Penerapan Prinsip Ergonomi Di Instalasi Radiologi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASPEK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) ERGONOMI DI BIDANG RADIOLOGI Tugas Untuk Memenuhi Tugas Kesehatan dan Keselamatan Kerja Dosen : Tjokorda Bagus Putra Marhaendra, SH, ST, M.erg



Oleh: Debora Lidia Buling 01.12.5.035 Semester V B



AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI BALI ATRO BALI 2014



1



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan paper dengan judul “ ASPEK



KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) ERGONOMI DI BIDANG RADIOLOGI” tepat pada waktunya. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Tjokorda Bagus Putra Marhaendra, SH, ST, M.erg selaku dosen pengempu dalam mata kuliah ini yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengerjakan paper ini. Penyusunan paper ini tidak lepas dari bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi penyempurnaan paper ini, serta penulis mohon maaf atas segala kekurangan dalam penulisan paper ini. Akhirnya penulis berharap semoga penulisan paper ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.



Denpasar, 28 Oktober 2014



Penulis,



2



DAFTAR ISI



Judul



Halaman



HALAMAN JUDUL............................................................................................



1



KATA PENGANTAR..........................................................................................



2



DAFTAR ISI.........................................................................................................



3



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang ....................................................................................... 5



1.2



Rumusan Masalah .................................................................................. 6



1.3



Tujuan Penulisan .................................................................................... 6



1.4



Manfaat Penulisan .................................................................................. 6



1.5



Sistematika Penulisan............................................................................. 7



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1



Keselamatan dan Kesehatan Kerja............................................................. 3



8



2.2



Definisi Ergonomi…..................................................................................



2.3



9



Tujuan



2.4



Ergonomi........................................................................................ Aplikasi atau Penerapan



2.5



Ergonomi............................................................ Metode



12



2.6



Ergonomi....................................................................................... Prinsip



12



2.7



Ergonomi........................................................................................ Penegelompokkan Bidang



2.8



Ergonomi…………………………….. 13 Spesialisasi



2.9



10



11



Kajian Bidang



Ergonomi…………………………………………….. 14 Kasus Ergonomi……………………. …………………………………….



16



BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancang Penelitian.................................................................................... ... 18 3.2 Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 18 3.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data....................................................... 19 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Ergonomi di Radiologi…... 4.1.1 Tugas Radiografer.…………………..……………………………... 4.1.2 Kondisi Berbahaya Bagi Petugas…………………………………… 4.1.3 Alat Kerja dan Interface…………………………………………….. 4.1.4 Tempat Kerja……………………………………………………….. 4.1.5 Lingkungan Kerja………………………………………………….. 4.1.6 Organisasi Kerja Radiologi………………………………………… BAB V PENUTUP 4



20 20 30 33 33 34 35



5.1 Kesimpulan……………………………………………………………….. 5.2 Saran………………………………………………………………………



32 32



DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan waktu, walaupun secara perlahan-lahan, telah merubah manusia dari keadaan primitif menjadi manusia yang berbudaya. Kejadian ini antara lain terlihat pada perubahan rancangan peralatan-peralatan yang dipakai, yaitu mulai dari batu yang tidak berbentuk menjadi batu yang mulai berbentuk dengan meruncingkan beberapa bagian dari batu tersebut. Perubahan pada alat sederhana ini, menunjukkan bahwa manusia telah sejak awal kebudayaannya berusaha memperbaiki alat-alat yang dipakainya untuk memudahkan pemakaiannya. Hal ini terlihat lagi pada alat-alat batu runcing yang bagian atasnya dipahat bulat tepat sebesar genggaman sehingga lebih memudahkan dan menggerakan pemakaiannya. Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang memanfaatkan informasiinformasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia dalam



5



rangka membuat sistem kerja yang ENASE (efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien). Ergonomi dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya mengarah kepada tujuan yang sama yakni peningkatan kualitas kehidupan kerja (quality of working life). Dalam bidang radiologi perlu untuk diterapkan ilmu ergonomic. Dengan melihat perkembangan peralatan ilmu radiologi yang semakin canggih maka tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya suatu hal yang tidak di inginkan terjadi di lingkungan kerja seperti kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja sebagian besar terjadi karena ulah manusia atau pekerja itu sendiri. Maka dari itu, ilmu ergonomi sangat di perlukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana tugas radiographer? 1.2.2 Bagaimana kondisi berbahaya bagi petugas? 1.2.3 Bagaimana alat kerrja dan interface di radiologi? 1.2.4 Bagaimana tempat kerja di radiologi? 1.2.5 Bagaimana lingkungan kerja di radiologi? 1.2.6 Bagaimana organisasi kerja radiologi? 1.3 Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan ialah 1.3.1 Untuk mengetahui tugas radiographer 1.3.2 Untuk mengetahui kondisi berbahaya bagi petugas. 1.3.3 Untuk mengetahui alat kerrja dan interface di radiologi 1.3.4 Untuk mengetahui tempat kerja di radiologi 1.3.5 Untuk mengetahui lingkungan kerja di radiologi 1.3.6 Untuk mengetahui organisasi kerja radiologi 1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 Agar mahasiswa mengetahui tugas radiographer 1.4.2 Agar mahasiswa mengetahui kondisi berbahaya bagi petugas. 1.4.3 Agar mahasiswa mengetahui alat kerrja dan interface di radiologi 1.4.4 Agar mahasiswa mengetahui tempat kerja di radiologi 1.4.5 Agar mahasiswa mengetahui lingkungan kerja di radiologi 6



1.4.6 Agar mahasiswa mengetahui organisasi kerja radiologi 1.5 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dalam laporan ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN TEORI Berisi tentang tinjauan teori mengenai Ilmu Ergonomi BAB III METODE PENELITIAN Berisi tentang jenis penelitian, sumber dan jenis data, waktu dan tempat penelitian, pengumpulan data, analisis data dan tahapan pelaksanaan. BAB IV PEMBAHASAN Berisi tentang peran ergonomic di Instalasi Radiologi serta penerapan prinsip ergonomic di instalasi radiologi BAB V PENUTUP Berisi tentang kesimpulan dari pembahasan dan saran. DAFTAR PUSTAKA



BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Keselamatan dan kesehatan kerja 2.1.1 Pengertian Keselamatan Dan Kesehatan Kerja



7



Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut. Keselamatan dan kesehatan kerja juga merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat, yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan atau rumah sakit, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan atau rumah sakit. Keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk mencegah, mengurangi, bahkan meminimalisir risiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan atau rumah sakit, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang. Keselamatan dan kesehatan kerja dapat melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit akibat kerja, misalnya kebisingan, pencahayaan (sinar), getaran, kelembaban udara, dan lain-lain yang dapat menyebabkan kerusakan pada alat pendengaran, gangguan pernapasan, kerusakan paruparu, kebutaan, kerusakan jaringan tubuh akibat sinar-X, kanker kulit, 8



kemandulan, dan lain-lain. Keselamatan dan kesehatan kerja dalam konteks ini berkaitan dengan masalah pengaturan jam kerja (shift), kerja wanita, tenaga kerja kaum muda, pengaturan jam lembur, analisis dan pengelolaan lingkungan hidup, dan lain-lain. Hal tersebut mempunyai korelasi yang erat terhadap peristiwa kecelakaan kerja. 2.2 Definisi Ergonomi Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, Ergos adalah kerja dan Nomos adalah aturan atau hukum. Jadi, ergonomi adalah suatu aturan atau norma yang ada dalam sistem kerja atau ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang memanfaatkan informasi informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia dalam rangka membuat sistem kerja yang ENASE (Efektif, Nyaman, Aman, Sehat, dan Efisien). Ergonomi dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya mengarah kepada tujuan yang sama yaitu meningkatkan kualitas kehidupan kerja (quality of working life). Aspek kualitas kehidupan kerja adalah salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi rasa kepercayaan dan rasa kepemilikan pekerja kepada perusahaan atau rumah sakit, yang berujung kepada produktivitas dan kualitas kerja. Pencapaian kinerja manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja sangat tergantung kepada sejauh mana faktor ergonomi yang telah diperhatikan pada perusahaan atau rumah sakit tersebut. Kenyataannya, kecelakaan kerja masih juga terjadi di berbagai perusahaan atau rumah sakit yang secara administratif telah lulus audit sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Ada ungkapan bahwa



9



“without ergonomics, safety management is not enough”. Keluhan yang berhubungan dengan penurunan kemampuan kerja (work capbility) berupa kelainan pada sistem otot rangka (musculoskeletal disorders) misalnya, seolah-olah luput dari mekanisme dan sistem audit Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang ada pada umumnya. Padahal data menunjukkan kompensasi biaya langsung akibat kelainan ini (oberexertion) menempati rangking pertama dibandingkan dengan bentuk kecelakaan–kecelakaan kerja yang lain.



2.3 Tujuan Ergonomi Secara umum penerapan ergonomi terdiri dari banyak tujuan. berikut ini tujuan dalam penerapan ergonomi: 1.



Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.



2.



Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial dan mengkoordinasi kerja secara tepat, guna meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.



3.



Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, dan antropologis dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi. (Tarwaka. dkk, 2004).



2.4 Aplikasi atau Penerapan Ergonomi



10



Terdapat beberapa aplikasi / penerapan dalam pelaksanaan ilmu ergonomi. Aplikasi / penerapan tersebut antara lain: 1. Posisi Kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki. 2. Proses Kerja Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur. 3. Tata letak tempat kerja Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata. 4. Mengangkat beban Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan. 2.5 Metode Ergonomi Terdapat beberapa metode dalam pelaksanaan ilmu ergonomi. Metode-metode tersebut antara lain:



11



1. Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomic checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks. 2. Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi mebel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja. 3. Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan , sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain. 2.6 Prinsip Ergonomi Memahami prinsip ergonomi akan mempermudah evaluasi setiap tugas atau pekerjaan meskipun ilmu pengetahuan dalam ergonomi terus mengalami kemajuan dan teknologi yang digunakan dalam pekerjaan tersebut terus berubah. Prinsip ergonomi adalah pedoman dalam menerapkan ergonomi di tempat kerja, menurut Baiduri dalam diktat kuliah ergonomi terdapat 12 prinsip ergonomi yaitu: 



Bekerja dalam posisi atau postur normal;







Mengurangi beban berlebihan;







Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan;







Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh;







Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan;



12







Minimalisasi gerakan statis;







Minimalisasikan titik beban;







Mencakup jarak ruang;







Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman;







Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja;







Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti;







Mengurangi stres.



2.7 Pengelompokkan Bidang Kajian Ergonomi Pengelompokkan



bidang



kajian



ergonomi



yang



secara



lengkap



dikelompokkan oleh Dr. Ir. Iftikar Z. Sutalaksana (1979) sebagai berikut: 1. Faal Kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang meneliti energi manusia yang dikeluarkan dalam suatu pekerjaan. Tujuan dan bidang kajian ini adalah untuk perancangan sistem kerja yang dapat meminimasi konsumsi energi yang dikeluarkan saat bekerja. 2. Antropometri, yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia untuk digunakan dalam perancangan peralatan dan fasilitas sehingga sesuai dengan pemakainya. 3. Biomekanika yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan mekanisme tubuh dalam melakukan suatu pekerjaan, misalnya keterlibatan otot manusia dalam bekerja dan sebagainya. 4. Penginderaan, yaitu bidang kajian ergonomi yang erat kaitannya dengan masalah penginderaan manusia, baik indera penglihatan, penciuman, perasa dan sebagainya.



13



5. Psikologi kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang berkaitan dengan efek psikologis dan suatu pekerjaan terhadap pekerjanya, misalnya terjadinya stres dan lain sebagainya. Pada prakteknya, dalam mengevaluasi suatu sistem kerja secara ergonomi, kelima bidang kajian tersebut digunakan secara sinergis sehingga didapatkan suatu solusi yang optimal, sehingga seluruh bidang kajian ergonomi adalah suatu sistem terintegrasi yang semata-mata ditujukan untuk perbaikan kondisi manusia pekerjanya. 2.8 Spesialisasi Bidang Ergonomi Spesialisasi bidang ergonomi meliputi: ergonomi fisik, ergonomi kognitif, ergonomi sosial, ergonomi organisasi, ergonomi lingkungan dan faktor lain yang sesuai. Evaluasi ergonomi merupakan studi tentang penerapan ergonomi dalam suatu sistem kerja yang bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan penerapan ergonomi, sehingga didapatkan suatu rancangan keergonomikan yang terbaik. 1.



Ergonomi



Fisik:



berkaitan



dengan



anatomi



tubuh



manusia,



anthropometri, karakteristik fisiolgi dan biomekanika yang berhubungan dnegan aktifitas fisik. Topik-topik yang relevan dalam ergonomi fisik antara lain: postur kerja, pemindahan material, gerakan berulan-ulang, 2.



MSD, tata letak tempat kerja, keselamatan dan kesehatan. Ergonomi Kognitif: berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk di dalamnya ; persepsi, ingatan, dan reaksi, sebagai akibat dari interaksi



14



manusia terhadap pemakaian elemen sistem. Topik-topik yang relevan dalam ergonomi kognitif antara lain ; beban kerja, pengambilan keputusan, performance, human-computer interaction, keandalan manusia, dan stres kerja. 4. Ergonomi Organisasi: berkaitan dengan optimasi sistem sosioleknik, termasuk sturktur organisasi, kebijakan dan proses. Topik-topik yang relevan dalam ergonomi organisasi antara lain ; komunikasi, MSDM, perancangan kerja, perancangan waktu kerja, timwork, perancangan partisipasi, komunitas ergonomi, kultur organisasi, organisasi virtual, dll. 5. Ergonomi Lingkungan: berkaitan dengan pencahayaan, temperatur, kebisingan, dan getaran. Topik-topik yang relevan dengan ergonomi lingkungan antara lain ; perancangan ruang kerja, sistem akustik,dll. 2.9 Kasus Ergonomi Terdapat beberapa kasus dalam pelaksanaan ilmu ergonomi. Kasus-kasus tersebut antara lain: 1. Dalam pengukuran performansi atlet. Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat kerja. Contohnya: jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif pada saat bekerja, yang dilakukan dengan berdiri atu duduk. 2. Pengukuran variabilitas kerja. Contohnya: analisis kinematika dan kemampuan jari-jari tangan dari seseorang juru ketik atau operator komputer.



15



3. Antropometri dan Aplikasinya dalam Perancangan Fasilitas Kerja Anthropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbanganpertimbangan ergonomis dalam memerlukan interaksi manusia. 4. Kasus bekerja sambil duduk: Seorang pekerja yang setiap hari menggunakan komputer dalam bekerja dengan posisi yang tidak nyaman, maka sering kali ia merasakan keluhan bahwa tubuhnya sering mengalami rasa sakit/nyeri, terutama pada bagian bahu, pergelangan tangan, dan pinggang. 5. Kasus manual material handling: Kuli panggul di pasar sering sekali mengalami penyakit herniadan juga low back pain akibat mengangkut 6.



beban di luar recommended weighting limit (RWL). Kasus information ergonomic atau kognitive ergonomic:



Operator



reaktor sulit untuk membedakan beraneka macam informasi yang disampaikan oleh display terutama pada saat situasi darurat/emergency. Hal ini disebabkan karena informasi tersebut sulit dimengerti oleh operator tersebut. Kejadian yang serupa sering juga dialami oleh pilot, dimana harus menghadapi banyak display pada waktu yang bersamaan.



16



BAB III METODE PENELITIAN 3.1



Rancangan Penelitian 3.1.1



Jenis Penelitian Penelitian



ini



menggunakan



metode



penelitian



kualitatif



dengan



mengetahui aspek keselamatan kesehatan kerja dan ergonomi dalam bidang radiologi. 3.1.2



Waktu Penelitian Penulis melakukan pengumpulan data dalam penyusunan makalah ini adalah dimulai pada tanggal 27 Oktober 2014



3.1.3



Lokasi Penelitian Lokasi pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah di Kampus ATRO BALI dan media internet.



3.2 Metode Pengumpulan Data Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut : 3.2.1



Observasi



17



Data diperoleh dari hasil penulis melakukan pengamatan secara tak langsung dalam mencari informasi di jejaring sosial media internet. 3.2.2



Dokumentasi Penulis memperoleh data dari hasil dokumentasi dengan bantuan media internet.



3.3 Metode Pengolahan dan Analisa Data Analisa data dimulai dengan mengumpulkan data untuk mendukung makalah ini, antara lain dengan cara melakukan dokumentasi dengan memperoleh data – data yang mendukung makalah ini dari media internet. Data-data yang telah terkumpul kemudian diolah oleh penulis. Selanjutnya penulis mengkaji data-data yang ada dengan literatur yang digunakan untuk membahas sesuai permasalahan yang ada kemudian disajikan dalam bentuk pendapat-pendapat dari penulis sehingga dapat diambil kesimpulan.



BAB IV PEMBAHASAN



18



4.1 Aspek Keselamatan Kesehatan dengan Ergonomi di Radiologi Seperti kita ketahui ergonomic adalah ilmu pengetahuan tentang tatanan kerja untuk meningkatkan produktivitas, keselamatan, kenyamanan dan efektifitas pekerjaan manusia. Sehingga, penerapan prinsip ergonomic sangat dibutuhkan dalam berbagai lembaga atau institusi



bahkan instalasi. Salah



satunya adalah instalasi radiologi. Dengan berkembangnya peralatan di bidang radiologi maka tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya suatu kejadian yang tidak diharapkan seperti kecelakaan kerja. Penerapan prinsip ergonomic di instalasi radiologi dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: 4.1.1



Tugas Radiografer Saat ini radiografer di dalam menerapkan kompetensinya masih difokuskan



pada



pelayanan



radiologi,



yaitu



meliputi



pelayanan



kesehatan



bidang



radiodiagnostik, imejing, radioterapi dan kedokteran nuklir. Secara umum tugas dan tanggung jawab Radiografer, adalah 1. Melakukan pemeriksaan pasien secara radiografi meliputi pemeriksaan untuk radiodiagnostik dan imejing termasuk kedokteran nuklir dan ultra sonografi (USG) 2. Melakukan teknik penyinaran radiasi pada radioterapi. 3. Menjamin terlaksananya penyelenggaraan pelayanan kesehatan bidang radiologi / radiografi sebatas kewenangan dan tanggung jawabnya. 4. Menjamin akurasi dan keamanan tindakan poteksi radiasi



dalam



mengoperasikan peralatan radiologi dan atau sumber radiasi. 5. Melakukan tindakan Jaminan Mutu peralatan radiografi. Tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan bidang radiologi yang semakin meningkat, mengharuskan setiap Radiografer untuk bekerja secara 19



profesional. Profesionalisme Radiografer akan di uji dalam kompetisi global yang akan terjadi di era globalisasi. Tanggung jawab seorang radiografer secara umum adalah menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan bidang radiologi / radiografi dengan tingkat keakurasian dan keamanan yang memadai. Tanggung jawab dan tugas tersebut meliputi semua sarana pelayanan kesehatan bidang Radiologi mulai dari Puskesmas sampai dengan Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan Radiodiagnostik, Radioterapi dan Kedokteran Nuklir. Dalam kompetensi ini penting bagi Radiografer Indonesia dan bertujuan untuk menjadi acuan dalam menjalankan tugas dan fungsinya disarana pelayanan kesehatan serta dalam mengembangkan pengetahuan dan keahlian dalam rangka meningkatkan profesionalisme Radiografer. Radiografer adalah tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk melakukan kegiatan radiografi, imejing, kedokteran nuklir dan radioterapi di pelayanan kesehatan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 375/MENKES/SK/III/2007 dalam bidang pelayanan radiologi tugas radiografer dapat di uraikan sebagai berikut: a. Di bidang Radiodiagnostik Melakukan pemeriksaan secara radiografi pada organ-organ tubuh sesuai dengan permintaan pemeriksaan radiologi yang hasilnya digunakan untuk menegakkan diagnosa oleh dokter spesialis radiologi.



20



Hasil pemeriksaan radiografi ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor eksposi, teknik pemeriksaan, teknik prosesing film, kualitas cairan prosesing dan kualitas peralatan yang digunakan. Untuk dapat menghasilkan tampilan radiografi yang dapat dinilai maka semua faktorfaktor tersebut diatas dapat dipahami, di mengerti dan dilakukan dengan baik dan benar oleh Radiografer. Dari aspek keselamatan dan kesehatan kerja dan ergonomi, radiografer diharapkan selalu memperhatikan faktor-faktor yang dapat menghasilkan radiograf yang optimal dan petugas harus memakai alat pengaman diri sesuai dengan peraturanya, sehingga baik petugas dan pasien tidak terpapar radiasi, serta selalu menghindari pengulangan foto untuk meminimalisir dosis paparan radiasi untuk mencapai tujuan aspek ergonomi yaitu mewujudkan pekerja yang sehat, selamat, nyaman, dan produktif. b. Di Bidang Radioterapi Melakukan teknik dan prosedur terapi radiasi sebagaimana mestinya sesuai dengan rekam medik rencana penyinaran yang telah ditetapkan melalui proses treatmen planning oleh fisikawan medik dan telah ditetapkan oleh dokter spesialis radiologi, baik jenis dan tenaga radiasi, posisi penyinaran lamanya selang waktu penyinaran, dosis radiasi, sentrasi, separasi serta luas lapangan penyinaran.



21



Pemasangan wedge serta lain sebagainya. Dengan demikian radiografer



harus



mampu



secara



professional



membaca



dan



menerjemahkan/menginterpretasikan



rekam



medik



terapi



radiasi



sehingga



teknis.



Begitu



pula



mampu



tidak



terjadi



kesalahan



memanipulasi peralatan pesawat/sumber radiasi yang semakin canggih, serta pemakaian alat bantu terapi radiasi dan yang terpenting adalah merasa empati kepada pasien yang dilakukan penyinaran, sehingga dapat memberikan informasi mengenai penyinaran yang dilakukan dan selalu bertanggung jawab terhadap setiap besarnya dosis radiasi yang diberikan kepada pasien. Dengan demikian tingkat keakurasian pemberian radiasi tidak saja tergantung kepada keakurasian treatmen planning serta keahlian klinis tetapi juga tergantung kepada teknik dan prosedur terapi radiasi Dari aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan ergonomi, radiografer diharapkan bekerja dengan teliti agar tidak terjadi kesalahan penyinaran dan meminimalisir dosis radiasi yang diterima oleh pasien untuk mencapai tujuan aspek ergonomi yaitu mewujudkan pekerja yang sehat, selamat, nyaman, dan produktif. c. Di Bidang Kedokteran Nuklir Melakukan teknik dan prosedur pemeriksaan dengan sumber terbuka melalui perunutan paparan radiasi yang keluar dari tubuh pasien dengan menggunakan pesawat yang berfungsi sebagai detektor radiasi,



22



baik detektor pencacah yang mengukur tingkat intensitas radiasi maupun detektor yang mampu mendeteksi tingkat intensitas maupun kualitas radiasi. Pengelolaan sumber radiasi terbuka berupa radiofarmaka, mulai dari penerimaan bungkusan radiasi sampai pemanfaatan dan pengolahan limbah radiasi perlu ditangani secara professional sehingga tidak menimbulkan penambahan tingkat radiasi di alam dan tercapainya kesehatan dan keselamatan kerja dengan radiasi sumber terbuka. Pengetahuan dan ketrampilan pemakaian pesawat kedokteran nuklir sangat diperlukan untuk menghasilkan gambarann/imejing yang memadai sehingga ekspertise yang dilakukan oleh dokter ahli kedokteran nuklir mempunyai



tingkat



keakurasian



yang dapat



dipertanggung jawabkan keselamatannya. Dari aspek keselamatan dan kesehatan kerja dan ergonomi, radiografer diharapkan selalu memperhatikan dosis radiofarmaka yang di berikan pada pasien agar pemeiksaannya dapat berjalan dengan lancar sehingga meminimalisir terjadinya kesalahan pemeriksaan, untuk mencapai tujuan aspek ergonomi yaitu mewujudkan pekerja yang sehat, selamat, nyaman, dan produktif. d. Bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja dengan Radiasi Melakukan prosedur kerja dengan zat radioaktif atau sumber radiasi lainnya, karena sebagian besar radiogrfer adalah petugas proteksi radiasi ( PPR ) maka bertugas untuk melakukan upaya–upaya tindakan proteksi radiasi dalam rangka meningkatkan kesehatan dan keselamatan



23



kerja bagi pekerja radiasi, pasien dan lingkungan. Evaluasi tindakan proteksi radiasi yang telah dilakukan merupakan salah satu kemampuan dari petugas Proteksi Radiasi termasuk pengujian terhadap efektifitas dan efisiensi tindakan proteksi sehingga radiografer mampu membuat suatu sistem tindakan proteksi radiasi yang lebih baik. Dari aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan ergonomi, radiografer diharapkan bekerja dengan rajin dan mengetahui aturanaturan mengenai prosedur pengukuran paparan radiasi agar pekerja, pasien dan lingkungan sekitar aman terhadap bahaya radiasi, untuk mencapai tujuan aspek ergonomi yaitu mewujudkan pekerja yang sehat, selamat, nyaman, dan produktif serta meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja radiasi, pasien dan lingkungan. e. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Peralatan Radiologi dan Radioterapi Mutu pelayanan kesehatan bidang radiologi tidak saja ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia penyelenggara pelayanan, tetapi juga sangat ditentukan oleh kualitas sarana, prasarana dan peralatan yang digunakan, oleh sebab itu kemampuan radiografer dalam mengelola khususnya memelihara sarana, prasarana dan peralatan radiologi dalam batas kewenangannya sangat menentukan kualitas hasil layanan yang diberikan. Pemeliharaan tersebut meliputi pemeliharaan kontak film screen, viewing Box, safe Light untuk kerja otomatis prosesing film, kebersihan pesawat, yang semuanya tercakup dalam upaya dan tindakan Quality Assurance radiology.



24



Dari aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan ergonomi, radiografer diharapkan bekerja dengan baik agar semua peralatan terjaga dengan baik dan apabila terjadi kerusakan dapat segera di cek oleh teknisi, untuk mencapai tujuan aspek ergonomi yaitu mewujudkan pekerja yang sehat, selamat, nyaman, dan produktif. f. Pelayanan Belajar Mengajar Melakukan kegiatan belajar mengajar terus menerus baik secara individual maupun secara kelompok dengan media pembelajaran dalam dan luar negeri, interaksi pembelajaran ilmiah dengan lingkungan kerja, sesama profesi dan atau dengan profesi lainnya melalui seminar, workshop dan pendidikan pelatihan berkelanjutan. Radiografer juga bertugas memberikan informasi keilmuan dan keterampilannya kepada semua pihak yang membutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan dibidang IPTEK radiologi dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Memberikan bimbingan kepada mahasiswa program D III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi baik sebagai instruktur PKL maupun sebagai evaluator dalam upaya mengidentifikasi pencapaian tahapan kompetensi yang telah dikuasai dan dimiliki oleh peserta didik yang berada dibawah binaannya. Dari aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan ergonomi, radiografer diharapkan dapat mengembangkan ilmu dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan radiologi serta dapat bekerja dengan rajin mencari ilmu yang baru agar dapat mencapai tujuan aspek



25



ergonomi yaitu mewujudkan pekerja yang sehat, selamat, nyaman, dan produktif. g. Penelitian dan Pengembangan IPTEK Radiografi dan Imejing Melaksanakan penelitian baik yang bersifat ilmiah akademik maupun ilmiah populer dalam kerangka tugasnya sebagai sumbangan keilmuannya kepada masyarakat. Penelitian yang dilakukan dapat mencakup tentang teknik Radiografi, keselamatan dan kesehatan kerja dengan radiasi, aplikasi manajemen radiologi, reject analisis film dan lain sebagainya yang menyangkut bidang radiologi diagnostik, Terapi dan Kedokteran Nuklir dan hasil penelitian tersebut dapat disosialiasikan /



didesiminasikan



guna



peningkatan



dan



pengembangan



ilmu



pengetahuan dan teknologi radiologi. Dari aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan ergonomi, radiografer diharapkan dapat bekerja dengan rajin mencari ilmu yang baru agar dapat mengoperasikan peralatan yang serba menggunakan teknologi canggih sehingga dapat menguasai bidangnya dalam perkembangan IPTEK ini serta melakukan penelitian mengenai radiologi



diagnostik,



terapi



dan



kedokteran



nuklir



agar



jenis



pemeriksaannya lebih berkembang untuk mencapai tujuan aspek ergonomi yaitu mewujudkan pekerja yang sehat, selamat, nyaman, dan produktif. h. Pengembangan Diri Melakukan pengembangan profesionalisme secara terus–menerus melalui pendidikan formal dan atau non formal, pendidikan dan



26



pelatihan ilmiah secara berkala dan berkelanjutan sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki dan atau disiplin ilmu lainnya yang berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas pelayanan radiologi, seminar, workshop dan lain sebagainya baik di dalam maupun diluar negeri. Dari aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan ergonomi, radiografer diharapkan



melakukan



pengembangan



profesionalisme



dalam



pekerjaannya secara terus menerus untuk meningkatkan kualitas pelayanan radiologi sehingga dapat mencapai tujuan aspek ergonomi yaitu mewujudkan pekerja yang sehat, selamat, nyaman, dan produktif. i. Pengabdian Kepada Masyarakat Melakukan pengabdian kepada masyarakat melalui penyuluhan tentang manfaat dan bahaya radiasi yang mungkin timbul akibat pemanfaatan radiasi, membuat standar–standar pemeriksaan pelayanan radiologi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan radiologi yang membutuhkan,



mengukur



tingkat



paparan



radiasi,



mengadakan



pemeriksaan kesehatan melalui Mass Chest Survey, donor darah dan lain sebagainya. Dari aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan ergonomi, radiografer diharapkan melakukan penyuluhan mengenai aspek radiologi untuk menumbuhkan pemahaman dari masyarakat mengenai manfaat radiasi serta bahayanya dan membuat standar-standar yang berhubungan dengan aspek radiologi untuk mencapai tujuan aspek ergonomi yaitu mewujudkan pekerja yang sehat, selamat, nyaman, dan produktif. 27



j. Konsultasi Teknik Pelayanan Radiologi Melakukan konsultasi teknis tentang peningkatan mutu pelayanan radiologi, Teknik Radiografi, Proteksi Radiasi, Proteksi Ruang Radiasi, pengolahan limbah hasil proses pelayanan radiografi dan Quality Assurance radiology. Dari aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan ergonomi, radiografer diharapkan melakukan komunikasi yang baik agar dapat melakukan suatu upaya dalam meningkatkan kualitas pelayanan radiologi untuk mencapai tujuan aspek ergonomi yaitu mewujudkan pekerja yang sehat, selamat, nyaman, dan produktif. 4.1.2



Kondisi berbahaya bagi petugas Berdasarkan sumber –sumber kecelakaan dalam radiologi, bahaya – bahaya yang dapat terjadi di ruang radiologi adalah 1. Bahan Kimia Bahan kimia merupakan bahan yang meliputi bahan mudah terbakar, bersifat racun, korosif, tidak stabil, sangat reaktif dan gas yang berbahaya. Dalam ruang radiologi terdapat ruang gelap yang berfungsi sebagai tempat processing film yang telah ter-expose. Dalam pemrosesan tersebut digunakan cairan developer dan fixer. Seperti yang diketahui bahwa developer dan fixer merupakan bahan kimia, yang bersifat korosif dan reaktif. Dan tanpa disadari akan sangat berbahaya bila dihirup secara terus menerus. Maka dari itu didalam kamar gelap sirkulasi udara harus bagus. 2. Bahan-bahan Biologis 28



Upaya keselamatan bekerja dengan bahan-bahan biologis dikenal dengan istilah Bio-safety, yaitu usahan untuk mengurangi atau menghindari peluang terinfeksinya atau pekerja atau terlepasnya suatu mikroorganisme yang berpotensi menimbulkan bahaya ke lingkungan. Bahaya yang dapat terjadi dari segi ini adalah ketika pekerja radiologi melakukan pemeriksaan rontgen terhadap pasien yang klinisnya TBC, Pneumoni (segala penyakit menular) yang berpotensi menularkan penyakit tersebut ke petugas. Dan petugas tidak mempedulikan klinis pasien, sehingga mereka mengabaikan proteksi diri seperti masker, handscoon. Hal tersebut berpotensi petugas dapat tertular penyakit tersebut. Sehingga hal tersebut dapat mengganggu keselamatan dan kesehatan kerja. 3. Aliran Listrik Penggunaan peralatan dengan daya listrik yang besar akan memberikan kemungkinan- kemungkinan untuk terjadinya kecelakaan kerja seperti terkena strum aliran. Bahaya terputusnya kabel sehingga menyebabkan aliran listrik putus sehingga alat error dan tidak bisa digunakan juga dapat terjadi. Bisa saja terputusnya kabel akibatnya adanya tikus, hal ini terjadi karena kurangnya kebersihan dari ruang pemeriksaan yang menyebabkan adanya banyak tikus yang dapat merugikan. 4. Ionisasi Radiasi



29



Ionisasi Radiasi dapat dikeluarkan dari peralatan x-ray atau radiasi internal yang digunakan oleh material radioaktif yang dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui serapan pada kulit. Bahaya yang dapat terjadi jika mengabaikan adanya bahaya radiasi adalah a. Petugas radiologi dapat terpapar radiasi melebihi nilai ambang dosis yang ditetapkan akibat ada kebocoran pada dinding ruangan pemeriksaan. b. Pasien dan orang yang berada disekitar ruangan radiologi dapat terpapar radiasi akibat keamanan dari desain ruangan radiologi dan kebocoran dinding ruang radiologi. c. Pasien bisa mendapatkan dosis radiasi berlebih ketika pemeriksaan akibat adanya kebocoran tabung x-ray. Hal ini terjadi akibat kurangnya quality control. d. Selain itu petugas radiologi dapat membahayakan dirinya dan pasien ketika pemeriksaan melaksanakan prosedur bekerja dengan radiasi yang baik dan aman. 5. Cara Kerja Yang Salah Cara kerja yang salah merupakan salah satu faktor ergonomi yang terjadi di instalasi radiologi. Seperti salah dalam pengoprasian pesawat, dan cara memposisikan pasien pada saat pemeriksaan. Sehingga terjadi pengulangan foto yang menyebabkan kerugian kerja. 6. Mekanik 30



Dapat terjadi kerusakan alat radiologi apabila penggunaannya tidak sesuai dengan prosedur dan kurangnya pemeliharaan pada alat x-ray.



4.1.3



Alat kerja dan interface Di era seperti sekarang peralatan yang di gunakan dalam instalasi radiologi semua menggunakan teknologi modern. Peralatan yang baru mempunyai interface yang modern dan simple. Program mesin yang digunakan juga semakin canggih, namun dosis paparan yang dikeluarkan lebih besar. Kebanyakan peralatan sekarang menggunakan sistem computer sehingga hasil radiograf sekarang dapat di manipulasi. Maka dari itu seorang radiografer harus mendalami ilmunya dengan cara seminar, pelatihan dan sebagainya agar bisa mengoperasikan peralatan yang semakin canggih. Pekerja yang tidak pernah memperbaharui ilmunya itu dapat menyebabkan terjadinya kecelekaan kerja. Karena tidak bisa mengoperasikan alat maupun kejadian lainnya. Sehingga dapat menimbulkan kerugian kerja. Maka dari itu seorang radiografer dituntut untuk mengembangkan ilmunya serta mengikuti perkembangan IPTEK yang semakin pesat tanpa melupakan proteksi radiasi.



4.1.4



Tempat Kerja Setiap tempat kerja selalu mengandung aspek bahaya bagi pekerja dan rumah sakit merupakan salah satu tempat kerja yang berpotensi besar



31



mengandung potensi bahaya bagi pekerjanya. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk mengendalikan potensi bahaya yang ada supaya tempat kerja dapat mencapai derajat kesehatan setinggi-tingginya. Keselamatan kesehatan kerja bisa terwujud bilamana tempat kerja itu aman, sehat, dan bebas dari risiko terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan petugas cedera atau bahkan kematian serta bebas dari risiko terjadinya gangguan kesehatan atau penyakit (occupational diseases) sebagai akibat kondisi kurang baik di tempat kerja. Potensi bahaya di ruang radiologi efeknya berkembang perlahan-lahan dan baru terlihat sesudah periode cukup lama. Di ruangan tempat kerja radiologi terdapat peralatan yang dapat menimbulkan potensi bahaya bagi petugas seperti penempatan pesawat x-ray yang over head, sehingga petugas perlu tenaga ekstra untuk meraihnya, serta peletakan arsip dan perlengkapan lainnya yang sulit diraih petugas seperti harus membungkuk, berjinjit, dan lain sebagainya. Maka dari itu tujuan diadakannya prinsip keselamatan kesehatan kerja yang berkaitan dengan aspek ergonomi berfokus pada pekerja yang mengacu pada peningkatan kinerja dan produktifitas sehingga terwujud 4.1.5



tempat kerja yang sehat, aman, nyaman dan produktif. Lingkungan Kerja Lingkungan kerja adalah tempat dimana radiographer melakukan aktivitas setiap harinya. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan radiografer untuk dapat bekerja optimal. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi emosi petugas. Jika petugas



32



menyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka petugas tersebut akan betah di tempat kerjanya, melakukan aktivitas sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif. Lingkungan kerja itu mencakup hubungan kerja yang terbentuk antara sesama petugas dan hubungan kerja antara bawahan dan atasan serta lingkungan fisik tempat petugas bekerja. Lingkungan kerja dapat dibagi atas 2 (dua) jenis, yaitu: lingkungan kerja sosial, dan lingkungan kerja fisik. Lingkungan kerja sosial mencakup hubungan kerja yang terbina dalam perusahaan sedangkan lingkungan kerja fisik adalah tempat kerja petugas melakukan aktivitasnya. Lingkungan kerja fisik mempengaruhi semangat kerja dan emosi para petugas. Faktor-faktor fisik ini mencakup suhu udara di tempat kerja, luas ruang kerja, kebisingan, kepadatan, kesesakan, penerangan, dan mutu udara. Misalnya tangga yang mudah patah, lantai licin, dan kebisingan yang melampaui batas, penerangan yang kurang dapat memicu terjadinya potensi berbahaya bagi radiografer. Maka dari itu diperlukan rambu-rambu peringatan sebagai upaya mengatasi kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan, serta perbaikan lingkungan kerja sehingga radiographer dapat bekerja lebih optimal. 4.1.6



Organisasi Kerja Radiologi Pelaksanaan K3 di radiologi sangat tergantung dari rasa tanggung jawab menejemen dan petugas radiologi. Tanggung jawab ini harus ditanamkan melalui adanya aturan yang jelas dimana dilakukan penyuluhan kepada semua petugas, bimbingan dan latihan, serta penegakan disiplin.



33



Maka dari itu diperlukan organisasi kerja di ruang radiologi. Adanya organisasi tersebut bertujan untuk menjaga keseimbangan suatu instalasi. Apabila sudah ada suatu organisasi maka ada pemimpin dan bawahan. Pemimpin tersebut bertujuan untuk memimpin dan mengatur suatu instalasi tersebut agar berjalan terarah kedepannya. Dan bawahan harus bisa mentaati aturan yang sudah di buat oleh pemimpin. Organisasi di lingkungan kerja merupakan salah satu aspek untuk dapat mewujudkan keselamatan kerja, karena organisasi tersebut dapat membuat peraturan-peraturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja di suatu instalasi yang harus di patuhi dan dilaksanakan



34



BAB V PENUTUP



5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ergonomi di bidang radiologi sangat di perlukan agar petugas radiographer dapat bekerja secara efektif, nyaman, aman, sehat, dan efisien. Sehingga, tugas dan tanggung jawab yang diemban dapat berjalan secara optimal tanpa adanya kecelakaan kerja.



5.2 Saran 5.2.1 Sebaiknya penerapan prinsip ergonomic di radiologi harus berjalan dengan baik dan dapat ditaati dan di patuhi oleh petugas radiographer sehingga kecelakaan kerja dapat di atasi dan dihindari serta keselamatan pekerja pun dapat terjamin.



35



DAFTAR PUSTAKA



Mohamad



Ikhwan,



Pengertian



Ergonomi,



http://www.konsultasik3.com/p/ergonomik.html ( diakses 27 oktober 2014 )



Anonim,Peningkatan



Kinerja



K3



dengan



Ergonomi,



2010,



http://www.ergoinstitute.com/index.php? option=com_content&task=view&id=24&Itemid=38 ( diakses 27 Oktober 2014 )



Anonim,Ergonomi,http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26125/5/Chapter/ 20I.pdf ( diakses 27 Oktober 2014 )



Anonim,



Keselamatan



Kerja



di



Area



Radiasi,



Februari



2012,



http://gilangpermanapatty.blogspot.com/2012/02/normal-0-false-false-false-en-us-xnone.html ( diakses 21 Oktober 2013 )



36