Pendidikan Pada Masa Awal Masuknya Islam Di Indonesia [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Naydi
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENDIDIKAN PADA MASA AWAL MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA Pada tahap awal pendidikan islam itu berlangsung secara informal. Para Muballigh banyak membeerikan contoh teladan dalam sikap hidup mereka seharihari. Para Muballigh itu menunjukan akhlaqul karimah,sehingga masyarakat yang didatangi menjadi tertarik untuk memeluk agama islam dan mencontoh perilaku mereka. Selain dari proses diatas yakni dimulai dari terbentuknya pribadi-pribadi muslim kemudian dari kumpulan pribadi-pribadi trsebut membentuk masyarakat muslim dan dari situ munculnya kerajaan islam, tetapi juga bisa terjadi para Muballigh terlebih dahulu mengislamkan penguasa setempat, dan dengan demikian masyarkat atau rakyatnya memeluk Agama Islam seperti yang terjadi pada beberapa kerjaaan,yaitu Kerajaan Malaka,dan beberapa kerajaan lainnya. Dengan demikian,terbentuk pula lah secara otomatis masyarakat muslim. Ada beberapa lembaga pendidikan Islam awal yang muncul di Indonesia yaitu: 1. Masjid dan Langgar Masjid fungsi utamanya adalah untuk tempat shalat yang lima waktu ditambah dengan sekali seminggu dilaksanakan shalat jum’at dan dua kali setahun dilaksanakan shalat Hari Raya Idul fitri dan Idul Adha. Selain dari masjid ada juga tempat ibadah yang disebut langgar, bentuknya lebih kecil dari masjid dan digunakan hanya untuk tempat shalat lima waktu, bukan untuk tempat shalat jum’at. Selain dari fungsi utama masjid dan langgar difungsikan juga untuk tempat pendidikan. Ditempat ini dilakukan pendidikan buat orang dewasa maupun anakanak. Pengajian yang dilakukan untuk orang dewasa adalah pengajian penyampaian-penyampaian ajaran islam oleh Muballigh ( Ustadz,Guru,Kyai ) Kepada para jamaaah dalam bidang yang berkenaan dengan aqidah,ibadah dan akhlak. 2. Pesantren Ditinjau dari segi sejarah, belum ditemukan data sejarah, kapan pertama sekali berdirinya pesantren, ada pendapat mengatakan bahwa pesantren telah tumbuh sejak awal masuknya islam ke Indonesia, sementara yang lain



berpendapat bahwa pesantren baru muncul pada masa Wali Sanga dan Maulana Malik Ibrahim dipandang sebagai orang yang pertama mendirikan pesantren. Inti dari pesantren itu adalah pendidikan ilmu agama, dan sikap beragama. Karenanya mata pelajaran yang diajarkan semata-mata pelajaran agama. Pada tingkat dasar anak didik baru diperkenalkan tentang dasar agama dan Al-Qur’anul Kariim. Setelah berlangsung beberapa lama pada saat anak didik telah memiliki kecerdasan tertentu maka mulailah diajarkan kitab-kitab klasik. Kitab-kitab klasik ini juga di klasifikasikan kepada tingkat dasar,menengah dan tinggi. Mahmud Yunus membagi pesantren menjadi empat tingkatan, yaitu : 1. Tingkat dasar. 2. Menengah 3. Tinggi. 4. Takhassus. Setelah datang kaum penjajah barat (Belanda), peranan pesantren sebagai lembaga pendidikan islam semakin kokoh. Pesantren merupakan lembaga pendidikan islam yang reaksional terhadap penjajah. Karena itu, di zaman Belanda sangat kontras sekali pendidikan di pesantren dengan pendidikan sekolah-sekolah umum. Pesantren semata-mata mengajarkan ilmu-ilmu agama. Sistim pendidikan pesantren baik metode, sarana fasilitas serta yang lainnya masih bersifat tradisional. Administrasi pendidikannya belum seperti sekolah umum yang dikelola oleh pemerintah colonial Belanda, non klasikal, meodenya sorogan, wetonan hapalan. Menurut Zamaksyari Dhofier agama lewat kitab-kitab klasik, sedangkan sekolah umum Belanda sama sekali tidak mengajarkan pendidikan ada lima unsure pokok pesantren : Kyai. Santri. Masjid. Pondok. Dalam



perkembangan



berikutnya



pensantren



mengalami



dinamika,



kemampuan dan kesediaan pesantren untuk mengadopsi nilai-nilai baru akibat modernisasi, menjadikan pesantren berkembang dari yang tradisional ke modern.



Karena itu hinga saat sekarang pesantren tersebut di bagi menjadi dua secara garis besar: – Pesantren Salafi, adalah pesantren yang masih terkait dengan system dan pola yang lama, – Pesantren Khalafi, adalah pesantren yang telah menerima unsure-unsur pembaharuan. 3. Meunasah, rangkang dan dayah. Secara etimologi meunasah berasal dari perkataan madrasah, tempat belajar atau sekolah. Bagi masyarkat Aceh meunasah tidak hanya semata-mata tempat belajar, bagi mereka meunasah memiliki multifungsi. Meunasah di samping tempat belajar, juga berfungsi tempa ibadah, tempat pertemuan, musyawarah, pusat informasi, tempat tidur, dann tempat menginap bagi musyafir, tempat perayaan kenduri masal dalam kampung, seperti maulid nabi SAW, nuzulul Qur’an, dan Isra’ mi’raj dan juga sebagai tempat pejabat-pejabat gampong memutuskan dan memecahkan masalah-masalah social kemasyarakatan. 4. Surau Dalam kamus bahasa Indonesia,surau diartikan tempat umat Islam melakukan ibadah. Pengertian ini apabila dirinci mempunyai arti bahwa surau berarti suatu tempat bangunan kecil untuk tempat shalat,tempat belajar mengaji anak-anak,tempat wirid bagi orang dewasa. Perkataan surau menyebar luas di Indonesia dan Malaysia, yang dalam kehidupan keseharian adalah suatu bangunan kecil yang penggunaaan utamanya untuk shalat berjamaah bagi masyarakat sekitar. Di Sumatera barat pengertian surau tidak hanya berfungsi kepda beberapa fungsi yang disebutkan diatas,tetapi lebih luas dari itu lagi. Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia:  Periode Masuknya Islam ke Indonesia Pendidikan Islam di Indonesia sudah berlangsung sejak masuknya Islam di Indonesia. Agama islam datang ke Indonesia dibawa oleh pedagang-pedagang dari Gujarat, disiarkan secara damai tanpa paksaan, kekerasan atau perang. Dalam penyiaran islam pada tahun-tahun permulaan dilakukan oleh pemuka masyarakat yang dikenal



dengan



sebutan para wali.Parawali



inilah



yang berjasa



mengembangkan agama islam, terutama di pulau Jawa yang dikenal dengan sebutan wali songo. Dari sinilah mulai timbul pendidikan Islam, dimana pada



mulanya mereka belajar di rumah-rumah, langgar/surau, masjid kemudian berkembang menjadi pondok pesantren. Setelah itu baru timbul sistem madrasah yang teratur sebagaimana yang kita kenal sekarang ini. 1. Periode Pengembangan Melalui Proses Adaptasi Pada tahap awal pendidikan islam, pendidikan berlangsung secara informal. Disinilah para Muballigh banyak berperan, yaitu dengan memberikan contoh teladan dalam sikap hidup mereka sehari-hari. Para Muballigh itu menunjukan akhlaqul karimah, sehingga masyarakat yang menjadi tertarik untuk memeluk agama islam dan mencontoh perilaku mereka. Selain itu, penyebaran Islam juga dilakukan melalui hubungan perdagangan di luar Nusantara hal ini, karena para penyebar dakwah atau mubaligh merupakan utusan dari pemerintahan Islam yang datang dari luar Indonesia , maka untuk menghidupi diri dan keluarga mereka, para mubaligh ini bekerja melalui cara berdagang, para mubaligh inipun menyebarkan Islam kepada para pedagang dari penduduk asli, hingga para pedagang ini memeluk Islam dan meyebarkan pula ke penduduk lainnya, karena umumnya pedagang dan ahli kerajaanlah yang pertama mengadopsi agama baru tersebut[2]. Dan dengan demikian masyarkat atau rakyatnya memeluk agama Islam seperti yang terjadi pada beberapa kerjaaan, yaitu Kerajaan Samudra pasai, Perlak, Aceh Darussalam, dan Maluku, dan beberapa kerajaan lainnya. 1. Periode Kerajaan Islam 2. ZamanKerajaan Samudra Pasai Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudra Pasai, yang didirikan pada abad ke-10 M dengan raja pertamanya Malik Ibrahim bin Mahdum. Yang kedua bernama Al-Malik Al-Shaleh dan yang terakhir bernama Al-Malik Sabar Syah (tahun 1444 M/ abad ke-15 H). 2. Kerajaan Perlak Kerajaan Islam kedua di Indonesia adalah Perlak di Aceh. Didirikan pada 1 Muharram 225 H atau 12 November 839 M[6]. Rajanya yang pertama Sultan Alaudin (tahun 1161-1186 H/abad 12 M). Antara Pasai dan Perlak terjalin kerja sama yang baik sehingga seorang Raja Pasai menikah dengan Putri Raja Perlak.



Perlak merupakan daerah yang terletak sangat strategis di Pantai Selat Malaka, dan bebas dari pengaruh Hindu. Kerajaan Islam Perlak juga memiliki pusat pendidikan Islam Dayah Cot Kala. Dayah disamakan dengan Perguruan Tinggi, materi yang diajarkan yaitu bahasa Arab, tauhid, tasawuf, akhlak, ilmu bumi, ilmu bahasa dan sastra Arab, sejarah dan tata negara, mantiq, ilmu falaq dan filsafat. Daerahnya kira-kira dekat Aceh Timur sekarang. Pendirinya adalah ulama Pangeran Teungku Chik M.Amin, pada akhir abad ke-3 H, abad 10 M. Inilah pusat pendidikan pertama. 3. Kerajaan Aceh Darussalam Proklamasi kerajaan Aceh Darussalam adalah hasil peleburan kerajaan Islam Aceh di belahan Barat dan Kerajaan Islam Samudra Pasai di belahan Timur. Putra Sultan Abidin Syamsu Syah diangkat menjadi Raja dengan Sultan Alaudin Ali Mughayat Syah (1507-1522 M). Bentuk teritorial yang terkecil dari susunan pemerintahan Kerajaan Aceh adalah Gampong (Kampung), yang dikepalai oleh seorang Keucik dan Waki (wakil). Gampong-gampong yang letaknya berdekatan dan yang penduduknya melakukan ibadah bersama pada hari jum’at di sebuah masjid merupakan suatu kekuasaan wilayah yang disebut mukim, yang memegang peranan pimpinan mukim disebut Imeum mukim. Jenjang pendidikan yang ada di Kerajaan Aceh Darussalam diawali pendidikan terendah Meunasah (Madrasah). Yang berarti tempat belajar atau sekolah, terdapat di setiap gampong dan mempunyai multi fungsi antara lain:  Sebagai tempat belajar Al-Qur’an Sebagai Sekolah Dasar, dengan materi yang diajarkan yaitu menulis dan membaca huruf Arab, Ilmu agama, bahasa Melayu, akhlak dan sejarah Islam. Fungsi lainnya adalah sebagai berikut:  Sebagai tempat ibadah sholat 5 waktu untuk kampung itu. Sebagai tempat sholat tarawih dan tempat membaca Al-Qur’an di bulan puasa.  Tempat kenduri Maulud pada bulan Maulud.



 Tempat menyerahkan zakat fitrah pada hari menjelang Idhul Fitri atau bulan puasa  Tempat mengadakan perdamaian bila terjadi sengketa antara anggota kampung.  Tempat bermusyawarah dalam segala urusan Letak meunasah harus berbeda dengan letak rumah, supaya orang segera dapat mengetahui mana yang rumah atau meunasah dan mengetahui arah kiblat sholat. Selanjutnya sistem pendidikan di Dayah (Pesantren) seperti di Meunasah tetapi materi yang diajarkan adalah kitab Nahwu, yang diartikan kitab yang dalam Bahasa Arab, meskipun arti Nahwu sendiri adalah tata bahasa (Arab). Rangkang juga diselenggarakan disetiap mukim. Bidang pendidikan di kerajaan Aceh Darussalam benar-benar menjadi perhatian. Pada saat itu terdapat lembagalembaga negara yang bertugas dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan yaitu:  Balai Seutia Hukama,  merupakan lembaga ilmu pengetahuan,  tempat berkumpulnya para ulama,  ahli pikir dan cendikiawan untuk membahas dan mengembangkan ilmu pengetahuan. 1. Kerajaan Islam di Maluku. Islam masuk di Maluku dibawa oleh muballigh dari Jawa sejak zaman Sunan Giri dan dari Malaka. Raja Maluku yang pertama masuk Islam adalah Sultan Ternate bernama Marhum pada tahun 1465-1486 M, atas pengaruh Maulana Husain, saudagar dari Jawa. Raja Maluku yang terkenal di bidang pendidikan dan dakwah islam ialah Sultan Zainul Abidin, tahun 1486-1500 M. Dakwah Islam di Maluku menghadapi dua tantangan, yaitu yang datang dari orang-orang yang masih animis dan dari orang Portugis yang mengkristenkan penduduk Maluku. Sultan Sairun adalah tokoh yang paling keras melawan orang Portugis dan usaha Kristenisasi di Maluku ialah Fransiscus Zaverius tahun 1546 M. ia berhasil mengkhatolikkan sebagian dari penduduk Maluku.



2. Kerajaan Islam di Kalimantan Islam mulai masuk di Kalimantan pada abad ke 15 M dengan cara damai, dibawa oleh Muballigh dari Jawa. Sunan Bonang dan Sunan Giri masing-masing mempunyai santri-santri dari Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Perkembangan Islam mulai mantap setelah berdirinya kerajaan Islam di Bandar masih di bawah pimpinan Sultan Suriansyah tahun 1540 M bergelar Pangeran Samudera dan dibantu oleh Patih Masih. Ia menulis kitab-kitab agama, diantaranya yang terkenal: Sabilul Muhtadin (dipelajari dihampir seluruh Indonesia sampai yang palin barat, Aceh)  Syarah Fathul Jawad  Tuhfatur Raghibin (terkenal di Sumatera Utara dan Aceh)  Ushuluddin  Tasawuf  Al-Nikah  Al-Faraid. Pada waktu kecil ia diasuh dan diangkat oleh Sultan Tahmilillah dan dikirim untuk belajar ke Makkah dan Madianh selama 30 tahun. Ia wafat pada zaman Sultan Sulaiman. Sistem pengajian kitab agama di pesantren Kalimantan sama dengan system pengajian kitab di pondok pesantren di Jawa, terutama caracara menerjemahkannya kedalam bahasa daerah. Salah seorang tokoh Islam yang masuk di Kalimantan Barat ialah Syarif Abdurrahaman Al-Kadri dari Hadramaut pada tahun 1735 M dan menikah dengan putra Dayak yang akhirnya mewarisi kerajaan di Kalimantan Barat Pontianak. 3. Kerajaan Islam di Sulawesi Kerajaan yang mula-mula berdasarkan Islam adalah kerajaan Kembar Gowa Tallo tahun 1605 M. Rajanya bernama I. Malingkaang Daeng Manyonri yang kemudian berganti nama dengan Sultan Abdullah Awwalul Islam. Pengaruh raja Gowa dan Tallo dalam Islam sangat besar terhadap raja-raja kecil lainnya. Diantara raja-raja itu sudah ada perjanjian yang berbunyi sebagai berikut: “Barangsiapa yang menemukan jalan yang lebih baik, maka ia berjanji akan



memberitahukan kepada raja-raja yang menjadi sekutunya”. Jalan disini berarti jalan hidup atau agama. MASA MASUK DAN BERKEMBANGNYA ISLAM DI INDONESIA Berbagai teori perihal masuknya Islam ke Indonesia terus muncul sampai saat ini. Fokus diskusi mengenai kedatangan Islam di Indonesia sejauh ini berkisar pada tiga tema utama, yakni tempat asal kedatangannya, para pembawanya, dan waktu kedatangannya. Mengenai tempat asal kedatangan Islam yang menyentuh Indonesia, di kalangan para sejarawan terdapat beberapa pendapat. Ahmad Mansur Suryanegara mengikhtisarkannya menjadi tiga teori besar. Masuknya Islam ke Indonesia terjadi tidak terlalu jauh dari zaman kelahiran islam di jazirah arab. Ada dua faktor yang menyebabkan Indonesia dikenal bangsa-bangsa lain : 1. Faktor letak geografisnya yang strategis, yaitu berada di persimpangan jalan raya internasional dari jurusan timur tengah menuju tiongkok 2. Faktor kesuburan tanahnya yang menghasilkan bahan-bahan keperluan hidup yang dibutuhkan oleh bangsa-bangsa lain misalnya rempah-rempah BERBAGAI KEBIJAKAN PEMERINTAH BELANDA, JEPANG DAN REPUVLIK INDONESIA DALAM BIDANG PENDIDIKAN Diantara kebijakan pemerintahan belanda dalam membendung bidang pendidikan islam adalah: Pada zaman VOC mereka mengeluarkan perbaikan untuk perbaikan agama kristen dan mendirikan sekolah Ketika Van den Bosh menjadi gubernur jendral di Jakarta pada tahuun 1831 M, diberlakukan kebijakan bahwa sekolah-sekolah gereja dianggap dan diperlakukan sebagai sekolah pemerintah. Pada tahun 1819 M, gubernur Van de Capellen mengambil inisiatif merencanakan berdirinya sekolah dasar bagi penduduk pribumi agar dapat membantu pemerintahan belanda Pada tahun 1905, nasihat badan priesteraden menasihatkan agar pemerintah mengeluarkan peraturan yang isinya bahwa orang yang memberikan pelajaran harus minta izin terlebih dahulu. Dalam mendekati umat islam, jepang menempuh kebijakan sesuai berikut :



1. Kantor urusan agama yang pada zaman belanda di sebut kantor Voor Islamistische Saken yang dipimpin oleh orang-orang orientalisten belanda 2. Pondok pesantren yang besar-besar sering mendapat kunjungan dan bantuan dari pembesar-pembesar jepang 3. Sekolah-sekolah negeri di beri pelajaran budi pekerti yang isinya identik dengan ajaran agama 4. Memberikan latihan dasar kemiliteran bagi pemuda islam yang dipimpin oleh KH. Zainul Arifin 1. Lembaga-lembaga pendidikan islam sesudah kemerdekaan Lembaga pendidikan islam sesudah Indonesia merdeka ada yang berstatus negeri dan ada yang berstatus swasta. Yang berstatus negeri misalnya: 



Madrasah Ibtidaiyah Negeri (Tingkat Dasar)







Madrasah Tsanawiyah Negeri (Tingkat Menengah Pertama)







Madrasah Aliyah Negeri (Tingkat Menengah Atas)







Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) Untuk itu, tak berlebihan kiranya jika kita kembali merunut sejarah masa



lalu terhadap perkembangan pendidikan Islam di Indonesia dari waktu ke waktu, sejak dengan ditandai oleh munculnya berbagai lembaga pendidikan secara bertahap; mulai dari yang amat sederhana, sampai dengan tahap-tahap yang sudah terhitung modern dan lengkap; yang kesemuanya telah memainkan fungsi dan perannya sesuai dengan tuntutan masyarakat dan zamannya. Dengan demikian diharapkan akan dapat menjadi bahan rujukan dan perbandingan bagi pengelola pendidikan Islam pada masa sekarang ini. 1. Masuk & Berkembangnya Islam di Indonesia Prof. Haidar Putra Daulay menyebutkan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia agak unik dibandingkan dengan masuknya Islam ke daerah-daerah lain. Islam masuk ke Indonesia secara damai dibawa oleh para pedagang dan mubaligh. Sedangkan Islam yang masuk ke daerah lain pada umumnya banyak lewat penaklukan, seperti masuknya Islam le Irak, Iran (Persi), Mesir, Afrika Utara sampai ke Andalusia. Sejauh menyangkut kedatangan Islam di Nusantara,



terdapat diskusi dan perdebatan panjang di antara para ahli mengenai tiga masalah pokok: Terbentuknya masyarakat muslim di suatu tempat adalah melalui proses panjang yang dimulai dari terbentuknya pribadi-pribadi muslim sebagai hasil dari upaya para da’i. Masyarakat muslim tersebut selanjutnya menumbuhkan kerajaan Islam, tercatatlah sejumlah kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara, seperti Kerajaan Perlak, Pasai, Aceh Darussalam, Banten, Demak, Mataram, dan lain sebagainya. Tersebarnya Islam ke berbagai wilayah di Indonesia yang begitu cepat tidak terlepas dari berbagai peran, terutama adanya kekuatan politik dari kerajaan Islam digabungkan dengan semangat para mubaligh untuk mengajarkan Islam. Maka dalam hal ini, peran pendidikan Islam turut memberikan sumbangsih positif kepada kemajuan peradaban bangsa Indonesia.