Penelitian Dasar [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Penelitian dasar atau juga bisa disebut dengan penelitian murni atau pokok ini merupakan suatu penelitian yang memang diperuntukkan bagi seorang pengembang suatu ilmu pengetahuan dan juga diarahkan kepada pengembangan teori yang ada maupun menemukan teori yang baru. Seorang peneliti yang melakukan sebuah penelitian dasar mempunyai tujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tanpa perlu memikirkan pemanfaatannya secara langsung dari hasil suatu penelitian tersebut. Karena penelitian dasar biasanya justru akan memberikan kontribusi besar terhadap pengembangan dan juga pengujian teori yang hendak mendasari penelitian terapan. Jadi penelitian dasar akan lebih diarahkan untuk menjelaskan, mengetahui dan memprediksi fenomena sosial maupun alam. Hasil dari penelitian dasar yang dilakukan barangkali belum bisa dimanfaatkan langsung, namun hal itu sangat berguna bagi kehidupan yang lebih baik lagi. Sementara tujuan dari dilakukannya penelitian dasar yaitu untuk menambah pengetahuan dengan menggunakan hukum ilmiah, prinsip dasar dan juga untuk meningkatkan pencarian serta metodologi ilmiah. Untuk tingkat generalisasi dari hasil penelitian dasar itu lebih bersifat umum dan abstrak serta bisa berlaku secara universal. Suatu penelitian dasar memang tidak diarahkan untuk memecahkan atau menyelesaikan permasalahan praktis, melainkan prinsip yang bisa dihasilkannya bisa menjadi dasar pemecahan masalah praktis atau dengan kata lain hasil dari penelitian dasar bisa mempengaruhi kehidupan praktis. Misalnya penelitian dasar yang erat kaitannya dengan bidang pendidikan yaitu penelitian di dalam bidang psikologi yang di dalamnya berisi penelitian mengenai faktor-faktor yang bisa mempengaruhi perilaku dan sikap manusia. Dan hasil dari penelitian tersebut biasa digunakan untuk landasan dalam melakukan pengembangan sikap untuk bisa merubah perilaku dengan melalui proses pendidikan atau pembelajaran. Penelitian dasar atau yang disebut basic research ini dilakukan untuk memperluas batasan



dari ilmu pengetahuan. Jadi penelitian dasar ini bukanlah ditujukan langsung demi mendapatkan solusi bagi suatu permasalahan, akan tetapi penelitian dasar dilaksanakan untuk memverifikasi teori yang telah ada atau bisa juga mengetahui lebih jauh mengenai sebuah konsep. Sehingga pertama kali yang harus dilakukan di dalam penelitian dasar yaitu menguji konsep atau melakukan hipotesis awal dan selanjutnya membuat kajian yang lebih dalam serta kesimpulan mengenai fenomena yang telah diamati. Pada dasarnya penelitian dasar dibedakan berdasarkan pendekatan yang digunakan dalam pengembangan teori, diantanya adalah :  Penelitian deduktif Penelitian ini bertujuan



untuk



menguji



teori



dalam



keadaan



tertentu.







Penelitian induktif Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan hipotesis atau teori dengan cara mengungkap fakta yang ada.



Pengertian Teori Teori menurut Moleong (2002: 58) yaitu aturan yang menjelaskan proposisi atau seperangkat proposisi yang berkaitan dengan beberapa fenomena alamiah. Menurut Snelbecker dalam Meleong (2002: 34) “mendefinisikan teori sebagai seperangkat proposisi yang terintergrasi secara sintaksis (yaitu yang mengikuti aturan tertentuyang dapat dihubungkan secara logis satu dengan lainnya dengan data dasar yang dapat diamati) dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati.” Menurut Marx dan Goodson dalam Moleong (2002: 35) yang menyatakan bahwa “teori ialah aturan menjelaskan proposisi atau seperangkat proposisi yang berkaitan dengan beberapa fenomena alamiah dan terdiri atas representasi simbolik dari (1) hubungan-hubungan yang dapat diamati di antara kejadian-kejadian (yang diukur), (2) mekanisme atau struktur yang diduga mendasari hubungan-hubungan demikian, dan (3) hubungan-hubungan yang disimpulkan serta mekanisme dasar yang dimaksudkan untuk data dan yang diamati tanpa adanya manifestasi hubungan empiris apapun secara langsung.” Menurut Glaser dan Stauss dalam Moleong (2002: 35) menyatakan bahwa “konsep dasar teori klasik dengan menyodorkan rumusan teori dari dasar, yaitu teori yang berasal dari data dan yang diperoleh secara analitis dan sistematis melalui metode komparatif; selanjutnya dikemukakan bahwa unsul-unsul teori mencakup kategori konseptual dengan kawasannya dan hipotesis atau hubungan yang digeneralisasikan di antara kategori dan kawasan.” Sesuai Kasiram (2010:316) dan Sugiyono (2010:81), teori adalah konseptualisasi umum yang diperoleh melalui jalan sistematis dan harus dapat diuji kebenarannya.



Berdasarkan beberapa pendapat di atas, teori merupakan “seperangkat kontruk (konsep), definisi, dan proposisi yang menyajikan gejala (fenomena) secara sistematis, merinci hubungan antara variabel-variabel, dengan tujuan meramalkan dan menerangkan gejala tersebut” (Kenlinger dalam Sevilla, Consuelo G., dkk. [1993:30]). Sesuai dengan pengertian teori tersebut, proposisi adalah hubungan dua konsep atau lebih yang masih abstrak. Konsep adalah abtraksi fenomena yang dirumuskan berdasarkan ciri khusus dari fenomena itu dari hasil observasi (Kasiram, 2010:317).



2. Fungsi Teori Menurut Snelbecker dalam Moleong “Fungsi teori adalah meramalkan dan menjelaskan perilaku, menemukan teori lainnya, untuk aplikasi plaktis, memberikan perspektif bagi usaha jarigan data, membimbing dan menyajikan gaya penelitian (Moleong, 2002:58).” Singarimbun dan Effendi (1989:37), teori berfungsi menjelaskan secara sistematis suatu fenomena dengan cara menentukan hubungan antarkonsep. Selain itu, teori juga menerangkan fenomena tertentu dengan cara menetukan konsep mana yang berhubungan dengan konsep lainnya dan bagaimana bentuk hubungan tersebut. Sedangkan Sevilla, Consuelo G., dkk. (1993:30) menyebutkan fungsi teori, yaitu “(1) sebagai suatu kerangka konsepsi penelitian dan memberikan alasan perlunya penyelidikan, (2) melalui teori kita dapat menyusun pertanyaan-pertanyaan yang terinci sebagai pokok masalah penyelidikan, dan (3) untuk menampilkan hubungan antara variabel-variabel yang telah diselidiki.” Melalui teori, (1) peneliti mendapatkan masukan dalam memaknai persoalan dan (2) teori juga dipakai sebagai informasi pembanding atau tambahan untuk melihat gejala yang diteliti secara lebih utuh (Tamsa, 2011). Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka fungsi teori adalah (1) meramalkan, menjelaskan, dan menemukan teori lain, (2) memberikan perspektif jaringan, (3) memberikan alasan perlunya penelitian, (4) menyusun pertanyaan sebagai pokok masalah, (5) menampilkan hubungan antarvariabel, konsep, dan menerangkan fenomena sebagai masukan dalam mengambil persoalan dan informasi pembanding.



3. Jenis Teori Ads not by this site



Dalam perkembangnnya, teori dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu teori substantif dan teori formal (Moleong, 2002:37). Teori substantif adalah teori yang dikembangkan untuk keperluan substantif atau empiris dalam ingkuiri dalam suatu ilmu pengetahuan, misanya antropologi,sosiologi, dan psikologi. Sedangkan teori formal adalah teori untuk keperluan formal atau yang disusun secara konseptual dalam bidang ingkuiri suatu ilmu pengetahuan, misalnya sosiologi, contohnya prilaku agresif, organisasi formal, sosialisasi, dst (Gleser dan Strauss dalam Maleong, 2002:37-38). Teori formal yang berasal dari bidang substantif memiliki kegunaan, yaitu (1) menguji teori formal dari para ahli terkenal, (2) membandingkan hasil-hasil penelitian melalui arahan dan bimbingan teori pokok yang dianalisis secara sistematis, (3) memberikan arti yang lebih besar



terhadap isi daripenerapan teori formal yang sudah diketahui peneliti pada bidang substantif, dan (4) berguna dalam penyusunan teori yang masih agak longgar tentang gagasan atau teori forma, dugaan, konsep, atau hipotesis mengenai bidang substantif yang sedang dipikirkan (moleong, 2002:46).



4. Unsur Teori Menurut Kasiram, 2010:327, unsur pokok suatu teori yaitu proposisi, klasifikasi, konsep, dan variabel. Proposisi merupakan pola hubungan antarkonsep atau antarklasifikasi atau antarvariabel, seperti hubungan antarpenjual dan pembeli. Proposisi biasanya berbentuk hipotesis atau tesis. Konsep merupakan nama yang diberikan pada sebuah gejala atau benda dengan ciriciri tertentu, seperti pendidik, alat pendidikan, produsen, konsumen, sikap, minat, dst. Klasifikasi yaitu pengelompokan aspek atau bagian atau unsur dari teori, seperti intra-ekstra kurikuler, pedagang-produsen, benda padat-cair, gas, dst. Variabel yaitu fariasi dari suatu konsep, klasifikasi, proposisi, atau gejala yang di dalamnya terdiri dari beberapa ragam fariasi atau jenis, seperti variabel guru tetap dan guru tidak tetap, dsb. Ads not by this site



Berdasarkan uraian di atas, unsur-unsur teori dapat disederhanakan menjadi (1) kategori konseptual dan kawasan konseptual dan (2) hipotesis atau hubungan generasi di antara kategori dan kawasannya serta integrasi. Aspek merupakan unsur suatu kategori, sedangkan kategori adalah unsur konseptual suatu teori. Hipotesis dicapai melalui analisis perbandingan antarkelompok. Sedangkan analisis perbandingan antarkelompok menghasilkan kategori dan mempercepat adanya hubungan antarkelompok. Unsur teori ke tiga yaitu integrasi. Instegrasi merupakan gabungan hipotesis dan kategori konseptual sehingga diperoleh hipotesis yang lebih khusus (Moleong, 2002:38).



5. Penyusunan Teori Berdasarkan jenis teori, penyusunan teori dalam penelitian kualitatif dibedakan menjadi dua, yaitu penyusunan teori substantif dan penyusunan teori formal. Penyusunan teori substantif dilakukan melalui usaha menemukan kategori dengan kawasannya dengan kata lain mencari hubungan logis untuk dirumuskan dalam hipotesis dengan memanfaatkan integrasi antara kategori dengan kawasannya. Dalam penyusunannya, teori substantif menggunakan metode analisis komparatif (Moleong, 2002:59). Sebagai contoh judul penelitian dengan teori substrantif yaitu, “Risiko Keuangan Bank Pengkreditan Rakyat Konvensional dan Bank Pengkreditan Rakyat Syariah” atau “Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Menggunakan Metode Konvensional dan Economic Value”. Pada teori formal, penyusunan teori dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Penyusunan teori formal tidak langsung dilakukan melalui teori substantif terlebih dahulu. Dalam Moleong (2002:43) menyebutkan bahwa peyusunan teori formal secara tidak langsung ada dua jenis, yaitu teori formal satu bidang dan teori formal dua bidang atau bidang ganda. Ads not by this site



Pada penyusunan teori formal satu bidang, cara penulisan berasal dari teori substantif atau berasal dari satu bidang substantif. Dalam penulisan teori formal satu bidang ini, peneliti melakukannya dengan jalan menghapus kata-kata substantif, frasa, atau kata-kata sifat. Misalnya: (1) aspek temporer dari kematian sebagai jaminan status tak terjadwal, ditulis menjadi aspek temporer sebagai jaminan status tak terjadwal; kata dari kematian dapat dihilangkan



karena memiliki (2) bagaimana cara dokter dan perawat memberikan perhatian secara medis pada pasien yang menghadapi maut dari segi nilai sosial pasien, menjadi bagaimana pelayanan profesional terbagi dilihat dari segi nilai sosial menurut klien. Penyusunan teori formal bidang ganda dilakukan melalui penarikan kategori inti dengan kawasannya lalu menyusun teori yang sudah siap dan relevan. Untuk menyusun teori formal bidang ganda ini perlu digunakan logika sebagaimana digunakan dalam teori substantif. Logika ini memberikan petunjuk efektif untuk memilih kelompok ganda dari satu bidang substantif. Selain itu, logika juga memberikan petunjuk dalam memperoleh banyak data dari berbagai jenis bidang substantif (maleong, 2002:44).



6. Verifikasi Teori Pembentukan teori dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan melalui verifikasi terhadap suatu teori yang berlaku atau terhadap teori baru yang baru muncul dari data. Verifikasi tersebut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara implisit dan eksplisit yang dilakukan secara berkesinam bungan semenjak data lapangan mulai masuk. Verifikasi implisit memiliki peranan penting dalam membimbing peneliti ke arah (1) pembentukan uniformitas dan universalitas pokok, (2) variasi strategi dari teori kepada konsidi yang berbeda, (3) modifikasi teori dari dasar (Moleong, 2002:46—47). Melalui verifikasi suatu teori, peneliti mungkin juga akan menemukan teori baru. Namun pada dasarnya, fokus utama ahanya pada pengujian suatu teori.



C. Simpulan dan saran Setelah mengkaji uraian di atas, maka dalam subbab ini diperoleh simpulan dan saran sebagai berikut



1. Simpulan Teori merupakan seperangkat kontruk (konsep), definisi, dan proposisi yang menyajikan gejala (fenomena) secara sistematis, merinci hubungan antara variabel-variabel, dengan tujuan meramalkan dan menerangkan gejala tersebut. Ads not by this site



Teori juga memiliki fungsi, yaitu (1) meramalkan, menjelaskan, dan menemukan teori lain, (2) memberikan perspektif jaringan, (3) memberikan alasan perlunya penelitian, (4) menyusun pertanyaan sebagai pokok masalah, (5) menampilkan hubungan antarvariabel, konsep, dan menerangkan fenomena sebagai masukan dalam mengambil persoalan dan informasi pembanding. Dalam perkembangnnya, teori dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu teori substantif dan teori formal. Teori substantif adalah teori yang dikembangkan untuk keperluan substantif atau empiris dalam ingkuiri dalam suatu ilmu pengetahuan, misanya antropologi,sosiologi, dan psikologi. Sedangkan teori formal adalah teori untuk keperluan formal atau yang disusun secara konseptual dalam bidang ingkuiri suatu ilmu pengetahuan. Unsur-unsur teori dapat disederhanakan menjadi (1) kategori konseptual dan kawasan konseptual dan (2) hipotesis atau hubungan generasi di antara kategori dan kawasannya serta integrasi. Berdasarkan jenis teori, penyusunan teori dalam penelitian kualitatif dibedakan menjadi dua, yaitu penyusunan teori substantif dan penyusunan teori formal. Penyusunan teori substantif dilakukan melalui usaha menemukan kategori dengan kawasannya dengan kata lain mencari



hubungan logis untuk dirumuskan dalam hipotesis dengan memanfaatkan integrasi antara kategori dengan kawasannya. Pada teori formal, penyusunan teori dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Ads not by this site



Pembentukan teori dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan melalui verifikasi terhadap suatu teori yang berlaku atau terhadap teori baru yang baru muncul dari data. Verifikasi tersebut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara implisit dan eksplisit yang dilakukan secara berkesinam bungan semenjak data lapangan mulai masuk.



2. Saran Berdasarkan hasil makalah ini, diharapkan peneliti mampu memahami pengertian teori secara benar, mengetahui fungsi teori secara menyeluruh, mengetahui jenis-jenis teori yang sedang berkembang, mengetahui unsur-unsur teori, mengetahui bagaimana penyusunan teori yang tepat dalam penelitian kualitatif, dan mengetahui verifikasi teori.



DALIL DALIL adalah ... 1) Teorema. Rumusan suatu sifat bentuk ilmu ukur atau suatu fungsi atau faham lain dalarn ilmu pasti.



2) Suatu kesimpulan yang kebenarannya dibuktikan berdasarkan hipotesa-hipotesa tertentu; atau suatu kesimpulan yang telah dibuktikan kebenarannya.



3) Suatu yang menunjuk kepada apa yang dicari alasan, keterangan, argumen yang menunjuk kepada pengertian, hukum, dan lain-lain yang dicari.



KONSEP Konsep atau anggitan adalah abstrak, entitas mental yang universal yang menunjuk pada kategori atau kelas dari suatu entitas, kejadian atau hubungan. Istilah konsep berasal dari bahasa latin conceptum, artinya sesuatu yang dipahami. Aristoteles dalam "The classical theory of concepts" menyatakan bahwa konsep merupakan penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran manusia. Konsep merupakan abstraksi suatu ide atau gambaran mental, yang dinyatakan dalam suatu kata atau simbol. Konsep dinyatakan juga sebagai bagian dari pengetahuan yang dibangun dari berbagai macam kharakteristik. Berbagai pengertian konsep dikemukan oleh beberapa pakar. Konsep didefinisikan sebagai suatu arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Konsep diartikan juga sebagai suatu abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antar manusia dan memungkinkan manusia untuk berpikir. Pengertian konsep yang lain adalah sesuatu yang umum atau representasi intelektual yang abstrak dari situasi, obyek atau peristiwa, suatu akal pikiran, suatu ide atau gambaran mental. Suatu konsep adalah elemen dari proposisiseperti kata adalah elemen dari kalimat. Konsep adalah abstrak di mana mereka menghilangkan perbedaan dari segala sesuatu dalam ekstensi, memperlakukan seolah-olah mereka identik. Konsep adalah universal di mana mereka bisa diterapkan secara merata untuk setiap extensinya.



Konsep adalah pembawa arti. Suatu konsep tunggal bisa dinyatakan dengan bahasa apa pun. Konsep bisa dinyatakan dengan 'Hund' dalam bahasa Jerman, 'chien' dalam bahasa Prancis, 'perro' dalam bahasa Spanyol.



http://yamatoikwan.blogspot.com/2013/09/brake-assist-emergency-brake-assist.html



Paradigma Penelitian Paradigma ibarat sebuah jendela tempat orang bertolak menjelajahi dunia dengan wawasannya. Sebagian orang menyatakan paradigma (paradigm) sebagai �intelektual komitmen�, yaitu suatu citra fundamental dari pokok permasalahan dari suatu ilmu (Salim, 2006). Namun secara umum menurut Salim (2006) paradigma dapat diartikan sebagai seperangkat kepercayaan atau keyakinan dasar yang menuntun sesorang dalam bertindak atau keyakinan dasar yang menuntun sesorang dalam bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Ihalauw (1985) paradigma menggariskan apa yang seharusnya dipelajari, pernyataan apa yang seharusnya dikemukakan, dan kaidah apa yang seharusnya diikuti dalam menafsirkan jawaban yang diperoleh (Salim, 2006). Paradigma adalah basis kepercayaan utama dari sistem berpikir; basis dari ontologi, epistemologi, dan metodologi. Dalam pandangan filosof, paradigma merupakan pandangan awal yang membedakan, memperjelas dan mempertajam orientasi berpikir seseorang. Hal ini membawa konsekuensi praktis terhadap prilaku, cara berpikir, intepretasi dan kebijakan dalam pemilihan masalah. Paradigma memberi representasi dasar yang sederhana dari informasi pandangan yang kompleks sehingga orang dapat memilih untuk bersikap atau mengambil keputusan (Salim, 2001) Menurut Maleong (2004), ada berbagai macam paradigma, tetapi yang mendominasi ilmu pengetahuan adalah scientifik paradigm (paradigma ilmiah) dan naturalistic paradigm (paradigma almiah). Paradigma imiah bersumber dari pandangan positivisme (lazimnya disebut sebagai paradigma kuantitatif) sedangkan pandangan alamiah bersumber pada pandangan fenomenologis (lazimnya disebut sebagai paradigma kualitatif).



Gambar 3. Paradigma dalan Penelitian Ilmiah Secara umum pendekatan penelitian atau sering juga disebut paradigma penelitian dapat dikelompokan menjadi paradigma penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Dari segi peristilahan, para ahli nampak menggunakan istilah atau penamaan yang berbeda-beda meskipun mengacu pada hal yang sama. Untuk itu guna menghindari kekaburan dalam memahami kedua pendekatan ini, berikut akan dikemukakan penamaan yang dipakai para ahli dalam penyebutan kedua istilah tersebut lihat Tabel 1berikut ini. Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Dalam beberapa referensi tentang paradigma penelitian, kita dapat menjumpai beberapa nama yang dipergunakan para ahli tentang metodologi penelitian kualitatif yaitu: grounded research,ethnometodologi, paradigma naturalistik, interaksi simbolik, semiotik, heuristik, hermeneutik, atau holistik. Perbedaan tersebut dimungkinkan karena perbedaan fokus dalam melihat permasalahan serta latar brlakang disiplin ilmunya. Istilah grounded research lebih berkembang di lingkungan sosiologi dengan tokohnya Strauss dan Glaser (untuk di Indonesia istilah ini diperkenalkan/dipopulerkan oleh Stuart A. Schleigel dari Universitas California yang pernah menjadi tenaga ahli pada Pusat Latihan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial Banda Aceh pada tahun 1970-an), ethnometodologi lebih berkembang di lingkungan antropologi dan ditunjang antara lain oleh Bogdan, interaksi simbolik lebih berpengaruh di pantai barat Amerika Serikat dikembangkan oleh Blumer, Paradigma naturalistik dikembangkan antara lain oleh Guba yang pada awalnya memperoleh pendidikan dalam fisika, matematika, dan penelitian kuantitatif. Riwayat singkat kedua paradigma tersebut adalah sebagai berikut (Bogdan & Taylor (1975); Crewell



(1994); Maleong (2004)  Paradigma Kuantitatif (Positivisme) berakar pada pandangan teoritis Auguste Comte dan Emile Durkheim pada abad ke 19 dan awal abad ke 20. Para Positivisme mencari fakta dan penyebab femomena sosial dan kurang mempertimbangkan keadaan subjektifitas individu. Durkhiem menyarakan kepada ahli ilmu pengetahuan sosial untuk mempertimbangkan �fakta sosial� atau fenomena sosial sebagai sesuatu yang memberikan pengaruh dari luar atau memaksa pengaruh tertentu terhadap perilaku manusia. Paradigma kuantitatif dinyatakan sebagai paradigma tradisional, positivisme, eksperimental, atau empiris.  Paradigma Kualitatif (alamiah/fenomenologis) bersumber dari pandangan Max Weber yang diteruskan oleh Irwin Deutcher. Pendekatan ini berawal dari tindakan balasan terhadap tradisi positivisme. Pendekatan fenomenologis berusaha memahami perilaku manusia dari segi kerangka berpikir maupun bertindak orang itu sendiri. Bagi mereka yang penting ialah kenyataan yang terjadi sebagai yang dibayangkan atau dipikirkan oleh orang itu sendiri. Paradigma kualitatif menyatakan pendekatan konstruktif atau naturalistis (Lincoln & Guba), pendekatan interpretatif (J. Smith) atau sudut pandang postpositivist (postmodern) Masing-masing paradigma tersebut mempunyai seperangkat asumsi yang berbeda (Firestone, 1987; Guba & Linclon, 1988; McCrakeb, 1988).Hal ini penting untuk diketahui karena akan memberikan arah untuk merancang (mendesain) penelitian. Tabel 2. Menunjukkan asumsi paradigma kualitatif dan kuantitatif berdasarkan pendekatan ontologis, epistemologis, aksiologis, retorika dan metodologis (Creswell, 1994) Kedua paradigma pendekatan penelitian tersebut nampak sekali mempunyai asumsi/aksioma dasar filosofis dan paradigma berbeda yang menurut Lincoln & Guba (1985) perbedaan tersebut terletak dalam asumsi/aksioma tentang kenyataan, hubungan pencari tahu dengan tahu (yang diketahui), generalisasi, kausalitas, dan masalah nilai. Menurut Lincoln & Guba (1985) pandangan positivisme dari sudut ontologi meyakini bahwa realitas merupakan suatu yang tunggal dan dapat dipecah-pecah untuk dipelajari/dipahami secara bebas, obyek yang diteliti bisa dieliminasikan dari obyek-obyek lainnya, sedangkan dalam pandangan fenomenologi kenyataan itu merupakan suatu yang utuh, oleh karena itu obyek harus dilihat dalam suatu konteks natural tidak dalam bentuk yang terfragmentasi. Dari sudut epistemologi, positivisme mensyaratkan adanya dualisme antara subyek peneliti dengan obyek yang ditelitinya, pemilahan ini dimaksudkan agar dapat diperoleh hasil yang obyektif. Sementara itu dalam pandangan Fenomenologis subyek dan obyek tidak dapat dipisahkan dan aktif bersama dalam memahami berbagai gejala. Dari sudut aksiologi, positivisme mensyaratkan agar penelitian itu bebas nilai agar dicapai obyektivitas konsep dan hukum sehingga tingkat keberlakuannya bebas tempat dan waktu. Sedangkan dalam pandangan fenomenologi penelitian itu terikat oleh nilai sehinggan hasil suatu penelitian harus dilihat sesuai konteks. Agar lebih jelasnya pada Tabel 3 dapat dilihat perbandingan antara paradigma positivisme dan paradigma alamiah (fenomenologi). Masalah paradigma kuantitatif dan kualitatif hingga dewasa ini masih terjadi perdebatan, meskipun banyak ahli pada bidang tertentu memandang hal ini bukan masalah yang bersifat dikotomis melainkan suatu kontinum. Sekelompok ahli memandang bahwa paradigma (metode) manapun yang akan digunakan sebenarnya sangat tergantung pada masalahnya. Bila masalah itu memerlukan jawaban kualitatif maka paradigma yang harus dipilih adalah kualitatif. Sementara jika masalah itu bersifat kuantitatif maka paradigma yang dipilih adalah harus kuantitatif. Sementara sekelompok ahli mengatakan bahwa kedua paradigma tersebut saling menunjang, dengan suatu harapan bahwa



dengan cara begitulah penelitian akan dapat menyajikan hasil yang mantap dan jitu. Menurut Creswell (1994), untuk menggunakan kedua paradigma secara baik dan akurat dibutuhkan lebih banyak halaman yang dapat ditelorir editor jurnal. Hal ini dapat menyebabkan disertasi melewati batas normal ukuran dan skala. Menggunakan kedua paradigma dalam satu penelitian akan mahal, memakan waktu dan panjang (Locke, Spirduso, & Silverman, 1987 dalam Creswell, 1994:7). Oleh karena itu peneliti harus memilih paradigma kualitatif atau kuantitatif dalam suatu penelitian (paradigma tunggal). Memilih salah satu paradigma penelitian (paradigma tunggal) bukan berarti paradigma lainnya dianggap tidak baik. Tidak ada satu paradigma yang sanggup mengungguli paradigma lainnya, mengingat pilihan paradigma merupakan cara pandang seseorang (peneliti) terhadap suatu realitas yang tergantung pada keadaan tertentu. Misalnya dalam bidang ilmu eksak, biasanya paradigma kuantitatif (postivisme) yang banyak digunakan, sedangkan dibidang sosial, paradigma kualitatif (fenomenologis) yang mendapat tempat yang mapan (Salim, 2001). Masalahnya adalah bagaimana peneliti harus memilih salah satu paradigma dalam penelitian? Tabel 4. menyajikan kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam memilih salah satu paradigma (metode) dalam penelitian.



Tabel 2 Asumsi Paradigma Kuantitatif dan Kualitatif Asumsi Asumsi Ontologi



Pertanyaan Apakah sifat dari realita ?



Kuantitatif Realita adalah obyektif dan tunggal, terpisah dari peneliti



Asumsi Epistemologi



Apakah hubungan peneliti dan yang diteliti ? Apakah peran nilai?



Peneliti independen dari yang diteliti (jadi ada dualisme) Bebas nilai dan tidak bias



Asumsi Asiologi



Kualitatif Realita adalah subyektif dan banyak/ganda berdasarkan sudut pandang partisipan dalam suatu penelitian Peneliti berinteraksi dengan yang diteliti Peneliti berinteraksi dengan yang diteliti



Asumsi Retorik



Asumsi Metodologi dikembangkan untuk



Apakah bahasa penelitian ?



Apakah proses penelitiannya ?







Formal berdasarkan separangkat definisi







Tidak formal







Nada impersonal menggunakan kata-kata/istilahistilah kuantitatif yang telah baku







Keputusankeputusan berlangsung terus menerus menggunakan kata-kata istilahistilah kualitatif yang telah baku







Proses deduktif (sebab akibat).







Proses induktif.







Desain yang statis, kategorikategori yang telah dikelompokkan sebelum penelitian.







Faktor pembentuknya berlangsung timbal balik dan berkelanjutan.







Desain dan kategori-kategori yang muncul dan diindentifikasi selama proses penelitian.







Bebas konteks







Terikat dengan konteks.







Generalisasi menuntun ke prediksi, penjelasan dan pemahaman.







Pola-pola, teoriteori melalui melalui ketersahihan pemahaman.







Akurat dan terandalkan serta keterandalan (validitas dan realibilitas)







Akurat dan terandalkan melalui verifikasi/pembukt ian



Sumber: Menurut Firestone (1987); Guba & Lincoln (1988) dan McCracken (1988), dalam Creswell,



1994:4-5



Table 3



Perbedaan Aksioma Paradigma Positivisme dan Alamiah Paradigma No



Paradigma Alamiah/Kualitatif



Aksioma Tentang Positivisme Kenyataan adalah tunggal, nyata dan fragmentaris



1



Hakikat kenyatan



2



Hubungan pencari tahu dan yang tahu



3



Kemungkinan Generalisasi



4



Kemungkinan hubungan sebab akibat



Terdapat penyebab sebenarnya yang secara temporer terhadap, atau secara simultan terhadap akibatnya



Kenyataan adalah ganda,dibentuk, dan merupakan keutuhan Pencari tahu dengan yang tahu aktif bersama, jadi tidak dapat dipisahkan Hanya waktu dan konteks yang mengikat hipotesis kerja (pernyataan idiografis) yang dimungkinkan Setiap keutuhan berada dalam keadaan mempe-ngaruhi secara bersama-sama sehingga sukar mem-bedakan mana sebab dan mana akibat



5



Peranan nilai



Inkuirinya bebas nilai



Inkuirinya terikat nilai



Pencari tahu dengan yang tahu adalah bebas, jadi ada dualisme Generalisasi atas dasar bebaswaktu dan bebas-konteks (pernyataan nomotetik)



Sumber: Moleong, 2004:31



kembali



Table 4 Alasan-Alasan Untuk Memilih Paradigma Kriteria Pandangan peneliti



Latihan dan pengalaman peneliti



Paradigma Kuantitatif Peneliti cocok dengan asumsiasumsi ontologi, epistemologi, axiologi, retorik dan metodologi paradigma kuantitatif Keahlian penulisan teknis; keahlian statistik komputer;



Paradigma Kualitatif Peneliti cocok dengan asumsiasumsi ontologi, epistemologi, axiologi, retorik dan metodologi paradigma kualitatif Keahlian penulisan essay; keahlian analisa komputer;



Sisi psikologis peneliti



Sifat masalah



Pembaca penelitian (editor jurnal dan pembaca, komite wisuda)



penguasan kepustakaan. Kecocokan dengan aturanaturan dan panduan-panduan untuk melakukan penelitian; toleransi yang rendah terhadap ketidakpastian dan waktu yang singkat. Pernah diteliti oleh penelitian lain sehingga banyak acuan kepustakaan, variabel diketahui, teori-teori tersedia. Individu-indvidu yang terbiasa dengan atau mendukung penelitian kuantitatif



penguasan kepustakaan. Senang tanpa peraturan dan prosedur khusus melakukan penelitian; toleransi kerancuan tinggi; waktu untuk penelitian lama. Penelitian pendalaman, variabel tak diketahui, konteks penting mungkin kurang dasar teori untuk penelitian Individu-indvidu yang terbiasa dengan atau mendukung penelitian kualitatif



Sumber: Creswell, 1994:8-9



kembali