Pengalaman Belajar IPA [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH “Pengalaman Belajar IPA”



Oleh : Kelompok 7 Anggota : 1.Annisa Destrina (18231002) 2.Daiyarisa



(18231004)



3.Indah Rahma P (18231014) 4.Megawati



(18231017)



FAKUTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2020



1.Pengalaman Belajar A.Pengertian pengalaman Belajar Pengertian pengalaman belajar menurut Tyler (1973:63) adalah sebagai berikut, (Pengalaman belajar tidak sama dengan konten materi pembelajaran atau kegiatan yang dilakukan oleh guru. Istilah pengalaman belajar mengacu kepada interaksi antara pembelajar dengan kondisi eksternal di lingkungan yang dia reaksi. Belajar, melalui perilaku aktif siswa; yaitu apa yang dia lakukan saat dia belajar, bukan apa yang dilakukan oleh guru). Caswel dan Campbell (dalam Sukmadinata, 2007: 4) mengatakan bahwa “kurikulum to be composed of all the experiences children have under the guidance of teachers (kurikulum tersusun atas semua pengalaman yang telah dimiliki oleh siswa dibawah bimbingan guru)”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa: 1.



Pengalaman



belajar pengalaman



pebelajar dengan kondisi



mengacu



kepada



interaksi



eksternalnya, bukan konten pelajaran.



2.



Pengalaman belajar mengacu kepada belajar melaui perilaku aktif siswa,



3.



Belajar akan dimiliki oleh siswa setelah dia mengikuti kegiatan belajar-



mengajar tertentu. 4.



Pengalaman belajar itu merupakan hasil yang diperoleh siswa.



5.



Adanya berbagai upaya yang dilakukan oleh guru dalam usahanya untuk



membimbing siswa agar memiliki pengalaman belajar tertentu. Dalam kaitan ini tentu guru pun ingin mengetahui seberapa jauh siswa telah menguasai pengalaman belajar yang ditentukan dan seberapa besar efektivitas bimbingan yang telah diberikan kepada siswa. Dalam konteks inilah evaluasi pengalaman belajar menjadi sangat penting karena evaluasi pengalaman belajar merupakan proses pengumpulan dan penginterpretasian informasi atau data yang dilakukan secara kontinyu dan sistematis untuk menentukan tingkat pencapaian hasil belajar siswa. B.



Tingkat-Tingkat Media Yang Digunakan Dalam Pengalaman Pembelajaran Mengajar dapat dipandang sebagai usaha yang dilakukan guru agar siswa belajar.



Sedangkan yang dimaksud ,belajar itu sendiri adalah proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman. Dan pengalaman merupakan proses belajar yang sangat bemanfat, sebab dengan mengalami secara langsung kemungkinan kesalahan presepsi akan dapat dihindari. Namun demikian pada kenyataannya tidak semua bahan pembelajaran dapat



disajikan secara langsung. Untuk memahami semua itu prlu adannya media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar bagi siswa, Egar Dale melukiskannya dalam sebuah kerucut yang kemudian dinamakan kerucut pengalaman (cone of exprience).[2] kerucut pengalaman itu dikemukakan oleh Egar Dale memberikan gambaran bahwa pengalaman belajar diperoleh siswa melalui proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati dan mendenagar melalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa. Selanjutnya uraian setiap pengalaman belaja seperti yabg digambarkan dalam kerucut pengalaman tesebut akan dijelaskan berikut ini. 



Pengalaman langsung merupakan pengalaman yang diperoleh siswa sebagai hasil dari aktivitas sendiri. Sebab siswa berhubungan langsung dengan objek yang hendak dipelajari tanpa menggunakan perantara. Oleh karena itu pengalaman ini siswa sering mendapatkan hasil yang konkret sehingga siswa akan memiliki terapan yang tinggi.







Pengalaman tiruan adalah pengalaman yang diperoleh melalui benda atau kejadian yang dimanipulasi agar mendekati keadaan yang sebenarnya. Pengalaman tiruan bukan pengalaman langsung lagi sebab objek yang dipelajari bukan yang asli atau yang sesungguhnya, melainkan objek tiruan sangat besar manfaatnya terutama untuk menhindari terjadinya verbalisme. misalnya siswa akan melajari kanguru.







Pengalaman melalui drama yaitu pengalaman yang diperoleh dari kondisi dan situasi yang diciptakan melalui drama (peragaan) dengan mengguanakan scenario yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Dan tujuan belajar mlalui drama ini agar siswa memperoleh pengalaman yang lebih jelas dan konkret.







Pengalaman melalui demontrasi adalah teknik penyampaian informasi melalui peragaan. Kalau dalam drama siswa terlibat secara langsung dalam masalah yang dipelajari walaupun bukan dalam situasi nyata, maka pengalaman melalui demontrasi siswa hanya melihat peragaan orang lain.







Pengalaman wisata yaitu pengalaman yang diperoleh melalui kunjungan sesuatu objek yang ingin dipelajari. Melalui wisata siswa dapat mengamati secara langsung, mencatat, dan bertanya tentang hal-hal yang dikunjungi.







Pengalaman melalui pameran adalah usaha untuk menunjukkan hasil karya. Melalui pameran siswa dapat mengamati hal-hal yang ingin dipelajari seperti karya seni batik, seni tulis, seni pahat, atau bnda-benda bersejarah, dan hasil



teknologi modern dengan berbagai cara kerjanya. Pameran lebih abstrak sifatnya dibangdingkan wisata, sebab pengalaman yang diperoleh hanya terbatas pada kegiatan mengamati wujud benda itu sendiri. 



Pengalaman melaui televisi merupakan pengalaman tidak langsung, seabab televisi mupakan perantara. Melalui televisi siswa dapat menyaksikan berbagai peristiwa yang ditayangkan dari jarak jauh sesuai dengan progam yang dirancang.







Pengalaman melalui gambar hidup dan film, Gambar hidup atau film merupakan rangkaian gambar mati yang diproyeksikan pada layar dengan kecepatan tertentu.







Pengalaman melalui radio dan gambar, Pengalaman melalui media ini sifatnya lebih abstrak dibandingkan dengan pengalaman melalui gambar hidup sebab hanya mengandalkan salah satu indra penglihatan saja.







Pengalaman melalui lambang-lambang visual seperti grafik, gambar, dan bagan. Sbagai alat komunikasi lambang visual dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada siswa. Siswa lebih dapat memahami berbagai perkembangan atau struktur melalui bagan dan lambang visual lainnya.







Pengalaman melalui lambang verbal merupakan pengalaman yang sifatnya lebih abstrak. Sabab siswa memperoleh pengalaman hanya melalui bahasa baik lisan maupun tulisan. Kemungkinan terjadinya verbalisme sebagai akibat dari perolehan pengalaman melalui lambang verbal sangat besar. Oleh sebab itu sebaiknya penggunaan bahasa verbal harus disertai dengan pengguanaan media lain.



C.Ciri-ciri Pengalaman Pembelajaran Menurut Eggen & Kauchak (1998) Menjelaskan bahwa ada enam ciri pembelajaran yang efektif, yaitu: 



Siswa



menjadi



mengobservasi,



pengkaji



yang



aktif



membandingkan,



terhadap



menemukan



lingkungannya



melalui



kesamaan-kesamaan



dan



perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan, 



Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran,







Aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkajian,







Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada siswa dalam menganalisis informasi,







Orientasi



pembelajaran



penguasaan



isi



pelajaran



dan



pengembangan



keterampilan berpikir, serta 



Guru menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya mengajar guru.



Adapun ciri-ciri pembelajaran yang menganut unsur-unsur dinamis dalam proses belajar siswa sebagai berikut : · Motivasi Belajar Motivasi dapat dikatakan sebagai serangkaina usaha untuk menyediakan kondisi kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatau, dan bila ia tidak suka, maka ia akan berusaha mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi, motivasi dapat dirangsang dari luar, tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri seseorang. Adalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang/siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjalin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dihendaki dapat dicapai oleh siswa (Sardiman, A.M. 1992). · Bahan Belajar Yakni segala informasi yang berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain bahan yang berupa informasi, maka perlu diusahakan isi pengajaran dapat merangsang daya cipta agar menumbuhkan dorongan pada diri siswa untuk memecahkannya sehingga kelas menjadi hidup. · Alat Bantu Belajar Semua alat yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi)) dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (siswa). Inforamsi yang disampaikan melalui media harus dapat diterima oleh siswa, dengan menggunakan gabungan beberaapa dari alat indera mereka. Sehingga mereka dapat menrima infprmasi dengan baik. · Suasana Belajar Suasana yang dapat menimbulkan aktivitas atau gairah pada siswa adalah apabila terjadi : a.



Adanya komunikasi dua arah (antara guru-siswa maupun sebaliknya)



yang intim dan hangat, sehingga hubungan guru-siswa yang secara hakiki setara dan dapat berbuat bersama.



b.



Adanya kegairahan dan kegembiraan belajar. Hal ini dapat terjadi apabila



isi pelajaran yang disediakan berkesusaian dengan karakteristik siswa. Kegairahan dan kegembiraan belajar jug adapat ditimbulkan dari media, selain isis pelajaran yang disesuaiakan dengan karakteristik siswa, juga didukung oleh factor intern siswa yang belajar yaitu sehat jasmani, ada minat, perhatian, motivasi, dan lain sebagainya. · Kondisi Siswa Yang Belajar Mengenai kondisi siswa, siawa memilki sifat yang unik, artinya anatara anak yang satu dengan yang lainnya berbeda, dan cara berfikir yang berbeda pula. 2.Belajar IPA Melalui Pendekatan Saintifik LANGKAH-LANGKAH SAINTIFIK



PEMBELAJARAN



TERPADU



DENGAN



PENDEKATAN



Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu: (1) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk memprediksi apa yang belum diamati, dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, (3) dikembangkannya sikap ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana” tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah. Metode ilmiah dalam mempelajari IPA itu sendiri telah diperkenalkan sejak abad ke-16 (Galileo Galilei dan Francis Bacon) yang meliputi mengidentifikasi masalah, menyusun hipotesa, memprediksi konsekuensi dari hipotesis, melakukan eksperimen untuk menguji prediksi, dan merumuskan hukum umum yang sederhana yang diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan eksperimen. Pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep pengetahuan dan nilai atau tindakan yang termuat dalam tema tersebut . Dengan model pembelajaran yang terpadu dan sesuai dengan kehidupan seharihari, peserta didik digiring untuk berpikir luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan konseptual yang disajikan guru. Selanjutnya peserta didik akan



terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistimik, dan analitik. Peserta didik akan lebih termotivasi dalam belajar bila mereka merasa bahwa pembelajaran itu bermakna baginya, dan bila mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya. Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi peserta didik dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yang didasarkan pada metode ilmiah. Pembelajaran IPA secara terpadu menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi antar disiplin ilmu agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat”, hal ini akan membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat tersebut dinamakan dengan keterampilan proses penyelidikan atau “enquiry skills” yang meliputi mengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen untuk menjawab pertanyaan, mengklasifikasikan, mengolah, dan menganalisis data, menerapkan ide pada situasi baru, menggunakan peralatan sederhana serta mengkomunikasikan informasi dalam berbagai cara, yaitu dengan gambar, lisan, tulisan, dan sebagainya. Melalui keterampilan proses dikembangkan sikap dan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, tidak percaya tahyul, kritis, tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan orang lain. Kegiatan pembelajaran saintifik dilakukan melalui proses mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Lima pengalaman belajar ini diimplementasikan ke dalam model atau strategi pembelajaran, metode, teknik, maupun taktik yang digunakan. Berikut akan dijabarkan masing-masing pengalaman belajar. 1. Mengamati/Mengobservasi. Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan konteks situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Proses mengamati fakta atau fenomena mencakup mencari informasi, melihat, mendengar, membaca, dan atau menyimak. Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan bagi peserta didik untuk secara luas dan bervariasi melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Selanjutnya guru membuka kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dan dibaca.



2. Menanya Kegiatan menanya dilakukan sebagai salah satu proses membangun pengetahuan siswa dalam bentuk fakta, konsep, prinsip, prosedur, hukum dan terori. Tujuannnya agar siswa memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi secara kritis, logis, dan sistematis (critical thinking skills). 3. Mengumpulkan Data/eksperimen/eksplorasi. Kegiatan eksperimen bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan siswa dalam memperkuat pemahaman fakta, konsep, prinsip, ataupunprosedur dengan cara mengumpulkan data, mengembangkan kreativitas, dan keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan ini mencakup merencanakan, merancang, dan melaksanakan eksperimen, menyajikan data, mengolah data, dan menyusun kesimpulan. Pemanfaatan sumber belajar termasuk pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sangat disarankan. Tindak lanjut kegiatan bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Agar terkumpul sejumlah informasi, peserta didik dapat lebih banyak membaca buku, memperhatikan fenomena, atau objek dengan lebih teliti, bahkan melakukan eksperimen. 4. Mengasosiasi.atau Menalar. Kegiatan mengasosiasi bertujuan untuk membangun kemampuan berpikir dan bersikap ilmiah. Informasi (data) hasil kegiatan mencoba menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memproses informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan. Data yang diperoleh diklasifikasi, diolah, dan ditemukan hubungan-hubungan yang spesifik. Kegiatan dapat dirancang oleh guru melalui situasi yang direkayasa dalam kegiatan tertentu sehingga siswa melakukan aktivitas antara lain menganalisis data, mengelompokkan, membuat kategori, menyimpulkan, dan memprediksi/mengestimasi dengan memanfaatkan lembar kerja diskusi atau praktik. Hasil kegiatan mencoba dan mengasosiasi memungkinkan siswa berpikir kritis tingkat tinggi (higher order thinking skills) hingga berpikir metakognitif. 5. Mengomunikasikan. Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan mengomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram, atau grafik. Kegiatan ini dilakukan agar siswa mampu mengomunikasikan pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi siswa melalui presentasi, membuat laporan, dan/atau unjuk karya.



3.Belajar IPA Melalui KPS (Keterampilan Proses Sains) Keterampilan Proses Sains (KPS) Menurut Dahar (1985:11), Keterampilan Proses Sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru/ mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki. Pendekatan keterampilan proses sains merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada proses sains. Pendekatan ini diperlukan karena sains tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan saja, tetapi juga terkandung hal lain. Cain dan Evans (Rustaman, 2005:74) menyatakan bahwa sains mengandung empat hal, yaitu konten atau produk, proses atau metode, sikap, dan teknologi. Sains sebagai konten atau produk berarti bahwa dalam sains terdapat fakta-fakta, prinsip-prinsip dan teori. Sains sebagai proses atau metode mengandung arti bahwa sains merupakan suatu proses atau metode untuk mendapatkan pengetahuan. Selain sebagai produk dan proses, sains juga sebagai sikap, artinya bahwa dalam sains terkandung sikap ilmiah, seperti terbuka, jujur, tekun dan objektif. Sains sebagai teknologi mengandung pengertian bahwa sains mempunyai keterkaitan dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Jika sains mengandung empat hal di atas, maka ketika belajar sains pun siswa perlu mengalami keempat hal tersebut. Dalam belajar sains siswa seharusnya tidak hanya belajar produk saja, tetapi harus belajar aspek proses, sikap dan teknologi agar siswa dapat benar-benar memahami sains secara utuh. Selain itu, pembelajaran yang menekankan pada pengembangan keterampilan proses berarti membimbing siswa untuk memiliki keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengemukakan hasilnya. Keterampilan proses sains sebagai pendekatan dalam pembelajaran sangat penting karena menumbuhkan pengalaman selain proses belajar. Mengingat semakin banyaknya sekolah yang telah memiliki laboratorium biologi, sehingga perlu upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran, khususnya prestasi hasil belajar kognitif yang didukung oleh keterampilan serta sikap dan prilaku yang baik. Oleh karena itu para guru hendaknya secara bertahap mulai bergerak melakukan penilaian hasil belajar dalam aspek keterampilan dan sikap. Menurut Blosser , proses pembelajaran sains cenderung menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi dan menumbuhkan kemampuan berfikir. Pembentukan sikap ilmiah seperti ditunjukan oleh para ilmuawan sains dapat dikembangkan melalui keterampilan-keterampilan proses sains. Sehingga keterampilan proses sains, dapat digunakan sebagai pendekatan dalam pembelajaran.



Gagne (dalam Purwandono, 2000:21) mendeskripsikan keterampilan proses sains sebagai berikut: 1) Keterampilan proses sains merupakan keterampilan khas yang digunakan oleh semua saintis, serta dapat diterapkan untuk memahami fenomena. 2) Setiap keterampilan proses sains merupakan sains tingkah laku ilmuwan yang dapat dipelajari oleh siswa. 3) Keterampilan proses dapat ditransfer antara isi pelajaran-pelajaran dan memberi sumbangan pada pikiran rasional dalam kehidupan sehari-hari. Dalam keterampilan proses terdapat tiga komponen yang perlu dikembangkan, yaitu:   



kemampuan menggunakan pikiran (keterampilan intelektual), kemampuan nalar, perbuatan efisien dan efektif untuk mencapai hasil tertentu termasuk kreativitas. Komponen keterampilan intelektual dalam keterampilan proses sains terjadi sebagai hasil proses tranformasi atau informasi yang diterima otak.



Menurut Rustaman (2005:78) keterampilan proses meliputi: 1) keterampilan melakukan pengamatan (observasi), 2) mengelompokkan (klasifikasi), 3) menafsirkan pengamatan (interpretasi), 4) meramalkan (prediksi), 5) sains mengajukan pertanyaan, 6) berhipotesis, 7) merencanakan percobaan atau penyelidikan, 8) menggunakan alat dan bahan , 9) menerapkan konsep atau prinsip, 10)berkomunikasi. Deskripsi mengenai indikator keterampilan proses sains menurut Rustaman (2005:78): 1. Mengamati Suatu proses untuk mengenal sesuatu dengan jalan memperhatikan atau menyadari obyek/peristiwa, untuk hal ini siswa harus menggunakan semua alat inderanya seperti penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, dan penciuman. Dalam kegiatan ilmiah mengamati berarti menyeleksi fakta-fakta yang relevan dan memadai dari halhal yang diamati.Dengan membandingkan hal-hal yang diamati siwa mengembangkan kemampuan mencari persamaan dan perbedaan suatu benda/peristiwa.



2. Mengelompokkan/Klasifikasi



Mengelompokkan adalah suatu sistematika yang digunakan untuk menggolongkan sesuatu berdasarkan syarat-syarat tertentu. Proses mengklasifikasikan tercakup beberapa kegiatan seperti mencari kesamaan, mencari perbedaan, mengontraskan ciriciri, membandingkan, dan mencari dasar penggolongan. 3.Meramalkan Keterampilan meramalkan atau mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu pola yang sudah ada, menggunakan pola-pola atau hubungan informasi/ukuran/hasil observasi dan mengantisipasi suatu peristiwa berdasarkan pola atau kecenderungan. Apabila siswa dapat mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan fakta yang menunjukkan suatu kecenderungan atau pola yang sudah ada. 4.Meramalkan Keterampilan meramalkan atau mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu pola yang sudah ada, menggunakan pola-pola atau hubungan informasi/ukuran/hasil observasi dan mengantisipasi suatu peristiwa berdasarkan pola atau kecenderungan. Apabila siswa dapat mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan fakta yang menunjukkan suatu kecenderungan atau pola yang sudah ada. 5. Mengajukan pertanyaan Kemampuan mengajukan pertanyaan baik pertanyaan yang meminta penjelasan tentang apa, mengapa dan bagaimana ataupun menanyakan sesuatu hal yang berlatar belakang hipotesis. Keterampilan proses mengajukan pertanyaan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan apa yang ingin diketahuinya, baik yang bersifat penyelidikan maupun yang tidak secara langsung bersifat penyelidikan, pertanyaanpertanyaan yang diajukan mencerminkan cara berpikir siswa dan dapat pula dikatakan bahwa kualitas pertanyaan yang diajukan menunjukkan tinggi rendahnya tingkat berpikir siswa. 6. Merumuskan hipotesis Keterampilan proses menggunakan informasi dengan mengemukakan dugaan atau generalisasi sementara yang dapat menjelaskan atau menghubungkan sifat-sifat benda peristiwa, berhipotesis melibatkan keterampilan menduga sesuatu, menguraikan sesuatu yang menunjukkan hubungan sebab akibat antara dua variabel pengetahuan yang telah dimilikinya. 7. Merencanakan percobaan Agar siswa dapat memiliki keterampilan merencanakan percobaan maka siswa tersebut harus dapat menentukan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan. Selanjutnya, siswa harus dapat menentukan variabel-variabel, menentukan



variabel yang harus dibuat tetap, dan variabel mana yang berubah.Demikian pula siswa perlu untuk menentukan apa yang akan diamati, diukur, atau ditulis, menentukan cara dan langkah-langkah kerja. Selanjutnya siswa dapat pula menentukan bagaimana mengolah hasil-hasil pengamatan. 8. Menggunakan alat/bahan Untuk dapat memiliki keterampilan menggunakan alat dan bahan, dengan sendirinya siswa harus menggunakan secara langsung alat dan bahan agar dapat memperoleh pengalaman langsung. Selain itu, siswa harus mengetahui mengapa dan bagaimana cara menggunakan alat dan bahan. 9. Menerapkan konsep Mampu menjelaskan peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki dan mampu menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru atau menemukan penjelasan (konsep) tentang suatu peristiwa yang sedang terjadi. Keterampilan menerapkan konsep/prinsip menjadi penunjang dalam memantapkan dan mengembangkan konsep/prinsip yang telah dimiiki siswa, mengembangkan kemampuan intelektual siswa dan merangsang siswa untuk lebih banyak mempelajari Ilmu Pengetahuan Alam. 10. Berkomunikasi Keterampilan berkomunikasi mengandung arti mencatat hasil pengamatan yang relevan dengan penyelidikan, mentransfer suatu bentuk penyajian ke bentuk penyajian yang lainnya atau menggunakan kriteria untuk menyajikan data ke bentuk yang dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain. Untuk mencapai keterampilan berkomunikasi siswa harus dapat menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan yang telah dikerjakan dengan sistematis dan jelas, selain itu diharapkan siswa mampu menjelaskan hasil kegiatan, mendiskusikan dan menggambarkan data yang diperoleh ke bentuk diagram, grafik atau tabel.



DAFTAR PUSTAKA



Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013). Konsep Pendekatan Saintifik. Materi Diklat Guru dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013. Newton H.C., Kersey Black, Scout Gould (2012). Accelerated Integrated Science Squence: An Interdisciplinary Introductory Course for Science Majors. The Juornal of Undergraduate Neuroscience Education (JUNE). Fall 2012.11(1)A76-A8. Prof,dr. Nana Syaodih Sukmadinata.Landasan Psikologi Proses Pendiddika.Pt Remaja Rosdakarya.2005 Bandung. Sadirman A.M. Interaksi Persada.2006.Jakarta.



dan



motivasi



belajar



mengajar.Pt



Rajagrafindo