkan anak laki-laki sebanyak 68 (23,78%) dari 143 anak. Bantalan lemak pada kaki pada anak laki-laki lebih tebal dibandingkan dengan anak perempuan (Mien etal.,2017) e. Post-Trauma Fraktur pada ankle dengan malunion (gagal menyambung), membuat adanya
masalah
pada
telapak
kaki
seperti
bergeser
atau
hilang
kesejajarannya, karena hal tersebut akan mempengaruhi struktur badan. Perubahan struktur badan dapat berdampak pada berubahnya struktur kelengkungan tulang telapak kaki sehingga dapat menyebabkan seseorang mengalami masalah flat foot (Lendra,2007 dalam Zaidah,2019). f. Obesitas Anak yang mengalami obesitas dan status gizi overweight dapat menambah dapat menambah tekanan pada lengkung kaki yang terjadi secara terus-menerus saat berjalan. Selain itu, obesitas dapat lebih besarnya tekanan pada kaki yang mengakibatkan banyaknya jumlah kondisi flat foot pada anak (Ariani et al., 2015) 3. Klasifikasi flat foot diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu dari fleksibel flat foot dan rigid flat foot (Halabchi et al, 2013). a. Fleksibel Flat foot
Flat foot Fleksibel flat foot adalah kondisi dimana arkus atau lengkung kaki akan terlihat pada posisi non-weightbearing namun menjadi datar Ketika berdiri atau weightbearing (Halabchi et al, 2013). Fleksibel flat foot bersifat simtomatik, dimana akan menimbulkan beberapa gangguan seperti, nyeri di kaki, gait disorder, mudah lelah saat berdiri lama dan resiko jatuh yang tinggi (Alsuhaymi et al., 2019) b. Rigid flat foot
Rigid flat foot merupakan kaki datar patologis yang biasanya menimbulkan nyeri, keterbatasan, dan membutuhkan penanganan. Pada kondisi ini, seseorang tidak memiliki lengkung kaki sama sekali, baik ketika dalam posisi weightbearing ataupun non-weightbearing (Halabchi et al., 2013). 4. Manifestasi Klinis Pada anak-anak gejala flexible flat foot hampir tidak pernah menimbulkan permasalahan. Pada umunya flexible flat foot pada anak-anak memberikan gejala asimtomatik. Jika keadaan flexible flat foot tersebut bertahan hingga usia dewasa muda, kemungkinan akan mengalami gejala seperti rasa sakit yang ringan di sepanjang bagian bawah kaki. flexible flat foot kemungkinan menimbulkan gejala Ketika mencapai usia dewasa muda. Gejala tersebut terjadi ketika adanya kontraksi dari tendon achilles yang membatasi pergerakan dorsofleksi pergelangan kaki secara penuh, kemudian memindahkan tekanan pada bagian mid foot, yang kemudian
dapat menyebabkan kerusakan pada persendian tarsal
tdan memberikan
rasa nyeri pada lengkungan medial dan pergelangan kaki.(Latifah et al., 2021) Gejala yang mungkin terjadi pada beberapa orang dengan flexible flat foot termasuk:
1. Nyeri tumit di sepanjang pergelangan kaki atau di sepanjang bagian luar kaki 2. Rasa sakit sepanjang tulang kering 3. Nyeri atau kelelahan pada betis 4. Nyeri punggung, pinggul, atau lutut
C. Variabel Pengukuran Menurut Permana (2013) mengatakan bahwa keseimbangan dinamis adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan (equilibrium) pada saat bergerak dari satu titik ke titik yang lain. Keseimbangan dinamis merupakan
sebuah
sistem
gerak
yang
berfungsi
mengontrol
dan
mempertahankan posisi tubuh yang melibatkan sistem neuromuscular, musculoskeletal dan kognitif dengan perubahan dari center of gravity. Keseimbangan dinamis pada anak ditentukan oleh kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Anak usia 4-5 tahun memiliki keseimbangan yang belum optimal karena pada usia tersebut belum memasuki fase awal meningkatnya kemampuan keseimbangan dinamis pada anak perempuan
maupun
laki-laki.
Optimalisasi
keseimbangan
dinamis
membutuhkan adanya pelatihan aktivitas fisik yang dapat menstimulasi komponen-komponen keseimbangan.(Remaja et al., 2021) Kontrol keseimbangan kompleks tergantung pada input sensorik dari vestibular dan sistem visual, pusat pengolahan saraf pada sistem saraf pusat, dan input motor dari pusat pusat propioseptif. kerusakan fungsional atau defisit dalam sistem ini dapat menyebabkan disfungsi keseimbangan, yang dapat dikaitkan dengan kepercayaan diri yang rendah dan kecemasan pada anak (Partiwi, 2021). Balance beam test merupakan salah satu alat ukur yang digunakan untuk mengukur keseimbangan dinamis dengan menggunakan balok yang membujur
secara
horizontal yang dapat
digunakan
untuk
mengukur
keseimbangan. Balok keseimbangan dibuat dengan ukuran panjang 2,4 m, lebar 10 cm, dan tinggi 20 cm, yang diletakkan pada dua tempat yang lebih tinggi dari tanah dan mudah untuk dipindahkan (Rahim, 2015). Dalam buku test your physical fitness yang ditulis oleh dr Ashok menyatakan balance beam test dilakukan dengan cara menginstruksikan subjek berjalan ke ujung balok selama 6 detik tanpa terjatuh. Berdasarkan penelitian Takehiro pemeriksaan berjalan diatas diatas papan titian pada keseimbangan anak diperoleh sebesar 86%. (Juwita, 2017)
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian
ini
adalah
Ibservasional .Penelitian
ini
jenis sendiri
penelitian
yang
bertujuan
menggunakan
untuk
Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Flat foot
mengetahui
dengan
Mengobservasi keseimbangan dinamis pada pasien.
B. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Jl. Krapyak – Panggungrejo, kepanjen, Malang.
C. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada hari Senin 18 Juli 2022
D. Etika Penelitian 1. Informed Consent
cara
Lembar persetujuan yang diberikan kepada orang tua/wali dari responden yang memenuhi kriteria inklusi. Dalam penelitian ini jika responden bersedia menjadi sampel maka orang tua atau wali responden harus menandatangani lembar persetujuan ini. Dan apabila responden tidak bersedia menjadi responden maka tidak dipaksa dan tetap menghormati haknya.
2. Anonimity (Tanpa nama) Untuk menjaga privasi responden , maka peneliti tidak akan mencantumkan
nama
tapi
melainkan
hanya
memberikan
kode
tertentu pada setiap responden untuk menjaga kerahasiaannya. 3. Confidentiality Peneliti wajib menjaga kerahasiaan data serta informasi yang telah diberikan
oleh
responden. Confidentially ini bertujuan untuk
menjaga kenyamanan responden selama penelitian
E. Alat Pengumpulan Data 1. Jenis Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yang merupakan data yang langsung didapatkan dari lapangan 2. Instrumen Pengumpulan Data Intrumen adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur variable yang diteliti. Instrumen Penelitian yang akan digunakan adalah wet footprint test, balance beam test
F. Prosedur Pengumpulan Data 1. Tahap Persiapan a.
Melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu untuk mengetahui
seberapa banyak anak di Kecamatan Kepanjen yang mengalami Flat Foot. b.
administrative untuk penelitian.
c.
Mempersiapkan instrument penelitian yang akan digunakan pada
penelitian. d.
Menyiapkan Informed Consent sebagai persetujuan kepada subjek
penelitian 2. Tahap Pelaksanaan a. Melakukan koordinasi dengan pihak Fakultas Ilmu Kesehatan khusunya Program Studi Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Malang dan juga pihak Orang tua b. Menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian c. Melakukan permintaan persetujuan (Informed consent) kepada subjek dengan memberikan penjelasan tentang tujuan, manfaat serta hak-hak dari responden. d. Mengukur derajat flat foot dengan wet footprint test yaitu menggunakan media air yang bewarna kemudian dicetak dikertas putih.
BAB IV STATUS KLINIS
TANGGAL PEMBUATAN LAPORAN
: 13 juli 2022
KONDISI/ KASUS
: Fisioterapi A/flat foot
I. KETERANGAN UMUM PENDERITA Nama
: An. D
No. RM
:-
Umur
: 4 tahun
Jenis Kelamin
: perempuan
Agama
: Islam
Pekerjaan
:-
Alamat
: Jl. Locari no 45 cempokomulyo, kepanjen, Malang
II. DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT A. DIAGNOSIS MEDIS Flat Foot B. CATATAN KLINIS tidak ada C. RUJUKAN DARI DOKTER -
III.
SEGI FISIOTERAPI A. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
B. ANAMNESIS (AUTO) 1. KELUHAN UTAMA nyeri pada pergelangan kaki, 2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Pasien Mengeluhkan nyeri pada bagian kaki, jika sengaja berdiri dengan satu kaki pasien langsung terjatuh, 3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU tidak dikeluhkan 4. RIWAYAT PENYAKIT PENYERTA tidak dikeluhkan 5. RIWAYAT KELUARGA tidak dilakukan 6. ANAMNESIS SISTEM a. Kepala dan Leher
: (-) tidak ada keluhan
b. Kardiovaskular
: (-) tidak ada keluhan
c. Respirasi
: (-) tidak ada keluhan
d. Gastrointestinal
: (-) tidak ada keluhan
e. Urogenital
: (-) tidak ada keluhan
f. Musculoskeletal
: (-) kelemahan otot pada ankle bagian posterior
dan medial g. Nervorum
: (-) tidak ada keluhan
C. PEMERIKSAAN 1. PEMERIKSAAN FISIK a. TANDA-TANDA VITAL Lingkar kepala : 45 cm Tekanan Darah : 110/70 mmHg Denyut nadi
: 109x/ menit
Pernapasan
: 27x/ menit
Temperatur
: 36°C
Tinggi badan : 100 cm Berat badan
: 32 kg
b. INSPEKSI (STATIS & DINAMIS) Statis : terlihat seluruh punggung kaki pasien tertempel dengan tanah dinamis : pasien berjalan tidak simetris karena nyeri, Ketika berjalan posisi kaki pasien tidak benar c. PALPASI telapak kaki datar, os navicularis menonjol d. PERKUSI Tidak dilakukan
e. AUSKULTASI tidak dilakukan f. GERAK DASAR dextra Gerak aktif
Gerak pasif
Isometrik
sinistra
Plantar -dorso leksi
17°-0°-16°
9°-0°-10°
Inversi eversi
9°-0°-9°
4°-0°-5°
Plantar-dorso fleksi
20°-0-19°
8°-0°-9°
Inversi
8°-0°-9°
6°-0°-7°
Plantarfleksi
5
4
Dorsofleksi
4
4
inversi
5
3
eversi
4
3
interptersi : 3 = pasiendapa melawan gravitasi, melawan tahanan minimal 4 = pasien dapameawan gravitasi, melawanan tahanan maksimal 5 = normal
g. KOGNITIF, INTRA-PERSONAL, INTER-PERSONAL kognitif : pasien sudah mampu menjelaskan keluhannya kepada terapis dan memahami apa yang dibicarakan oleh terapis intra-p : pasien berkeinginan untuk sembuh inter-p : keluarga mendukung penuh kesembuhan dan intervensi yang akan diberikan oleh terapis
h. KEMAMPUAN
FUNGSIONAL
DASAR,
FUNGSIONAL, & LINGKUNGAN AKTIVITAS KFD : imbalance AF : keterbatasan pada plantar fleksi dan dorsofleksi LA : tidak dapat jinjit 2. PEMERIKSAAN SPESIFIK a. wet footprint test b. balance beam test
AKTIVITAS
D. UNDERLYING PROCESS - ALGORITMA Konginetal
tidak ada lengkungan medial pada kaki
tegangan pada tendon achiles
tarikan pada os calcaneus
flat foot
impairment
Functional limitation
muskuloskeletal
keterbatasan pada plantar fleksi dan dorsofleksi
tegang pd tenson achiles
imbalance
towel exc, shortfoot exc, walking exc
disability
tidak dapat jinjit, berdiri lama dll
IV.
DIAGNOSA FISIOTERAPI imbalance et causa flat foot
V.
Impairment
: imbalance
Functional Limitation
: keterbatasan pada plantar fleksi dan dorsofleksi
Disability
: tidak dapat jinjit, berdiri lama dll
PROGNOSIS Qua at Vitam
: bonam
Qua at Sanam
: bonam
Qua at Fungsionam
: bonam
Qua at cosmeticam
VI.
: bonam
PROGRAM/RENCANA FISIOTERAPI 1. Tujuan treatment a. Jangka Pendek -
mengurangi immobility
b. Jangka Panjang -
mengoptimalkan Adl pasien
-
memaksimalkan immobility agar Kembali ke mobilitasnya
2. Rencana tindakan a. Teknologi Fisioterapi 1) towel curl exercise : tujuan pemberian towel curl exercise adalah untuk meningkatkan mobilitas pasien
2)
short foot exercise : untuk meningkatkan kekuatan otot otot pada
kaki 3) VII.
walking exc dgn ujung jari kaki : untuk menguatkan ankle pasien
PELAKSANAAN FISIOTERAPI 1.
towel Curl Exercise F : 3x seminggu I : Kondisional pasien T : 5-10 menit t : Meremas handunk menggunakan telapak dan jari kaki
2.
Short foot exercise F : 3x seminggu I : kondisional pasien t : 5-10 menit T : ekstensi telapak kaki
3.
walking exc F : 3x seminggu I : kondisional pasien t : 5-10 menit T : berjalan sambal jinjit
VIII. HASIL EVALUASI TERAKHIR IX.
EDUKASI DAN KOMUNIKASI -
menyuruh pasien untuk mengulang Kembali exercise yang telah diberikan menghindari jenis sepatu yang menyebabkan flat foot semakin parah
BAB V KESIMPULAN
Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa adanya penurunan keseimbangan dinamis pada anak dengan flat foot.
DAFTAR PUSTAKA Alsuhaymi, A. M., Almohammadi, F. F., Alharbi, O. A., Alawfi, A. H., Olfat, M. M., Alhazmi, O. A., & Khoshhal, K. I. (2019). Flatfoot among School - age Children in Almadinah
Almunawwarah :
Prevalence
and
Risk
Factors.
1–5.
https://doi.org/10.4103/jmsr.jmsr Anak, P., Dasar, S., Tonja, N., & Denpasar, K. (n.d.). HUBUNGAN FLAT FOOT DENGAN KESEIMBANGAN STATIS DAN DINAMIS PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI 4 TONJA KOTA DENPASA. 5, 23–26. Askary, R., & Aliabadi, F. (2013). Prevalence of Flat Foot : Comparison between Male and Female Primary School Students. 11(18), 22–24. Dalmau-pastor, M., Guelfi, M., Malagelada, F., & Mirapeix, R. (2020). Anatomy of the Ankle Joint and Hindfoot. February. https://doi.org/10.1007/978-3-030-29231-7 Evans, A. M. (2011). The paediatric flat foot and general anthropometry in 140 Australian school children The paediatric flat foot and general anthropometry in 140 Australian school children aged 7 - 10 years. 12(April). Halarewicz, A. (2018). Prevalence faltfoot in primary school Prevalence faltfoot in primary school. https://doi.org/10.1088/1757-899X/434/1/012029 Juwita, R. (2017). Hubungan Tingkat Stres Akademik dengan Perubahan Siklus Menstruasi pada Siswi Kelas X Di SMAN Tempeh Lumajang. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang. K, E., & K, J. S. (2016). The effects of short foot exercises and arch support insoles on improvement in the medial longitudinal arch and dynamic balance of flexible
flatfoot patients. 3136–3139. Latifah, Y., Naufal, A. F., Nafi, D., & Astari, R. W. (2021). Hubungan Antara Postur Flat Foot Dengan Keseimbangan Statis Pada Anak Usia 12 Tahun. 2(1), 1–6. Partiwi, N. (2021). EFEKTIVITAS ABDOMINAL STRETCHING EXERCISE DAN KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI DISMENORE PRIMER Pendahuluan Saat menstruasi wanita seringkali. 2, 168–174. Remaja, P., Sholikhah, M., & Widiastuti, W. (2021). Prosiding Seminar Nasional Kesehatan 2021 Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Penerapan Abdominal Stretching Exercise Yang Diiringi Musik Klasik Untuk Menurunkan Dismenore Prosiding Seminar Nasional Kesehatan 2021 Lembaga Penelitian dan Pengabdia. 721–729.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Permohonan Izin Menjadi Responden
Lampiran 2. Informed Consent
Lampiran 3 Instrumen penelitian
(Balance Beam Test) A. Persiapan Alat 1. Balok Keseimbangan (panjang 2,4 m, lebar 10 cm, dan tinggi 20 cm) 2. Stopwatch B. Prosedur Pelaksanaan a. Anak diminta untuk berdiri diatas permukaan balok keseimbangan b. Anak diminta untuk fokus pandangan sampai ujung balok c. Anak diminta untuk merentengkan kedua tangan kesamping d. Anak diinstruksikan untuk berjalan sampai ujung balok tanpa jatuh selama 6 detik
Lampiran 4. Dokumentasi 1. 2. 3.
pasien saat menggunakan wet footprint test dicelupkan di tinta pasien saat mencetak kaki di kertas pasien berjalan diatas balok
Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian
Lampiran 6. Lembar Konsultasi