Tugas Akhir Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi [PDF]

  • Author / Uploaded
  • maevy
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



TUGAS AKHIR PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPERASI ATRIAL SEPTAL DEFECT



Oleh : DANY PRAMUNO PUTRA NIM. 011210213028



PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI FAKULTAS VOKASI UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016



TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Allah S.W.T atas nikmat taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan baik dan lancar. Tugas akhir yang berjudul “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrium Septal Defect (ASD) “ disusun dalam rangka melengkapi tugas tugas dan memenuhi syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Diploma 3 Fisioterapi Fakultas Vokasi Universitas Airlangga Surabaya. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapat saran, dorongan, bimbingan serta keterangan-keterangan dari berbagai pihak yang merupakan pengalaman yang tidak dapat diukur secara materi, namun dapat membukakan mata penulis bahwa sesungguhnya pengalaman dan pengetahuan tersebut adalah guru yang terbaik bagi penulis. Oleh karena itu dengan segala hormat dan kerendahan hati perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Allah S.W.T yang telah memberikan saya kehidupan di dunia ini. 2. Orang tua saya tercinta ibu Sri Puji Astuti serta ayah saya Rendi Susanto,SE.,MM yang telah begitu luar biasa mendidik saya dari lahir sampai sekarang. 3. Kakak saya Lusi Susanti,Amd.Keb yang memberikan motivasi saya sebagai kakak. 4. Prof. Dr. Moh Nasih, SE., MT., Ak selaku rektor Universitas Airlangga Surabaya.



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



iii



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



5. Prof. Dr. Soetojo, dr., Sp.U (K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. 6. Dr. H. Widi Hidayat, M. Si., Ak., selaku dekan Fakultas Vokasi Universitas Airlangga. 7. Kepala Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Soetomo Subagyo. Dr. Sp. KFR (K). 8. Kepala Program Studi D3 Fisioterapi Patricia Maria K., dr., Sp.KFR. 9. Pembimbing I tugas akhir Andriati, dr., Sp. KFR 10. Pembimbing II tugas akhir Akhmad Susiloaji, SKM., STr.Kes 11. Kesekretariatan program studi D3 Fisioterapi. 12. Dosen saya yang telah memberikan ilmunya sehingga saya dapat menjadi manusia yang berguna kelak. 13. Ibu Farida yang telah berkenan menjadi pasien studi kasus dalam tugas akhir. 14. Teman-teman kelompok B semester 5 (Samudra, Yulia, Tiara, Novi, Jojo, Harlin) yang banyak bersama-sama mengarungi praktek dalam suka maupun duka. 15. Teman-teman kelompok G semester 6 (Pipit, Sub’qi, Dyah, Marliza, Zahra) yang banyak bersama-sama mengarungi praktek dalam suka maupun duka serta teman-teman fisioterapi angkatan 2013 yang saya cintai, sayangi dan saya banggakan. 16. Saudari Irma Nurma Linda,S.Keb yang turut membantu dalam proses pembuatan tugas akhir ini.



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



iv



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



17. Adik-adik angkatan saya pogram studi D3 fisioterapi yang saya banggakan. 18. Serta seluruh pihak yang telah membantu melancarkan penulisan tugas akhir ini. Penulis menyadari adanya kekurangan dan kesalahan yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis, sehingga tugas akhir ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu penulis berharap kritikan yang bersifat membangun dari para pembaca yang nantinya akan bermanfaat untuk perbaikan karya tulis ini. Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.



Surabaya, 27 Juni 2016



Penulis



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



v



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



Abstrak



Atrium septal defect (ASD) merupakan kebocoran pada septum atrium atau dinding yang membatasi antara atrium kanan dan kiri. Defek ini akan menyebabkan pirau dari kiri ke kanan karena tekanan di atrium kiri lebih besar daripada atrium kanan. Hal ini menyebabkan kelebihan volume pada ventrikel kanan, sehingga ventrikel kanan dan atrium terdilatasi dan hipertrofi serta arteri pulmonal juga ikut terdilatasi. Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus ASD (Atrial Septal Defect) ini sangat penting dikarenakan untuk mengembalikan kemampuan fungsional dan daya tahan kardiovaskuler. Pada kasus ASD (Arium Septal Defect) darah yang mengandung oksigen dari atrium kiri mengalir ke atrium kanan dan dapat mengalir menuju arteri pulmonalis. Aliran yang melalui defek tersebut merupakan suatu proses akibat ukuran dan compliance dari atrium tersebut. Pada suatu saat sindroma Eisenmenger bisa terjadi akibat penyakit vaskuler paru yang terus bertambah berat. Arah shunt pun bisa berubah menjadi dari kanan kekiri sehingga sirkulasi darah sistemik banyak mengandung darah yang rendah oksigen akibatnya terjadi hipoksia dan sianosis. Pasien pasca ASD (Atrium Septal Defect) biasanya pasien akan mengalami problem pada kapasitas fisik seperti penurunan endurance, penurunan mobilitas sangkar thoraks, spasme otot uppertrapezius, postur tubuh yang tampak kifosis dan pada kemampuan fungsional belum mampu berjalan jauh sehingga pasiean akan mengalami ketergantungan ringan. Peran fisioterapi pada pasien ASD (Atrium Septal Defect) pasca operasi untuk mengurangi problem yaitu breathing exercise untuk mengoptimalkan oksigenasi, latihan mobilisasi thoraks untuk mengembangkan thoraks, latihan endurance untuk kekuatan daya tahan otot-otot respirasi, meningkatkan daya tahan tubuh, oleh karena itu intervensi fisioterapi harus sesuai dengan kasus yang ada agar manfaat yang diharapkan fisioterapi pada jangka pendek meningkatkan sangkar thoraks, meningkatkan endurance, mengurangi spasme otot uppertrapezius dan jangka panjang meneruskan jangka pendek, pasien dapat kembali ke aktivitas sehari-hari secara mandiri seperti berjalan jauh. Kata kunci : ASD, latihan breathing excerise, latihan mobilisasi thoraks, latihan endurance



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



vii



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



Abstract



Atrial septal defect (ASD) is a leak in the atrial septum, or wall that limits between right and left atrial. This defect will cause a shunt from left to right as the pressure in the left atrium is greater than the right atrium. This causes the excess volume of the right ventricle, so that the right ventricle and atrium dilated and hypertrophic and dilated pulmonary arteries also. Management of physiotherapy in cases of ASD (Atrial Septal Defect) is very important due to restore functional ability and cardiovascular endurance . In the case of ASD (Arium Septal Defect) oxygenated blood flow from the left atrium to the right atrium and flows into the pulmonary artery. Flow through the defect is a process due to the size and compliance of the atrium. At a time Eisenmenger syndrome may occur as a result of pulmonary vascular disease that gets worse. Directions shunt can turn out to be from left to right systemic blood circulation contains a lot of low blood oxygen resulting in hypoxia and cyanosis. Post ASD patients (Atrium Septal Defect) is usually the patient will experience problems such as a decline in physical capacity, endurance, decreased mobility of the thoracic cage, muscle spasms uppertrapezius, posture looks kyphosis and the functional capabilities have not been able to walk away so pasiean will experience a mild dependence. The role of physiotherapy in patients with ASD ( Atrium Septal Defect ) after surgery to reduce the problem, namely breathing exercise to optimize oxygenation, mobilization exercises thorax to develop thoracic, endurance training for strength endurance muscles of respiration, increase endurance, hence the intervention of physiotherapy must be in accordance with the existing case that the expected benefits of physiotherapy on a short-term increase of thoracic cage, increase endurance, reduce muscle spasm and long-term forward uppertrapezius short term, patients can return to daily activities such as walking independently away. Keywords : ASD, breathing exercises excerise, thoracic mobilization exercises, endurance training



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



viii



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ,i LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii DAFTAR ISI ........................................................................................................ .iii BAB I



PENDAHULUAN ................................................................................. 1



1.1



Latar Belakang........................................................................................ 1



1.2



Tujuan ..................................................................................................... 3



1.3



1.2.1



Umum ......................................................................................... 3



1.2.2



Khusus ........................................................................................ 3



Manfaat ................................................................................................... 3 1.3.1 Bagi Penulis ................................................................................ 3 1.3.2 Bagi Masyarakat Umum ............................................................. 3



BAB II



TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4



2.1



Anatomi Jantung ..................................................................................... 4



2.2



Fisiologi Jantung .................................................................................... 5



2.3



Pengertian Atrium Septal Defect........................................................... ..6 2.3.1 Defek Otium Sekundum............................................................. ..6 2.3.2 Defek Sinus Primum ................................................................. ..7 2.4.3 Defek Sinus Venosus ................................................................. ..7



2.4



Komplikasi ........................................................................................... ..8



2.5



Patofisiologi Atrium Septal Defect ....................................................... ..8



2.6



Manifestasi Klinis Atrium Septal Defect .............................................. ..9



2.7



Bedah Thorak ....................................................................................... ..9 2.7.1



Definisi .................................................................................... ..9



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



ix



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



2.7.2 Jenis Bedah Thorak ................................................................... 10 2.7.3 Jenis Pembedahan pada Thorak ................................................ 10 2.7.3.1



Torakotomi ............................................................... 10



2.7.3.2



Sternotomi ................................................................ 10



2.7.4 Komplikasi dari Post Operasi Bedah Thorak ........................... 10



BAB III PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI ......................................... 11 3.1



Penatalaksanaan Fisioterapi .................................................................. 11



3.2



Breathing Exercise ............................................................................... 11 3.2.1 Tujuan Breathing Exercise ....................................................... 14



3.3



Latihan Batuk Efektif dan Clapping..................................................... 14



3.4



Latihan Endurance ............................................................................... 14



3.5



Latihan Mobilisasi Thorak ................................................................... 15 3.5.1 Tujuan Latihan Mobilisasi Thorak ........................................... 15



BAB IV RENCANA STUDI KASUS............................................................... 17 4.1. Pemeriksaan Subyektif ......................................................................... 17 4.2. Pemeriksaan Obyektif........................................................................... 18 4.3. Pemeriksaan Kemampuan Fungsional ................................................. 19 4.4. Assessment ........................................................................................... 21 4.5. Planing .................................................................................................. 21 4.6. Evaluasi ................................................................................................ 21 4.6.1 Six Minutes Walking Test ............................................................ 22 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



x



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Borg scale......................................................................................... 15 Tabel 3.1 Frekuensi latihan ............................................................................. 22 Tabel 3.2 Intensitas latihan .............................................................................. 23 Tabel 4.1 Indeks barthel .................................................................................. 31 Tabel 4.2 Evaluasi kemampuan fungsional dengan indeks barthel ................. 39 Tabel 5.1 Pemeriksaan six minutes walking test sebelum dan sesudah diberikan program latihan ................................................................................ 41 Tabel 5.2 Hasil kemampuan fungsional sebelumdan setelah diberikan program latihan. ............................................................................... 42



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



xi



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



DAFTAR GAMBAR



Gambar 2.1 Anatomi jantung ........................................................................... 6 Gambar 2.2 Anatomi atrium septal defect ....................................................... 11



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



xii



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



DAFTAR SINGKATAN, ISTILAH, DAN ARTI LAMBANG



ACBT



: Active cycle of breathing technique



ASD



: Atrial septal Defect



AV



: Atrio ventrikuler



AVSD



: Atrio ventrikuler septal defect



EKG



: Elektrokardiografi



FRC



: Funcional residual capacity



FITT



: Frekuensi, intensitas, tipe, time



PFO



: Patent foramen ovale



PJB



: Penyakit jantung bawaan



SMI



: Sustain maximal inspiration



SP02



: Saturasi of peripheral oxygen



SVD



: Sinus venosus defect



THR



: Target heart rate



6MWT



: Six minutes walking test



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



xiii



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Jantung adalah merupakan organ terpenting bagi manusia, jantung berdetak



dari kita beraktivitas hingga tertidur. Jika jantung berhenti itu tanda kematian seseorang, karena jantung bertugas untuk memompa darah yang membawa nutrisi dan oksigen yang di butuhkan oleh tubuh. Fungsi dari jantung adalah memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan dan organ tubuh yang diperlukan dalam proses metabolisme. Terdapat 3 komponen sistem dari jantung yaitu jantung sebagai organ pemompa, komponen darah sebagai pembawa materi oksigen dan nutrisi, pembuluh darah sebagai media mengalirkan komponen darah (Muttaqin, Arif , 2009). Indonesia dengan populasi 200 juta penduduk dan angka kelahiran hidup 2%, diperkirakan terdapat sekitar 30.000 penderita Penyakit jantung bawaan (PJB). ASD adalah penyakit jantung bawaan berupa lubang (defek) pada septum interatrial (sekat antar serambi) yang terjadi karena kegagalan fungsi septum interatrial semasa janin. Berdasarkan lokasi lubang, diklasifikasikan dalam 3 tipe, yaitu (1) ASD sekundum, bila lubang terletak pada daerah fossa ovalis, (2) ASD primum, bila lubang terletak di daerah ostium primum, yang mana ini termasuk salah satu bentuk Atrio-Ventricular Septal Defect (AVSD), dan (3) Sinus Venosus Defect (SVD) bila lubang terletak di daerah sinus venosus dekat muara vena (pembuluh darah balik) kava superior atau inferior (Brickner, 1995).



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR



1 TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



2 Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



ASD merupakan salah satu PJB non sianotik yang sebelumnya harus selalu ditangani dengan tindakan bedah adalah kebocoran sekat serambi jantung (Atrial Septal Defect/ASD). Insidensnya sekitar 6,7% dari seluruh PJB pada bayi yang lahir hidup (Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI, 2003). Penyakit jantung Atrium Septal Defect



merupakan penyakit jantung



bawaan berupa kebocoran pada sekat yang membatasi kedua atrium sehingga terjadi percampuran darah pada tingkat atrium (Saripediatri, 2000). Dampak yang terjadi pada penyakit ASD ini berupa gagal jantung, aritmia dan peningkatan resiko stroke, pada beberapa komplikasi yang kurang serius seperti hipertensi pulmonal dan eisenmenger syndrome (Mayo clinic ASD). Pada kasus ASD ini hanya bisa dilakukan tindakan operatif berupa tata laksana bedah. Pada beberapa kasus tentang ASD ini terdapat beberapa dampak yang terjadi setelah tindakan operasi adanya komplikasi pada sistem respirasi berupa sekret, palpitasi, gangguan postur, penurunan endurance saat aktivitas dan rasa nyeri pada dada (Medlineplus. Atrial Septal Deffect). Pada fase penyembuhan bekas luka operasi pasti timbul perasaan nyeri, nyeri adalah suatu perasaan yang tidak menyenangkan (Hambly dan Sainsbury, 2006). Nyeri ini biasanya timbul ketika melakukan pergerakan, dalam hal ini pergerakan dilakukan oleh tulang kosta akibat konsekuensi dari ekspansi torak, yaitu pada saat inspirasi rongga toraks akan mengembang dan saat ekspirasi rongga toraks akan kembali ke kondisi semula. Pergerakan dalam posisi diam ke mengembang menimbulkan rasa nyeri. Di saat kondisi ini akan mengurangi daya kembang toraksnya, untuk menghindari rasa nyeri yang didapat saat ekspirasi.



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR



TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



3 Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



Lama-kelamaan daya kembang dari sangkar toraks akan terbatas seiring dengan penyembuhan luka. Dibutuhkan latihan mobilisasi torak untuk mengembalikan toraks seperti semula. Latihan mobilisasi toraks adalah latihan kombinasi dari gerakan aktif vertebra atau alat gerak dengan napas dalam (Amrohit, 2010). Pada pasien post operasi ASD, sering kali menimbulkan dampak yang serius pada sistem respirasi yaitu gangguan perfusi paru berupa penurunan fungsi otot respirasi akibat medikamentosa yang diberikan berlebihan pada saat pasien operasi. Dampak tersebut mengakibatkan sekret tidak bisa keluar dan terdapat nyeri pada saat pasien respirasi. Rasa cemas dan takut sering terjadi pada pasien post operasi ASD (Sari Pediatric, 2000). Fisioterapi memiliki peran penting untuk menangani problem yang ada serta mencegah komplikasi yang terjadi. Oleh karena itu dalam penulisan tugas akhir ini penulis akan membahas tentang terapi latihan pada kasus ASD post operasi.



1.2



Tujuan Penulis



1.2.1 Umum Untuk mengetahui peranan fisioterapi dalam post operasi ASD 1.2.2 Khusus Mengetahui lebih jauh terapi latihan Breathing Exercise, latihan endurance, dan latihan mobilisasi toraks, dan menjabarkan teknik latihan tersebut.



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR



TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



4 Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



1.3



Manfaat Penulisan



1.3.1 Bagi penulis Menambah wawasan dan memahami tentang latihan Breathing Exercise, latihan endurance, dan latihan mobilisasi toraks post operasi ASD. 1.3.2 Bagi masyarakat umum Memberi gambaran dan informasi tentang ASD dan latihan yang tepat bagi penderita post operasi ASD.



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR



TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus1Post Operasi Atrial Septal Defect



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1



Konsep Dasasr Jantung



2.1.1 Anatomi Jantung Seorang fisioterapi harus memahami anatomi jantung, karena berguna untuk melakukan pemeriksaan pada penderia dengan penyakit jantung. Jantung merupakan organ utama dalam sistem kardivaskuler. Jantung dibentuk oleh organ-organ muscular, apex, dan basis cordis, atrium kanan dan kiri, serabut ventrikel kanan dan kiri. Jantung memiliki bentuk yang cenderung kerucut tumpul dengan panjang sekitar 12 cm, lebar 8-9 cm, dan tebal 6cm. Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200-425 gram, dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan pemiliknya. Setiap harinya, jantung berdetak 100.000 kali dan daglam masa priode itu jantung memompa 2.000 galon darah atau setara dengan 7.571 liter darah (Naga dkk, 2014). Posisi jantung terletak di antara kedua paru-paru dan berada di tengahtengah dada, bertumpu pada diafragma toraks. Letak jantung ini kira-kira 5 cm di atas processus xiphoideus yang terlindungi oleh tulang rusuk. Bagian anterior dibatasi oleh sternum dan kosta 3, 4, dan 5. Hampir dua pertiga bagian jantung terletak di sebelah kiri garis median sternum. Jantung terletak di atas diafragma, miring kearah anterior kiri dan apeks kordis berada paling anterior dalam rongga dada. Apeks dapat di raba pada ruang sela kosta 4-5 dekat garis medio-klavikular kiri. Batas superior di bentuk oleh ascending aorta, arteri pulmonalis dan vena cava superior. Ukuran dan berat jantung tergantung pada usia, jenis kelamin, tinggi badan, lemak epikardium dan nutrisi seseorang (Rilantono dkk., 2004). Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



5



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



6



Gambar 2.1 Anatomi jantung (Netter, 2009) Jantung dipersarafi oleh sistem saraf otonom yaitu saraf simpatis dan parasimpatis. Serabut-serabut saraf simpatis mempersarafi daerah atrium dan ventrikel termasuk pembuluh darah koroner. Saraf parasimpatis terutama memberikan persarafan pada nodus sino-atrial, atrio-ventrikuler dan serabutserabut otot atrium, dapat pula menyebar ke dalam ventrikel kiri (Rilantono dkk, 2004).



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



7



2.1.2 Fisiologi Jantung Secara fisiologis, jantung bertugas untuk memompa darah ke seluruh jaringan tubuh dari ventrikel kiri melalui aorta yang kemudian terpisah menjadi aorta ascendens dan aorta descendens. Darah yang mengandung O 2 akan beredar keseluruh tubuh dan berdifusi di dalam kapiler-kapiler darah, yang kemudian menghasilkan darah yang penuh CO 2 kembali ke jantung melalui vena cava superior dan vena cava inferior masuk ke atrium kanan, dialirkan ke ventrikel kanan. Dari ventrikel kanan, darah akan dipompa menuju paru-paru melalui arteri pulmonalis, dan kemudian kembali lagi ke atrium kiri melalui vena pulmonalis, yang selanjutnya akan dipompa kembali oleh ventrikel kiri menuju seluruh tubuh (Rilantono dkk., 2004).



2.2



Konsep Dasar ASD (Atrium Septal Defect)



2.2.1 Pengertian Atrium Septal Defect Defek septum atrium adalah keadaan berlubangnya septum atrium atau dinding yang membatasi antara atrium kanan dan kiri. Defek ini akan menyebabkan pirau dari kiri ke kanan karena tekanan di atrium kiri lebih besar daripada atrium kanan. Hal ini menyebabkan kelebihan volume pada ventrikel kanan, sehingga ventrikel kanan dan atrium terdilatasi dan



hipertrofi. Arteri



pulmonal juga ikut terdilatasi (Rao, 2012). Keadaan ini secara umum dapat ditoleransi pada anak kecil, namun dapat menimbulkan intoleransi terhadap aktivitas dan aritmia pada anak yang lebih besar, serta resiko penyumbatan vaskular paru. Defek septum atrium terdiri dari tiga tipe, yaitu defek ostium sekundum, ostium primum, dan defek sinus venosus (Rao, 2012).



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



2.2.2



8



Klasifikasi ASD (Atrium Septal Defect)



2.2.2.1 Defek Ostium Sekundum Defek ostium sekundum merupakan defek septum atrium yang paling sering ditemukan. Diperkirakan 75% dari defek septum atrium adalah defek ostium sekundum (McDaniel, 2001). Septum dapat absen sama sekali atau septum tetap ada namun berlubang – lubang (fenestrasi). Defek ostium sekundum dapat terjadi akibat kematian sel - sel dan resorbsi septum primum yang berlebihan, atau dapat disebabkan juga oleh perkembangan septum sekundum yang tidak adekuat (Sadler et al, 2010). Defek ini menimbulkan pirau dari atrium kiri ke kanan. Derajat pirau kiri ke kanan bergantung pada besarnya defek septum, komplians relatif dari ventrikel kanan dan kiri, dan tahanan vaskular relatif pada sirkulasi sistemik dan pulmonal (Rao, 2012). 2.2.2.2 Defek Otium Primum Defek ostium primum terjadi akibat dari gangguan pertumbuhan endocardial cushion (McDaniel, 2001). Defek ini termasuk kumpulan defek yang disebut atrio-ventrikular septal defect (AVSD). Terdapat defek pada daun anterior dari katup mitral, yang menyebabkan insufisiensi mitral dengan derajat yang bervariasi. Terjadi pula dilatasi pada ventrikel kanan seperti yang didapatkan pada defek ostium sekundum. Dilatasi ventrikel kiri dapat terjadi jika derajat insufisiensi mitral sedang atau berat (Rao, 2012). Gambaran klinis defek ostium primum secara esensial sama dengan gambaran klinis pada defek ostium sekundum. Jika didapati insufisiensi mitral yang signifikan, dapat didapati gambaran klinis gagal jantung (Rao, 2012).



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



9



Pada pemeriksaan fisik, defek septum primum memberikan gambaran yang sama dengan defek ostium sekundum. Pada auskultasi dapat didapati murmur apikal sebagai akibat dari insufisiensi mitral. Defek septum AV yang komplit menyebabkan gagal jantung dan infeksi paru yang muncul pada masa bayi. Hati membesar, dan bayi menampakkan tanda – tanda gagal tumbuh (Djer et al, 2007). 2.2.2.3 Defek Sinus Venosus Defek sinus venosus mencakup 5 – 10% dari semua ASD. Mayoritas defek terletak di bagian postero-superior dari septum inter-atrial. Defek ini seringkali diikuti dengan anomali vena pulmonalis dimana vena pulmonalis atas bermuara di atrium kanan (Rao, 2012). Pada defek ini terjadi dilatasi dari ventrikel kanan, sama seperti pada defek setum atrium lainnya. Pada pemeriksaan EKG ditemukan gelombang P yang orientasinya superior (>30°). Ekokardiogram menunjukkan overload dari ventrikel kanan, sama seperti pada ASD lain, namun tanpa terlihat adanya ASD pada posisi ostium sekundum. Indikasi dilakukan intervensi pada defek ini sama seperti pada ASD septum sekundum. Namun defek ini tidak dapat ditutup menggunakan teknik transkateter. Pembedahan merupakan terapi yang dianjurkan. Pada pembedahan dilakukan penutupan defek ASD dan pengarahan vena pulmonalis ke arah atrium kiri (Rao, 2012).



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



2.2.3



10



Komplikasi



1) Hipertensi pulmonal 2) Gagal jantung 3) Endokarditis 4) Aritmia



2.2.4 Patofisiologi Atrium Septal Defect Pada kasus Atrial Septal Defect yang tidak ada komplikasi, darah yang mengandung oksigen dari atrium kiri mengalir ke atrium kanan dan dapat mengalir menuju arteri pulmonalis. Aliran yang melalui defek tersebut merupakan suatu proses akibat ukuran dan compliance dari atrium tersebut. Normalnya setelah bayi lahir compliance ventrikel kanan menjadi lebih besar daripada ventrikel kiri yang menyebabkan ketebalan dinding ventrikel kanan berkurang. Hal ini juga berakibat volume serta ukuran atrium kanan dan ventrikel kanan meningkat. Jika compliance ventrikel kanan terus menurun akibat beban yang terus meningkat shunt dari kiri ke kanan bisa berkurang. Pada suatu saat sindroma Eisenmenger bisa terjadi akibat penyakit vaskuler paru yang terus bertambah berat. Arah shunt pun bisa berubah menjadi dari kanan kekiri sehingga sirkulasi darah sistemik banyak mengandung darah yang rendah oksigen akibatnya terjadi hipoksia dan sianosis. Jika ukuran lubang defek besar, darah yang dipompa menuju arteri pulmonalis akan meningkat, dan hal ini menyebabkan jantung dan paru bekerja lebih keras, dan dapat menyebabkan kerusakan pada arteri pulmonalis. Namun, jika lubang defek kecil, hal ini tidak akan menyebabkan masalah yang serius.



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



11



Banyak penderita ASD dewasa yang masih memiliki defek pada atrium, yang disebut juga Patent Foramen Ovale (PFO)



Gambar 2.2 Anatomi atrium septal defect ( jakartaheartcenter, 2013 ) 2.2.5



Manifestasi Klinis Atrium Septal Defect



1) Adanya Dispnea 2) Kecenderungan infeksi pada jalan napas 3) Palpitasi 4) Kardiomegali 5) Atrium dan ventrikel kanan membesar 6) Diastolik meningkat 7) Sistolik Rendah



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



2.3



12



Bedah Toraks



2.3.1 Definisi Bedah toraks adalah perbaikan dari organ yang terletak didalam rongga toraks atau dad. Rongga toraks berada diantara leher dan diafragma, yang di dalamnya terdapat jantung dan paru-paru (sistem kardiopulmunal), esophagus, trachea, pleura, mediastinum, dinding toraks, dan diafragma. 2.3.2 Jenis Pembedahan pada Toraks Bedah toraks dibagi bedah jantung dan non jantung. Disini non jantung disebut juga bedah paru. Ada beberapa “border line”, misalnya bedah esophagus, antara bedah digestif dan paru (kumpulan Kuliah Univ Indonesia, 2002). 2.3.2.1 Thorakotomi Thorakotomi adalah suatu tindakan pembedahan atau insisi dengan cara membuka rongga toraks untuk mendapakan akses kerongga dada. Torakotomi dibutuhkan saat pembedahan paru misalnya lobectomy, pnemonectomy, atau segmental resection (Kisner, 2007). 2.3.2.2 Sternotomi Sternotomi adalah suatu tindakan pembedahan atau insisi dibagian tengah dada atau mediasternum. Patokannya adalah sternum, prosesus xifoideus, dan sendi konstokondal. Insisi dibuat secara vertikal ditengah sternum sampai tepat dibawah prosesus xifoideus (Barbara, 2006). Sebagian besar operasi yang digunakan untuk pembedahan jantung adalah median sternotomy (Kisner, 2007). 2.3.3 Komplikasi dari Post Operasi Bedah Toraks 1) Nyeri dada 2) Imobilisasi dada



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



13



3) Penurunan daya kembang paru 4) Batuk yang tidak efektif (Kisner, 2007)



2.4



Six Minutes Walking Test Six minutes walking test merupakan salah satu tes yang cukup efektif pada



kasus jantung. Tes tersebut cukup mudah dan sudah sangat umum digunakan untuk mengukur kapasitas fisik dan kemampuan fungsional pasien dengan gangguan kardiopulmonal. Metode dari six minutes walking test sangat mudah diterapkan, pasien berjalan sejauh 30 meter di permukaan yang datar dengan kapasitas waktu 6 menit. Tugas fisioterapi yaitu untuk mengukur jarak yang dapat di tempuh pasien selama waktu yang di tentukan. Pasien yang akan melakukan latian six minutes walking test, harus mempersiapkan diri untuk melakukan tes tersebut, seperti makan 1 jam sebelum latihan, menggunakan baju dan alas kaki yang nyaman, jika pasien masih menggunakan kruk dan oksigen tetap di pergunakan (American Thoracic Society, 2002). Prosedur pelaksanaan six minutes walking test (American Thoracic Society, 2002): Presedur Pelaksanaan 6MWT (American Thoracic Soety, 2002) 1.



Tidak perlu di lakukan priode warm-up sebelum melalui tes



2.



Jika perlu dilakukan pengulangan latihan hendaknya dilakukan pada waktu yang sama dengan hari sebelumnya, untuk mengurangi intraday variability



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



3.



14



Pasien hendaknya duduk dikursi yang dekat dengan titik awal selama 10 menit. Dilakukan pemeriksaan apakah ada kontraindikasi, pengukuran denyut nadi dan tekanan darah.



4.



Suruh pasien berdiri dan hitung keadaan dyspnea dan fatigue dengan memakai skala borg sebelum memulai latihan.



5.



Atur penghitungan putaran pada posisi nol dan timer untuk 6 menit, dan bergeraklah ke posisi start.



6.



Berikan instruksi pada pasien bahwa tes ini menilai seberapa jauh pasien dapat berjalan selama 6 menit dan tidak boleh berlari. Pasien dapat memperlambat jalannya, berhenti atau istirahat jika perlu.



7.



Posisikan pasien pada garis start. Pengawas berdiri dekat garis start selama latihan. Saat pasien mulai berjalan hidupkan timer.



8.



Jangan berbicara kepada siapapun selama tes. Perhatikan pasien dan jangan lupa untuk menghitung putaran yang telah dilalui. Pengawas dapat memberikan dorongan semangat pada pasien tetapi bukan dorongan untuk mempercepat langkahnya. Beritahu waktu tes setiap 2 menit sekali.



9.



Post test: Rekam dyspnea dan fatigue pasca latihan dengan skala borg



10.



Jika memakai pulse oxymeter, ukuran SpO2 dan jumlah pulse dari oxymeter dan kemudian lepas sensor.



11.



Catat jumlah berapa putaran dan jauh jarak tempuh yang dicapai



12.



Berikan ucapan selamat pada pasien atas usahanya dan beri minum segelas air putih.



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



15



Tabel 2.1 Borg Scale



Sumber: (American Thoracic Society, 2002)



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus1Post Operasi Atrial Septal Defect



BAB III PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI 3.1



Penatalaksanaan Fisoterapi Fisioterapi adalah suatu cara atau bentuk pengobatan untuk mengembalikan



fungsi suatu organ tubuh dengan memakai tenaga alam. Dalam fisioterapi tenaga alam yang dipakai antara lain listrik, sinar, air, panas, dingin, massage dan latihan yang mana penggunaannya disesuaikan dengan batas toleransi penderita sehingga didapatkan efek pengobatan. Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis. Fisioterapi dada ini walaupun caranya kelihatan tidak istimewa tetapi ini sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang terganggu. Jadi tujuan pokok fisioterapi pada penyakit paru adalah mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernafasan dan membantu membersihkan sekret dari bronkus dan untuk mencegah penumpukan sekret, memperbaiki pergerakan dan aliran sekret. Fisioterapi dada ini dapat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan pada penyakit paru obstruktif menahun, penyakit pernafasan restriktif termasuk kelainan neuromuskuler dan penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim paru seperti fibrosis dan pasien yang mendapat ventilasi mekanik. Fisioterapi dada ini meliputi rangkaian : Breathing Exercise, Batuk efektif dan Clapping, Latihan Endurance, Latihan Mobilisasi Toraks. 3.2



Breathing Exercise Breathing exercise merupakan intervensi fisioterapi yang sangat dasar untuk



mencegah komplikasi dan mengambil kapasitas vital paru dari pasien dengan



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



16



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



17



kasus kardiopulmonal. Beberapa contoh breathing exercise adalah diafragma breating. Sustained Maximum Inspiration, pursed-lip breathing, deep breathing exercise, segmental breathing, dan lain-lain (Kisner, 2003). Breathing exercise merupakan salah satu aspek dari manajemen fisioterapi untuk memperbaiki pola napas, meningkatkan ventilasi dan meningkatkan endurance pasien serta memaksimalkan kemampuan aktivitas sehari-hari (Kisner, 2003). 1)



Deep breathing Deep brething merupakan teknik dari latihan pernapasan (breathing



exercise) yang menekankan pada inspirasi maksimum yang panjang yang dimulai dari akhir ekspirasi (kondisi FRC). FRC (Functional Residual Capacity) adalah jumlah udara yang masih tertinggal dalam paru setelah ekspirasi tenang. Nilai FRC yang ormal sangat bermanfaat bagi mekanika paru dan area permukaan alveolus yang optimal pada efisiensi dan proses pertukaran gas. Latihan Deep breathing tidak hanya ditujukan untuk upaya membersihkan mucus dari jalan napas, tetapi juga digunakan untuk meningkatkan volume paru dan beberapa manfaat lain seperti meningkatkan dan redistribusi ventilasi, mempertahankan alveolus tetap mengembang. Meningkatkan oksigenasi, mobilisasi sangkar toraks dan meningkatkan daya tahan serta efesiensi dari otot-otot pernapasan. (Basuki, Nur, 2008). Selama pernapasan tenang, udara yang masuk ke paru tidak didistribusikan secara merata. Hal ini disebabkan karena penurunan tekanan intrapleural yang disebabkan oleh gravitasi, tekanan dinding toraks dan paru yang akan menyebabkan



alveolus



dibagian



dependen



mengecil



dibanding



bagian



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



18



independen. Oleh karena itu jika pernapasan dilakukan dengan FRC maka distribusi udara lebih banyak pada daerah dependen (Basuki, Nur, 2008). Jika pernapasan dilakukan pada volume paru yang sangat kecil (low lung volume), maka distribusi ventilasi hanya terjadi di daerah independen saja. Hal ini disebabkan karena pada daerah dependen terjadi penutupan saluran nafas. Sehingga udara tidak bisa masuk kearah dependen. Keadaan ini akan mempermudah timbulnnya atelektasis terutama pada kasus pasca operasi. Sehingga dapat menyebabkan turunnya volume paru. Oleh karena itu Deep breathing exercise dapat digunakan untuk meningkatkan volume paru, meningkatkan pengembangan toraks dan mempertahankan pengembangan alveulus. Latihan napas dalam sebanyak 5 kali berurutan dapat mempertahankan pengembangan paru (Basuki, Nur, 2008). 2)



Sustain Maximal Inspiration (SMI) SMI adalah latihan napas dalam yang ditahan tekniknya hampir sama



dengan Deep breathing. Latihan napas ini juga menekankan pada inspirasi maksimal ditambah dengan penahanan pada akhir inspirasi maksimal selama 2-3 detik (maksimal 5 detik). Penahanan pada inspirasi maksimal yang ditujukan untuk terbukanya sistem collateral pada saluran napas. Dengan terbukanya sistem collateral pada saluran napas ini diharapkan udara dapat masuk ke alveolus yang kollaps akibat tersumbat mucus, sehingga dapat mendorong mucus dari saluran napas kecil ke bronkus atau trakea melalui mekanisme batuk atau huffing. Latihan napas ini juga dapat diberikan pada kondisi restriksi akibat dari nyeri insisi sehingga dapat meningkatkan pengembangan dari sangkar toraks (Basuki, Nur, 2008).



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



3)



19



Active cycle of breathing technique (ACBT) Pada kondisi pasien yang terdapat sekret, biasa menggunakan teknik ACBT.



Latihan napas ini menggabungkan tiga metode pernapasan yaitu breathing control, thoracic expansion exercise dan force expiration technique yang berupa batuk efektif dan latihan huffing. Breathing control adalah suatu pernafasan tenang pada normal FRC dan volume tidak sesuai dengan kecepatan dan kedalaman yang dikehendaki oleh pasien, serta dianjurkan untuk menggunakan lower chest dan relaksasi dari upper chest dan shoulder. Sedangkan thoracic expansion exercise adalah latihan napas dalam dengan penekanan pada inspirasi maksimal dengan atau tanpa penahanan pada akhir inspirasi diikuti oleh ekspirasi yang pelan dan rileks. Force expiration technique dalam ACBT ini adalah satu atau dua kali huffing yang diselingi dengan breathing control. Latihan batuk efektif (coughing) adalah latihan untuk mengeluarkan sekret dengan cara inspirasi dalam tahan 2 detik kemudian dibatukkan 2 kali dengan sekuat-kuatnya. Latihan huffing adalah latihan untuk melancarkan saluran napas dan mengeluarkan sekret yang masih tersisa setelah latihan batuk diberikan dengan cara napas dalam ditahan 2 detik kemudian dihembuskan diikuti dengan mulut terbuka dan mengontraksikan otot-otot dada dan perut. Latihan batuk efektif dan latihan huffing bisa dilakukan dengan memeluk bantal atau selimut, hal ini ditujukan untuk mengurangi rasa nyeri pada luka bekas insisi. Saat latihan napas juga dapat dilakukan dengan memberikan clapping dan vibration untuk merangsang keluarnya sekret (Pryor, Jennifer A., Webber, Barbara A., 1998).



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



20



3.2.1 Tujuan Breathing Exercise 1) Mencegah obstruksi jalan napas dan akumulasi secret yang dapat menggangu pernapasan. 2) Membersihkan jalan napas. 3) Meningkatkan daya tahan tubuh dan toleransi aktivitas. 4) Meningkatkan kapasitas vital paru. 5) Mempertahankan atau meningkatkan mobilitas dada.



3.3



Latihan Batuk Efektif dan Clapping Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana klien



dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal. Batuk efektif dan napas dalam merupakan teknik batuk efektif yang menekankan inspirasi maksimal yang dimulai dari ekspirasi , bertujuan merangsang terbukanya system kolateral, meningkatkan distribusi ventilasi, dan meningkatkan volume paru memfasilitasi pembersihan saluran napas. Clapping adalah tepukan dilakukan pada dinding dada atau pungung dengan tangan dibentuk seperti mangkok. Tujuan melepeskan sekret yang tertahan atau melekat pada bronkhus. Clapping biasa di lakukan dengan batuk efektif agar sekret yang keluar lebih maksimal (Jenkins, 1996).



3.4



Latihan Endurance Endurance adalah kemampuan untuk bekerja dalam jangka waktu yang lama



dan kemampuan untuk melawan kelelahan. Ini termasuk daya tahan otot, daya tahan yang lokal atau spesifik, dan daya tahan kardiovaskuler. Total daya tahan tubuh itu tergantung pada transportasi oksigen, yang dipengaruhi dan fungsi paru.



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



21



Kemampuan darah meningkat oksigen, fungsi jantung, kemampuan ekstraksi oksigen, dan potensi oksidatif otot (Kisner, 2013). Kebugaran kardiorespirasi adalah ukuran seberapa baik tubuh mampu mengangkat oksigen ke otot – otot selama latihan berkepanjangan, dan seberapa baik otot mampu memaksimalkan oksigen, untuk menghasilkan energi adenosintrifosfat melalui respirasi seluler (Carnethon, 2003). Beberapa alat bisa digunakan untuk melatih endurance kardiovaskuler, diantara yaitu treadmill dan ergometer bicycle, bagi penderita yang masih rawat inap latihan paling praktis dengan jalan terprogram.



3.5



Program Latihan



Program latihan yang diresepkan terdiri dari beberapa sesi latihan yang sudah disesuaikan dengan pasien penyakit kardiovaskuler tersebut (AACPR, 1999). Metode pemberian latihan biasanya sebagai bagian dari rehabilitasi pada pasien dengan penyakit jantung memakai singkatan FITT.



-



F : Frekuensi = Jumlah latihan perminggu/hari Frekuensi latihan merupakan pengulangan latihan dalam jangka waktu tertentu contohnya seperti 3 samapai 5 kali dalam satu minggu, dalam program latihan bias lebih dari 5 kali dalam seminggu bahkan bias mencapai 10 kali dengan hitungan sau hari bias menjadi 2 kali sesi latihan yaitu pagi dan sore. latihan yang intens atau sering baiasanya dilakukan menjelang waktu pertandingan bagi atlet yang akan menghadapi kejuaraan. Akan tetapi bagi yang non atlet bias digunakan aturan 3 kali dalam satu



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



22



minggu dengan tujuan hanya untuk meningkatkan kebugaran dan menjaga kebugaran tersebut. Tabel 3.1 Frekuensi Latihan (Morgan, 1998) Tempat rawat ICCU Rawat Umum Rawat Jalan Pemeliharaan



Frekuensi Tiap 2 jam - sehari 2x 3-5x / minggu 3x / minggu 3x / minggu



Sumber: Morgan, 1998



-



I : Intensitas latihan Intensitas latihan merupakan dosis latihan yang diberikan dengan ukuran berat ringannya suatu aktifitas yang dapat diketahui takarannya dari tingkat kelelahan yang muncul, apakah cepat lelah atau tidak. Intensitas diambil dari persentase denyut nadi maksimum kita tergantung dari tujuan kita melakukan latihan. Denyut nadi maksimum bisa kita ketahui dengan rumus 220-usia, sedangkan intensitas minimum yang bisa kita gunakan untuk mendapatkan manfaat dari latihan yang sering kita lakukan adala 60 85% dari denyut nadi maksimal. Pada intensitas tersebut biasanya tubuh akan mengeluarkan keringat dan akan memaksa sistem respirasi untuk melakukan napas dalam, tetapi tidak akan timbul sesak napas atau timbul keluhan lainnya seperti nyeri dada dan pusing.



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



23



Tabel 3.2 Intensitas Latihan (Morgan, 1998) Tempat rawat METS ICCU 8,0 Sumber: Morgen, 1998



VO2Maks 28,0



HR Maks Naik 20 / min (55%) Naik 30 / min (60-70%) 70-85 % x maks 70-85 % x maks



VO 2MAX =(0,06 x Jarak) + (0,104 x umur ) + (0,052 x Berat Badan) + 2,90 = ml O2/kg/min MET S = VO 2MAX : 3,5 = METs -



T : Tipe / Mode latihan Tipe latihan yang menggunakan sekelompok besar otot atau bersifat aerobik, seperti berjalan. Mode latihan yang dipilih haruslah menyenangkan untuk individu dan cukup sederhana agar pasien tetap fokus.



-



T: Time Durasi yang direkomendasikan untuk tiap sesi latihan adalah 30-50 menit yang terdiri atas 3 fase : 1) Warm Up (pemanasan) Warm up terdiri dari latihan secara umum dan spesifik pada intensitas rendah untuk meningkatkan fungsi respirasi, sirkulasi, dan muskuloskeletal sebagai persiapan memasuki tahap latihan inti dan untuk meminimalkan risiko cedera. Warm up sebaiknya dilaksanakan selama 10-15 menit sebelum latihan inti terdiri atas peregangan, dan aktivitas aerobik bertahap untuk meningkatkan nadi hingga target yang ditentukan.



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



24



2) Conditioning Stimulus Conditioning stimulus di desain untuk mendapatkan kondisi dalam tahapan latihan. THR (Target Heart Rate) harus tetap dimonitor dan dipertahankan selama 20-30 menit. Conditioning stimulus seharusnya bisa mendapatkan hasil yang diinginkan tanpa menimbulkan cedera atau hal lain yang merugikan (Fardy dan Gilbert, 1995). 3) Cool Down (pendinginan) Setelah sesi conditioning stimulus dilakukan sesi cool down (pendinginan) dengan penurunan intensitas latihan secara bertahap. Aktivitas dengan intensitas rendah ini dilakukan selama 10-15 menit sampai denyut jantung menurun dan mencapai posisi istirahat. (ACSM, et al, 2000). Saat latihan berakhir ditambah dengan latihan releksasi atau pernafasan. Latihan relaksasi ini ditekankan untuk mengembangkan kapasitas mental dalam mengelola stres, menambah kepercayaan diri dan memandang hidup lebih optimis.



3.6



Latihan Mobilisasi Thorak



Latihan mobilisasi toraks adalah latihan kombinasi dari gerakan aktif trunk atau alat gerak dengan nafas dalam (Amrohit, 2010). Latihan ini dirancang untuk memelihara atau memperbaiki mobilitas dari dinding dada, trunk, dan shoulder girdles ketika latihan itu mempengaruhi ventilasi dan kesejajaran postur. Latihan mobilisasi toraks juga dapat digunakan untuk penguatan atau tekanan saat inspirasi dalam atau mengontrol ekspirasi.



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



25



3.6.1 Tujuan Latihan Mobilisasi Toraks 1)



Meningkatkan ventilasi



2)



Meningkatkan kekuatan, daya tahan dan koordinasi otot-otot respirasi.



3)



Mempertahankan atau meningkatkan mobilitas trunk dan shoulder yang mempengaruhi respirasi



4)



Meningkatkan relaksasi



5)



Memperkuat kedalaman inspirasi dan ekspirasi



Latihan mobilisasi rongga dada adalah latihan yang mengkombinasikan gerakan-gerakan aktif dari tulang belakang atau anggota gerak atas yang kemudian diikuti nafas dalam. Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan mobilitas dari toraks, tulang belakang, dan sendi bahu dalam posisi postur yang benar (Kisner & Colby,1990). Teknik yang dapat dilakukan yaitu dengan menginstruksikan pada pasien untuk mengangkat kedua tangannya dengan posisi siku lurus. Selama mengangkat tangan, lakukan napas dalam dan hembuskan nafas saat menurunkan tangan (Amrohit,2010). 1.



Mobilisasi kearah sisi samping dari dada a.



Posisi pasien duduk, pergerakan dimulai dari sisi yang mengalami pemendekan untuk memperpanjang struktur yang hipomobilitas dan mengembangkan sisi tersebut selama inspirasi.



b.



Kemudian, dengan tangan yang mengepal tekan atau dorong bagian lateral dari toraks dan hembuskan nafas.



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



2.



26



Mobilisasi upper chest dan strecth otot pectoralis a.



Posisi pasien duduk dikursi, dengan tangan menggenggam di belakang kepala. Lakukan horizontal abduksi dari lengan dengan dibarengi inspirasi.



b.



Kemudian instruksikan kepada pasien untuk merapatkan kedua siku dan bersamaan dengan ekspirasi.



c.



Mobilisasi upper chest dan shoulders



d.



Pasien duduk menggerakan kedua lengan diatas kepala (fleksi 180° sedikit abduksi) bersamaan dengan inspirasi



e.



Kemudian dari menggerakan kedua lengan dan fleksi dari trunk menuju ke lantai bersamaan dengan ekspirasi (Amrohit, 2010).



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus1Post Operasi Atrial Septal Defect



BAB IV STUDI KASUS 4.1



Identitas Pasien



NO. REGISTER



: 12.40.98.57



NAMA



: Ny. F



UMUR



: 31 tahun



JENIS KELAMIN



: Perempuan



AGAMA



: Islam



ALAMAT



: Trenggalek



PEKERJAAN



: Karyawan Pabrik



4.2



Data-data Medis Pasien (R. Aster)



A.



DIAGNOSA ASD secundum + pH ringan Post OP ASD Closuse + Sternotomi + HLM + insert chest tube



B. LABORATORIUM ( 15 Februari 2016 ) GDA = 178 mg/dL SGOT = 40 U/L SGPT = 14 U/L Albumim = 2,8 g/dL BUN = 11mg/dL Klorida = 110 mmol/L



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



27



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



C.



28



HASIL FOTO Tampak defek IAS ukuran 2,2 cm, Rim Superior 1,3 cm Rim inferiror 0,5 cm, Bidirectional shunt dominan L to R shunt.



D. TINDAKAN MEDIS Medikamentosa : - Furosemide 1x40 mg - Spironolactone 1x25 mg - Cotrimoxazole 3x90 mg



4.3



PEMERIKSAAN SUBYEKTIF



A. ANAMNESA ( 23 Februari 2016) 1.



Keluhan Utama: Mengeluh nyeri pada dada kanan, nyeri bertambah bila bergerak



2.



Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien mengeluh sakit dada sudah 2 tahun yang lalu. Pasien mengeluh sakit dada saat beraktivitas mengangkat barang berat. Selama 2 tahun yang lalu pasien tidak menjalani pemeriksaan apapun. Saat 6 bulan yang lalu pasien mengeluh sakit dada yang semakin berat dan pasien periksa ke dokter kemudian hanya diberi obat anti nyeri. Nyeri hanya berkurang selama 2 hari, kemudian pasien berobat ke Puskesmas Trenggalek. Pasien langsung di rujuk ke RS Trenggalek dengan diagnosa ASD. Kemudian dirujuk ke RS Dr. Soetomo tanggal 14-02-2016 untuk melakukan operasi.



3.



Riwayat Penyakit Dahulu : -



4.



Riwayat Penyakit Kleuarga : -



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



29



5.



Riwayat Penyakit Penyerta : -



6.



Riwayat sosial-ekonomi : Pasien belum menikah dan bekerja di pabrik rokok.



4.4



PEMERIKSAAN OBJEKTIF



A. VITAL SIGN GCS : 456 Tekanan darah



: 100/60 mmHg



Denyut nadi



: 92x/menit



Respiratory rate



: 22x/menit



Suhu



: 36,70 C



Sp02



: 97%



B. INSPEKSI STATIS Pasien bertubuh kurus Pasien tampak sesak Terdapat luka insisi di daerah dada Bahu kanan cenderung lebih tinggi dan maju ke depan Postur pasien tampak kifosis DINAMIS Saat menunduk pasien cenderung memegang dada karna nyeri luka insisi. Saat berjalan pasien cenderung membungkuk dan kaki sedikit melebar saat melangkah.



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



30



C. PALPASI Suhu tubuh teraba normal Tidak terdapat oedema Nyeri tekan pada luka insisi E. PEMERIKSAAN GERAK MMT AGA



ROM AGA AGB



D



S



5



5



AGB



D



S



5



5



Tidak FULL



Tidak FULL



FULL



FULL



AGA : Adanya keterbatasan pada ROM disebabkan nyeri luka insisi pada dada. D. AUSKULTASI Pulmo : Ronkhi : - / -



4.5



Wheezing : - / -



PEMERIKSAAN KHUSUS (23 Februari 2016) Pemeriksaan Nyeri dengan VAS Nyeri diam pada dada : VAS 4 Nyeri tekan pada dada : VAS 4 Nyeri gerak saat flexi bahu : VAS 6 Tes Tiup dengan Tissue Pasien bisa meniup tissue dengan jarak ± 45 cm



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



31



Tes Hitung Pasien mampu menghitung sampai 25 hitungan Lingkar Toraks Procecuss xyphoideus Inspirasi : 83 cm Ekspirasi : 80 cm Selisih



: 3 cm



SIX MINUTES WALKING TEST (4 April 2016) MAMPU METER, SKALA BORG 13 (Moderate) VO 2MAX =(0,06 x 550) + (0,104 x 31) + (0,052 x 47) + 2,90 = 32,12 ml O2/kg/min MET S = 32,12 : 3,5 = 9,177 METs 4.6



PEMERIKSAAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL (7 Maret 2016)



Indeks Barthel Tabel 4.1 Pemeriksaan Fungsional dengan Indeks Barthel No 1.



2. 3. 4.



5.



6.



Fungsi Makan (Feeding)



SKOR KETERANGAN 0 = Tidak mampu 1 = Butuh bantuan orang lain 2 = Mandiri Mandi (Bathing) 0 = Butuh bantuan orang lain 1 = Mandiri Perawatan diri (Grooming) 0 = Butuh bantuan orang lain 1 = Mandiri Berpakaian (Dressing) 0 = Tergantung penuh 1 = Sebagian dibantu orang lain 2 = Mandiri BAK (Bowel) 0 = Inkontinensia/pakai kateter 1 = Kadang inkontinensia 2 = Teratur BAB (Bladder) 0 = Tidak teratur



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



7.



Toileting



8.



Transfer



9.



Mobilitas



10.



Naik turun tangga



JUMLAH



32



1 = Kadang-kadang 2 = Teratur 0 = Tergantung penuh 1 = Sebagaian dibantu orang lain 2 = Mandiri 0 = Tidak mampu 1 = Butuh bantuan orang lain 2 = Butuh sedikit bantuan 3 = Mandiri 0 = Tidak mampu 1 = Menggunakan kursi roda 2 = Berjalan dengan bantuan orang lain 3 = Mandiri 0 = Tidak mampu 1 = Butuh bantuan orang lain 2 = Mandiri 19 (Ketergantungan ringan)



Dengan hasil keterangan sebagai berikut : 20



: Mandiri



12-19 : Ketergantungan ringan 9-11 : Ketergantungan sedang



4.7



5-8



: Ketergantungan berat



0-4



: Ketergantungan total



Assesment A. PROBLEM KAPASITAS FISIK Endurance menurun Penurunan mobilitas sangkar thorax Spasme otot uppertrapezius Postur tubuh yang tampak kifosis B. PROBLEM KEMAMPUAN FUNSIONAL



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



33



Belum mampu berjalan jauh Ketergantungan ringan 4.8. Planning TUJUAN JANGKA PENDEK Meningkatkan mobilitas sangkar thorax Mengurangi spasme otot uppertrapezius Meningkatkan endurance Perbaikan postur tubuh TUJUAN JANGKA PANJANG Meneruskan jangka pendek Pasien dapat kembali ke aktifitas sehari – hari secara mandiri seperti berjalan jauh RENCANA TINDAKAN - Breathing exercise (Deep Breathing Exercise, Sustained Maximum, ACBT) - Latihan mobilisasi sangkar toraks - Latihan jalan terprogram 4.9



Pelaksanaan



( 7 Maret 2016) 1. Breathing exercise Deep Breathing Exercise Pasien diinstruksikan untuk mengambil nafas dalam melalui hidung, kemudian dikeluarkan secara perlahan melalui mulut dengan cara seperti meniup lilin. Repetisi: 5-6x



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



34



Sustained Maximum Inspiration Pasien diinstruksikan untuk mengambil nafas dalam melalui hidung, kemudian tahan selama 3 detik, selanjutnya hembuskan perlahan melalui mulut seperti meniup lilin. Repetisi: 5-6x Latihan Mobilisasi Sangkar Toraks Pasien diinstruksikan mengangkat kedua lengan saat inspirasi dalam, kemudian hembuskan secara perlahan dengan menurunkan kedua lengan. Repetisi: 6-8x (Breathing excercise dilakukan sebelum dan sesudah latihan jalan) 2. Latihan jalan terprogram PRE LATIHAN Denyut nadi



: 110x/menit



Tekanan darah



: 120/70 mmHg



Sp02



: 97 %



Respiratory rate



: 20x/menit



Pasien Mampu berjalan 30 menit dengan istirahat pada menit ke-5 selama 5 menit. Skala BORG 13 POST LATIHAN Denyut nadi



: 120x/menit



Tekanan darah



: 110/70 mmHg



Sp02



: 97%



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



35



Respiratory rate : 22x/menit



( 9 Maret 2016) 1. Breathing exercise Deep Breathing Exercise Pasien diinstruksikan untuk mengambil nafas dalam melalui hidung, kemudian dikeluarkan secara perlahan melalui mulut dengan cara seperti meniup lilin. Repetisi: 5-6x Sustained Maximum Inspiration Pasien diinstruksikan untuk mengambil nafas dalam melalui hidung, kemudian tahan selama 3 detik, selanjutnya hembuskan perlahan melalui mulut seperti meniup lilin. Repetisi: 5-6x Latihan Mobilisasi Sangkar Toraks Pasien diinstruksikan mengangkat kedua lengan saat inspirasi dalam, kemudian hembuskan secara perlahan dengan menurunkan kedua lengan. Repetisi: 6-8x (Breathing excercise dilakukan sebelum dan sesudah latihan jalan) 2. Latihan Jalan Terprogram PRE LATIHAN Denyut nadi



: 95 x/menit



Tekanan darah



: 120/80 mmHg



Respiratory rate



: 19x/menit



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



SpO2



36



: 98%



Pasien Mampu berjalan 30 menit dengan istirahat pada menit ke-5 selama 3 menit. Skala BORG 13 POST LATIHAN Denyut nadi



: 114x/menit



Tekanan darah



: 130/80 mmHg



Respiratory rate



: 23x/menit



Sp02



: 99%



(14 Maret 2016) 1. Breathing exercise Deep Breathing Exercise Pasien diinstruksikan untuk mengambil nafas dalam melalui hidung, kemudian dikeluarkan secara perlahan melalui mulut dengan cara seperti meniup lilin. Repetisi: 5-6x Sustained Maximum Inspiration Pasien diinstruksikan untuk mengambil nafas dalam melalui hidung, kemudian tahan selama 3 detik, selanjutnya hembuskan perlahan melalui mulut seperti meniup lilin. Repetisi: 5-6x Latihan Mobilisasi Sangkar Toraks Pasien diinstruksikan mengangkat kedua lengan saat inspirasi dalam, kemudian hembuskan secara perlahan dengan menurunkan kedua lengan. Repetisi: 6-8x



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



37



(Breathing excercise dilakukan sebelum dan sesudah latihan jalan) 2. Latihan Jalan Terprogram PRE LATIHAN Denyut nadi



: 110 x/menit



Tekanan darah



: 110/70 mmHg



Respiratory rate



: 20x/menit



SpO2



: 97%



Pasien Mampu berjalan 30 menit dengan istirahat pada menit ke-5 selama 3 menit. Skala BORG 13 POST LATIHAN Denyut nadi



: 110x/menit



Tekanan darah



: 120/70 mmHg



Respiratory rate



: 24x/menit



Sp02



: 98%



(21 Maret 2016) 1. Breathing exercise Deep Breathing Exercise Pasien diinstruksikan untuk mengambil nafas dalam melalui hidung, kemudian dikeluarkan secara perlahan melalui mulut dengan cara seperti meniup lilin. Repetisi: 5-6x Sustained Maximum Inspiration



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



38



Pasien diinstruksikan untuk mengambil nafas dalam melalui hidung, kemudian tahan selama 3 detik, selanjutnya hembuskan perlahan melalui mulut seperti meniup lilin. Repetisi: 5-6x Latihan Mobilisasi Sangkar Toraks Pasien diinstruksikan mengangkat kedua lengan saat inspirasi dalam, kemudian hembuskan secara perlahan dengan menurunkan kedua lengan. Repetisi: 6-8x (Breathing excercise dilakukan sebelum dan sesudah latihan jalan) 2. Latihan Jalan Terprogram PRE LATIHAN Denyut nadi



: 95 x/menit



Tekanan darah



: 110/70 mmHg



Respiratory rate



: 22x/menit



SpO2



: 98%



Pasien Mampu berjalan 10 menit dengan menempuh jarak 35 meter. Dengan istirahat pada menit ke-5 selama 3 menit. Skala BORG 11 POST LATIHAN Denyut nadi



: 110x/menit



Tekanan darah



: 130/70 mmHg



Respiratory rate



: 26x/menit



Sp02



: 99%



4.10 Evaluasi (21 Maret 2016) S



: Pasien mampu berjalan jauh 515 m



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



O



:



HR



: 120x/menit



TD



: 130/80 mmHg



39



SpO2 : 99% RR



: 26x/menit



SIX MINUTES WALKING TEST (21 Maret 2015) Mampu berjalan 515 meter dengan Skala BORG 11 (Light) VO2Max = (0,06x515) – (0,104x31) + (0,052x47) + 2,90 = 33,02 ml O2/kg/min METs = 33,02 : 3,5 = 9,434 METs A



: Peningkatan endurance Problem Kemampuan Fungsional



Indeks Barthel Tabel 4.2 Evaluasi Kemampuan Fungsional dengan Indeks Barthel No 1.



2. 3. 4.



5.



6.



7.



8.



Fungsi Makan (Feeding)



SKOR KETERANGAN 0 = Tidak mampu 1 = Butuh bantuan orang lain 2 = Mandiri Mandi (Bathing) 0 = Butuh bantuan orang lain 1 = Mandiri Perawatan diri (Grooming) 0 = Butuh bantuan orang lain 1 = Mandiri Berpakaian (Dressing) 0 = Tergantung penuh 1 = Sebagian dibantu orang lain 2 = Mandiri BAK (Bowel) 0 = Inkontinensia/pakai kateter 1 = Kadang inkontinensia 2 = Teratur BAB (Bladder) 0 = Tidak teratur 1 = Kadang-kadang 2 = Teratur Toileting 0 = Tergantung penuh 1 = Sebagaian dibantu orang lain 2 = Mandiri Transfer 0 = Tidak mampu 1 = Butuh bantuan orang lain



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



9.



Mobilitas



10.



Naik turun tangga



JUMLAH Keterangan Hasil



40



2 = Butuh sedikit bantuan 3 = Mandiri 0 = Tidak mampu 1 = Menggunakan kursi roda 2 = Berjalan dengan bantuan orang lain 3 = Mandiri 0 = Tidak mampu 1 = Butuh bantuan orang lain 2 = Mandiri 20 (Mandiri)



20



: Mandiri



P



: LATIHAN JALAN TERPROGRAM



4.11



Resume Pasien bernama Ny. F berumur 31 tahun dengan diagnosa ASD Secundum



+ pH ringan, pasien dirawat inap kurang lebih 10 hari. Dari hasil pemeriksaan Six Minutes Walking test pada tanggal 4 April 2016 mampu berjalan 500 meter dengan skala BORG 13 (Moderate). Didapatkan problem kapasitas fisik yaitu endurance menurun, dengan problem kemampuan fungsional ketergantungan ringan. Pada treatment dilakukan breathing excercise sebelum dan sesudah latihan jalan, latihan jalan terprogram selama tiga kali pertemuan, evaluasi yang didapatkan yaitu pasien dapat menempuh jarak 515 m dengan skala BORG 11 (Light) dan kemampuan fungsional sudah mampu dilakukan secara mandiri.



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



BAB V PEMBAHASAN STUDI KASUS



5.1



Hasil studi kasus Pasien dengan nama Ny. F berusia 31 tahun dengan diagnosa ASD



Secundum + pH ringan. Pasien mengeluh sejak kecil sesak pada dada, setelah beberapa tahun kemudian pasien periksa kedokter dan di rawat di rumah sakit. Pasien hanya mendapatkan 4x latihan karena keterbatasan waktu. Pada pemeriksaan endurance dilakukan Six Minutes Walking Test dan dievaluasi menggunakan skala Borg Rating of Perceived Dyspnea: Tabel 5.1 Pemeriksaan Six Minutes Walking Test sebelum dan sesudah diberikan program latihan. Tanggal 7 Maret 2016 21 Maret 2016



Skala BORG 13 (Moderate) 11 (Light)



Jarak 500 m 515 m



VO 2 Max/METs 32,12/9,177 33,02/9,434



Dalam pemeriksaan Six Minutes Walking Test pada tanggal 7 maret 2016 pasien masih mengalami skala BORG yang lumanyan berat dalam batas sedang yaitu 13 (Moderate) dan jarak yang di tempuh 500 m dengan VO 2 max 32,12 ml O2/kg/min. pasein sudah mampu mencapai 9,177METs, yang dimana mets ini sudah cukup tinggi pada penderita jantung. Pada evaluasi tanggal 21 maret 2016 pasien mengalami penurunan skala BORG dari yang berat dalam batas sedang sampai ringan dengan skala 11 (Light) dan jarak di tempuh bertambah menjadi 515 m dengan VO 2 MAX 33,02 ml O2/kg/min. METs yang di peroleh juga cukup baik dalam latihan ini.



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR



41 TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



42



Adapun hasil pemeriksaan kemampuan fungsional yang dilakukan menggunakan Indeks Barthel : Tabel 5.2 Hasil kemampuan fungsional sebelum dan sesudah diberikan program latihan. TANGGAL



Skor 19 20



7 Maret 2016 21 Maret 2016



Fase Program Keterangan Hasil Ketergantungan ringan Mandiri



Dari pemeriksaan kemampuan fungsional menggunakan Indeks Barthel pada tanggal 7 maret 2016 pasien mendapatkan skor 19 dari skor tersebut, pasien ketergantungan ringan yang dimana pasien masih membutuh pertolongan dari orang lain yaitu saat transfer. Setelah latihan beberapa kali Nampak ada kemajuan pada tanggal 21 maret 2016 saat evaluasi pasien mendapat skor 20 dimana skor ini pasien sudah mandir dalam melakukan aktifitas normal yang bisa di lakukan tampa ada bantuan dari orang lain.



5.2



Pembahasan Pasien dengan diagnosa ASD secundum + pH ringan ditemukan problem



setelah post operasi seperti penurunan endurance, penurunan mobilisasi thoraks, gangguan postur tubuh, penurunan fungsional, belum mampu berjalan jauh, ketergantungan ringan. Problem tersebut bisa diatasi oleh program latihan fisioterapi selama kurang lebih 3 minggu dengan frekuensi latihan 1 minggu 2 kali. Program latihan fisioterapi yang diberikan adalah breathing exercise, latihan jalan terpogram,



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR



TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



43



mobilisasi sangkar thoraks. Beberapa problem pada pasien post operasi ASD ini (1) penurunan endurance dikarenakan masih tahap penyembuhan sehingga aktivitasnya menjadi menurun (Carnethon, 2003), (2) penurunana mobilisasi thoraks dikarenakan tidak maksimalnya mengambilnya oksigen akibat dari adanya luka insisi pada dada (Kisner, 2013), (3) penurunan fungsional diakibatkan oleh pasien jarang beraktivitas yang bisa mempengaruhi kualitas hidup. Program latihan fisioterapi yang diberikan meliputi breathing exercise untuk mengoptimalkan oksigenasi, dibagi menjadi 3: deep breathing, sustain maximal inspiration dan active cycle of breathing technique. Latihan berikutnya jalan terpogram untuk meningkatkan kemampuan kardiovaskuler, latihan selanjutnya adalah latihan mobilisasi thoraks untuk meningkatkan kembang thoraks (Basuki, 2008). Dalam pemeriksaan Six Minutes Walking Test sebelum program latihan dan setelah program latihan didapatkan hasil tes terlampaui pada fase setelah program latihan, terdapat peningkatan jarak, dan penurunan skala BORG. Kondisi pasien lebih stabil jika dibandingkan dengan sebelum diberikan program latihan. Adapun hasil pemeriksaan kemampuan fungsional yang dilakukan menggunakan Indeks Barthel, Dari pemeriksaan kemampuan fungsional menggunakan Indeks Barthel sebelum diberikan program latihan dan setelah diberikan program latihan terdapat peningkatan kemampuan fungsional. Sebelum diberikan program latihan, pasien mendapatkan skor 19 keterangan hasil ketergantungan ringan sedangkan setelah diberikan program latihan terdapat peningkatan yang baik pada



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR



TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



44



kemampuan fungsional pasien yaitu dengan skor 20 keterangan hasil mandiri dalam melakukan aktivitas fungsionalnya. Denyut nadi, frekuensi pernafasan, cardiac output dan kebutuhan oksigen meningkat pada latihan dalam waktu yang lama. Peningkatan frekuensi pernapasan akan meningkatkan jumlah oksigen dalam paru-paru yang akan meningkatkan proses difusi pada pembuluh darah. Peningkatan cardiac output akan meningkatkan jumlah darah yang ada pada pembuluh darah, akibatnya akan meningkatkan jumlah oksigen dalam otot. Ketika aktivitas kerja yang berat dihentikan, denyut nadi akan turun secara cepat dalam 2-3 menit, lalu secara bertahap (Guyton, 2006).



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR



TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



BAB VI PENUTUP



6.1 Kesimpulan dan Saran ASD (atrium septal defect) merupakan keadaan dimana kebocoran septum atrium atau dinding yang membatasi antara atrium kanan dan kiri. Akibatnya, orang dengan ASD (atrium septal defect) mengalami penurunan kualitas hidup, menurunnya kemampuan beraktifitas, dan jika hal ini tidak ditangani maka akan bisa berakibat kematian mendadak. Oleh karena itu fisioterapi sangat penting untuk meningkatkan daya tahan kebugaran pasien yang telah mengalami penurunan kualitas kemampuan fungsionalnya agar dapat kembali beraktifitas seperti biasa tanpa ada keluhan apapun. Maka dari itu diperlukan program latihan breathing excercise dan endurance exercise untuk mengembalikan daya tahan dan kebugaran pasien untuk bisa kembali pada aktivitas-aktivitas yang sebelumnya ia jalani. Dalam memberikan program latihan, penulis hanya dapat memberikan latihan dalam 4x pertemuan, disebabkan karena keterbatasan waktu dari penulis dan pasien. Pasein yang mengalami post oprasi ASD (atrium septal defect) harus benar – benar diberi motivasi agar tetap semangat agar tidak bertambah buruk dengan kualitas hidupnya. Sedangkan endurance exercise sebagai upaya rehabilitasi medik memerlukan program latihan yang panjang untuk mendapatkan hasil yang optimal, oleh karena itu pasien perlu diberi edukasi untuk melakukan latihan sendiri di rumah selepas berlatih bersama fisioterapis.



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



45



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA



Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



46



Pasien dengan ASD (atrium septal defect) cenderung kurang semangat dan enggan untuk berlatih, oleh karena itu diperlukan pendekatan lebih oleh fisioterapis untuk memotivasi dan memberi sugesti positif kepada pasien agar pasien setuju untuk berlatih dan memperbaiki kemampuan fungsionalnya. Selain itu, fisioterapis harus mampu membawa suasana agar pasien tidak bosan untuk berlatih. Peran keluarga juga sangat diperlukan pasien dalam hal ini, tanpa ada dukungan dari kerabat dekat, beban psikologis pasien akan mempengaruhi hasil latihan dan akan menurunkan prosentase keberhasilan dari latihan tersebut.



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



DAFTAR PUSTAKA



American Association Cardiovascular and Pulmonary Rehabilitation. 1999. Guidelines for Cardiac Rehabilitation and Secondary Prevention Program. 3rd edition. Illinois : Human Kinetics; p 150-154 American College of sports Medicine. 2000 ACSM’S Guidelines for Exercise Testing and Prescription. 6th edition. Philadelphia. Lippincolt Williams & Wilkins;. p 186191 Amrohit, G. 2010. The Pocketbook of Chest Physiotherapi. New Delhi: Jitendar Pvij; p 78-81 Amrohit G. 2010. The pocketbook for physiotherapist.. Panama City : Jaypee Brothers Medical Publishers; p 145 Babara, G. 2006. Buku ajar keperawatan preoperative, vol 2. Jakarta: EGC; p 276-281 Basuki, N. 2008. Fisioterapi Kardiopulmonal. Surakarta: Politeknik Kesehatan Surakarta.http://www.poltekkessolo.ac.id/index.php?option=com_content&view=art icle&id=224&Itemid=165 Basuni Radi, Andang H. Joesoef, Dede Kusmana.2009. Rehabilitasi Kardiovaskular Di Indonesia. indonesia.digitaljournals.org/index.php/karidn/article/download/310 Burrnet, C. N. 2003. Principles of Aerobic Exercise:Endurance: Chapter21; p 638 Black, J.M., Matassarin, E. Medical Surgical Nursing. 1997. Clinical Management for Continuity of Care. J.B. Lippincott Co. Brickner ME, Hillis LD, Lange RA. 1995. Congenital heart disease in adults (first of two parts). N Engl J Med, hal 333; p 469-473 Depkes, 2014, http://www.depkes.go.id/article Fardy,Y. F.1995.Cardiac Rehabilitation Adult Fitness and Exercise Testing. 3rd edition. Baltimore; Williams & Wilkins; p 245-421 Froelicher and Myers. 2000. Exercise and the Heart. 4th edition. Philadelphia. W.B. Saunders Company.



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



xiv



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA



ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial Septal Defect



Joewono, B. S. 2003. Ilmu Penyakit jantung. Surabaya. Airlangga University Press; p 135-146 Kisner, C., Colby, L.A 2007. Theraupeutic exercise foundations and techniques,5th ed. Phiadelphia: FA devis Kisner, Carolyn & Lynn Allen Colley. . 1990. Therapeutic Exercise Foundation and Techniques. Second Edition.USA: F.A. Davis Company.h; p 364-373 Mayo Clinic in Minnesota has been recognized as one of the top Cardiology and Heat Surgery hospitals in the nation 2015-2016. Atrium Septal Defect. www.mayoclinic.org/diseases-conditions/.../con-20027034 Michael A. Chen, MD, PhD, Associate Professor of Medicine, Division of Cardiology, Harborview Medical Center, University of Washington Medical School, Seattle, WA. Also reviewed by David Zieve, MD, MHA, Isla Ogilvie, PhD, and the A.D.A.M. Editorial team. 2014. Atrial Septal Defect. https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000157.htm Muttaqin, Arif , 2009, Pengantar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem kardiovaskular. Jakarta: Salemba medika.ttps://books.google.co.id/books Mulyadi M. Djer, Bambang Madiyono , 2000, Penyakit Jantung Bawaan Sari Pediatri, Vol. 2, No. 3, Desember 2000: 155 – 162, saripediatri.idai.or.id/pdfile/2-3-5.pd Morgan, M.D.L. and Singh, S.J. 1998. Cardiopulmonary fungtion testing; physiotherapy for respiratory and cardiac problems. 2nd edition. Churchill Livingstone. Edinburgh, London, New York. Pryor,Jennifer A; Webber, Barbara A., 2001. Ed. Physiotherapy for Respiratory and Cardiac Problems. Ed 2, London: Churchill Livingstone; psmu 55-63 R J. Sommer et al , 2008, Pathophysiology of Congenital Heart Disease in the Adult, Univ. Indonesia., Kumpulan kuliah ilmu bedah. Tanggerang: Bin Rupa Aksara http://circ.ahajournals.org/content/117/8/1090.full Warnes CA, Deanfield JE. 2001.Congenital heart disease. Dalam: Fuster V, Alexander RW, O?fRourke RA (eds). Hurst?fs the Heart vol 2, 10th ed, New York: McGrawHill; p 9; 18-19



Program Studi D3 Fisioterapi FV UNAIR TUGAS AKHIR



xv



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA...



DANY PRAMUNO PUTRA